I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Umur : 58 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Purnawirawan
II. ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamnesis, tanggal 14 Maret 2018.
Keluhan Utama :
Timbul bercak putih bersisik disertai rasa gatal di kulit kepala dan belakang
telinga.
Kisaran 4 bulan yang lalu, timbul bercak merah di kulit kepala. Bercak
merah terasa gatal. Gatal hilang timbul dan sering muncul saat berkeringat atau
saat lembab. Bercak merah tidak nyeri. Pasien sering menggaruk kepala saat gatal
dan keluhan berkurang. Bercak merah terkadang menyebar ke daerah leher
ataupun dahi. Pasien mengaku beberapa kali pernah timbul bercak merah di
belakang telinga namun sembuh sendiri. Pasien menyangkal adanya demam.
Pasien tidak berobat.
UNIVERSITAS YARSI 1
Kisaran 2 bulan yang lalu, bercak merah di kulit kepala semakin banyak.
Bercak merah berukuran kepala jarum pentul hingga biji jagung. Bercak merah
terlihat berminyak. Tampak timbul sisik putih tipis di atas bercak merah. Pasien
menggaruk kepala dan mengakibatkan bercak merah menjadi lecet dan keropeng.
Pasien berusaha mengatasi keluhannya dengan minum obat CTM dan bedak tabur
salisil namun keluhan tidak berkurang.
Kisaran 2 pekan yang lalu, pasien mengeluh bercak merah yang pernah
ada menjadi putih ditutupi sisik yang lebih tebal. Rambut pasien yang berwarna
hitam mulai memutih semakin rapuh dan mudah rontok saat disisir atau saat
menggaruk bercak putih bersisik. Riwayat alergi pasien tidak memiliki riwayat
alergi makanan -, obat-obatan -, debu -, asma -, Urtikaria -. Pasien sering
menggunakan penutup kepala seperti kerudung yang kedap dan membuat kepala
menjadi lembab. Rambut pasien berwarna hitam yang mulai memutih.
UNIVERSITAS YARSI 2
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : 120/80 mmhg
Nadi : 80 x /menit
Pernapasan : 20 x /menit
Suhu : Afebris
Status Generalis
Kepala : Normosefalik, deformitas -, rambut memutih +.
Mata : Konjungtiva anemis -, sklera ikterik -.
UNIVERSITAS YARSI 3
Paru-Paru : Tidak dilakukan
Abdomen : Tidak dilakukan
Ekstremitas : Akral hangat, oedema -/-.
KGB : Tidak dilakukan
Genitalia : Tidak ada kelainan
UNIVERSITAS YARSI 4
2. Lokasi : Scalp pars occipital
Efloresensi : Skuama putih, halus, selapis.
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan
VI. RESUME
Ny. S, perempuan, 58 tahun, datang dengan keluhan timbul plak eritem
pada scalp. Pruritus +, Nyeri +. Beberapa kali pernah timbul plak eritem di
retroaurikuler namun sembuh sendiri. Febris -. Kisaran 2 bulan yang lalu, plak
eritem pada scalp semakin banyak berukuran kepala jarum pentul hingga biji
jagung. Tampak timbul skuama halus diatas plak eritem. Pasien berusaha
mengatasi keluhannya dengan minum obat CTM dan bedak tabur salisil namun
keluhan tidak berkurang. Kisaran 2 pekan yang lalu, plak eritem menjadi putih
ditutupi skuama.
UNIVERSITAS YARSI 5
Pada pemeriksaan fisik keadaan umum kesan sakit ringan, kesadaran
compos mentis. Tanda-tanda vital TD 120/80 mmHg, Respirasi 20x/menit, Nadi
80 x/Menit, suhu afebris. Status generalis dalam batas normal. Status
dermatologikus didapatkan plak eritematosa dengan batas tegas, sebagian ditutupi
skuama putih bersisik, halus, selapis pada retroaurikuler bilateral. Dan skuama
putih, halus, selapis pada scalp pars occipital.
X. PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa
UNIVERSITAS YARSI 6
2. Upayakan kebersihan kulit kepala seperti mencuci rambut setiap dua hari
sekali, mengelap jika berkeringat banyak agar kulit kepala kering sehingga
ketombe tidak muncul karena penyakit ini dapat menyebabkan infeksi
sekunder seperti blefaritis ataupun folikulitis
3. Menjelaskan cara penggunaan shampo/losio dan minum obat agar pasien
memakai obat secara teratur serta tidak menghentikan pengobatan tanpa seizin
dokter.
Medikamentosa
Oral :
Topikal :
XI. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Bonam
UNIVERSITAS YARSI 7
DERMATITIS SEBOROIK
PENDAHULUAN
Istilah dermatitis seboroik adalah (D.S) dipakai untuk segolongan kelainan
kulit yang didasari oleh faktor konstitusi dan bertempat predileksi di tempat-tempat
seboroik. Dermatitis seboroik adalah penyakit kulit kronis, dan sering kambuh.
Dermatitis seboroik termasuk dalam kelompok dermatosis eritroskuamosa dimana
merupakan penyakit kulit yang terutama ditandai dengan adanya eritema dan skuama.
Dermatitis seboroik sering dikacaukan dengan psoriasis yang juga termasuk dalam
kelompok dermatosis eritroskuamosa. Penyebabnya belum diketahui pasti, beberapa
teori menerangkan tentang etiopatogenesis.1,2
Kelainan kulit terdiri atas eritema dan skuama yang berminyak dan agak
kekuningan, batasnya agak kurang tegas. Faktor predisposisinya ialah kelainan
konstitusi berupa status seboroik (seborrhoeic state) yang rupanya diturunkan,
bagaimana caranya belum dipastikan. Prevalensi dermatitis seboroik lebih tinggi pada
Odha, gangguan neurologis dan penyakit kronis lainnya juga terkait dengan
timbulnya dermatitis seboroik.1,2 Dermatitis seboroik disebut juga eczema
flannellaire, hal ini berasal dari ide bahwa terdapat retensi pada permukaan kulit oleh
sumbatan dengan katun (flanel), wol, atau pakaian dalam sintetik.3
KEKERAPAN
Tidak ada data yang tepat mengenai insiden dan prevalensi, tetapi penyakit ini
diyakini lebih umum dari psoriasis, misalnya mempengaruhi setidaknya 2 sampai 5
persen dari populasi. Penyakit ini dapat menyerang bayi ataupun pada orang dewasa.
Dermatitis seboroik pada bayi terjadi pada umur bulan-bulan pertama, kemudian
jarang pada usia sebelum akil balik dan insidensnya mencapai puncaknya pada umur
18-40 tahun, kadang-kadang pada umur tua. Dermatitis seboroik lebih sering terjadi
pada pria dari pada wanita. Terjadinya dermatitis seboroik pada pasien AIDS
UNIVERSITAS YARSI 8
(Acquired Immunodeficiency Syndrome) mempunyai prevalensi yang tinggi sampai
85 %. Laporan pertama pada tahun 1984 dengan mengikuti observasi dari seluruh
dunia. Pasien dengan gangguan sistem saraf pusat seperti epilepsi dan penyakit
Parkinson juga tampak rentan terhadap pengembangan dermatitis seboroik.1, 4, 5
ETIOPATOGENESIS
A. Efek Mikroba
Ragi Malassezia (peningkatan jumlah ragi yang umum hidup pada kulit
manusia) Malassezia furfur atau bentuk ragi nya, Pityrosporum ovale mungkin
memainkan peran penyebab dalam dermatitis seboroik. Ragi ini ditemukan dalam
kelimpahan yang tinggi pada kulit normal dan lipofilik. Komposisi lipid pada kulit
pasien ditemukan berbeda dalam proporsi peningkatan kolesterol, trigliserida dan
parafin. Kelainan pada lipid permukaan dapat menyebabkan keratinisasi tidak efektif
dan / atau aktivitas lipase dari Pityrosporum ovale, yang dapat menghasilkan asam
lemak inflamasi. Penelitian juga menunjukkan bahwa Malassezia furfur atau
UNIVERSITAS YARSI 9
metabolismenya sebesar-produk dapat menyebabkan peradangan melalui respons
yang diperantarai sel imun yang melibatkan sel T, sel Langerhans dan kaskade
komplemen. 5, 6
UNIVERSITAS YARSI 10
luas dimana lesinya tidak hanya dikepala, tetapi juga di wajah, aksila, dada, paha dan
genitalia, gejala yang lebih berat, dan penatalaksanaannya yang sering kali sulit.
Dermatitis seboroik pada pasien immunocompromised (HIV / AIDS), menunjukkan
bahwa mereka tidak mampu menjaga jumlah Malassezia. Meskipun antijamur
mungkin 'jelas' membuat gejala membaik dengan kondisi penurunan jumlah mikroba,
rekolonisasi dan relaps terjadi setelah menghentikan pengobatan. Ini bisa dijelaskan
dengan masalah imunologi yang mendasari, menunjukkan bahwa yang
immunocompromised mungkin bertanggung jawab atas meningkatnya jumlah
Malassezia furfur. 1, 5, 7-9
GEJALA KLINIS
Kelainan kulit terdiri atas eritema dan skuama yang berminyak dan agak
kekuningan batasnya agak kurang tegas. Kelainan kulit dapat disertai rasa gatal
walaupun jarang. Dermatitis seboroik yang ringan hanya mengenai kulit kepala
berupa skuama-skuama yang halus, mulai sebagai bercak kecil yang kemudian
mengenai seluruh kulit kepala dengan skuama-skuama yang halus dan kasar.
Kelainan tersebut disebut pitiriasis sika (ketombe, dandruff). Bentuk yang
berminyak disebut pitiriasis steatoides yang dapat disertai eritema dan krusta-krusta
yang tebal. 1, 9
UNIVERSITAS YARSI 11
Gambar 1 : Pitiriasis sika (ketombe/dandruff)
Sumber : http://www.mayoclinic.com/health/medical/IM02630
UNIVERSITAS YARSI 12
Gambar 2 : Dermatitis Seboroik di kepala dan alis
Sumber : http://emedicine.medscape.com/article/1108312-clinical#a0217.
Dermatitis seboroik yang pada infantil terjadi pada tahun pertama kehidupan,
biasanya muncul usia 3-14 minggu, membaik secara spontan pada usia 8-12 bulan.
Kelainan kulit yang terjadi berupa skuama-skuama yang kekuningan dan kumpulan
debris-debris epitel yang lekat pada kulit skalp (Cradle cap). Lesi bisa terbatas di
skalp namun dapat meluas ke regio lain, antara lain : bagian tengah wajah (dahi, alis,
hidung, bagian belakang kepala), area retroauricular, dada, leher, daerah anogenital
dan lipatan badan.6, 9 Regio frontal dan parietal kulit kepala ditutupi dengan kulit yang
UNIVERSITAS YARSI 13
berminyak dan tebal, sering terdapat kerak-kerak yang pecah (crusta lactea or “milk
crust”), biasanya tanpa dasar yang merah. Kelainan kulit dapat disertai gatal ataupun
tidak, tetapi berlebihan menggaruk dapat menyebabkan peradangan, infeksi ringan
atau perdarahan. 5
UNIVERSITAS YARSI 14
Gambar 4 : Leiner’s Disease
Gambar 5 : Leiner’s Disease
Sumber :
http://vgrd.blogspot.com/2011/01/dermatitis- Sumber :
and-failure-to-thrive.html http://www.infodoctor.org/rss/rss/?cat=14446
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DIAGNOSIS
Diagnosis dermatitis seboroik dapat ditegakkan berdasarkan :
A. Kelainan kulit yang terdiri dari eritema dan skuama yang berminyak dan agak
kekuningan batasnya agak kurang tegas (skuama dapat halus atau kasar)1
B. Predileksi dermatitis seboroik terdapat pada bagian tubuh yang banyak terdapat
kelenjar sebasea (kelenjar minyak) yaitu daerah kepala (kulit kepala, telinga
bagian luar, saluran telinga, kulit di belakang telinga), wajah (alis mata, kelopak
UNIVERSITAS YARSI 15
mata, glabellla, lipatan nasolabial, dagu), badan bagian atas (daerah presternum,
daerah interskapula, areolla mammae, umbilikus, lipatan paha, daerah
anogenital).6
DIAGNOSIS BANDING
Gambaran klinis yang khas pada dermatitis seboroik ialah skuama yang
berminyak dan kekuningan dan berlokasi ditempat-tempat seboroik. 1
A. Psoriasis
Kelainan kulit pada psoriasis berupa eritema sirkumskrip dan merata dengan
skuama berlapis, kasar , berwarna putih seperti mika dan disertai dengan Auspitz
sedangkan pada dermatitis seboroik eritema dan skuama yang berminyak dan agak
kekuningan, batasnya agak kurang jelas. Skuama pada psoriasis jika dicoba dilepas
akan mungkin berdarah tetapi skuama pada dermatitis seboroik dengan sangat mudah
dilepas. Tempat predileksinya pun berbeda, predileksi psoriasis antara lain skalp,
perbatasan skalp dengan muka, ekstremitas bagian ekstensor terutama siku dan lutut,
dan daerah lumbosakral, sedangkan predileksi dermatitis seboroik di : skalp, dahi,
pipi, hidung. Tempat lain yang mungkin : liang telingan luar, lipatan nasolabial,
daerah sternum, areola mame, lipatan dibawah mame pada wanita, interskapular,
umbilicus, lipat paha, dan daerah anogenital. Psoriasis biasanya melibatkan kuku,
disamping menimbulkan kelainan pada kulit, psoriasis dapat pula menyebabkan
kelainan pada sendi walaupun jarang. Pada dermatitis seboroik rasa gatal akan
muncul jika sudah berat sedangkan pada psoriasis gatal sudah dirasakan dari awal
penyakit.1, 10, 12
UNIVERSITAS YARSI 16
Gambar 6 : psoriasis di kepala
Sumber : Darya-Varia LABORATORIA
B. Kandidosis Kutis
Dermatitis seboroik dapat menyerupai kandidosis kutis pada lipat paha, lipatan
payudara, dan umbilikus dengan gambaran bercak yang berbatas tegas, bersisik,
basah, dan eritematosa sedangkan pada dermatitis seboroik eritema dan skuama
berminyak dan agak kekuningan, batasnya agak kurang jelas. Pada kandidosis, Lesi
dikelilingi oleh satelit berupa vesikel - vesikel dan pustul – pustul yang kecil atau
bula yang bila pecah meningalkan daerah yang erosif dengan pinggir yang kasar dan
berkembang seperti lesi primer. Dermatitis seboroik dan kandidosis intertriginosa
juga dapat dibedakan pada tempat predileksinya. Predileksi dermatitis seboroik
terdapat pada bagian tubuh yang banyak terdapat kelenjar sebasea yaitu daerah
kepala, wajah dan badan bagian atas.6 Sedangkan predileksi kandidosis
intertriginosa selain pada lipat paha, lipatan payudara dan umbilikus, juga terdapat
ada lipatan kulit ketiak, intergluteal, antara jari tangan atau kaki, glands penis dan
umbilikus.Keluhan gatal yang lebih menonjol dapat mendukung diagnosis
kandidosis intertriginosa. 1
UNIVERSITAS YARSI 17
Gambar 7: kandisosis intergluteal
Sumber : http://www.klikdokter.com/userfiles/kandi2.jpg
PENATALAKSANAAN
UNIVERSITAS YARSI 18
seboroik. Pengobatan dapat diberikan secara topikal ataupun sistemik. Pengobatan
secara topikal digunakan dalam sebagian besar kasus Dermatitis Seboroik. 1, 10 -12
A. Pengobatan Sistemik
Data tentang efektivitas agen anti jamur sistemik untuk dermatitis seboroik
terbatas. Bila pada sediaan langsung terdapat pityrosporum ovale yang banyak dapat
diberikan ketokonazol, dosisnya 200 mg per hari selama 1 – 3 minggu. Selain itu
oral antijamur itrakonazol dengan dosis 200 mg per hari selama 1 minggu
tampaknya menjadi pilihan ketika dermatitis seboroik menyebar secara luas, tahan
terhadap preparat topikal, atau ketika mempengaruhi masalah psikologis yang dapat
mengubah gaya hidup pasien. Efek anti peradangan dan aktivitas antifungi terhadap
Malassezia menunjukkan bahwa itraconazole oral akan menjadi pengobatan lini
pertama pilihan oral untuk dermatitis seboroik di masa depan. Itrakonazol adalah
anti jamur yang lipofilik dan keratinofilik sistemik. Obat ini tidak memiliki potensi
yang sama untuk menyebabkan hepatotoksisitas sebagai ketokonazol dan mungkin,
karena itu, menjadi alternatif yang lebih aman untuk pasien yang memerlukan
UNIVERSITAS YARSI 19
pengobatan oral,walaupun begitu harus dipertimbangkan dengan cermat dalam
merencanakan pengobatan untuk kondisi kronis seperti dermatitis seboroik.1, 12, 14
B. Pengobatan Topikal
1. Anti-Inflamasi (imunomodulator)
2. Keratolitik
3. Antijamur Topikal
UNIVERSITAS YARSI 20
Penggunaan intermiten ketokonazol dapat mempertahankan remisi. Tidak ada efek
samping dalam penggunan antijamur topikal.1, 10, 12
4. Kortikosteroid Topikal
UNIVERSITAS YARSI 21
PROGNOSIS
KESIMPULAN
UNIVERSITAS YARSI 22
DAFTAR PUSTAKA
UNIVERSITAS YARSI 23
12. Naldi L, Rebora A. Seborrheic Dermatitis. N Engl J Med 2009;360;368;387-96
13. L, Wahab A, Khan SI, Shirin S. Safety of oral itraconazol in the traetment of
seborrheic dermatitis. Journal of Pakistan Association od Dermatologist
2011;21:102-105
14. Sheffield RC, Crawford P. What’s the best treatment for cradle cap. THE
JOURNAL OF FAMILY PRACTICE. March 2007 · Vol. 56, No. 3: 232 -
233.
15. Harms RW. Seborrheic Dermatitis. Available at
http://www.mayoclinic.com/health/seborrheic-dermatitis/DS00984. Accesed on
14th March 2018.
UNIVERSITAS YARSI 24