Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S

Umur : 58 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Kramat Raya, Jakarta Pusat

Agama : Islam

Pekerjaan : Purnawirawan

Status Perkawinan : Menikah

Tanggal Pemeriksaan : Rabu, 13 Maret 2018

II. ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamnesis, tanggal 14 Maret 2018.

Keluhan Utama :

Timbul bercak putih bersisik disertai rasa gatal di kulit kepala dan belakang
telinga.

Riwayat Perjalanan Penyakit :

Kisaran 4 bulan yang lalu, timbul bercak merah di kulit kepala. Bercak
merah terasa gatal. Gatal hilang timbul dan sering muncul saat berkeringat atau
saat lembab. Bercak merah tidak nyeri. Pasien sering menggaruk kepala saat gatal
dan keluhan berkurang. Bercak merah terkadang menyebar ke daerah leher
ataupun dahi. Pasien mengaku beberapa kali pernah timbul bercak merah di
belakang telinga namun sembuh sendiri. Pasien menyangkal adanya demam.
Pasien tidak berobat.

UNIVERSITAS YARSI 1
Kisaran 2 bulan yang lalu, bercak merah di kulit kepala semakin banyak.
Bercak merah berukuran kepala jarum pentul hingga biji jagung. Bercak merah
terlihat berminyak. Tampak timbul sisik putih tipis di atas bercak merah. Pasien
menggaruk kepala dan mengakibatkan bercak merah menjadi lecet dan keropeng.
Pasien berusaha mengatasi keluhannya dengan minum obat CTM dan bedak tabur
salisil namun keluhan tidak berkurang.

Kisaran 2 pekan yang lalu, pasien mengeluh bercak merah yang pernah
ada menjadi putih ditutupi sisik yang lebih tebal. Rambut pasien yang berwarna
hitam mulai memutih semakin rapuh dan mudah rontok saat disisir atau saat
menggaruk bercak putih bersisik. Riwayat alergi pasien tidak memiliki riwayat
alergi makanan -, obat-obatan -, debu -, asma -, Urtikaria -. Pasien sering
menggunakan penutup kepala seperti kerudung yang kedap dan membuat kepala
menjadi lembab. Rambut pasien berwarna hitam yang mulai memutih.

Pasien keramas 3 hari sekali, pasien keramas menggunakan sampo anti


ketombe, sehari- hari pasien di rumah melakukan pekerjaan rumah tangga seperti
masak, mencuci pakaian, dan membersihkan rumah. Sehari-hari pasien makan
2x/hari dengan nasi dan lauk pauk seperti telur ayam dan sayur bening.

Kesan: Higien buruk dan gizi baik.

Riwayat Penyakit Dahulu :

 Riwayat timbul bercak merah gatal di kepala sebelumnya disangkal.


 Riwayat timbul bercak putih bersisik di kepala sebelumnya disangkal.
 Riwayat berkeringat banyak hingga kulit tampak sangat berminyak diakui.
 Riwayat pernah timbul bercak merah di wajah, telinga, atas punggung diakui
pernah (di belakang telinga)
 Riwayat Hipertensi -, Diabetes Mellitus -, Penyakit Jantung -, TB -, Hepatitis -

UNIVERSITAS YARSI 2
Riwayat Penyakit Keluarga :

 Riwayat timbul bercak merah gatal di kepala pada keluarga disangkal.


 Riwayat timbul rontok rambut hingga botak pada keluarga disangkal.

III. PEMERIKSAAN FISIK


 Keadaan Umum
Kesan sakit : Ringan – sedang

Kesadaran : Compos mentis. Dispnea -, stridor -, retraksi-

Status Gizi : BB/TB = 45kg/151cm = 19,56 kg/m2 = status gizi baik

 Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : 120/80 mmhg
Nadi : 80 x /menit
Pernapasan : 20 x /menit
Suhu : Afebris

 Status Generalis
Kepala : Normosefalik, deformitas -, rambut memutih +.
Mata : Konjungtiva anemis -, sklera ikterik -.

Hidung : Tidak dilakukan


Telinga : Tidak dilakukan
Mulut : Tidak dilakukan
Tenggorokan : Tidak dilakukan
Leher : Tidak ada pembesaran KGB di regio colli dan
supraklavikula pada inspeksi dan palpasi
Dada : Tidak dilakukan
Jantung : Tidak dilakukan

UNIVERSITAS YARSI 3
Paru-Paru : Tidak dilakukan
Abdomen : Tidak dilakukan
Ekstremitas : Akral hangat, oedema -/-.
KGB : Tidak dilakukan
Genitalia : Tidak ada kelainan

IV. STATUS DERMATOLOGIKUS


1. Lokasi : Retroaurikular bilateral
Efloresensi : Bercak eritematosa dengan batas tegas, sebagian ditutupi skuama
putih bersisik, halus, selapis.

Gambar 1. Bercak eritem dengan Gambar 2. Bercak eritem dengan


skuama halus di retroaurikuler sinistra skuama halus di retroaurikuler dekstra

UNIVERSITAS YARSI 4
2. Lokasi : Scalp pars occipital
Efloresensi : Skuama putih, halus, selapis.

Gambar 3. Dandruff di Scalp Pars occipital

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan

VI. RESUME
Ny. S, perempuan, 58 tahun, datang dengan keluhan timbul plak eritem
pada scalp. Pruritus +, Nyeri +. Beberapa kali pernah timbul plak eritem di
retroaurikuler namun sembuh sendiri. Febris -. Kisaran 2 bulan yang lalu, plak
eritem pada scalp semakin banyak berukuran kepala jarum pentul hingga biji
jagung. Tampak timbul skuama halus diatas plak eritem. Pasien berusaha
mengatasi keluhannya dengan minum obat CTM dan bedak tabur salisil namun
keluhan tidak berkurang. Kisaran 2 pekan yang lalu, plak eritem menjadi putih
ditutupi skuama.

UNIVERSITAS YARSI 5
Pada pemeriksaan fisik keadaan umum kesan sakit ringan, kesadaran
compos mentis. Tanda-tanda vital TD 120/80 mmHg, Respirasi 20x/menit, Nadi
80 x/Menit, suhu afebris. Status generalis dalam batas normal. Status
dermatologikus didapatkan plak eritematosa dengan batas tegas, sebagian ditutupi
skuama putih bersisik, halus, selapis pada retroaurikuler bilateral. Dan skuama
putih, halus, selapis pada scalp pars occipital.

VII. ANJURAN PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan skraping kulit dengan KOH

VIII. DIAGNOSIS KERJA


Dermatitis Seboroik

IX. DIAGNOSIS BANDING


 Dermatitis seboroik
 Psoriasis
 Dermatitis atopik

X. PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa

1. Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit ini merupakan penyakit yang


berhubungan dengan peningkatan produksi sebum. Penyakit ini dapat timbul
karena multifaktor seperti stres, nutrisi, kelainan neurologis, kelembaban,
faktor fisik, dan genetik. Semua faktor itu adalah faktor yang dapat
mencetuskan timbulnya dermatitis seboroik.

UNIVERSITAS YARSI 6
2. Upayakan kebersihan kulit kepala seperti mencuci rambut setiap dua hari
sekali, mengelap jika berkeringat banyak agar kulit kepala kering sehingga
ketombe tidak muncul karena penyakit ini dapat menyebabkan infeksi
sekunder seperti blefaritis ataupun folikulitis
3. Menjelaskan cara penggunaan shampo/losio dan minum obat agar pasien
memakai obat secara teratur serta tidak menghentikan pengobatan tanpa seizin
dokter.

Medikamentosa

Oral :

Anti histamin generasi kedua : Loratadin 1 x 10 mg

Topikal :

 Menggunakan sampo rambut yang mengandung anti fungi : ketokonazol 2%


3x/1 minggu. (digunakan sebelum keramas, diamkan 5-10 menit sebelum
akhirnya dibilas dan keramas seperti biasa)
 Anti fungi : Mikonazol cream 2% 2x1
 Kortikosteroid Topikal : Betametason valerat cream 0.1% 2x1

XI. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Bonam

Quo ad functionam : Bonam

Quo ad sanactionam: Dubia Ad Bonam

UNIVERSITAS YARSI 7
DERMATITIS SEBOROIK

PENDAHULUAN
Istilah dermatitis seboroik adalah (D.S) dipakai untuk segolongan kelainan
kulit yang didasari oleh faktor konstitusi dan bertempat predileksi di tempat-tempat
seboroik. Dermatitis seboroik adalah penyakit kulit kronis, dan sering kambuh.
Dermatitis seboroik termasuk dalam kelompok dermatosis eritroskuamosa dimana
merupakan penyakit kulit yang terutama ditandai dengan adanya eritema dan skuama.
Dermatitis seboroik sering dikacaukan dengan psoriasis yang juga termasuk dalam
kelompok dermatosis eritroskuamosa. Penyebabnya belum diketahui pasti, beberapa
teori menerangkan tentang etiopatogenesis.1,2
Kelainan kulit terdiri atas eritema dan skuama yang berminyak dan agak
kekuningan, batasnya agak kurang tegas. Faktor predisposisinya ialah kelainan
konstitusi berupa status seboroik (seborrhoeic state) yang rupanya diturunkan,
bagaimana caranya belum dipastikan. Prevalensi dermatitis seboroik lebih tinggi pada
Odha, gangguan neurologis dan penyakit kronis lainnya juga terkait dengan
timbulnya dermatitis seboroik.1,2 Dermatitis seboroik disebut juga eczema
flannellaire, hal ini berasal dari ide bahwa terdapat retensi pada permukaan kulit oleh
sumbatan dengan katun (flanel), wol, atau pakaian dalam sintetik.3

KEKERAPAN

Tidak ada data yang tepat mengenai insiden dan prevalensi, tetapi penyakit ini
diyakini lebih umum dari psoriasis, misalnya mempengaruhi setidaknya 2 sampai 5
persen dari populasi. Penyakit ini dapat menyerang bayi ataupun pada orang dewasa.
Dermatitis seboroik pada bayi terjadi pada umur bulan-bulan pertama, kemudian
jarang pada usia sebelum akil balik dan insidensnya mencapai puncaknya pada umur
18-40 tahun, kadang-kadang pada umur tua. Dermatitis seboroik lebih sering terjadi
pada pria dari pada wanita. Terjadinya dermatitis seboroik pada pasien AIDS

UNIVERSITAS YARSI 8
(Acquired Immunodeficiency Syndrome) mempunyai prevalensi yang tinggi sampai
85 %. Laporan pertama pada tahun 1984 dengan mengikuti observasi dari seluruh
dunia. Pasien dengan gangguan sistem saraf pusat seperti epilepsi dan penyakit
Parkinson juga tampak rentan terhadap pengembangan dermatitis seboroik.1, 4, 5

ETIOPATOGENESIS

Penyebabnya belum diketahui pasti. Faktor predisposisinya ialah kelainan


konstitusi berupa status seboroik (seborrhoeic state) yang rupanya diturunkan,
bagaimana caranya belum dipastikan.1 Penyakit ini berhubungan dengan kulit yang
tampak berminyak (seborrhea). Dermatitis seboroik berhubungan erat dengan
keaktivan glandula sebasea. Glandula tersebut aktif pada bayi yang baru lahir,
kemudian menjadi tidak aktif selama 9-12 tahun akibat stimulasi hormon androgen
dari ibu berhenti. Kematangan kelenjar sebasea rupanya merupakan faktor timbulnya
dermatitis seboroik.Walaupun peningkatan produksi sebum tidak selalu ditemukan
pada pasien dengan dermatitis seboroik. Seborrhea adalah faktor predisposisi untuk
dermatitis seboroik, tetapi dermatitis seboroik bukan merupakan penyakit dari
glandula sebasea. Pada masa kecil, produksi sebum dan dermatitis seboroik memang
berhubungan tetapi pada masa dewasa tidak.1, 4

A. Efek Mikroba
Ragi Malassezia (peningkatan jumlah ragi yang umum hidup pada kulit
manusia) Malassezia furfur atau bentuk ragi nya, Pityrosporum ovale mungkin
memainkan peran penyebab dalam dermatitis seboroik. Ragi ini ditemukan dalam
kelimpahan yang tinggi pada kulit normal dan lipofilik. Komposisi lipid pada kulit
pasien ditemukan berbeda dalam proporsi peningkatan kolesterol, trigliserida dan
parafin. Kelainan pada lipid permukaan dapat menyebabkan keratinisasi tidak efektif
dan / atau aktivitas lipase dari Pityrosporum ovale, yang dapat menghasilkan asam
lemak inflamasi. Penelitian juga menunjukkan bahwa Malassezia furfur atau

UNIVERSITAS YARSI 9
metabolismenya sebesar-produk dapat menyebabkan peradangan melalui respons
yang diperantarai sel imun yang melibatkan sel T, sel Langerhans dan kaskade
komplemen. 5, 6

Banyak percobaan telah dilakukan untuk menghubungkan penyakit ini dengan


infeksi oleh bakteri atau pityrosporum ovale yang merupakan flora normal kulit
manusia. Pertumbuhan P. Ovale yang berlebihan dapat mengakibatkan reaksi
inflamasi, baik akibat produk metabolitnya yang masuk ke dalam epidermis, maupun
karena sel jamur itu sendiri, melalui aktivasi sel limfosit T dan sel Langerhans. Status
seboroik sering berasosiasi dengan meningginya suseptibilitas terhadap infeksi
piogenik, tetapi tidak terbukti bahwa mikroorganisme inilah yang menyebabkan
dermatitis seboroik. 1, 7

Dermatitis seboroik dapat diakibatkan oleh proliferasi epidermis yang


meningkat seperti pada psoriasis. Hal ini dapat menerangkan mengapa terapi dengan
sitostatik dapat memperbaikinya.1 Riwayat eksim dalam keluarga mungkin
mempengaruhi seseorang untuk terkena dermatitis seboroik.5 Dermatitis seboroik
sering terkait dengan variasi kelainan neurologi, contohnya postensefalitis parkinson,
trauma supraorbital, kelumpuhan wajah, trauma unilateral gangglion Gasser,
poliomielitis, siringomelia, qudriplegia. Stress emotional tampaknya memperburuk
penyakit ini. Hal ini menunjukkan bahwa sistem saraf mungkin terlibat, meskipun
tidak ada bukti kuat belum untuk mendukung teori ini.4, 5, 7, 8.
Variasi musim dan
temperatur kelembapan juga terkait dengan penyakit ini. Musim dingin dan
kelembapan yang rendah akan memperburuk kondisi. Aktivitas meningkat pada
musim dingin dan awal musim semi, dengan remisi sering terjadi di musim panas. 4,8

B. Imunodefisiensi dan Dermatitis Seboroik


Bentuk dermatitis seboroik pada AIDS tentunya berbeda dengan bentuk
dermatitis yang klasik, dimana dermatitis seboroik pada AIDS distribusinya lebih

UNIVERSITAS YARSI 10
luas dimana lesinya tidak hanya dikepala, tetapi juga di wajah, aksila, dada, paha dan
genitalia, gejala yang lebih berat, dan penatalaksanaannya yang sering kali sulit.
Dermatitis seboroik pada pasien immunocompromised (HIV / AIDS), menunjukkan
bahwa mereka tidak mampu menjaga jumlah Malassezia. Meskipun antijamur
mungkin 'jelas' membuat gejala membaik dengan kondisi penurunan jumlah mikroba,
rekolonisasi dan relaps terjadi setelah menghentikan pengobatan. Ini bisa dijelaskan
dengan masalah imunologi yang mendasari, menunjukkan bahwa yang
immunocompromised mungkin bertanggung jawab atas meningkatnya jumlah
Malassezia furfur. 1, 5, 7-9

Faktor – faktor predisposisi munculnya dermatitis seboroik :


A. Kelelahan
B. Stress emosional
C. Infeksi
D. Defisiensi imun1

GEJALA KLINIS

Kelainan kulit terdiri atas eritema dan skuama yang berminyak dan agak
kekuningan batasnya agak kurang tegas. Kelainan kulit dapat disertai rasa gatal
walaupun jarang. Dermatitis seboroik yang ringan hanya mengenai kulit kepala
berupa skuama-skuama yang halus, mulai sebagai bercak kecil yang kemudian
mengenai seluruh kulit kepala dengan skuama-skuama yang halus dan kasar.
Kelainan tersebut disebut pitiriasis sika (ketombe, dandruff). Bentuk yang
berminyak disebut pitiriasis steatoides yang dapat disertai eritema dan krusta-krusta
yang tebal. 1, 9

UNIVERSITAS YARSI 11
Gambar 1 : Pitiriasis sika (ketombe/dandruff)

Sumber : http://www.mayoclinic.com/health/medical/IM02630

Tidak jelas apakah dermatitis seboroik menyebabkan rambut rontok


permanen, meskipun peradangan melibatkan folikel rambut. Rambut pada tempat
tersebut mempunyai kecenderungan rontok walaupun jarang ditemui, mulai dibagian
vertex dan frontal. Rambut rontok dapat disebabkan banyak faktor individu dan.
Digabungkan, termasuk produksi minyak berlebih dari ketidakseimbangan hormon,
stres, cuaca panas atau dingin yang ekstrim, daerah yang lembab, imunodefisiensi,
penyakit Parkinson, kondisi neurologis tertentu dan kebersihan kulit kepala.
Pertumbuhan rambut akan kembali seperti semula setelah diberikan terapi yang
efektif.1, 9, 11
Pada daerah pipi, hidung, dan dahi kelainan dapat berupa papul-papul. Bentuk
yang berat ditandai dengan adanya bercak-bercak yang berskuama dan berminyak
disertai eksudasi dan krusta tebal. Sering meluas ke dahi, glabela, telinga
retroaurikular dan leher. Pada daerah dahi tersebut, batasnya sering cembung. Pada
bentuk yang lebih berat lagi, seluruh kepala tertutup oleh krusta-krusta yang kotor
dan berbau tidak sedap.1 Pada daerah supraorbital, skuama-skuama halus dapat
terlihat di alis mata, kulit dibawahnya eritematosa dan gatal, disertai bercak-bercak
skuama kekuningan, dapat terjadi pula blefaritis, yakni pinggir kelopak mata merah
disertai skuama-skuama halus.1, 2

UNIVERSITAS YARSI 12
Gambar 2 : Dermatitis Seboroik di kepala dan alis

Sumber : http://emedicine.medscape.com/article/1108312-clinical#a0217.

Beberapa pasien muncul dengan mempunyai dua penyakit sekaligus yaitu


dermatitis seboroik dan psoriasis. Mereka menunjukan lesi klasik dari psoriasis dan
sekaligus lesi dermatitis seboroik, ini telah disebut sebagai “seborrhiasis” atau
“sebopsoriasis”. 9
Penyakit ini kronis dan akan berlangsung sampai nantinya akan
mereda selama beberapa waktu kemudian kambuh. 5

Predileksi dermatitis seboroik terdapat pada bagian tubuh yang banyak


terdapat kelenjar sebasea (kelenjar minyak) yaitu daerah kepala (kulit kepala, telinga
bagian luar, saluran telinga, kulit di belakang telinga), wajah (alis mata, kelopak
mata, glabellla, lipatan nasolabial, dagu), dan badan bagian atas (daerah presternum,
daerah interskapula, areolla mammae, umbilikus, lipatan paha, daerah anogenital) .6

Dermatitis seboroik yang pada infantil terjadi pada tahun pertama kehidupan,
biasanya muncul usia 3-14 minggu, membaik secara spontan pada usia 8-12 bulan.
Kelainan kulit yang terjadi berupa skuama-skuama yang kekuningan dan kumpulan
debris-debris epitel yang lekat pada kulit skalp (Cradle cap). Lesi bisa terbatas di
skalp namun dapat meluas ke regio lain, antara lain : bagian tengah wajah (dahi, alis,
hidung, bagian belakang kepala), area retroauricular, dada, leher, daerah anogenital
dan lipatan badan.6, 9 Regio frontal dan parietal kulit kepala ditutupi dengan kulit yang

UNIVERSITAS YARSI 13
berminyak dan tebal, sering terdapat kerak-kerak yang pecah (crusta lactea or “milk
crust”), biasanya tanpa dasar yang merah. Kelainan kulit dapat disertai gatal ataupun
tidak, tetapi berlebihan menggaruk dapat menyebabkan peradangan, infeksi ringan
atau perdarahan. 5

Gambar 3 : cradle - cap


Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Cradle_cap

Leiner’s Disease atau disebut juga erythroderma desquamativum merupakan


kelainan kulit dengan gangguan sistem imun yang terjadi pada bayi baru lahir dan
ditandai oleh dermatitis seboroik generalisata, diare berulang, infeksi lokal pada kulit,
anemia dan kegagalan untuk berkembang, sehingga bayi dengan gejala-gejala ini
harus dievaluasi. Erythroderma desquamativum (Leiner’s Disease) merupakan
komplikasi dermatitis seboroik pada bayi (dermatitis seborrhoides infantum).
Kelainan kulit pada Leiner’s Disease berupa eritema universal disertai skuama yang
kasar pada daerah kulit kepala, wajah. Sangat cepat menyebar ke bagian lain dari
tubuh3, 4,10-11

UNIVERSITAS YARSI 14
Gambar 4 : Leiner’s Disease
Gambar 5 : Leiner’s Disease
Sumber :
http://vgrd.blogspot.com/2011/01/dermatitis- Sumber :
and-failure-to-thrive.html http://www.infodoctor.org/rss/rss/?cat=14446

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Untuk menegakan diagnosis dermatitis seboroik dapat dilakukan pemeriksaan


patologi anatomi. Gambaran histopatologi pada dermatitis seboroik bervariasi sesuai
dengan tahap penyakit. Pada dermatitis seboroik akut dan subakut terdapat infiltrat
ringan perivaskular superfisial , terdiri dari sel limfohistiosit kadang-kadang disertai
neutrofil; edema ringan pada papila dermis; adanya fokus spongiosis pada
infundibulum dan epidermis; serta mound parakeratosis dengan globus kecil plasma
pada bibir muara dan diantara muara infundibulum.3 Gambaran histopatologis
dermatitis seboroik pada AIDS berbeda dengan dermatitis seboroik biasa, keratinosit
yang nekrosis, kerusakan setempat dari dermoepidermal oleh kelompok sel limfoid
dan jarang ditemukan spongiosis. Pada dermis tampak banyak pembuluh darah
dengan dinding yang menebal, banyak ditemukan sel plasma.10

DIAGNOSIS
Diagnosis dermatitis seboroik dapat ditegakkan berdasarkan :

A. Kelainan kulit yang terdiri dari eritema dan skuama yang berminyak dan agak
kekuningan batasnya agak kurang tegas (skuama dapat halus atau kasar)1

B. Predileksi dermatitis seboroik terdapat pada bagian tubuh yang banyak terdapat
kelenjar sebasea (kelenjar minyak) yaitu daerah kepala (kulit kepala, telinga
bagian luar, saluran telinga, kulit di belakang telinga), wajah (alis mata, kelopak

UNIVERSITAS YARSI 15
mata, glabellla, lipatan nasolabial, dagu), badan bagian atas (daerah presternum,
daerah interskapula, areolla mammae, umbilikus, lipatan paha, daerah
anogenital).6

DIAGNOSIS BANDING

Gambaran klinis yang khas pada dermatitis seboroik ialah skuama yang
berminyak dan kekuningan dan berlokasi ditempat-tempat seboroik. 1
A. Psoriasis
Kelainan kulit pada psoriasis berupa eritema sirkumskrip dan merata dengan
skuama berlapis, kasar , berwarna putih seperti mika dan disertai dengan Auspitz
sedangkan pada dermatitis seboroik eritema dan skuama yang berminyak dan agak
kekuningan, batasnya agak kurang jelas. Skuama pada psoriasis jika dicoba dilepas
akan mungkin berdarah tetapi skuama pada dermatitis seboroik dengan sangat mudah
dilepas. Tempat predileksinya pun berbeda, predileksi psoriasis antara lain skalp,
perbatasan skalp dengan muka, ekstremitas bagian ekstensor terutama siku dan lutut,
dan daerah lumbosakral, sedangkan predileksi dermatitis seboroik di : skalp, dahi,
pipi, hidung. Tempat lain yang mungkin : liang telingan luar, lipatan nasolabial,
daerah sternum, areola mame, lipatan dibawah mame pada wanita, interskapular,
umbilicus, lipat paha, dan daerah anogenital. Psoriasis biasanya melibatkan kuku,
disamping menimbulkan kelainan pada kulit, psoriasis dapat pula menyebabkan
kelainan pada sendi walaupun jarang. Pada dermatitis seboroik rasa gatal akan
muncul jika sudah berat sedangkan pada psoriasis gatal sudah dirasakan dari awal
penyakit.1, 10, 12

UNIVERSITAS YARSI 16
Gambar 6 : psoriasis di kepala
Sumber : Darya-Varia LABORATORIA

B. Kandidosis Kutis
Dermatitis seboroik dapat menyerupai kandidosis kutis pada lipat paha, lipatan
payudara, dan umbilikus dengan gambaran bercak yang berbatas tegas, bersisik,
basah, dan eritematosa sedangkan pada dermatitis seboroik eritema dan skuama
berminyak dan agak kekuningan, batasnya agak kurang jelas. Pada kandidosis, Lesi
dikelilingi oleh satelit berupa vesikel - vesikel dan pustul – pustul yang kecil atau
bula yang bila pecah meningalkan daerah yang erosif dengan pinggir yang kasar dan
berkembang seperti lesi primer. Dermatitis seboroik dan kandidosis intertriginosa
juga dapat dibedakan pada tempat predileksinya. Predileksi dermatitis seboroik
terdapat pada bagian tubuh yang banyak terdapat kelenjar sebasea yaitu daerah
kepala, wajah dan badan bagian atas.6 Sedangkan predileksi kandidosis
intertriginosa selain pada lipat paha, lipatan payudara dan umbilikus, juga terdapat
ada lipatan kulit ketiak, intergluteal, antara jari tangan atau kaki, glands penis dan
umbilikus.Keluhan gatal yang lebih menonjol dapat mendukung diagnosis
kandidosis intertriginosa. 1

UNIVERSITAS YARSI 17
Gambar 7: kandisosis intergluteal
Sumber : http://www.klikdokter.com/userfiles/kandi2.jpg

Gambar 8: kandiosis di lipatan payudara


Sumber : http://3.bp.blogspot.com/-
yud1mH2IexA/T3WZs62e3QI/AAAAAAAAADE/WLUPYEfpQng/s1600/blog+5.jpg

PENATALAKSANAAN

Kasus-kasus yang telah mempunyai faktor konstitusi agak sukar


disembuhkan, meskipun penyakitnya dapat terkontrol. Faktor predisposisi hendaknya
diperhatikan, misalnya stess emosional dan kurang tidur. Mengenai diet, dianjurkan
miskin lemak, kurangi konsumsi gula, dan banyak mengkonsumsi sayuran.
Kebersihan kulit kepala yang tepat merupakan hal utama dalam mengobati dermatitis

UNIVERSITAS YARSI 18
seboroik. Pengobatan dapat diberikan secara topikal ataupun sistemik. Pengobatan
secara topikal digunakan dalam sebagian besar kasus Dermatitis Seboroik. 1, 10 -12

A. Pengobatan Sistemik

Kortikosteorid digunakan pada bentuk yang berat, dosis prednison 20-30 mg


sehari. Jika telah ada perbaikan, dosis diturunkan perlahan-lahan. Kalau disertai
infeksi sekunder diberi anti biotik.1 Isotretinoin dapat digunakan pada kasus
rekalsitran. Efeknya mengurangi aktivitas kelenjar sebasea. Ukuran kelenjar
tersebut dapat dikurangi sampai 90%, akibatnya terjadi pengurangan produksi
sebum. Dosisnya 0,1-0,3 mg per kg berat badan per hari, perbaikan tampak setelah
empat minggu. Sesudah itu diberikan dosis pemeliharaan 5-10 mg per hari selama
beberapa tahun yang ternyata efektif untuk mengontrol penyakitnya.1Pada
dermatitis seboroik yang parah juga dapat diobati dengan narrow band UVB (TL-1)
yang cukup aman dan efektif. Setelah pemberian terapi 3 x seminggu selama 8
minggu, sebagian besar penderita mengalami perbaikan.1

Data tentang efektivitas agen anti jamur sistemik untuk dermatitis seboroik
terbatas. Bila pada sediaan langsung terdapat pityrosporum ovale yang banyak dapat
diberikan ketokonazol, dosisnya 200 mg per hari selama 1 – 3 minggu. Selain itu
oral antijamur itrakonazol dengan dosis 200 mg per hari selama 1 minggu
tampaknya menjadi pilihan ketika dermatitis seboroik menyebar secara luas, tahan
terhadap preparat topikal, atau ketika mempengaruhi masalah psikologis yang dapat
mengubah gaya hidup pasien. Efek anti peradangan dan aktivitas antifungi terhadap
Malassezia menunjukkan bahwa itraconazole oral akan menjadi pengobatan lini
pertama pilihan oral untuk dermatitis seboroik di masa depan. Itrakonazol adalah
anti jamur yang lipofilik dan keratinofilik sistemik. Obat ini tidak memiliki potensi
yang sama untuk menyebabkan hepatotoksisitas sebagai ketokonazol dan mungkin,
karena itu, menjadi alternatif yang lebih aman untuk pasien yang memerlukan

UNIVERSITAS YARSI 19
pengobatan oral,walaupun begitu harus dipertimbangkan dengan cermat dalam
merencanakan pengobatan untuk kondisi kronis seperti dermatitis seboroik.1, 12, 14

B. Pengobatan Topikal
1. Anti-Inflamasi (imunomodulator)

Tacrolimus dan pimecrolimus termasuk imunomodulator topikal


nonkortikosteroid. Cara kerjanya mempengaruhi sistem kekebalan tubuh. Inhibitor
kalsineurin topikal ini mengerahkan efek anti-inflamasi oleh limfosit T menghambat
aktivasi dan proliferasi, juga menunjukkan sifat anti-jamur dan anti-inflamasi tanpa
resiko atrofi kutaneus yang berhubungan dengan topikal steroids. Dan mungkin
menjadi alternatif yang tepat untuk untuk dermatitis seboroik dengan kortikosteroid
karena tidak memiliki efek samping jangka panjang. 5, 10

2. Keratolitik

Terapi lain untuk dermatitis seboroik dengan menggunakan keratolitik.


Keratolitik yang secara luas dipakai untuk dermatitis seboroik adalah tar, asam
salisilat dan shampo zinc pyrithion. Zinc pyrithion memiliki sifat keratolitik non
spesific dan antijamur dan dapat diterapkan dua atau tiga kali per minggu. Pasien
harus meninggalkan ini sampo pada rambut selama paling sedikit lima menit untuk
memastikan bahwa shampo mencapai kulit kepala. Pasien juga dapat
menggunakannya di tempat lain yang terkena dampak, misalnya wajah. 10

3. Antijamur Topikal

Antijamur topikal merupakan andalan pengobatan dermatitis seboroik.


Dipelajari dengan baik agen termasuk ketokonazol, bifonazole, dan
ciclopiroxolamine (juga disebut ciclopirox), yang tersedia dalam formulasi yang
berbeda seperti krim, gel, busa, dan shampoo. Krim ketokonazol 2% dapat
diaplikasikan, bila pada sediaan langsung terdapat banyak pityrosporum ovale.

UNIVERSITAS YARSI 20
Penggunaan intermiten ketokonazol dapat mempertahankan remisi. Tidak ada efek
samping dalam penggunan antijamur topikal.1, 10, 12

4. Kortikosteroid Topikal

Kortikosteroid topikal bermanfaat dalam pengobatan jangka pendek terutama


untuk mengontrol eritema dan gatal, misalnya krim hidrokortison 2 1/2 %. Pada
kasus inflamasi yang berat dapat dipakai kortikosteroid yang lebih kuat, misalnya
betametason valerat, asalkan jangan dipakai terlalu lama karena dapat terjadi atrofi
kulit dan hipertrikosis dalam penggunaan kortikosteroid jangka panjang. 1, 12

5. Preparat Selenium Sulfida


Pada pitiriasis sika dan oleosa ,gunakan seminggu 2 – 3 kali pada kulit kepala
dikeramasi selama 5 – 15 menit, misalnya dengan selenium sulfide (selsun). 1, 12
Obat topikal lain yang dapat dipakai :

- Ter, misalnya likuor karbonas detergens 2 – 5 % atau krim pragmatar


- Resorsin 1 – 3 %
- Sulfur Praesipitatum 4 – 20 %, dapat digabung dengan asam salisilat 3 – 6
% Obat-obat tersebut sebaiknya dipakai dalam krim.1
Skuama yang melekat pada bayi dapat diberikan minyak mineral hangat,
dibiarkan 8-12 jam, kemudian skuama dilepas dengan sikat halus, lalu dilanjutkan
dengan sampo yang tepat. Sampo ketokonazol merupakan pengobatan yang aman
dan berkhasiat untuk bayi dengan cradle cap. Menggunakan sampo ringan dan
lembut memijat kulit kepala akan membantu menghilangkan skuama. Dermatitis
Seboroik yang sudah melampaui kulit kepala, obat topikal seperti krim antijamur
atau kortikosteroid ringan diperlukan, contohnya hidrokortison 1%. Untuk kasus
yang parah pemberian kortikosteroid topikal perlu dibatasi karena mungkin terjadi
penyerapan sistemik. 6, 9 13

UNIVERSITAS YARSI 21
PROGNOSIS

Seperti telah dijelaskan pada sebagian kasus yang mempunyai faktor


konstitusi penyakit ini agak sukar disembuhkan, meskipun terkontrol.1 Prognosis
Eritroderma Desquamativum (Penyakit Leiner) pada bayi tidak terlalu baik kecuali
perawatan intensif yang tepat dan perawatan kulit disediakan. Telah dilaporkan pada
beberapa pasien cacat dalam fungsi leukosit (kemotaksis) dan C5 inhibitor. 4, 1

KESIMPULAN

Dermatitis seboroik termasuk penyakit yang sering ditemui, dan biasanya


sangat mudah dikenali. Biasanya pasien datang dengan keluhan ketombe di kulit
kepalanya. Dermatitis seboroik tidak mempengaruhi kesehatan secara keseluruhan,
namun terkadang memberikan rasa tidak nyaman. Dermatitis seboroik ini tidak
menular, dan bukan tanda kebersihan yang rendah. Dermatitis seboroik biasanya
memerlukan pengobatan selama bertahun-tahun, karena tidak ada pengobatan yang
dapat benar-benar menyembuhkan penyakit tersebut. Hal ini penting dalam
mengedukasi pasien dimana pengobatan yang diberikan tidak memberikan hasil
dengan penyembuhan yang total, namun dapat dikontrol.1, 12, 15

UNIVERSITAS YARSI 22
DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda A, Hamzah M. Dermatitis Seboroik. In: Djuanda A, editor. Ilmu


Penyakit Kulit dan Kelamin. 5th ed. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia Jakarta; 2007.200-203
2. Gibson EL, Perry HO. Eczematous Rashes. In: Dermatology. Moschella SL,
Hurley HJ, Eds, 3rd Ed. Harcourt Brace Jovanovich, Inc, New York. p : 214
3. Plewig G. Seborrheic Dermatitis. In : Dermatology In General Medicine.
Fitzpatrick TB, Eisen AZ, Wolff K, Freedberg IM, Austen KF, Eds. 4th Ed.
McGraw Hill, Inc, New York. p. 1596-73
4. No name. Seborrheic Dermatitis (SD). Available at
http://www.clinuvel.com/en/skin-science/skin-conditions/common-skin-
conditions/seborrheic-dermatitis-sd. Accesed on 19 may 2012.
5. Gupta AK, Nicol KA. Seborrheic dermatitis of the scalp : etiology and treatment.
Journal of Drugs in Dermatology. 2004.
6. Selden T. Seborrheic Dermatitis Clinical presentation. Available at :
http://emedicine.medscape.com/article/1108312-overview#a0101. Accesed on
15 may 2012.

7. Orkin M, Maibach HI, Dahl VD. Dermatologic manifestations of AIDS.


In:Dermatology. 1st Ed. Prentice-Hall International Inc. p. 144-145
8. Bag/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK Unair / RSU Dr. Soetomo
Surabaya. Dermatitis Seboroik. Atlas Penyakit kulit & kelamin. 4th Ed. Surabaya
: Penerbit Airlangga University Press; 2008. P. 113-115
9. No name. Seborrheic Dermatitis. Available at
http://en.wikipedia.org/wiki/Seborrhoeic_dermatitis. Accesed on 19 may 2012.
10. Schwartz RA, Janusz CA, Janniger CK. Seborrheic dermatitis : An Overview.
Am Fam Physician. 2006 Jul 1;74 (1): 125-132
11. Ngan V. Leiner’s disease. Available at
:http://dermnetnz.org/dermatitis/leiner.html. Accesed on 3 june 2012.

UNIVERSITAS YARSI 23
12. Naldi L, Rebora A. Seborrheic Dermatitis. N Engl J Med 2009;360;368;387-96
13. L, Wahab A, Khan SI, Shirin S. Safety of oral itraconazol in the traetment of
seborrheic dermatitis. Journal of Pakistan Association od Dermatologist
2011;21:102-105
14. Sheffield RC, Crawford P. What’s the best treatment for cradle cap. THE
JOURNAL OF FAMILY PRACTICE. March 2007 · Vol. 56, No. 3: 232 -
233.
15. Harms RW. Seborrheic Dermatitis. Available at
http://www.mayoclinic.com/health/seborrheic-dermatitis/DS00984. Accesed on
14th March 2018.

UNIVERSITAS YARSI 24

Anda mungkin juga menyukai