Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat maju
menyebabkan arus informasi menjadi cepat tanpa batas. Hal ini sangat berdampak langsung pada berbagai bidang kehidupan, termasuk dalam bidang pendidikan. Pendidikan mempunyai makna yang cukup luas, tergantung siapa yang mengartikannya; dalam konteks apa, lingkup apa, jenjang mana. Pendidikan bias diartikan sebagai upaya mencerdaskan bangsa, menanamkan nilai- nilai moral dan agama, membina kepribadian, mengajarkan pengetahuan, melatih kecakapan, keterampilan, memberikan bimbingan, arahan, tuntunan, dan displin. Pendidikan berintikan interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Matematika salah satu ilmu dasar yang mempunyai peran penting dalam perkembangan ilmu dan teknologi. Matematika disadari sangat penting perananya. Hal ini dapat dilihat dari waktu jam pelajaran sekolah lebih banyak dibandingkan pelajaran lain. Selain itu, sebagaimana yang tercantum dalam standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah mata pelajaran matematika telah disebutkan bahwa mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Harapannya dengan pembelajaran matematika siswa dapat memiliki kemampuan berpikir tersebut terutama yang mengarah kepada kemampuan berpikir kritis matematis. Prioritas utama dari sebuah sistem pendidikan adalah mendidik siswa tentang bagaimana cara belajar dan berpikir kritis. Berpikir kritis adalah perwujudan perilaku belajar terutama yang bertalian dengan pemecahan masalah. Berpikir kritis diterapkan kepada siswa untuk menentukan sebab akibat, menganalisis, menarik simpulan-simpulan untuk memecahkan masalah secara sistematis, inovatif, dan mendesain solusi yang mendasar. Dengan berpikir kritis siswa menganalisis apa yang mereka pikirkan. Manfaat kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran sangat besar peranannya dalam meningkatkan proses dan hasil belajar. Keterampilan berpikir kritis mate- matis sangat penting bagi siswa karena dengan keterampilan ini siswa mampu bersikap rasional dan memilih alternatif pilihan yang terbaik bagi dirinya. Selain itu, menanamkan kebiasaan berpikir kritis matematis bagi pelajar perlu dilakukan agar mereka dapat mencermati berbagai persoalan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari (Somakim, 2011:43). Kecerdasan sering disebut dengan intelegensi. Berdasarkan pernyataan ini juga dapat diketahui bahwa kecerdasan tiap orang dapat ditingkatkan dengan cara tertentu seperti latihan dan aktivasi atau stimulasi otak. Cambbel dalam irawan mengatakan bahwa kecerdasan logis-matematika merupakan kemampuan dalam menghitung, mengukur, dan mempertimbangkan proposisi dan hipotesis, serta menyelesaikan operasi-operasi matematis. Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan numerik adalah kecerdasan dalam menggunakan angka-angka dan penalaran (logika) meliputi di bidang matematika, mengklasifikasikan dan mengategorikan informasi, berpikir dengan konsep abstrak untuk menemukan hubungan antara suatu hal dengan hal lainnya. Kecerdasan numerik yaitu siswa-siswi dapat memecahkan persoalam matematika yang berkaitan operasi hitung yang menjadi dasar matematika yaitu siswa-siswi dapat menyelesaikan penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian sebagai dasar hitunga matematika. Irawan (2014) Mengatakan terdapat pengaruh yang signifikan antara kecerdasan numerik terhadap kemampuan berpikir kritik matematika, maka dapat dikatakan semakin tinggi tingkat kecerdasan numerik seseorang maka akan semakin tinggi pula tingkat kemampuan berpikir kritiknya ataupun sebaliknya. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti di SMP Swasta Nasrani 5 Medan ( tanggal 22 Januari 2019) dengan menggunakan metode wawancara dengan guru bidang studi Matematika , nilai ulangan harian siswa pada mata pelajaran Matematika masih banyak yang belum mencapai KKM ( Ketuntasan Kriteria Minimal). Berdasarkan wawancara dengan guru, menunjukan bahwa adanya permasalahan baik dari proses pembelajaran maupun komponen pembelajaran. Selain wawancara dengan guru, wawancara juga dilakukan dengan siswa. Berdasarkan wawancara dengan siswa, menunjukan bahwa guru yang menggunakan pola pembelajaran dimana cenderung “text book oriented” dalam arti menyampaikan materi sesuai dengan apa yang tertulis didalam buku mengakibatkan siswa kurang mampu berpikir kritis dalam memecahkan masalah. Berdasarkan hal tersebut sangat pentingnya pembelajaran matematika di kelas dan pentingnya meningkatkan kemampuan berpikir kritis, peneliti memilih model pembelajaran kooperatif atau diskusi kelompok. Ada beberapa tipe model pembelajaran kooperatif, Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah Think- Pair- Share. Menurut Azlina, sebagaimana dikutip oleh Nurmawati (2012) mengungkapkan bahwa Think- Pair- Share merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang dalam bentuk diskusi yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir, keterampilan berkomunikasi peserta didik dan mendorong partisipasi mereka dalam kelas. Model pembelajaran tipe Think- Pair- Share adalah salah satu strategi dalam pembelajaran kooperatif yang memberikan siswa waktu untuk lebih banyak berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. Strategi Think- Pair- Share ini dapat mengembangkan potensi siswa secara aktif dengan membuat kelompok terdiri dari dua orang yang akan menciptakan pola interaksi yang optimal, mengembangkan semangat kebersamaan, timbulnya motivasi serta menumbuhkan komunikasi yang efektif (Rahadian, dkk, 2012;15). Pada model pembelajaran kooperatif tipe Think- Pair- Share ini siswa dihadapkan pada tiga tahap yaitu pertama, berpikit ( Think ) dimana siswa diberikan pertanyaan oleh guru kemudian siswa diberikan waktu untuk berpikir sendiri dan mencari jawaban atas masalah yang diberikan. Kedua, berpasangan (Pair) dimana guru meminta untuk berpasangan untuk mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Ketiga, berbagi (Share) pada langkah terakhir ini guru meminta pasangan- pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Dengan tiga tahap tersebut siswa dapat lebih mengasah kemampuan berpikirnya sendiri. Selain Model Pembelajaran, salah satu usaha guru untuk melibatkan siswa aktif dalam proses belajar adalah dengan memanfaatkan media pembelajaran. Media sebagai salah satu bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Salah satu bentuk media yang menggunakan teknologi informatika adalah media yang berbasis komputer. Pentingnya penggunaan teknologi dalam pembelajaran berupa media aplikasi komputer atau software diharapkan dapat menarik perhatian siswa mempelajari materi matematika yang bersifat abstrak. Penggunaan teknologi komputer dalam dunia pendidikan sebagai media pembelajaran sangat mendukung dalam rangka penyelenggaraan pendidikan yang efektif dan efisien. Teknologi komputer dapat dimanfaatkan sebagai media untuk menarik minat siswa terhadap pelajaran matematika, karena teknologi komputer terus berkembang berdasarkan kebutuhan dari berbagai ilmu pengetahuan terutama bagi kalangan pendidik. Penggunaan media pembelajaran sangat penting untuk penyampaian suatu materi. Program komputer memiliki banyak manfaat sebagai media pembelajaran. Sebagai contoh visualisasi dengan Microsoft Powerpoint telah banyak digunakan sebagai media pembelajaran di kelas. Selain memudahkan guru dalam penyampaian materi, siswa juga lebih mudah menangkap apa yang dijelaskan guru. Dalam pembelajaran matematika, program komputer dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran konsep-konsep matematika yang menuntut ketelitian tinggi, konsep atau prinsip yang repetitif, penyelesaian grafik secara tepat, cepat, dan akurat. Salah satu program komputer yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran matematika adalah software GeoGebra. Geogebra adalah software atau perangkat lunak yang sangat membantu dalam proses belajar di sekolah, software ini dikembangkan oleh Markus Howenwarter pada tahun 2001. Pembelajaran dengan Geogebra dapat memudahkan guru dalam menyampaikan materi, mempermudah siswa untuk menyerap apa yang disampaikan guru, dan terjadi stimulasi karena tersedianya animasi dan gerakan – gerakan manipulasi yang dapat memberikan pengalaman visual yang lebih jelas kepada siswa. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul “UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DITINJAU DARI KECERDASAN NUMERIK DENGAN MENGGUNAKAN APLIKASI GEOGEBRA SISWA SMA NEGERI 5 MEDAN”. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi beberapa masalah antara lain sebagai berikut : 1. Kemampuan berkifir kritis matematis siswa di SMP SWASTA Katolik Tri Sakti – 1 Medan masih tergolong rendah. 2. Kurangnya minat siswa pada mata pelajaran matematika karena dalam kesehariannya guru lebih dominan dari pada siswa. 3. Pembelajaran yang text book oriented membuat siswa bosan dalam belajar.
1.3. Batasan Masalah
Agar masalah yang diteliti lebih jelas dan terarah maka perlu ada pembatasan masalah dari identifikasi masalah. Adapun masalah dalam penelitian ini dibatasi pada kemampuan berpikir kritis matematis ditinjau dari kecerdasan numerik siswa yang diajar melalui model kooperatif tipe Think- Pair- Share berbantuan aplikasi Geogebra di SMP SWASTA Katolik Tri Sakti - 1 Medan.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think- Pair- Share (TPS) dengan menggunakan aplikasi geogebra dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis ditinjau dari kecerdasan numerik siswa SMP SWASTA Katolik Tri Sakti - 1 Medan?
1.5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalahUntuk mengetahui bagaimana kemampuan berpikir kritis matematis ditinjau dari kecerdasan numerik siswa SMP SWASTA Katolik Tri Sakti- 1 Medan setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Think- Pair- Share (TPS) dengan menggunakan aplikasi geogebra.
1.6. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian adalah : 1. Bagi siswa, dapat mengembangkan tingkah laku kooperatif dan menjalin hubungan yang lebih baik antar siswa, sehingga dapat saling membantu dalam pembelajaran akademis. 2. Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan dalam memilih model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis ditinjau dari kecerdasan numerik siswa. 3. Bagi sekolah, sebagai masukan dan sumbangan pemikiran dalam meningkatkan kemampuan berfikir kritis ditinjau dari kecerdasan numeric siswa dan sebagai informasi tentang model pembelajaran kooperatif. 4. Bagi peeliti, sebagai bahan masukan untuk dapat menerapkan model pembelajaran yang tepat dimasa yang akan dating. 5. Bagi peneliti lain, sebagai bahan informasi jika ingin melakukan penelitian sejenis.