Anda di halaman 1dari 12

TUGAS INDIVIDU

(TUGAS KE-5)
Makalah ini disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Pengendalian Manajemen

Dosen Pengampu : Amalia M.S.M

Disusun Oleh:
Rizka Novia Adyani (11160810000121) (35)
SPM Kelas Kamis jam 13.00

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019
Masalah pendidikan di Indonesia.

1. Apa saja permasalahan pendidikan yang ada di Indonesia (Kebijakan pemerintah,


permasalahan yang dihadapi para guru, orang tua murid dan murid) Sebutkan!

2. Apa yang sudah dan belum dilakukan Pemerintah terhadap semua permasalahan tersebutt?
(Lampirkan sumber)

3. Menurut kalian, apakah solusi untuk semua masalah ini? (Ketika menjawab, kaitkan dengan
materi SPM yang telah dibahas dan berikan tanggapan kalian)

JAWABAN :

1. Permasalahan Pendidikan di Indonesia?

Menurut laporan yang diadakan oleh The Program for International Student Assessment (PISA),
Indonesia masih diurutan ke 62 dari 70 negara. Dimana rangking ini diurutkan berdasarkan
kinerja skolastik siswa 15 tahun pada matematika, sains dan membaca.

Sumber : http://factsmaps.com/pisa-worldwide-ranking-average-score-of-math-science-reading/

Menurut penulis ada beberapa permasalahan Inti yang ada didalam sistem Pendidikan di
Indonesia ;
-Permasalahan Perilaku dan Karakter

Akhir-akhir ini banyak pemberitaan mengenai kekerasan di kalangan anak sekolah, pornografi
yang pelakunya anak sekolah, guru melakukan tidak kekerasan seksual terhadap muridnya dan
berbagai berita bohong, fitnah, tuduhan-tuduhan tidak mendasar. Semua itu tentu berkaitan
dengan karakter dan secara khusus yang melibatkan siswa-siswa sekolah.

inilah hasilnya ketika pendidikan tidak berkorelasi dengan kehidupan, mungkin dengan adanya
persepsi untuk zaman sekarang yang penting pintar ini yang utama, sehingga karakter urusan
kedua atau sekian. Karena pada hakikatnya karakterlah yang paling utama.

keluarga dan sekolah harus terus memantau perilaku siswa dan mendukung siswa menjadi
karakter yang positif

Karakter Tenaga Pendidik

Peran guru di dunia pendidikan Indonesia itu penuh dengan tanggung jawab yang sering
lepas dari peran sebagai pendidik. Beban jam mengajar dan kurikulum yang cukup tinggi , 24
jam untuk mendapatkan status guru bersertifikat, belum lagi koreksi, penanggung jawab ini dan
itu. Masih juga tanggung jawab kegiatan ekstrakurikuler, yang akan menggerus tenaga dan
waktu, apalagi memikirkan karakter peserta didik, mungkin karakternya sendiri saja tidak bisa
diyakini kualitasnya. Belum lagi jika masih memberi les baik resmi di sekolah atau di luar. Jelas
makin habis segalanya. Susah juga untuk guru bisa menyelipkan salah satu atau beberapa tema
mengenai karakter. Tidak akan waktu jika harus ditambah dengan pendidikan tambahan.

Sekolah adalah lembaga yang dipercaya seluruh keluarga di Indonesia supaya mampu
meluruskan perilaku anak, maka guru perlu mendidik dengan baik. Guru perlu memunyai
perilaku yang baik, karena ketika disekolah gurulah yang menjadi teladan muridnya.

Faktor suasana sekolah bertanggung jawab dalam membentuk karakter dan perilaku
murid. Guru tak perlu lebih keras terhadap murid supaya murid menjadi sopan, melainkan guru
perlu lebih memotivasi anak untuk berkembang, bila guru mendidik secarakeras bisa pula
mengakibatkan dampak yang merusak terhadap perkembangan sebagian murid.

Suasana pendidikan yang sehat muncul dari cara mendidik yang sehat pula. Perkara
mendidik, kata dia, bukan masalah lembek atau keras, melainkan yang mampu membangkitkan
semangat positif atau tidak

Karakter Orang tua

Masalah-masalah perilaku yang ada, paling banyak terjadi Jika sang anak memiliki
masalah keluarga seperti, anak dari keluarga dengan ayah dan ibu yang bercerai, atau 'yatim-
piatu semu'. dimana orang tua tidak ada seutuhnya dalam mendampingi anak..Orang tua tidak
bisa jika hanya mengantungkan pendidikan karakter anaknya kepada guru saja, Orang tua pun
mempunyai tanggung jawab yang besar dalam membangun karakter anaknya. Masih banyaknya
orangtua anak yang tidak peka terhadap perilaku anak, tidak mengajarkan pendidikan karakter
secara dini, dan tidak terus mengcontrol karakter anak mereka. Apalagi jika anak mereka
membutuhkan perhatian khusus (masalah perilaku) .

Karakter Murid

Pendidikan seharusnya dapat membentuk Karakter murid yang sopan, rendah diri,
mempunyai emphaty,yang bermotivasi tinggi untuk belajar. tidak hanya demi nilai, tetapi
dikarenakan kecintaanya terhadap ilmu pengetahuan. keingintahuan yang tinggi, minat membaca
yang tinggi.

Sangat disayangkan banyak data yang menunjukan bahwa indonesia adalah salah satu
negara dengan minat membanca terendah di dunia.

Dikarenakan Motivasi anak murid yang hanya mengejar nilai, tidak mengejar ilmu jadi
tidak heran jika masih banyak anak murid yang suka menyontek. Dan nantinya inilah yang
menyebabkan banyak kasus Guru menjiplak karya ilmiah untuk kenaikan pangkat karena
kompetensi meneliti dan menulis mereka rendah. Dosen menjiplak deskripsi diri saat sertifikasi,
Pekerja Indonesia yang hanya ingin jabatan saja dan uang saja.

“Profesor menjiplak karya ilmiah untuk mempertahankan status keprofesorannya. Dosen


menjiplak karya mahasiswa untuk artikel jurnal atau penelitian,” Menurut Jejen Musfah, Dosen
Pascasarjana Manajemen Pendidikan UIN Jakarta sebagaimana dimuat di Republika.

"..... Bahwa mereka sekolah, itu karena tuntutan formalitas saja. Sebetulnya banyak yang malas
sekolah karena guru membosankan, tapi kalau tidak bersekolah kan tidak dapat ijazah, dan
hingga saat ini ijazah masih dianggap sangat penting," tutur Darmaningtyas, Pengamat
pendidikan alumni Fakultas Filsafat UGM, dilansir dari halaman https://news.detik.com/berita/d-
4423678/fenomena-murid-tantang-guru-apakah-pendidikan-keras-jadi-solusi

- Persoalan Manajemen dan efektivitas belajar anak di sekolah


Kualitas guru - Kesejahteraan Guru - Kehormatan Guru

Di Finlandia dimana dia mendapat peringkat pendidikan terbaik didunia, guru ysemuanya
tamatan S2 dan dipilih dari the best ten lulusan universitas. Orang merasa lebih terhormat jadi
guru daripada jadi dokter atau insinyur.

Jarang sekali guru di Indonesia yang menciptakan suasana proses belajar-mengajar itu
menyenangkan (learning is fun) melalui penerapan belajar aktif. Bahkan lebih didominasi
metode belajar mengajar satu arah seperti ceramah yang membosankan.Di Finlandia terbanyak
guru menciptakan suasana belajar yang menyenangkan melalui implementasi belajar aktif dan
para siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil. Motivasi intrinsik siswa adalah kata kunci
keberhasilan dalam belajar

Mengenai para prospek karier dan kesejahteraan, setiap guru menerima gaji rata-rata 3400 euro
per bulan setara 42 juta rupiah. Guru disiapkan bukan saja untuk menjadi seorang profesor atau
pengajar, melainkan disiapkan juga khususnya untuk menjadi seorang ahli pendidikan. Makanya,
untuk menjadi guru pada sekolah dasar atau TK saja, guru itu harus memiliki tingkat pendidikan
universitas.

Dibandingkan dengan negara dengan kualitas pendidikan terbaik Finlandia hanya ada guru-guru
dengan kualitas terbaik dengan pelatihan terbaik pula. Profesi guru sendiri adalah profesi yang
sangat dihargai, meski gaji mereka tidaklah fantastis. Lulusan sekolah menengah terbaik
biasanya justru mendaftar untuk dapat masuk di sekolah-sekolah pendidikan, dan hanya 1 dari 7
pelamar yang bisa diterima. Persaingannya lebih ketat daripada masuk ke fakultas hukum atau
kedokteran.

Selama masa kegiatan belajar mengajar berlangsung, guru mendampingi proses belajar setiap
siswa, khususnya mendampingi para siswa yang agak lamban atau lemah dalam hal belajar.
Malah terhadap siswa yang lemah, sekolah menyiapkan guru bantu untuk mendampingi siswa
tersebut serta kepada mereka diberikan les privat.

Setiap guru wajib membuat evaluasi mengenai perkembangan belajar dari setiap siswa. Semua
siswa di bimbing menjadi pribadi yang mandiri, mencari informasi secara independent. Karena
dengan adanya banyak pen-dekte-an membuat para siswa akan merasa tertekan dan suasana
belajar menjadi tidak menyenangkan

Bagaimana dengan siswa yang kurang cepat tanggap ? Mereka akan mendapatkan bimbingan
yang lebih intensif. Inilah yang membuat Finlandia berhasil menyandang gelar Negara dengan
pendidikan paling berkualitas di dunia.

(Sumber : http://azharmind.blogspot.com/2012/02/kualitas-pendidikan-indonesia-
ranking.html#ixzz5nMKQbP9s)

Manajemen Pendidikan (Kurikulum, krs, jam belajar, keefektifan belajar, sistem belajar-
mengajar)

Beban kurikulum yang berat di Indonesia menyebabkan anak-anak kehilangan


kreativitasnya karena hanya dibebani dengan mata pelajaran yang terkonsep dan berpola baku
secara permanen. Artinya, apa yang di dapat di sekolah, itulah yang ada pada dirinya, tanpa
kecuali.

a. Pendidikan di Indonesia di penuhi dengan test evaluasi seperti ulangan harian, ulangan blok,
ulangan mid-semester, ulangan umum / kenaikan kelas, dan ujian nasional. Finlandia menganut
kebijakan mengurangi tes jadi sesedikit mungkin. Tak ada ujian nasional sampai siswa yang
menyelesaikan pendidikan SMA mengikuti matriculation examination untuk masuk PT.

b. KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) menyebabkan siswa yang gagal tes harus mengikuti tes
remidial dan masih ada tinggal kelas. Sebaliknya, Finlandia menganut kebijakan automatic
promotion, naik kelas otomatis. Guru siap membantu siswa yang tertinggal sehingga semua naik
kelas.

c. Pemberian tugas Pekerjaan Rumah (PR) di sekolah Indonesia dianggap penting untuk
mendisiplikan siswa rajin belajar. Sebaliknya, di Finlandia PR masih bisa ditolerir tapi
maksimum hanya menyita waktu setengah jam waktu anak belajar di rumah

d. Di Indonesia dikembangkan pengkatasan kelas yaitu klasifikasi kualitas kelas dalam kelas
reguler dan kelas anak pintar, kelas anak lamban berbahasa Indonesia dan kelas bilingual (bahasa
Inggris sebagai bahasa pengantar) dan membuat pengkastaan sekolah (sekolah berstandar
nasional, sekolah nasional plus, sekolah berstandar internasional, sekolah negeri yang
dianakemaskan dan sekolah swasta yang dianaktirikan). Sebaliknya di Finlandia, tidak ada
pengkotakan siswa dan pengkastaan sekolah. Sekolah swasta mendapatkan besaran dana yang
sama dengan sekolah negeri.

e. Jumlah hari Sekolah di Indonesia terlalu lama yaitu 220 hari dalam setahun (termasuk negara
yang menerapkan jumlah hari belajar efektif dalam setahun yang tertinggi di dunia). Sebaliknya,
siswa-siswa Finlandia ke sekolah hanya sebanyak 190 hari dalam satu tahun. Jumlah hari
liburnya 30 hari lebih banyak daripada di Indonesia. Kita masih menganut pandangan bahwa
semakin sering ke sekolah anak makin pintar, mereka malah berpandangan semakin banyak hari
libur anak makin pintar. Bahkan terkadang para guru mesih memberikan tugas sekolah selama
masa liburan sehingga sekolah merupakan suatu hal yang tidak menyenangkan.

Sumber : http://azharmind.blogspot.com/2012/02/kualitas-pendidikan-indonesia-
ranking.html#ixzz5nMLMQiE0
-Kesenjangan Pendidikan

Pemerintah hanya berfokus pada pendidikan diperkotaan saja tetapi tidak memikirkan
pendidikan murid-murid yang ada didaerah pedalaman. Dimana permasalahan pendidikan di
pedalam ini, sangat disayangkan sekali, seperti Sekolah yang tidak layak, gaji guru yang tidak
dibayar, akses ke sekolah yang sulit, buku yang tidak tersedia dan masih banyak permasalahn
lainnnya. Dan banyak sekali daerah-daerah pedalaman yang tertinggal yang tidak dapat
mengakses pendidikan dengan baik.

Masalah kesenjangan ini mulai dari ketersediaan sarana dan prasarana minimal berupa
gedung sekolah yang layak, hingga sampai pada ketersediaan berbagai fasilitas pendukung
pendidikan lainnya. Bagi sekolah-sekolah yang berada di perkotaan, sekolah yang rusak berat
dan masih belum direhabilitasi sangat banyak ditemui, apalagi di daerah-daerah terpencil di
Indonesia. Dengan kata lain, sekolah-sekolah diperkotaan saja kondisinya masih demikian,
apalagi di pelosok Indonesia
Selain itu, adanya kesenjangan juga di daerah yang memiliki fasilitas yang baik (didalam
perkotaan) misalnya, disekolah A gurunya sabar di sekolah B tidak, di sekolah A sistem
penilaannya seperti ini disekolah B tidak.

2. Apa yang sudah dan belum dilakukan Pemerintah terhadap permasalahan


Pendidikan di Indonesia?

Pemerintah harus menyadari bahwasannya anak-anak merupakan investasi masa depan


sebuah bangsa. Merekalah yang kelak akan mengisi ruang-ruang proses berbangsa dan
bernegara. Wajar saja ketika banyak orang menyerukan bahwa anak adalah bibit-bibit atau tunas
yang harus diperhatikan dan dirawat dengan baik. Merekalah pewaris masa depan, tulang
punggung dan harapan bangsa dan negara ada di pundak mereka.

Pemerintah melalui Kemendiknas meluncurkan sebuah program pendidikan, yang


dikenal dengan Pendidikan Karakter. Dominasi ranah kognitif dan psikomotorik harus dikurangi,
ranah afektif sudah seharusnya menjadi fokus utama. Sehingga terbentuklah manusia-manusia
yang berkarakter luhung, berbudi pekerti tinggi. Manusia-manusia seperti inilah yang diharapkan
mampu membawa bangsa Indonesia menjadi jauh lebih baik, menjadikan Indonesia sebagai
bangsa yang berbudaya tinggi. Sayangnya Pendidikan karakter ini tidak terdistirbusi dan
dikembangkan dengan baik.
Yang sudah dilakukan :

”Jokowi mengatakan pemerintah juga tengah memfokuskan program peningkatan kualitas


pendidikan dasar dan menengah yang merata di seluruh Indonesia.

"Jumlah Guru Garis Depan dari tahun 2016 sampai tahun 2017 sudah bertambah sebanyak 7.094
guru. Peningkatan kompetensi berkelanjutan juga sudah dilakukan dengan lebih dari 1 juta guru.
Realisasi Bantuan Operasional Sekolah (BOS) turut meningkat setiap tahunnya, yang terakhir di
tahun 2017 menjangkau 47 juta siswa," papar Jokowi.

Karena itu, pemerintah memberikan penghargaan yang tinggi atas peran penting lembaga-
lembaga keagamaan dalam pembentukan karakter bangsa, seperti pondok pesantren, dayah,
mualimin-mualimat, seminari, pasraman, dan vihara.

"Lembaga-lembaga tersebut selama ini telah berperan penting dalam menjaga keimanan,
menjaga kebinekaan, nilai kebangsaan, dan peningkatan sumber daya manusia Indonesia yang
berkualitas dan berkarakter, sehingga benteng kerukunan Indonesia semakin kokoh dalam

menghadang arus intoleransi, radikalisme, dan terorisme," tutur Jokowi. ”


Indonesia sendiri telah mencanangkan program reformasi pendidikan untuk membenahi
kualitas sektor ini selama 15 tahun sejak 2002.

Sementara dari sisi akses pendidikan, jumlah siswa yang kini mampu bersekolah
meningkat cukup signifikan. Adapun peningkatan akses ini dilakukan dengan meningkatkan
pembiayaan, peningkatan partisipasi para pelaku lokal dalam tata kelola pendidikan, peningkatan
akuntailitas dan kualitas guru, hingga memastikan kesiapan siswa. Dan dari sisi anggaran sendiri,
dana untuk pendidikan telah mencapai Rp444 triliun atau sekitar 20 persen dari total belanja
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018.

Yang belum dilakukan :

Program-program yang dibuat oleh pemerintah seringkali hanya program tambal sulam
(incremental) dan tidak berkelanjutan (sustainable). Banyaknya sekolah, utamanya sekolah dasar
yang dalam kondisi rusak berat dan hanya direhabilitasi melalui Biaya Orientasi Sekolah (BOS)
dan berbagai paket program sejenis lainnya, tidaklah menjadikan sarana dan prasarana
pendidikan tersebut menjadi lebih baik. Seharusnya dilakukan juga perkontrolan secara berkala
dan berlanjutan.

Dikarenakan masalah karakter murid di Indonesia yang memprihatinkan, Pemerintah


harus bernindak lanjuti permasalahan ini, tidak hanya menguatkan sektor pendidikan formal, tapi
juga menguatkan pengasuhan di tingkat keluarga. Di ranah sekolah, fungsi bimbingan konseling
(BK) perlu ditingkatkan, tak hanya bekerja saat murid mengalami masalah, namun membuka
pintu konsultasi secara umum dan mengamati murid-murid dengan latar belakang keluarga yang
tidak ideal.

3. Menurut kalian, apakah solusi untuk semua masalah ini? (Ketika


menjawab, kaitkan dengan materi SPM yang telah dibahas dan berikan tanggapan kalian)

a) trend pergseran ke Knowledge Based Works ( memerlukan suasana kaya yang menghasilkan
inovasi, toleran terhadap eksperimen hal baru. berani untuk gagal)

to anable (memamupukan)-> to allow (memberi kesempatan)-> to permit (mengizinkan)

Pendidikan Indonesia harusnya mencontek sistem dari Sistem Pengendalian Manajemen ini,
dimana siswa dibiarkan, diberi kesempatan untuk mengexplore ilmu yang ada dan yang ia sukai,
tidak terpatok hanya pada kurikulum saja. Karena pada dasarnya semua ilmu layak dipelajari
dan di explore agar menciptakan inovasi-inovasi baru.

b) trend pergeseran ke Responsibility-Based Organization (organisasi yang setiap anggotanya


bertanggung jawab dalam menjadikan organisasinya sebagai lembaga yang menciptakan
kekayaannya)

Organisasi dalam hal ini adalah pendidikan dan pihak yang terlibat dan bertanggung jawab
adalah Pemerintah, Orangtua, Murid, dan Masyarakat itu sendiri.
Building Block yang terdiri dari Perilaku , Keyakinan dasar dan Nilai dasar , Paradigma

Seharusnya dicontoh dalam membentuk mindset pihak-pihak terkait yang ada di dunia
Pendidikan, agar terbentuk karakter, mindset yang selalu ingin belajar dan haus akan ilmu.

1. Keberanian 2. Keterbukaan 3.Ketidakpuasan kreatif

1. Kerjasama 2.Mental berlimpah 3. Kerendahan hati

Opportunity mindset (problem solving mindset)

Dimana murid seharusnya diajak, dibebaskan, untuk selalu mencari opportunity yang ada
didalam setiap ilmu yang dihasilkannya, tidak hanya menyelesaikan masalah yang ada.

Diubah bentuk pertanyaan disetiap latihan dan kegiatan belajar mengajarnya, agar murid di
Indonesia dapat memupuk Opportunity Mindset sejak dini

Cross functional mindset

Diorientasikan ke sistem yang digunakan value bagi customer, dalam hal pendidikan ini cutomer
adalah industri yang nantinya "membeli" keahlian murid yang dihasilkan oleh sistem
pendidikan. Agar murid dapat memenuhi pasar nantinya, ataupun menciptakan pasar yang
dibutuhkan untuk industri selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai