Aga Jiwa
Aga Jiwa
PENDAHULUAN
Onset gangguan ini sulit untuk ditentukan dan biasanya didahului oleh
fase gejala ringan yang tidak konsisten yang sering kali tidak disadari baik
oleh pasien maupun keluarga (fase prodromal). Gejala skizofrenia
menunjukkan sifat yang meluas dan majemuk dan perjalanan penyakitnya
bersifat kronis dengan deteriorasi yang bergantung dari beratnya gejala,
genetik, fisik, maupun sosial budaya. Prevalensi gangguan skizofrenia
berkisar 1% dari populasi dan umumnya gejala mulai pada usia muda
(antara 16-25 tahun). Dalam perjalanan penyakitnya, pasien dapat
mengalami keadaan yang tetap tanpa atau hanya sedikit perbaikan, episode
berulang dengan sedikit atau gejala yang stabil, hingga bahkan mengalami
fase komlit atau remisi parsial2.
1
BAB II
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Sdr. S
Umur : 24 tahun
Agama : Islam
II. ALLOANAMNESIS
Nama : B
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Sering Menyendiri
2
diingatkan oleh keluarganya. S kadang masih lupa akan waktu
contoh: sholat subuh yang dilakukan jam 07.00 WIB, sayangnya S
masih sering melakukan kegiatan di kamar tidurnya dan sering
memainkan telpon genggamnya. S adalah pasien yang kontrol rutin
di RSUD Margono sejak 2017 yang sebelumnya kontrol di RSUD
Banyumas.
- Disfungsi :
3
RS ternyata S tidak ada tanda-tanda yang mengarah gangguan
pada fisiknya. Saat itu S diketahui memiliki gangguan kejiwaan.
4
− Hubungan pasien dengan keluarga dan tetangga baik
− Tidak ada riwayat keluarga yang menderita gejala yang sama.
− Ayah S sebagai tukang jahit di Jakarta.
− Ibu S, dulu adalah seorang PRT dan sekarang di rumah
membantu usaha anak yang pertama.
− Saudara pertamanya membuka toko bangunan dan sembako di
sebelah rumahnya.
− Saudara keduanya membantu perkerjaan toko.
− Saudara terakhir sedang melanjutkan studi di Yogyakarta.
F. Riwayat Sosial Sekarang
− Pasien tinggal bersama ibunya di rumah yang cukup nyaman
− ayah pasien seorang penjahit di jakarta dengan penghasilan
kurang
− ibu pasien adalah IRT yang membantu pekerjaan anak
pertamanya
− pasien membantu pekerjaan kakaknya
− pasien taat dalam beribdah
− sesekali pasien diajak keluar oleh kakaknya
− masih kurang dalam interaksi dalam masyarakat
G. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya
- Sulit dinilai.
5
3. Sikap terhadap pemeriksa : sedikit kooperatif, tidak ada feed
back.
B. Bicara
− Lambat
C. Mood dan Afek
1. Mood : tidak dapat diraba rasakan
2. Afek : terbatas
3. Keserasian : tidak serasi
D. Pikiran dan Persepsi
1. Bentuk pikir
a. Produktivitas : menjawab hanya ketika
ditanya, pikiran lamban
b. Arus pikir : menjawab pada tujuan,
relevan
c. Gangguan berbahasa : tidak ada
2. Isi pikir
a. Preokupasi : tidak ada
3. Gangguan pikiran
a. Waham : sulit dinila
b. Ide : sulit dinila
4. Gangguan persepsi
a. Halusinasi dan ilusi : sulit dinilai
b. Depersonalisasi dan derealisasi : sulit dinilai
5. Mimpi dan fantasi
a. Mimpi : sulit dinilai
b. Fantasi : sulit dinila
E. Sensorium dan Fungsi Kognitif
1. Kesadaran
Coumposmentis
2. Orientasi
a. Waktu : kurang
b. Tempat : baik
6
c. Orang : hanya orang yang terdekat
- Kesadaran : cm
- GCS : 15
- Kernigs sing : -
7
- Bruzinski : -
Aksis II
8
Ciri kepribadian tidak khas
Aksis III
Aksis IV
Aksis V
V. DAFTAR PROBLEM
Organobiologik : Tidak ditemukan kelainan fisik yang
bermakna. Namun diduga terdapat ketidak
seimbangan neurotransmitter, maka pasien
memerlukan psikofarmakoterapi.
Psikologik : Ditemukan adanya sediki disfungsi psikis
dan pengendalian impuls, sehingga
diperlukan farmakoterapi.
Sosiologik : Ditemukan adanya disfungsi bidang social,
terhadap masyarakat atau orang yang belum
dikenal. Ikut membantu pekerjaan di Toko,
dan masih perlu diingatkan masalah waktu.
VI. PENATALAKSANAAN
1. Lorazepam dengan dosis 2mg 2x1 perhari
2. Risperidone 2mg 2x1/2 perhari
3. ECT selama 6 bulan.
9
VII. PROGNOSIS
Faktor pendukung:
Faktor penghambat
10
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
I. Definisi
II. Etiologi
11
III. Patofisiologi
1. Keturunan
2. Endokrin
3. Metabolisme
12
4. Susunan saraf pusat
13
adanya keretakan atau disharmoni antara proses berfikir, perasaan
dan perbuatan (schizoc: pecah-pecah bercabang, phren: jiwa)5.
IV. Gejala
14
4. Pasif dan apatis, menarik diri dari pergaulan sosial.
V. Diagnosis
1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan
biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau
kurang jelas) :
15
c. Halusinasi auditorik: Suara halusinasi yang berkomentar secara
terus menerus terhadap perilaku pasien, atau- mendiskusikan
perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai suara
yang berbicara), atau- jenis suara halusinasi lain yang berasal dari
salah satu bagian tubuh.
2. Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada
secara jelas :
h. Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan respons
emosional yang menumpul tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunya
kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi atau medikasi neureptika.
16
3. Adapun gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama
kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase
nonpsikotik prodromal).
4. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi
(personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup
tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri
(self absorbed attitute), dan penarikan diri secara sosial.
1. Skizofrenia paranoid
2. Skizofrenia hebefrenik
- Diagnostik pertama kali pada usia remaja atau dewasa muda (15-25
tahun).
17
- Untuk diagnosa diperlukan pengamatan kontinu selama 2-3 bulan
b. Afek yang dangkal dan tidak wajar, cekikikan, rasa puas diri,
senyum sendiri, tawa menyeringai, ungkapan kata yang diulang-
ulang.
3. Skizofrenia katatonik
b. Gaduh gelisah
d. Negativisme
e. Rigiditas
f. Fleksibilitas cerea
18
VI. Penatalaksanaan
- Disotinia akut
- Parkinsonisme
- Akathisia
- Tardive dyskinesia
19
Efek samping dari obat antipsikotik atipikal:
- Sedasi
- Hiperglikemia
- Efek antikolinergik
- Pemanjangan kurva QT
- Kadang EPS
20
Diberikan untuk mengontrol gejala positif. Dan golongan antipsikotik
atipikal : aripiprazole, clozapin, olanzapine, quetiapine, risperidone,
ziprasidone8. Mengatasi gejala positif maupun negatif.
21
Gejala-gejala positif dengan onset yang akut.
Katatonia
Riwayat ECT dengan hasil yang baik.
22
Ada risiko kurang umum dari komplikasi medis, seperti denyut jantung
yang tidak teratur. Mungkin ada kenaikan sementara tekanan darah dan
denyut jantung yang diikuti dengan melambatnya denyut jantung.
Terapi Psikis
1. Terapi psikososial
2. Terapi psikoreligius
23
VII. PERAN PUSKESMAS10
Program Puskesmas
B. Pelatihan kader 7 desa = pengisian materi dan tanya jawab serta praktek
F. Kunjungan rumah keluarga odgj = konseling ke odgj & keluarga & lingk
sekitar
2. Rehabilitasi
24
Jumlah keluarga yang mempunyai penderita gangguan jiwa
LANGKAH-LANGKAH MENDETEKSI KELUARGA
1. Deteksi dilakukan dengan melakukan kunjungan rumah di tiap-tiap
keluarga
2. Mengisi format Deteksi Keluarga, 1 lembar diisi untuk 1 Kepala
Keluarga
a. Tulis nama Kepala Keluarga
b. Tulis umur (dalam tahun)
c. Status kawin (kawin/belum kawin/janda/duda)
d. Pendidikan (tidak sekolah/SD/SMP/SMA/Perguruan Tinggi)
e. Pekerjaan (Jenis Pekerjaan)
f. Alamat (RT/RW/KELURAHAN)
g. Kondisi kesehatan: baca status kesehatan keluarga lalu isi sesuai
dengan kondisi kesehatannya
h. Bila ada anggota keluarga yang menderita penyakit kronis atau
gangguan, tulis di kolom keterangan di mana dia mendapat
pengobatan
3. Setelah seluruh keluarga dikunjungi dan dideteksi, buat isi daftar
rekapitulasi kepala keluarga yang ada di tiap-tiap RT.
DESA SIAGA SEHAT JIWA (DSSJ)
DSSJ adalah yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan untuk mengatasi masalah kesehatan jiwa secara mandiri.
ODGJ pada tahun 2019 berjumlah 53 orang sudah termasuk epilepsi. Dalam
program puskesmas mulai 2019 epilepsi dikut sertakan. 38 odgj sudah dalam
pantauan pusksesmas. dikarenakan harus terdiagnosis terlebih dahulu oleh
dokter, puskesmas memiliki kaderisasi. dimana setiap rt memiliki 1 kader jiwa.
25
BAB IV
KESIMPULAN
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan
biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau
kurang jelas):
26
c. Halusional Auditorik: Suara halusinasi yang berkomentar secara
terus menerus terhadap prilaku pasien. Mendiskusikan perihal
pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang
berbicara atau Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah
satu bagian tubuh.
Atau paling sedikitnya dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada
secara jelas:
h. Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan respons
emosional yang menumpul tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunya
kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi atau medikasi neureptika.
27
* adapun gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama
kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase
nonpsikotik prodromal);
* Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi
(personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak
bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self
absorbed attitute), dan penarikan diri secara sosial.
RENCANA TERAPI
Psikofarmakoterapi dan terapi lainnya :
Risperidon dosis rumatan (2-8mg perhari)
menghilangkan gejala negati dan positif.
Lorazepam dengan dosis 2mg 2x1 perhari,
memiliki efek sedatif untuk menenangkan.
Pernah melakukan Electroconvulsive Therapy
(ECT) selama 6 bulan.
Psikoterapi suportif:
1. Terapi psikososial
28
Dari keluarga, pasien telah mendapat dukungan
penuh. Pasien diikutkan dalam kegitaan usaha keluarga,
sesekali pasien diajak berkeliling lingkungan menggunakan
sepeda motor dan pasien yang mengendarai. Pasien juga
diajak interaksi dengan lingkungan sekitar.
2. Terapi psikoreligius
29