.sl
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
DEPARTEMEN TRANSMIGRASI
DAN PEMUKIMAN PERAMBAH HUTAN R.I.
.·. '
JAKARTA 1999
~ Ace No
I Class
Checked
~·:
/ ·~ ~~#~.- '.
-
.ilfll/¥'-..
..."""
••
Kajian Model Permukiman Agro-Estate
untuk Usaha Tanaman Pangan
dan Hortikultura
. A ~?ENP.:;
/·?C No
:-.·
KATA SAMBUTAN
RINGKASAN
KATA SAMBUTAN
Heriawan Saleh M c
KATA PENGANTAR
DAFTARISI
Halaman
RINKASAN I
KATA SAMBUTAN .. . iv
KATAPENGANTAR............................................. v
DAFT AR ISi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. VI
DAFT AR TABEL .. . . IX
SUSUNAN TIM . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . x
SUSUNAN PENULIS . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . x1
BABI PENDAHULUAN
A. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
B. Tujuan ·........................ 5
C. Sasaran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
D. Kegunaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
E. Kerangka Pemikiran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
F. Li~gkup Kegiatan ·12
G. Metodologiv.,; .. .. .. . .. .. .. 12
H. Batasan dan Pengertian . . . . . . . . .. . . . . . .. .. . . . . . . . 13
LAMP IRAN
DAFfAR TABEL
Halaman
Tabel II-1. Keadaan topografi Lokasi Agro-Estat . 17
Tabel II-2. Perkiraan Harga .Jual dan Kredit Kebun
Kalq1qBerdasarkan Kelasnya ·~ .. 25
Tabel II-3. Perkiraan Pendapatan bersih dan Angsuran
Kredit Transmigrasi Berdasarkan Kelas
Kebun Kakao .. 26
Tabel III-1. Sebaran dan Pertumbuhan Luas Panen
Kedelai Per wilayah di Wilayah Indonesia .. 40
Tabel III-2. Volume Impor Kedelai dan Bungkil Kedelai
Dibanding Impor Biji-bijian Lainnya 1984-
1995 (000 ton) . .. . .. .. .. .. .. . .. .. .. .. . . .. .. .. . ... 42
Tabel III-3. Elastisitas Komsumsi Pisang Terhadap
Total pengeluaran Menurut jenis Pisang di
perkotaan, pedesaan dan Perkotaan +
Pedesaan .. . 45
Tabel III-4. Besar dan Nilai Ekspor Nanas Segar
Indonesia . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 50
Tabel III-5. Besar dan Nilai Ekspor Nanas Kalengan
Indonesia......................................... 50
Tabel III-6 Sasaran Produksi Bawang Merah dalam
Repelita VI .. .. .. . .. .. . . . .. . .. .. .. .. .. . .. .. .. .. .. 53
Tabel III-7. Ekspor Bawang Merah Indonesia . . . . . . . . . . . . 54
Tabel IV-1 Perkembangan Penyaluran dan Tunggakan
KUT Pola Umum dan KUT Pola Khusus
Padi/palawija MT 1985 sd/ 1996/1997
Posisi Januari 1998 . 96
SUSUN'AN TIM
SU&UNAN,PENULIS
BABI PENDAHULUAN
Ditulis Bersama : Ir. Kunto Endiryono, MM,
Ir. Pandiadi, MM dan Ir. Enny Ariani
BAB VI RANGKUMAN
Ditulis oleh : Ir. Kunto Endriyono, MM
Bj\.BI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan permukiman transmigrasi yang telah
dilaksanakan selama ini dan pada masa-masa yang. akan datang
masih akan tetap berorientasi dan berbasis pada sektor pertanian,
khususnya tanaman pangan dan perkebunan. Walaupun berbagai
inovasi seperti pola usaha jasa, industri, kehutanan, petemakan
dan perikanan sudah mulai di introdusir sejak awal Pelita V,
namun perkembangan proyek-proyek yang dikategorikan sebagai
proyek rintisan tersebut masih belum seperti yang diharapkan.
Sebagai suatu inovasi, upaya penganekaragaman berbagai pola
usaha tersebut dimaksudkan untuk lebih menyempumakan
pembangunan transmigrasi, Karenanya, upaya tersebut dapat
dipandang sebagai suatu, langkah yang sangat strategis, terlebih
dalam menghadapi era yang semakin kompetitif dan transparan
sebagaimana kondisi ekonoini sosial dan politik yang makin
berkembang pada saat ini. Bukan saja diperlukan pemikiran-
pemikiran yang kritis dan kreatif guna meningkatkan nilai tambah
yang lebih optimal dalam pengelolaan 'sumberdaya, melainkan
juga harus mampu mengakomodasikan pergeseran visi dan
aspirasi dari berbagai pihak-pihak yang terkait dengan
pelaksanaan program transmigrasi, baik calon transmigran
maupun pelaku-pelaku ekonomi (swasta, BtJMN dan Koperasi)
yang akan bertindak sehagai inti maupun badan usaha pembina,
Untuk itu, tuntutan terhadap kualitas pelayanan dari berbagai
pihak yang berkompeten dengan pelaksanaan ,progrp.rn
transmigrasi akan menjadi semakin penting. Berbagai fenomena
yang tengah berkembang saat ini mengindikasikan perlunya
penyegaran dan pembaharuan ke berbagai aspek kehidupan
sejalan dengan gencamya . tuntutan - arus globalisasi dan
transparansi.
B. TUJUAN
Merumuskan kriteria, standar dan prosedur model
pemukiman, transmigrasi agroestate/PIR-Trans Mandiri untuk
usaha tanaman pangan dan hortikultura.
C. SASARAN
Tersusunnya konsep model permukiman transmigrasi
agro-estate/PIR-Trans-Mandiri untuk usaha tanaman pangan dan
hortikultura.
D. KEGUNAAN
Sebagai bahan masukan. bagi pengambil keputusan
dalam penyelenggaraan progam transmigrasi, model pemukiman
agro-estate/PIR-Trans-Mandiri untuk usaha tanaman pangan dan
hortikultura.
E. KERANGKA PEMIKIRAN
1. Kebijaksanaan dan Strategi Pembangunan Tanaman
-Pangan dan Hortikultura.
Pembangunan sub sektor tanaman pangan dan
hortikultura pada dasarnya merupakan proses upaya
memanfaatkan potensi sumberdaya alam, sumberdaya
manusia, modal, ilmu pengetahuan · dan teknologi serta
manajemen untuk menghasilkan produk yang dibutuhkan
guna meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan,
memperluas kesempatan kerja dan berusaha serta
menghasilkan devisa negara dengan tetap berorientasi pada
ketersediaan sumberdaya alam dan lingkungan (Ariyadisastra,
1997). Dalam era persaingan bebas dan dengan segala
konsekuensinya tidak bisa dihindarkan lagi berbagai masalah
serta tantangan penyediaan pangan yang akan muncul baik
dalam perspektif lokal, nasional maupun global. Berbagai
masalah dan tantangan tersebut diantaranya adalah :
~ LINGKUP:KEGIATAN
Pengembangan model permukiman transmigrasi
agroestate untuk usaha tanaman pangan Clan hortikultura harus
.diasumsikan bahwa program Ini.mempunyai kemungkinan dapat
dioperasionalkan sebagaimana untuk -komoditas tanaman
perkebunan. Untuk itu, lingkup 'kegiatarr yang akan dilakukan
meliputi identifikasi seluruh- kendala' potensi dan peluang yang
ada, selanjutnya melalui pemberian rh.asukan baru atau berbagai
rekayasa teknis, ekonomis dan sosial budaya akan dapat
diperkirakan suatu hasil tingkat- perkembangan yang diharapkan.
Adapun dalam pelaksanaan,· lingkup kegiatan ini akan dimulai
dari persiapan, pengumpulan data, analisis dan perumusan kriteria
standar dan prosedur penyelenggaraan program transmigrasi
model· agroestate.
G. METODOLOGI
Metode yang -digunakan dalam kegiatan kajian ini
adalah desk-study dan. survei, Desk study dilakukan melalui
penelusuran pustaka dari berbagai sumber yang relevan. Metode
ini diaplikasikan untuk menghimpun data-data sekunderbaik di
H. BATASANPENGERTIAN
1. Agro-estate (Plk-Trans- Mandiri), adalah pertanian rak:yat
yang dikelola secara agribisnis . dengan transmigran
(Transmigrasi Swak:arsa Mandiri) sebagai pemilik lahan usaha
(yang tergabung dalam koperasi) serta perusahaan
(Swasta/BUMN/Koperasi) sebagai pemilik pabrik pengolahan,
pemasar dan pemasok sarana produksi,
2. Pengembang/Developer yaitu perusahaan swasta!J3UMN/
BUMD/ Koperasi yang melak:ukan investasi di daerah
transmigrasi dengan membangun rumah beserta kebun
usahanya bagi para transmigran.
BABJI
'-.;. .
2. Keadaan Tanah
Menurut peta tanah tinjau yang diterbitkan oleh LPT
Boger, (1980), keadaan tanah di lokasi ini terdiri dari jenis
Mediteran Haplik 787,5. ha (13,1 %), Alluvial Eutrik 2.483,35
ha (41,3 %), dan Podsolik Kandik 2.739,}5 ha (45,6 %).
Tekstur tanah berupa lempung berpasir, dengan pH agak
masam (4,83-4,86), kandungan bahan .organik tinggi - sangat
tinggi, kandungan N sedang - tinggi, P rendah - sedang dan
3. Keadaan Fisiografi
Keadaan fisiografi pada [ahan pekarangan merupakan
daerah alluvial yang telah berkembang. Daerah ini diapit oleh
dua sungai besar yaitu Sungai Singkoyo (sebelah barat) dan
Sungai Mahasan (sebelah timur). Bentuk wilayah di areal ini
umumnya datar dengan lereng 0 - 1 persen. Kedalaman air
tanah pada musim kemarau berkisar ~.5 - 3 nieter dan pada
musim hujan berkisar 1 - 1,5 meter· dari permukaan tanah.
Solum tanah cukup dalam, rata-rata Iebih dafi 1 no
cm dari
permukaan -tanah; dengan tekstur Iempung berpasir,
Kondisi pada sebagian besarlahan pangan berada pada
fisiografi' bergelombang - berbukit' dengan lereng antara
5 :. 15 %, dan sebagian kecil berada pada daerah alluvial
dengan lereng 0 - 1 %. Kondisi tanah pada daerah yang
4. Iklim
Berdasarkan data dari stasiun pengamatan 'cuaca di
Bubung Luwuk, diperoleh gambaran bahwa temperatur rata-
rata bulanan sebesar 27 ,4 o C, kelembaban udara relatif rata-
rata bulanan 77,4 ~. dan tingkat penyinaran matahari rata-rata
bulanan sebesar 64,3 %. Tingkat penyinaran matahari tertinggi
terjadi pada bulan Oktober dan terendah pada bulan Juni.
Kecepatan angin berkisar antara 7,4 sampai 12,2 kin/jam, atau
rata-rata bulanan sebesar 9,8 km/jam.
Berdasarkan data curah hujan dari stasiun BPP Toili
(1986-1996), bahwa menurut klasifikasi Oldeman, daerah ini
tergolong kedalam tipe iklim C2 yang ditandai oleh bulan
basah (curah hujan > 200 mm) berturut-tunit selama 6 bulan
yakni dari April sampai dengan September, dan bulan kering
(curah hujan < 100 mm) berturut-turut selama 3 bulan yakni
dari Nopember sampai dengan Januari. Dari gambaran iklim
5. Perijinan
Ujicoba transmigrasi pola agro-estat dengan komoditas
kakao ,diiaksanakan atas kerjasama Departemen Transmigrasi
dan PPH dengan PT. Kurnia Luwuk Sejati yang bertindak
sebagai pelaksana transmigrasi sesuai dengan ijin pelaksanaan
transmigrasj (IPTS) nomo~ Kep.10 J/Menil995, tertanggal 21
"' ·~
Februari 1995. Sebagai langkah operasional telah dibuat
Perjanjian Kerjasama Kemitraan antara Kantor Wilayah
Departemen Transmigrasi dan PPH Propinsi Sulawesi Tengah
dengan PT. Kurnia Luwuk Sejati dengan nomor :
05/W.22/lVl 996
02/NKS/KSK050/l 996 tanggal 1 Pebruari 1996, tentang
Pengembangan Transmigrasi Pola Agro-Estat di Toili,
Kecamatan Batui, Kabupaten Banggai, Propinsi Sulawesi
Tengah.
Berdasarkan Surat Keputusan . Kepala Badan
Pertanahan Nasional No.15/HGU/1991, pencadangan areal
yang diberikan kepada PT. Kurnia Luwuk Sejati seluas 6.010
Ha dengan status Hak Guna Usaha (HGU). Laban tersebut
selanjutnya sebagian akan diubah statusnya menjadi HPL
untuk pembangunan transmigrasi dengan ~ola agro-estate.
Dalam perkembangannya alokasi lahan y~g dijadikan untuk
usaha agroestate ini berubah, karena terj!ldi perubahan status
lahan, maka rinciannya menjadi 1.800 hektar untuk kebun
plasma dan 450 hektar untuk kebun inti.
6. Pembangunan Permukiman
a. Tata Ruang
Ditinjau dari aspek permukiman, tata ruang yang dibuat
bentuknya mengelompok, dan terpisah baik dengan lahan
pangan maupun kebun kakao yang merupakan usaha
pokok transmigran. Jarak tempuh kebun kakao dari
permukiman bervariasi antara 1 - 7 km, namun sebagian
besar (78 %) berada pada jarak antara 3 - 7 km dari
permukiman dengan waktu tempuh berkisar 0,5 sampai 1
(satu) jamjalan kaki.
b. Alokasi Lahan
Setiap transmigran memperoleh lahan tapak rumah clan
pekarangan seluas 500 m, lahan pangan (ditanami jagung
dan kedelai satu musim tanam) seluas 0,5 Ha, serta kebun
kakao (plasma) seluas 2 Ha, dengan status hak milik
(sertifikat). Lahan pekarangan dan lahan pangan
merupakan bantuan hibah dari pemerintah yang dibagikan
secara langsung kepada transmigran dengan cara diundi
pada saat mereka tiba di lokasi. Sedangkan kebun kakao
diperoleh dengan cara membeli dari investor/developer
kebun melalui sistem kredit. .Kebun kakao ini diserahkan
pengelolaannya kepada transmigran setelah 11 - 12 hari
sejak transmigran tiba di lokasi. Pembagian kebun plasma
ini diatur sedemikian rupa sehingga warga dalam 1 (satu)
RT mendapat kebun pada satu hamparan, yang
dimaksudkan agar pembinaannya mudah dilaksanakan.
c. Pembangunan Rumah dan Fasilitas Umum
Setiap transmigran memperoleh sebuah rumah yang
merupakan bantuan hibah dari pemerintah. Untuk tahap
pertama yaitu pada T.A. 1994/1995, rumah yan~ dibangun
sebanyak 100 buah, dan seluruhnya saat ini telah
7. Penempatan Transmigran
Peserta agro-estat adalah para TSM dari daerah asal
maupun daerah transmigrasi yang, sanggup dan memiliki
kemampuan untuk mengelola kebun beserta fasilitas yang ada.
Penempatan transmigran dilaksanakan pada bulan .Juni-Juli
1995 sebanyak 100 KK (359 jiwa) yang berasal dari Jawa
Timur sebanyak 31 KK (93 jiwa), Jawa Tengah 4 KK (10
jiwa), Jawa Barat 14 KK (38 jiwa) dan APPDT 51 KK.
Transmigran dari Daerah Asal Pulau Jawa berangkat melalui
pelabuhan kapal laut Tanjung Perak Surabaya dengan biaya
ditanggung masing-rnasing transmigran (Rp 101.800,-/
orang) ditambah biaya transport darat dari pelabuhan laut
Luwuk ke lokasi sebesar Rp 7.000,-/9r~g, sedangkan
angkutan barang dibantu oleh pihak perusahaan, Selama
•.
dalam perjalanan (di kapal) p~rmakanan. ditanggung oleh
awak kapal, dan setelah mendarat di pelabuhan sampai 1 hari
kemudian permakanan dibantu oleh pihak perusahaan.
Diantara 49 KK transmigran asal Pulau Jawa, terdapat
9 orang transmigran berpendidikan tingkat sarjana (SI), 3
orang diantaranya adalah sarjana perkebunan, sedangkan.
sisanya memiliki tingkat pendidikan lebih rendah. Umumnya
8. Pembinaan
Permukiman transmigrasi agro-estat merupakan
permukiman terpadu yang pengelolaannya melibatkan 3
pelaku utama yaitu perusahaan swasta sebagai developer/inti,
transmigran swakarsa mandiri sebagai plasma, dan pemerintah
sebagai pembina. Dalam pembinaan permukiman agro-estate
telah dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Pembinaan sosial, ekonomi, dan budaya
Mel~lui pembinaan sosial ..budaya telah terbentuk 5 RT,
masing-masing dengan jumlah 20 KKIRT, serta 5
kelompok tani, Pembinaan sosial ekonomi ditekankan
pada bidang usaha pokok, antara fain melalui pelatihan
teknis budidaya tanaman kakao yang diikuti oleh 30 orang
peserta, dan pelatihan kewiraswastaan yang diikuti oleh 4
· orang peserta.
10. Permasalahan
a. Status Lahan
Hingga saat ini belum ada kejelasan mengenai status
kebun kakao yang telah dibagikan kepada transmigran, karena
penyerahan kebun dari perusahaan inti belum disertai ikatan
kredit. Pengalihan status lahan dari Hak Guna Usaha_(HGU)
menjadi Hak Pengelolaan 'Lahan (HPL) Departemen
Transmigrasi dan PPH 'belum selesai, karena itu 'diperlukan
tindak lanjut yang lebih kongkrit sampai pembuatan sertifikat
lahan. Hal ini diperlukan agar transmigran merasa tenang
dalam melaksanakan kegiatan usahatani. Berdasarkan
informasi, usulan perubahan status lahan telah diproses oleh
berikut:
I) Versi Hasfarm, cara penilaian dengan menggunakan
parameter jumlah tegakan tanaman kakao per 'ha, diameter
batang, jurnlah tanaman yang telah ber buah, serta kondisi
gulma dan sisa tunggul dan kayu pada setiap kapling
kebun. Teknik -penilaian dilakukan 1 dengan metode
sampling, yaitu dilakukan pengamatan dengan selang, 5
baris tanaman. Dalam 'pelaksanaan -ini., PT.Hasfarm
dibantu oleh 16 orang katyawan dari PT. Kurnia Luwuk
Sejati, dan diperlukan waktu selama 3 hari . untuk
penilaian pada 100 kapling (2 ha/kapling). °tJ'~
2. Perijinan
Berdasarkan SK Gubernur KDH Tingkat I Sumatera
Selatan No. 898/SK/I/1990, tertanggal 3 Desember 1990, luas
pencadangan areal yang diberikan kepada PT. Sumarco
Makmun Indah kurang lebih 25.000 ha dengan 'peruntukan
bagi pembangunan perkebunan kelapa sawit melalui Pola PIR-
Trans. Dalam proposal yang diajukan dan diekspose oleh PT.
SMI di Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Bangka,
direncanakan pihaknya akan menempatkan transmigran
sebanyak 500 KK yang didistribusikan ke dalam beberapa
afdeling.
3. Pembangunan Pemukiman
Pembangunan rumah diatur sedemikian rupa sehingga
jarak rumah petani peserta dengan kebun kelapa sawit tidak
terlalu jauh. Pembangunan rumah dibuat secara berkelompok
sesuai dengan jumlah afdeling kebun yang dibangun, yaitu
sebanyak 22 afdeling. Pada setiap Afdeling dibangun 200 unit
rumah beserta fasilitas umumnya di atas lahan seluas 20 Ha.
Bangunan rumah berbentuk kopel dilengkapi dengan
jamban keluarga, sarana listrik (450 watt), air perpipaan
(sumur artetis kedalaman 100 m), dan perabotan rumah
tangga. Spesifikasi bangunan rumah: type 21, luas tanah 150
m, dinding batako, lantai tegel, atap dan plafon dari ashes.
Bangunan fasilitas umum terdiri dari Balai Desa, Masjid,
Poliklinik, dan Waserda. Disamping itu untuk setiap 2 (dua)
afdeling dibangun satu Sekolah Dasar.
Berdasarkan perhitungan tahun 1986, PT.SM!
menetapkan harga paket rumah sebesar Rp 10,-juta/unit (Rp 8
juta,- untuk rumah dan Rp 2 juta untuk perabot rumah tangga).
Sumber dana untuk pembangunan rumah berasal dari dana
kredit pemilikan rumah (KPR). Jangka waktu kredit 12 tahun,
dengan suku bunga 11 % ditambah fee Koperasi sebesar 3 %;
Sedangkan masa tenggang (grace period) pengembalian kredit
ditentukan selama 3 tahun. Harga paket kredit rumah tersebut
sudah termasuk biaya pemeliharaan selama .kredit belum lunas
(maksimal 12 tahun)
4. Pembangunan Kebun
Untuk pembangunan kebun kelapa sawit ini, Studi
Kelayakan dan Studi Amdal dilakukan oleh Pusat
Pengembangan dan Pengkajian Agribisnis (P2-PA), sebagai
konsultan PT. SMI. Dari luas areal yang dicadangkan,
direncanakan
J.
2.560 ha untuk kebun inti dan 22.000 ha lainnya
sebagai kebun plasma. Pembangunan kebun -. dibagi menjadi
22 Afdeling, pada setiap afdeling dibangun kebun kelapa
sawit seluas 1.000 ha dan kebun percontohan 20 ha. Selain itu,
di lokasi ini akan dibangun pabrik pengolahan kelapa sawit
dengan kapasitas 60 ton/jam yang pembangunannya sudah
dimulai pada pertengahan tahun 1996.
Berdasarkan perhitungan PT.SM!, pada tahun 1986,
harga paker kredit satu kapling kebun plasma (5 ha)
ditetapkan sebesar Rp 29.853.000,-per 5 Ha (@ Rp5,97
Juta/ha). Biaya pembangunan kebun berasal dari dana Kredit
Koperasi Primer untuk Anggota (KKPA) yang disalurkan
melalui Koperasi Karyawan dan Petani Peserta (KKPP).
Dalam hal ini yang bertindak sebagai bank pelaksana adalah
BDNI, dan sebagai avalis adalah PT.SM!. Jangka waktu
kredit selama 12 tahun, -dengan suku bunga 11 % ditambah
fee Koperasi 3 %, sedangkan masa tenggang pengembalian
kredit selama 3 tahun.
5. Penempatan
Hingga -pertengahan September 1995, rumah yang
telah dibangun ada 1.000 unit, dan 80 unit diantaranya telah
ditempati petani peserta sejak awal September 1995.
Kemudian'200" unit rumah lainnya akan segera ditempati oleh
petani peserta yang saat itu masih ditalll~ung di barak kerja
untuk mendapatkan pelatihan dari pihak Perusahaan (PT.SM!)
yang bekerja sama dengan Departemen Tenaga Kerja. Para
petani yang menjadi peserta pengembangan perkebunan ini
adalah penduduk setempat yang lahannya terkena proyek dan
eks karyawan penambangan timah di Pulau Bangka. Petani
6. Permasalahan
a. Status Proyek Pembangunan
Pembangunan kebun kelapa sawit oleh PT.SMI di
Kabupaten Dati 11 Bangka tidak dapat disebut sebagai pola
PIR-Trans ataupun Pola Agro-estate karena dalam
pelaksanaarmya tidak melibatkan 'transmigran, meskipun
ijin prinsip pencadangan areal dari Gubernur dialokasikan
untuk pembangunan PIR-Trans, dan penerapan
pembangunan fisiknya menggunakan konsep.. pola agro-
estate. :.
b, Transaksi Jual Beli Kebun
Berdasarkan harga tahun 1986 nilai kredit kebun
' plasma dihitung sebesar- Rp 29.853.000,- per kapling (5
ha) atau Rp 5,97 Juta,-/Ha. Apabila perkebunan tersebut
mengadopsi pola agroestate, maka beradasarkan
perhitungan tahun 1995 nilai kredit yang diajukan ke Bank
Indonesia meningkat menjadi Rp. 39 ju~ per kapling (5
ha), atau Rp. 7 ~~,_juta per hektar. Namun demikian harga
jual ke transmigran masih .bisa diturunkan apabila
komponen biaya pembangunan fasilitas umum Clan
infrastruktur
r
diperhitungkan sebagai subsidi ·pemerintah
r
BAB III
PRASYARAT PENGEMBAN9AN MODEL PEMUKIMAN
TR'.ANSMIGRASl·USAHA AGROESTATE UNTUK
TAN AMAN PAN GAN DAN HORTIKULTURA
J. Komoditas Jagung
a. Gambaran Umum
Indonesia yang beriklim tropis dan ketersediaan lahan
yang masih luas sangat cocok bagi pengembangan
tanaman jagung. Sebagai gambaran bahwa luas lahan
kering di Indonesia kurang lebih 51.410.113 ha, namun
hanya sekitar 3,3 juta ha per tahun yang digunakan untuk
pengembangan tanaman jagung.
Tanaman jagung di Indonesia pada awalnya
terkonsentrasi di Jawa Tengah, Jawa Timm dan Madura.
Selanjutnya, tanaman jagung lambat laun menyebar ke
luar Pulau Jawa. Dari hasil- survey Biro Pusat Statistik
(1991), daerah sentrum produsen jagung paling luas di
Indonesia berada di Propinsi Jawa· Tengah, Jawa Timur,
Sulawesi Selatan, NTT, Lampung, dan Jawa Barat.
Pada dasamya tanaman ja~$ memiliki prospek
pemasaran yang cukup baik mengingat' konsumsi jagung
di dunia menempati urutan ketiga setelah padi dan
gandum. Persebaran penanaman jagung terus meluas di
berbagai negara karena tanaman ini mempunyai daya
adaptasi yang luas terhadap agroklimat daerah sub tropik
dan daerah tropik. Dewasa ini Indonesia merupakan
negara penghasil jagung terbesar di kawasan Asia
Tenggara. Hal ini terlihat dari produksi jagung Indonesia
yang selalu meningkat dari tahun ke tahun. Selama
2. Komoditas Kedelai
a. Gambaran Umum
Kedelai adalah salah satu komoditi 'pangan yang
penting bagi sebagian rakyat Indonesia. Selain itu bungkil
kedelai juga banyak digunakan sebagai l?akan temak.
Menurut data ~USENAS, komsumsi kedelai secara
nasional terus menunjukkan peningkatan yang cukup
berarti. Sebagai gambaran, pada tahun 1981 tingkat
konsumsi kedelai per kapita rata-rata sebesar 8,50 kg dan
pada tahun 1993 menjadi 22,~0 kg per kapita, atau rata-
rata naik sebesar 13,52 persen per tahun. Melihat
pertumbuhah konsumsi kedelai yang cukup pesat maka
usahatani dan industri kedelai mempunyai prospek yang
sangat baik. Secara nasional total konsumsi kedelai saat ini
diperkirakan sebesar 2,58 juta ton per tahun (Simatupang
• J •
dkk, 1990).
Industri pakan merupakan pengguna kedelai kedua
terbesar setelah industri makanan, Seb~&51i gambaran pada
tahun 1982 permintaan bungkil kedelai untuk industri
pakan telah mencapai 69.961 ton dan kemudian meningkat
menjadi sekitar 160.200 ton pada tahun 1994
{Dirjentan, 1995).
(%ner tahun)
.
Sumber: BPS, Statistik Indonesia, 198S - 199S.
Bungkil
Tahun Kedelai Gandum Biji Lainnya Total
Kedelai
1985 3020 1752' 1.317 3 166 1 1.960 6
1986 359 3 • 306 7 1.610 1 212 ( 2.488.2
198'7 286.7 2570 1.688 8 4100 2.642 5
1988" .. '465.8 72~ '1.588 3 4403 2.566 7
1989 390.5 1144 1.806 7 4408 2.7524
1990 54'1 0 52 1.704 4 285 7 2.536 3
1991 6728 193 3 2.221 7 2944 3.782 2
992 6941 1706 2.456 6 998 3 4.3196
1993 7239 3611 2.525 2 877 5 4.487 7
1994 800 5 498 6 2.3302 505 1 4.134 4
Rata2 4761
<
195 9 1.749 9' . - 4399 2.8792
Pertumbuhan 11,4 6,7
8,8 13,6 12,8
(%oertahun)
.
Sumber : Statistik.Indonesia,BPS
3. Komoditas Pisang
a. Gambaran Umum
"Prospek pengembangan budidaya buah-buahan secara
intensif dalam skala agribisnis dan agro- industri cukup cerah.
Hal ini berkaitan dengan semakin meningkatnya jumlah
penduduk, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, kesadaran
gizi masyarakat, industri pengolahan dan perkembangan
pariwisata. Dengan adanya peluang pasar yang masih terbuka
luas baik di dalam ne_geri maupun luar negeri, peningkatan
produksi buah-buahan' dapat menghemat devisa atau sebagai
sumber devisa negara pada tahun-tahun mendatang.
Pisang (Musa paradisiaca L) merupakan salah satu
jenis buah yang digemari oleh sebagian besar penduduk dunia
dan dikonsumsi oleh masyarakat terutatna dalam bentuk buah
'segar (buah meja). Buah ini digemari karena rasanya enak,
kandungan gizinya tinggi, mudah didapat dan harganya relatif
murah, 'Selain dapat dikonsumsi sebagai buah Segar dewasa ini
banyak industri yang memanfaatkan hasil tanaman pisang ini
seperti pabrik tepung, pabrik keripik pisang dan lain-lain.
Sejalan dengan masih besarnya peluang pasar bagi buah
pisang baik pasar domestik maupun untuk ekspor maka masih
memungkinkan dikembangkannya produk buah pisang secara
intensif.
Indonesia mempunyai potensi sumberdaya lahan yang
sangat besar untuk pengembangan .agribisnis, pisang, yaitu
.sekitar 2,,8 juta .. hektar tergolong yan~ mempunyai potensi
sangat tinggi dan 0,8 juta hektar tergolong klasifikasi sedang.
Lahan-lahan potensial tersebut tersebar di seluruh propinsi di
Indonesia. Namun demikian selama ini produksi pisang di
Indonesia sebagian besar masih didominasi Pulau Jawa,
walau potensi lahan yang dimiliki belum tergarap secara
optimal. Produsen terbesar pada tahun 1994 adalah Propinsi
4. -Komoditas Nanas
a. Gambaran Umum
Nanas merupakan salah satu komoditi yang memiliki
nilai ekonomis yang cukup tinggi dansangat potensial untuk
diekspor. Didalam negeri nanas merupakan kebutuhan
konsumsi sehari-hari sebagai makanan segar. Sejalan dengan
makin meningkatnya taraf hidup masyarakat maka permintaan
akan buah-buahan khususnya nanas juga meningkat.
Tbllll4
a e ... B esar d an N.l. s
l al Ek soor Nanas ezar Indonesia
Tahun Berat Bersih (kg) Nilai.(US$)
1987 28.260 5.753
1988 1.640 2.745
1989 3.694 1.027
1990 .27.613 40.609
1991 191.320 185.792
1992 69.348 23.361
1993 39.933 15.607
Sumber : Biro Pusat Statistik 1987 - 1993.
C. Dukungan Kelembagaan
Pengembangan kelembagaan mencakup pengembangan
organisasi, dari kelompok tani, himpunan kelompok tani
(koperasi), hingga manajemen perusahaan dan pengembangan
aturan main yang meliputi hak dan kewajiban, kepemilikan,
kewenangan, dan mekanisme pengambilan keputusan pada setiap
tingkat organisasi (Pakpahan, 1990). Program transmigrasi agro-
estate ini akan melibatkan berbagai unsur, baik pemerintah,
swasta, BUMN, koperasi, maupun TSM sebagai pesertanya.
Disamping itu secara agro-estate juga mencakup kegiatan
usahatani yang dikelola secara agribisnis, sehingga dalam
penanganannya memerlukan kesinambungan aktivitas 'ekonomi
antar subsistem secara efisien mulai dari penyediaan sarana
produksi, kegiatan produksi, pengolahan sampai pada per&saran
hasil. Dengan memperhatikan hal-hal diatas dukungan
kelembagaan menjadi sangat penting dalam menunjang
keberhasilan program transmigrasi agro-estate ini. Secara rinci
dukungan kelembagaan dalam pengembangan agro-estate adalah
sebagai berikut:
E. Dukungan Masyarakat
Usaha agroestate untuk tanaman pangaµ....£.:£ian
hortikultura umumnya memerlukan dukungan "teknologi, maju"
dan keterampilan profesional dari pelaku-pelakunya. Diperlukan
pula efiensi kerja dan kepekaan mengantisipasi perkembangan
selera konsumen yang dinamis agar komoditas yang dihasilkan
memiliki daya saing dari segi mutu maupun harga.
BAB IV
ASPEK PEMBIA YAAN U~TUK
MENDUKUNG PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS
1. Penyediaan Permodalan
a. Dalam penyediaan permodalan dikenal phase yang
bergerak melalui sejumlah tahapan pembiayaan selama
siklus usaha.
Investasi awal, umumnya bersumber dari uang pribadi
pemilik -perusahaan dan berbagai sumber lain yang
diupayakan oleh pemilik yang umumnya sudah dikenal
dengan baik. Pada tahapan kedua perusahaan mulai
tumbuh melampaui kemampuan pembiayaan pemilik.
Dalam tahapan ini pemilik tidak bisa lagi membiayai
berbagai investasi berikutnya -dengan dana sendiri,
sehingga perusahaan harus mencari sumber pembiayaan
2. Pemberian Kredit
Kebijakan perkreditan suatu negara sangat tergantung
dari kondisi perekonomian dan keuangan di negara yang
bersangkutan. Di Indonesia kebijakan perkreditan bersifat
dinamis dalam arti terus disesuaikan dengan perkembangan
perekonomian dan keuangan. Pada periode sebelum 1 Juni 1983,
kebijakan perkreditan yang ditempuh diwarnai oleh skim kredit
.bersubsidi, mengingat sumber dana pembiayaan dari minyak
cukup- besar dan dilain pihak kondisi perbankan masih lemah
dalam memobilisasi dana dari masyarakat. Ini dilaksanakan
melalui cara pembiayaan program untuk kegiatan yang
diprioritaskan dengan dukungan ktedit likuiditas Bank Indonesia
(KLBI) yang cukup besar dengan suku bunga rendah. Kebijakan
kredit yang diarahkan berdasarkan prioritas dimaksudkan untuk
mendorong pemerataan kegiatan pembangunan dan hasil -
hasilnya menuju ke pemerataan kesempatan berusaha dan
pendapatan masyarakat. Namun, walaupun kebijakan kredit
selama periode tersebut telah memberikan dampak positif,.
kebijakan tersebut masih mengandung beberapa kelemahan,yaitu
KLBI pada dasarnya bersifat inflatoir dan suku bunga bersubsidi
ini mendistorsi alokasi sumber ekonomi serta kurang mendorong
perbankan memobilisasi dana masyarakat. Selain itu, kredit
dengan dukungan KLBI yang suku bunganya ditetapkan rendah
1. Butasan Pengertian.
a. KLBI adalah kredit ·yang. diberikan oleh Bank Indonesia
kepada bank-bank dalam -rangka menunjang pembiayaan
usaha suatu bidang yang sudah ditentukan.
b. Kredit perbankan yang didukung dengan KLBI adalah
. Kredit Usaha Tani, Kredit kepada Koperasi Unit Desa,
Kredit kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya, Kredit
2. Skim Kredit
a. Kredit Kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya
(KKPA)
1) Tata Cara Memperoleh Pinjaman KKPA
Memasuki era transparansi, usaha-usaha kecil,
menengah dan koperasi akan semakin mendapat
perhatian yang lebih besar. Karena jenis usaha ini
terbukti tangguh dalam menghada.pi berbagai gejolak
ekonomi. Salah satu bukti, adalah dengan
diundangkannya UU Nomor 25/1992 tentang
Perkoperasian. Peraturan koperasi ini akan
dikembangkan menjadi gerakan ekonomi rakyat yang
mampu mengangkat potensi ekonomi masyarakat luas.
Strategi pengembangannya akan diarahkan menjadi
koperasi yang sehat, tangguh dan mandiri serta
profesional. Dengan kondisi semacam ini, peranan
koperasi diyakini akan mampu menunju
pemerataan pembangunan untuk mening!(~t~?Il
kesejahteraan. . "t'~ i
Dalam rangka pengembangan tersebut, salah
satu kendalanya dalam upaya pengembangan koperaai,
yang perlu mendapat perhatian adalah terbatasnya
permodal pada lembaga tersebut. Pemerintah,
melalui Bank-bank Indonesia, dalam mengatasi
keterbatasan ini telah melakukan berbagai kebijakan
a) Syarat-syarat KKPA
Jumlah kredit yang dapat diberikan kepada setiap anggota
koperasi primer maksimum Rp.50 juta. Bagi anggota koperasi
yang ingin mendapatkan fasilitas ini, disyaratkan untuk memiliki
sejumlah tabungan anggota dalam koperasi tersebut.
Jangka waktu maksimal pembiayaan KKPA untuk kredit
investasi adalah 15 tahun . untuk pembiayaan modal kerja
ditetapkan satu tahun. Apabila modal kerja ini terkait dengan
investasinya, maka jangka waktu pinjaman modal kerja ini dapat
diperpanjang sampai dengan 5 tahun. Sedangkan kredit modal
kerja untuk pembiayaan tanaman musiman· tertentu, jangka
waktunya bisa lebih dari 1 tahun.
J enis usaha yang dapat cfibiayai dengan fasilitas KKPA.
adalah [enis usaha produksi pada. semua sektor ekomomi,
termasuk Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI) dan jenis usaha yang
bukan produksi yaitu : sektor perdagangan dan jasa.
2. Modal Ventura
Modal Ventura merupakan bentuk pembiayaan
penyertaan modal yang bersifat sementara oleh Perusahaan
Modal Ventura (PMV) ke dalam Perusahaan Pasangan Usaha
(PPU) atau Investee Company baik perorangan, kelompok
maupun usaha berbadan hukum dengan pola pembagian
keuntungan yang akan ditentukan bersama - sama oleh PMV
danPPU.
2) Obligasi Konversi
Jenis pembiayaan ini adalah dalam bentuk obligasi
yang dapat dikonversikan ke dalam saham biasa yang
dikeluarkan oleh PPU yang sudah berbentuk Perseroan
Terbatas.
3) Pola Bagi Hasil/Partisipasi Terbatas
Jenis pembiayaan ini adalah suatu sistem pembiayaan
oleh PMV dengan terlebih dahulu menentukan suatu
prosentase tertentu dari keuntungan bersih setiap bulan
atau periode tertentu yang diperoleh oleh PPU untuk
diberikan kepada PMV. Besamya prosentase tersebut
ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara .PMV dan
PPU.
c. Prosedur
Pada dasamya tata cara/prosedur untuk
mendapatkan bantuan penyertaan Modal Venture bagi
PPU perorangan/kelompok dan berbadan hukum adalah
sebagai berikut :
1) Penyampaian Usulan Rencana·Usaha
Calon PPU menyampaikan usulan rencana usaha
kepadaPMV
2) Seleksi
PMV akan melakukan seleksi a415 usulan rencana
usaha yang dapat disampaikan oleh PPU. Rencana
usaha yang dapat di pertimbangkan untuk
mendapatkan bantuan penyertaan Modal Ventura hams
mempunyai prospek yang baik
3) Evaluasi
Rencana usaha yang mempunyai prospek baik akan
dievaluasi lebih mendalam. Evaluasi meliputi
kelayakan usaha, pasar, karakter. pengusaha.kondisi
lapangan (tempat usaha) dan lain-lain.
4) Musyawarah.
Musyawarah antara PPU dan PMV meliputi hal-hal
yang menyangkut jangka waktu kerjasama, jumlah
penyertaan modal, pembinaan manajemen,
pernantauan, sistim bagi hasil, asuransi, pelaporan dan
lain-lain.
5) Perjanjian Pembiayaan
Apabila hasil musyawarah telah 'menyepakati jangka
waktu kerja sama,ratio bagi hasiljumlah penyertaan
modal dan lain-lain, maka ditandatangani kontrak kerja
sama antara Pfy1V dan PPU.
6) Realisasi /Pencarian
Pada tahap ini PMV akan mencairkan modal venture
yang telah disepakati dalam bentuk uang tunai bagi
usaha perorangan/kelompok dan penyertaan saham
bagi usaha berbadan hukum.
7) Pengernbalian (Divestasi)
Selama jangka waktu kerjasama berjalan atau pada
akhir kerjasama, PPU mempunyai kewajiban untuk
· mengembalikan -pinjaman modal ventura secara
mengangsur atau melunasi sekaligus bagi usaha
perorangan/kelompok., atau PMV menjual sahamnya
kepada PPU atau pemodal lainnya bagiusaha berbadan
hukum (PT). Diharapkan setelah kerjasama berakhir
PPU telah mampu menjalankan usahanya dengan
modal sendiri.
2) Subsektor Perkebunan
a) Pola UPP
98 PUSAT,PENEIATIANDAN.PENGEMBANGAN
Tanaman Pangan dan Hortikuitura
b) Pola PIR
d) Program Intensifikasi
TblIV2K
a e erazaan perkred"itan s ubsektor, p erkbe unan
I. UPP
2. PIR
4. Intensifikasi
INVESJ',Qk.
SEB:AGA1PENGENIB~"WOAN
,.~
:Kl{PA
{~t:
~~R~ ~t:KARANlJl\t\T ;,
• tRANSMlGll·M>f
BANK PELAKSANA
i ,,
~-·-··-·--····················
KOPERASI ~ BADANUSAHA PEMBINA
r
t! Konsultan
i 1 r
Manajemenrl.embaga
. . ·~
1 1Perguri}i;m 'tin$i!LSM/
USAH'A TANI . :Perusa1irum'£Wasta yang
'.fAANSMIGRAN bergeralodalamtbidang
(Kebun & pekarangan) agribisnis.
BABV
RUMUSAN KRITEIUA, STANDAR DAN PROSEDUR
MODEL PERMUKIMAN. TRANSMIGRASI AGRO ESTATE
UNTUK
USAHA TANAMAN P A:N'GANDAN HORTIKUL TURA
1. Pendahuluan
Titik berat pembangunan transmigrasi pada dasarnya
boleh dimodifikasi sebagai upaya mengoptimalkan pencapaian
sasaran program pembangunan nasional seperti penciptaan
pusat-pusat pertumbuhan ekonomi regional dan pencapaian
kecukupan pangan. Dalam tatanan yang lebih operasional
kebijaksanaan umum pembangunan transmigrasi dewasa ini
lebih difokuskan sebagai pendukung pengembangan wilayah di
Kawasan Timur Indonesia dan membantu 'penanggulangan
kemiskinan serta menyediakan lapangan kerja bagi korban
pemutusan hubungan kerja. Secara khusus kebijaksanaan
transmigrasi lebih diarahkan untuk pengembangan agribisnis,
agroindustri dan usaha-usaha produktif lainnya, serta
peningkatan kualitas sumberdaya manusia efektivitas dan
efesiensi kelembagaarr transmigrasi, dan pemanfaatan IPTEK.
Dalam konteks tersebut, transmigrasi swakarsa
mandiri (TSM) akan semakin relevan disamping transmigrasi
swakarsa berbantuan dan transmigrasi umum. Alasan utama
dalam mendorong arus transmigrasi swakarsa (mandiri dan
berbantuan) adalah untuk mengurangi beban anggaran
pemerintah. Dengan demikian diharapkan akan semakin banyak
warga masyarakat yang bersedia dilibatkan dalani program
transmigrasi atas biaya sendiri. Pertimbangan lainnya adalah
asumsi bahwa program transmigrasi yang sudah berusia hampir
2. Pengertian
a. Agroestate Transmigrasi (Agroestate ..Trans) merupakan salah
satu model pengembangan Transmigrasi Swakarsa Mandiri
(TSM) yang dirancang sejak awal dengan usaha pokok
pertanian dalam arti luas yang meliputi usaha tanaman
pangan, hortikultura, perikanan dan peternakan,
b. Model Agroestate Transmigrasi (Agro Estate-Trans)
merupakan bentuk pengembangan dari pola perkebunan
lainnya, seperti NES (World bank); PIR-SUS (APBN
Perkebunan) dan P.!R-Trans (sesuai Inpres No. 1tahun1986).
3. Tujuan
a. Meningkatkan kesempatan kerja dan perluasan kesempatan
berusaha di daerah permukiman transmigrasi melalui
kepemilikan kebun dengan jenis komoditas pertanian tertentu
secara kredit.
b. Meningkatkan kemampuan manajerial dan keterampilan
petani peserta dalam pengembangan usaha pokoknya.
c. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan transmigran
--~
peserta khususnya dan pihak-pihak lain yang;,_Jerkait
umumnya.
d. Menunjang program perluasan areal pertanian tanaman
pangan dan hortikultura danjenis usaha lainnya.
e. Menciptakan pemukiman transmigrasi yang layak huni, layak
usaha dan layak berkembang serta mampu membentuk pusat
pertumbuhan wilayah-wilayah baru.
4. Sasaran
a. Terbentuknya kebun usaha pokok dan rumah beserta lahan
pekarangannya bagi transmigran peserta yang semakin
meluas,
b. Tercapainya pendapatan transmigran peserta minimal
Rp.5.000.000,- sampai dengan Rp.6.000.000,- per kapita per
tahun.
c. Terwujudnya transmigran peserta (petani) yang tangguh dan
mandiri serta struktur perekonomian yang berbasiskan
pertanian modem.
5. Kriteria Lokasi
a. Tipe lahan
Agroestate dengan komoditas hortikultura dapat dikembangkan di
lahan kering, sedangkan komoditas pangan bisa diusahakan di lahan
basah atau lahan kering.
b. Kesesuaian Laban
- Lahan pekarangan minimal S3 (sesuai marginal) untuk
mendukung usaha diversifikasi tanaman pangan dan
hortikultura.
- Lahan untuk jenis usaha pokok sesuai dengan kebutuhan
komoditas yang akan dikembangkan.
c. Status Tanah
Lahan yang diperuntukan bagi permukiman agroestate sudah
dibebaskan dari hak-hak atas tanah dan benda-benda di
atasnya yang ditetapkan dengan Keputusan Gubemur/Kepala
Daerah Tingkat I.
d. Aksesibilitas
Waktu atau jarak tempuh dari pusat kegiatan ekonorni, yaitu
ibu kota kecamatan terdekat lebih kurang 1 sampai dengan 2
jam perjalanan kendaraan bermotor.
6. · Standar Permukiman
a. Besar Permukiman; jumlah transmigran dalam satu unit
permukiman minimal I 00 KK.
b. Kebutuhan Ruang dalam Satuan Pemukiman :
- Luas lahan untuk tapak rumah : 500 m2/KK.
- Luas lahan Pekarangan (LPK) : 2.000 m /KK..,
Luas Lahan Kebun Plasma = 1 ha/KK.
- Perusahaan pengembang (developer) tidak mutlak harus
memiliki lahan kebun sebagai inti. Namun demikian
apabila pengembang (developer) merencanakan untuk
mengusahakan komoditas seperti budidaya dan
penanganan pasca panen atas produk tersebut luasan lahan
yang dimiliki tidak lebih dari 20 % dari roral lahan yang
dialokasikan untuk agroestate. ..
c. Fasilitas umum seperti tempat ibadah, puskesmas, sekolah
yang sudah ada di desa-desa sekitar permukiman transmigrasi
agroestate diperbaiki atau ditambah agar bisa dimanfaatkan
transmigran.
d. Jarin'.gan Jalan
Tabel V.l. Standar Jalan
Jenis Jalan DMJ Lebar Lebar Spesifikasi
(m) Jalan/Badan Perkerasan
Jalan (m) Tingkat Awai
(m)
JI. Penghubung 20 7,5/4,5 4,5 Lap is
perkerasan
JL Poros 20 7,5/4,5 4,5 (ap1S
perkerasan
JI. Desa 10 6,513,0 3,0 Perkerasan
dengan sirtu
tebal 10 cm
Jalan Kebun 10 6,5/3,0 - 3,0 Tanah
Laban plasma dipadatkan
e. Saluran
- Lehar saluran navigasi 20-50 meter dan Lehar saluran primer 15-
20 meter
- Lehar saluran sekunder 4-6 m
- Lehar saluran tersier 1-1,5 m
f. Tata Letak
- Permukiman dibangun mengelompok.
- Jarak rumah dengan lahan usaha pokok (kebun) tidak lebih
dari 1km
- J arak rumah dengan pusat desa tidak lebih dari 3 km.
- Jarak rumah dengan badan jalan minimal 10 m.
--...:.
·F~'(_PEN~:J'IhN
. . . ~. _,,....__
....-~ -- . . -=--·.. -- -
DAN PENGEMBANGAN
.ol- ....__
--~ ~
113
~
-- -----· -----
~-------------....
..
-·~ -
-- --
Tanaman Pangan dan Hortikultura
c. Pengelolaan Lingkungan
- Bimbingan teknis pengelolaan lingkungan;
- Penanggulangan kesehatan lingkungan;
Pengendalian hama terpadu;
- Konservasi tanah dan air.- -
d. Rehabilitasi Lingkungan Pemukiman dan sekitamya
- Penanaman pohon di kanan kiri sungai, dan mata air;
- Penanaman pohon di kanan kirijalan poros;
- Peningkatan fasilitas dan sarana yang ada.
e. Kriteria Pembinaan
Masa pembinaan dilaksanakan oleh Departemen --
Transmigrasi dan PPH antara I - 3 tahun. Sertifikat hak
milik atas bangunan, beserta lahan pekarangan dan lahan
kebun (usaha pokok) diserahkan kepada transmigran
setelah kreditnya lunas yang diatur melalui perjanjian
antara transmigran, perusahaan pengembang dan
perbankan, serta diketahui oleh Departemen Transmigrasi
danPPH.
116
__ _;.~ -
b, Pendaftaran, Seleksi -Calon transmigran dan penetapan
transmigran
Pendaftaran dilakukan terhadap anggota rnasyarakat yang
berminat dan berkemampuan- menyediakan uang muka
serta sanggup dan berpotensi membayar/mengembalikan
kredit.
Seleksi dilakukan untuk niendapatkan transmigran peserta
yang telah memenuhi kriteria dan persyaratan yang
ditetapkan.
Penetapan transmigran dilakukan dengan Keputusan yang
ditandatangani oleh Kakanwil Dep. Transmigrasi dan
PPH, dan Perusahaan Pengembang dan pihak Perbankan.
c. Pelatihan; kegiatan ini diarahkan pada aspek manajerial dan
teknis budidaya tanaman pangan .dan hortikultura,
penanganan pasca panen dan pengorganisasian.
d. Penempatan; pengaturan perolehan rumah dan lahan kebun
(usaha pokok) dilakukan berdasarkan urut-urutan pilihan
peminat.
c. Pengelolaan Lingkungan
- Bimbingan teknis pengelolaan lingkungan;
- Penanggulangan kesehatan lingkungan;
- Pengendalian hama terpadu;
- Konservasi tanah dan air.
d. Rehabilitasi Lingkungan Pemukiman dan sekitarnya
- Penanaman pohon di kanan kiri sungai, dan mata air;
- Penanaman pohon di kanan kiri jalan poros;
- Peningkatan fasilitas dan sarana yang ada.
e. Kriteria Pembinaan
Masa pembinaan dilaksanakan oleh Departemen
Transmigrasi dan PPH antara 1 - 3 tahun. Sertifikat hak
milik atas bangunan, beserta lahan pekarangan dan lahan
kebun (usaha pokok) diserahkan kepada transmigran
setelah kreditnya lunas yang diatur melalui perjanjian
·antara transmigran, perusahaan pengembang dan
perbankan, serta diketahui oleh Departemen Transmigrasi
danPPH.
13. Pembiayaan
a. Pembukaan Lahan Pekarangan (LPK), lahan usaha pokok
(kebun) dan pembangunan prasarana dan sarana seperti jalan
penghubung, jalan poros/jalan desa, jalan lahan usaha pokok
(kebun), dermaga, saluran primer, sekunder dan sarana
fasilitas umum/fasilitas sosial dibiayai oleh Pemerintah
dengan dana APBN/APBD.
b. Biaya pembangunan lahankebun (usuha pokok) bersumber
dari kredit atas nama transmigran peserta yang dikelola oleh
investor sebagai pengembang dan avalis.
c. Biaya pembangunan rumah bersumber dari kredit perbankan
atas nama transmigran peserta;
d. Avalis pada saat kebun dibangun, adalah pengembang dan
pada saat kebun diusahakan oleh transmigran adalah badan
usaha pembina,
e. Komponen kredit untuk transmigran peserta adalah rumah,
lahanpekarangan, dan kebun (lahan usaha pokok).
f. Tenggang waktu kredit adalah periode sampai lahan usaha
pokok menghasilkan sesuai dengan komoditas tanaman
pangan dan hortikultura yang diusahakan.
118 ;; ~ . . PENGEMBANGAN
PUSAT PENELITIAN DAN ~~ .
. ·- .... _ . ·-· ., ... i:_an.a11J_a1J,l',<!!'G(!IJtfan Hortikul£ur'f •.
16. Pengendalian
Pengendalian pelaksanaan Proyek Pemukiman
Transmirasi Model Agro Estate-Trans dilakukan/diarahkan pada
kelancaran pembangunan transmigrasi yang berwawasan
kebangsaan melalui tiga tingkatan koordinasi :
a. Tingkat Nasional dipimpin oleh Menteri Transmigrasi dan
PPH;
b. Tingkat Propinsi dipimpin oleh Gubernur/KDH Tingkat I;
c. Tingkat Kabupaten 'atau Kotamadya oleh Bupati/Walikota.
17. Pengembangan ,
Pengembangan Model Pemukiman Transmigrasi Agro
Estate-Trans dilakukan melalui pelaksanaan proyek yang
dipantati dan dievaluasi secara berkesinambungan sesuai dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkernbangan
kebijaksanaan pemerintah.
· 19. Penutup
Model Permukiman Transmigrasi Agro Estate merupakan
pengembangan pola perkebunan, yang dikombinasikan dengan
pembangunan perumahan versi KPR-BTN. Model ini akan terns
disempurnakan dan diselaraskan dengan kondisi daerah dan
dinamika masyarakat dari berbagai golongan dan tingkatan
pendapatan kemampuan dan keterampilan khususnya dari aspek
pertaniannya. Pertanian yang modem dan tangguh hanya
mungkin dapat terwujud apabila berbagai iklim yang kondusif
bagi tumbuh dan berkembangnya usaha tersebut tercipta secara
optimal. Untuk itu, beberapa aspek teknis pelaksanaan harus
diperhatikan. Pertama, secara teknis perencanaan, konstruksi
harus dapat dipertanggungjawabkan dengan memperlihatkan
kaidah-kaidah, norma standar, spesifikasi, peraturan-peraturan
sesuai dengan komoditas yang dikembangkan. Kedua, secara
ekonomis harus, memenuhi persyaratan, peraturan-peraturan dan
layak dilaksanakan, yaitu dengan memperhitungkan besamya
kredit pembiayaan yang dapat dijangkau oleh kemampuan para
transmigran serta dapat saling menguntungkan bagi pihak-pihak
yang terkait. Ketiga, secara sosial harus memperhatikan dan
mempedulikan budaya, kemasyarakatan maupun adat istiadat.
DAFfARPUSTAKA
Lampiran 1.
..,-ii ;
3. KKPA
Anggota
Kopcrui
Primer
produktif
so juta 16% . I-IS th
usaha psi
uu
Perbankan
I
No 7th 92.
Usoha BankUmwn
produktif 16%
4. KKPA-TR PeuniTcbu 2-3Ha 1·2 th
pcrdagansan
:.-
Usaha Kclayalcan BankUmum
Trus Produktif usaha psi I
s, KKPA-PIR
TRANS-KT!
Aoggota so juta 16% 3-IS th uu
KopPrimcr Pcrbankan
No 7••00
Usaba jlSI Kelayaklj) Bank umum
pengiriman g Devisa
6. KKPA-TKI ,Calon TK1 TKl SOjuta 4-16% 2,S th uu·
Ullha "''
Perbankan
Nn 7rhQ2
Usaha kecil Kelayabn BM!
Nuabah produktif N"isbah bagi Ullha psi 8
KKPA-Bagi
7,
Hasil
pengusaha so jut& basil 16 % I-IS th uu
kecil 30% Perbankan
No. 7th 92
Masyarabt PCllliliklJI Sesuai SK Ru mah BankUmum
I KPRS/RSS belpengaha RS/RSS l,S-14% 20th
1il1n ~~nA.h ~~~m
Usaha Kclayabn BPR/BPRS
KMK· produlctif Max 30 % usaha psi g
9. BPRIPMK· Nasabah IS juta •tau bagi 1-4 th uu
BPRS basil Perbankan
'"~ 7th 92
Semua scktor BPR: Sjuta 16% Kclayakan BPR/
Pcngwha BPR:l-2th
10. KPKM/PPKM kccil Mikro
ekonomi BU: 30 atau bagi
BU : 4th usaha BPRS/BU
iurta h .. ;1
Ke!. Usaha Kclayalcan BNl,BRI
Tukibn poduktif SO juta 12%. 1-3 th usaha.
II. KPnG
yaogsiap ~8
Koperasi Usaha •·Kelayabn Bank Pcrscro
pengusaha produklif 3 Milyar I th usaha
12. KMK-UKM 16%
kecil clan
-n""'1
Kopensi Produksi Kclayakan Bank Pcrscro
Pengusaha wiagulan 400 jut& 16% 1th usaha danBPD
13. KPT-PUD kecil clan dacrah
meneneah
Lampiran 2.
Lampian 3.
ANALISIS FINANSIAL
Lampiran 4.
ANALISIS FINANSIAL
D. Pertimbangan Usaha
1. Break Event Point (BEP)
a. BEP untuk folume produksi
BEP = R.p. 20.105.000
6.000 kg
= 3.335,8 kg
Titik balik modal tercapai bila produksi bawang 3.351 kg
b. BEP untuk harga produksi
BEP = Rp. 20.105.000
7.000 kg .
= Rp. 2.87,1/kg.
2. Rasio Biaya dan Pendapaan (RIC)
RIC = Rp. 42.000.000,-
Rp. 20. l 05.000,-
= Rp. 2.89,-
Setiap penambahan biaya Rp. 1,00 akan diperoleh penerimaan
Rp. 2,10,-
3. Net Present Value (NPV)
NPV = Rp. 42.000.000,- 1
(l+0.025)2
= Rp. 40.000.000,-
Dengan asumsi bunga bank 30 % per tahun, penerimaan yang
akan diperoleh 2 (dua) bulan medatang sebenamya senilai Rp.
40.000.000,-
Lampiran 5.
b. Tenaga kerja
Bibit 50.000 Bt x Rp40,-.bt = Rp. 2.000.000,-
Urea 1.48~ kg x Rp. l.000/kg Rp. 1.485.000,-
KCL l.080 kg x Rp. 2.500,-/kg Rp. 2.700.000,-
SP 36 l.215x Rp 1.800,-/kg Rp. 2.187.000,-
Pupuk kandang 10.000 kg x Rp.80/kg Rp. 800.000,-
FeS04 60 kg x Rp. 2.400/kg,- Rp. 144.000,-
Zn S04 60 kg x Rp. 2.000,/kg- Rp. 120.000,-
Karbit 5kg x Rp. 2.500,-/kg Rp 12.500,-
Rp. 24.133.800,-
Jumlah biaya (FC +VC) Rp. 27.533.800,-
3. Penjualan
Produksi buah 80.000 kg x Rp. 750,-/kg Rp. 60.000.000,-
Produksi bibit 180.000 x Rp. 40/kg Rp. 7.200.000,-
Rp. 67.200.000,-
Lampiran 6.
I. Tahun Pertama
No. Keziatan Biava fRn)
l. Sewa tanah I ha selama 4 tahun 6.000.000
2. Bibit 1.500 batang 2 Rp. 1.000,- 1.500.000
3. Pengolahan tanah 40 HOK x Rp. 7.000,- 280.000
4. Pembuatan lubang 25 HOK x Rp. 7.000,- 175.000
5. Insektisida dan fungisida 200.000
Pupuk
-~ vrea 300 kg@ Rp. 1.000,- 300.000
TSP l 00 kg@ Rp. 1.800,- 180.000
- KCL 150 kg@ Rp. 2.500,- 375.000
6. Peralatan
- Hard sprayer 2 buah@Rp. 100.000,- 200.000
- Cangkul 3 buah@ Rp. 15.000,- 45.000
- Parang 3 buah@ Rp. 7.500,- 22.500
7. Pemeliharaan
- Penyiangan 15 HOK @ Rp. 7 .000,- 105.000
- Pembumbunan dan penjarangan 10 HOK 70.000
- Pemumpukan 5 HOK 35.000
- Pengendalian hama penyakit 5 HOK 35.000
8. Pemanenan 20 HOK 140.000
Total I 9.662.500
2 Tahun II
No Kegiatan Biaya
ffin)
l. Pupuk
- Urea 300 kg@ Rp. '1:000,- 300.000
- T~P 100 kg@ Rf>. 1.800,- 90.000
- KCL 150 lCg@ Rp. 2.500,- 250.000
Insektisida dan fungisida 200.000
Pemeliharaan
- Penyiangan 10 HOK@Rp. 7.000,- 70.000
- Pembumbunan dan penjarangan l 0 HOK 70.000
- Pemumpukan 5 HOK 35.000
- Pengendalian hama penyakit 5 HOK 35.000
Pemanenan 20 HOK 140.000
Total II 1.190.000
3. Tahun ke III
No. Keziatan Biava (Rn)
I. Pupuk
- Urea 300 kg@ Rp. 1.000,- 300.000
- TSP 100 kg@ Rp. 1.800,- 90.000
- KCL 150 kg@Rp. 2.500,- 250.000
Insektisida dan fungisida 200.000
Pemeliharaan
- Penyiangan 10 HOK@Rp. 7.000,- 70.000
- Pembumbunan dan penjarangan I 0 HOK 70.000
- Pemumpukan 5 HOK 35.000
- Pengendalian hama penyakit 5 HOK 35.000
Pemanenan 20 HOK 140.000
Total III 1.190.000
3. Tahun ke IV
No. Kegiatan Biava (Rn)
I. Pupuk
- Urea 300 kg@ Rp. 1.000,- 300.000
- TSP 100 kg@ Rp. 1.800,- 90.000
- KCL 150 kg@Rp. 2.500,- 250.000
Insektisida dan fungisida 200.000
Pemeliharaan
- Penyiangan 10 HOK@ Rp. 7 .000,- 70.000
- Pembumbunan dan penjarangan IO HOK 70.000
- Pemumpukan 5 HOK 35.000
- Pengendalian hama penyakit 5 HOK 35.000
Pemanenan 20 HOK 140.000
Total IV 1.190.000
Total biaya yang dikeluarkan adalah:
Rp. 9.662.500 + ( 3 x 1.90.000,-) = Rp. 13.232.500,-
A. Pendapatan
Panen I akan tiba waktunya setelah sembilan bulan tanam.
Sedangkan Panen berikutnya selang waktu 6 bulan sekali. Selama
4 tahun akan panen sebanyak 6 kali.
Asusmsi tiap panen adalah 1.000 pohon tandan pisang. Adapun
asumsi harga rata-rata di tingkat petani sebesar Rp. 6.500,-
/tandan.
Dengan asumsi diatas, maka pendapatan yang diperoleh :
1.000 x 6 x Rp. 6.500,- = Rp. 39.000.000,-
B. Keuntungan
Keuntungan adalah selesih antara pendapatan dikurangi
pengeluaran
Rp. 39.000.000,- - Rp. 13.323.500,- = Rp. 25.676.500,-