Anda di halaman 1dari 174

I

Kajian Model PermukimanAgro-Estateuntuk


Usaha Tanaman Pangan dan Hortikultura

.sl
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
DEPARTEMEN TRANSMIGRASI
DAN PEMUKIMAN PERAMBAH HUTAN R.I.
.·. '

JAKARTA 1999
~ Ace No

I Class

Checked

~·:
/ ·~ ~~#~.- '.
-
.ilfll/¥'-..

..."""
••
Kajian Model Permukiman Agro-Estate
untuk Usaha Tanaman Pangan
dan Hortikultura

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


DEPARTEMEN TRANSMIGRASI
DAN PEMUKIMAN PERAMBAH HUTAN R.I.
-
- ;._._'"
JAKARTA 1999
E .K Q I. ~ T A ,, ..

. A ~?ENP.:;
/·?C No

:-.·
KATA SAMBUTAN

Peralatan pertanian merupakan salah satu kunci keberhasilan


usahatani. Kesesuaian peralatan secara langsung akan mempengaruhi
luasan lahan yang dikelola, sehingga berpengaruh terhadap pendapatan
transmigran. Oleh karena itu, jenis, jumlah, dan kualitas peralatan
pertanian perlu terns mengalami penyempurnaan seiring dengan usaha
untuk memperbaiki mutu layanan dan kesejahteraan transmigran.

Studi Standardisasi Bantuan Peralatan Pertanian pada tahun 1999


merupakan studi tahap ke dua yang bertujuan untuk mengkaji kebutuhan
peralatan pertanian, dan menyusun altematif rumusan bantuan peralatan
untuk transmigran pola perkebunan.

Kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya laporan


studi ini diucapkan terima kasih.

Jakarta, Maret 1999

Pusat Penelltian dan Pengembangan


Tanaman Pangan dan Hortikultura

RINGKASAN

Menyikapi era yang semakin kompetitif dan transparan,


khususnya di bidang ekonomi, sosial dan politik yang tengah
berkembang saat ini diperlukan suatu pemikiran 'kritis dan kreatif,
guna merumuskan dan menetapkan suatu inovasi baru Transmigrasi
sebagai suatu bagian dari pembangunan nasional yang lebih
merupakan keberpihakan pada masyarakat marginal, telah melakukan
upaya tersebut yang salah satunya dengan menghasilkan suatu
gagasan model permukiman transmigrasi yang kemudian dikenal
dengan sebutan agroestate atau PIR-Trans Mandiri. Model ini
merupakan usaha pertanian rakyat yang dikelola .secara agribisnis
dengan tI,ap.si:pigranswakarsa mandiri (TSM) sebagai pemilik lahan
usaha yang tergabung dalam suatu lembaga pengelola
(Koperasi/Usaha Bersama) dan Badan Usaha Pembina (Koperasi
profesional, konsultan manajemen, LSM, atau Lembaga Perguruan
Tinggi) sebagai pengelola manajemen usaha. Lembaga/Badan Usaha
yang akan bertindak sebagai pembangunan kebun (developer),
diutamakan perusahaan yang akan menjadi inti.. Kebun yang
terbangun selanjutnya di kapling-kapling dalam skala ekonomi
rumah tangga dan dijual kepada transmigran baik secara kontan bagi
yang mampu atau melalui sistem kredit kepemilikan rumah (KPR-
BTN).
Implementasi permukiman transmigrasi model agroestate
untuk usaha pe;kebunan saat ini tehgah diujicobakan di daerah Toili,
Sulawesi Tengah dengan tanaman kakao, dan di Bangka, Sumatera
Selatan dengan komoditas kelapa sawit. Langkah selanjutnya dari
upaya ini adalah untuk merumuskan usaha tanaman pangan dan
hortikultura. Rumusan konsepsi ini tengah dikaji dan memerlukan
serangkaian pencermatan untuk dapat dibakukan. Aspek yang
dipandang paling urgen dalam perumusan konsep ini mencakup
besaran atau skala usaha untuk setiap komoditas pangan dan

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


Tanaman Pangan dan Hortikulturq

hortikultura, pengaturan pola --tanam dalam periode tertentu, serta


beban tanggungan kredit untuk transmigran seandainya rumah, kebun
dan modal kerja merupakan komponen kredit.
Tujuan kajian model petmukiman agroestate untuk usaha
tanaman pangan darr hortikultura adalah untuk merurimskan kriteria,
strandar dan prosedut penyelenggaraannya, Sedangkan metode yang
digunakan adalah desk study dan survai. Desk study dimaksudkan
untuk menghimpun data-data sekunder dari berbagai sumber yang
relevan sedangkan .survai dimaksudkan untuk menghimpun data
primer tentang komoditas tanaman pangan dan hortikultura terpilih
yang meliputi tanaman kedelai, jagung, bawang merah, nanas dan
pisang. Untuk rnemperdalam kajian ini juga dilakukan WjtWancara
dengan .nara sumber yang dianggap mempunyai kemampuan dalam
memahami permasalahan yang terkait dengan pqko~ kajian. Sampel
lokasi ditentukan secara purposive di Propinsi Lampung. Alasan
pilihan ini didasarkan atas pertimbangan aksessibilitas yang memadai,
dan didukung aspek pemasaran, potensi sumberdaya, dankeragaman
komoditas tanaman pangan serta hortikultura yang dapat
dikembangkan. Data dan informasi yang terkumpul selanjutnya
dianalisis secara deskriptif
Dalam ujicoba 'model pemukimah agroestate untuk usaha
tanaman perkebunan (kakao dan kelapa sawit) masih dijumpai
sejumlah kendala ·seperti status Iahan, keragaman pertnmbuhan
tanaman (jumlah tegakan dan tingkat kesuburan tanaman),
mekanisme jual beli yang kurang transparan dan- birokrasi yang
berbelit-belit yang dicerminkan oleh kekuranglancaran dukungan dari
berbagai instansi terkait. Keseluruhan persoalan ini sesungguhnya
masih terbatas pada permasalahan teknis dan administratif, dan sangat
mungkin dibenahi dan disempurnakan sepanjang adanya "good will"
dan ''political will" dari pemerintah, terlebih dalam era yang semakin
terbuka ini.

PUSAT PENELITIAN DANPE~GEMBANGAN 11


Tanaman Pangan dan Hortikultura

Berbagai komoditas baik tanaman pangan dan hortikultura


seperti : jagung, kedelai, pisang, nanas dan bawang merah yang
menjadi fokus kajian dipandang potensial sebagai komoditas
unggulan. Produk-produk tersebut mempunyai pasar yang prospektif
baik di dalam negeri maupun ekspor, juga secara agroklimat sangat
potensial diusahakan di daerah-daerah transmigrasi.
Implementasi model permukiman transmigrasi agroestate
mengharapkan dukungan pembiayaan dari berbagai skim kredit
pemerintah, di samping equity dari badan usaha yang akan
melaksanakan pembangunan permukiman dan kebun usahanya. Skim
kredit 'yahg' akan digunakan untuk investasi kebun dapat berupa :
Kredit Koperasi Primer untuk Anggotanya (KKP A) dan Kredit
Pemilikan 'Rumah (KPR) untuk bangunan rumah. Sedang kredit untuk
modal kerja usaha pokoknya dapat berupa Ktedit Usaha Tani (KUT)
dan ·K.redit Koperasi Unit Desa (K KUD), selain itu juga dapat berasal
dari lembaga non perbankan, seperti : Dana Pegel-BUMN, Modal
Ventura dan Dana Modal Usaha (DMU).
Sebagai suatu inovasi implementasi model permukiman
transmigrasi agroestate memerlukan suatu pedoman yang baku.
Kriteria, standar dan prosedur .penyelenggaraan sebagaimana telah
dirumuskan dalam kajian ini memerlukan sosialisasi dan publikasi
yang meluas untuk mendapatkan umpan balik dari semua pihak yang
terkait dengan penyelenggaraan pemukiman model agroestate untuk
usaha tanaman pangan dan hortikultura.

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN iii


Tanaman Pangan dan Hortikultura

KATA SAMBUTAN

Agenda pembangunan transmigrasi pada dasamya terns


mengalami penyempurnaan dan pembaharuan, disesuaikan dengan
keunggulan komperatif dan kompetitif wilayah, yang diwujudkan
dalam keragaman pola usaha pokok transmigran. Kajian Model
Pemukiman Transmigrasi Agroestate untuk Usaha Tanaman
Pangan dan Hortikultura merupakan salah satu upaya dalam
menyikapi kondisi tersebut. Terlebih ketika berbagai sektor
pembangunan yang sedang dilakukan pada saat ini harus
menyelaraskan dengan dinamika masyarakat yang semakin kritis dan
kreatif.
Melalui kajian ini diharapkan dapat diformulasikan kriteria,
standar dan prosedur model pemukiman transmigrasi agroestate
sebagai titik awal dalam mensinergikan berbagai sumberdaya secara
lebih optimal dan proaktif.
Demikian, sumbang saran maupun kritik yang konstruktif
sangat kami harapkan bagi penyempurnaan tulisan ini.

Heriawan Saleh M c

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN lV


Tanaman Pangan dan Hortikultura

KATA PENGANTAR

Kajian model pemukiman agroestate untuk usaha tanaman


pangan dan hortikultura adalah merupakan salah satu kegiatan dari
proyek penelitian dan pengembangan pada tahun anggaran
1998/1999. Pelaksanaan kegiatan ini diawali dengan kajian-kajian
pustaka dan telaahan data sekunder dari berbagai sumber, dan
ditindaklanjuti dengan kajian lapang sebagai studi kasus.
Tujuan utama dari studi ini adalah untuk merumuskan kriteria
Standar dan Prosedur model permukiman Transmigrasi Agroestate
dengan usaha pokok tanaman pangan dan hortikultura.
Sangat disadari bahwa hasil kajian dan rekomendasi yang
tertuang dalam laporan ini masih banyak kekurangan dan belum
menjawab secara komprehensif tentang aplikasinya. Namun
demikian, diharapkan bahwa laporan ini dapat dijadikan sebagai
acuan bagi Departemen Transmigrasi dan PPH, serta pihak-pihak
terkait lainnya dalam rangka pengembangan kebijaksanaan
penyelenggaraan transmigrasi.
Akhimya kepada semua pihak yang telah membantu
penyusunan dan penyempuranaan laporan ini kami ucapkan terima
kasih.

Jakarta, Maret 1999


Penulis,

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN v


Tanaman Pangan dan Hortikultura

DAFTARISI
Halaman
RINKASAN I

KATA SAMBUTAN .. . iv
KATAPENGANTAR............................................. v
DAFT AR ISi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. VI

DAFT AR TABEL .. . . IX

SUSUNAN TIM . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . x
SUSUNAN PENULIS . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . x1
BABI PENDAHULUAN
A. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
B. Tujuan ·........................ 5
C. Sasaran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
D. Kegunaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
E. Kerangka Pemikiran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
F. Li~gkup Kegiatan ·12
G. Metodologiv.,; .. .. .. . .. .. .. 12
H. Batasan dan Pengertian . . . . . . . . .. . . . . . .. .. . . . . . . . 13

BAB II IMPLEMENTASI MODEL PE.RMUKIMAN


AGROESTATE UNTUK TANAMAN PER-
KEBUNAN
A. Perkebunan Kakao di Toili Sulwesi Tengah .. 16
B. Perkebunan Kelapa Sawit di Bangka
Sumatera Selatan . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . 31

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN Vl


Tanaman Pangan dan Hortikultura

BAB Ill PRASYARAT PENGEMBANGAN MODEL


AGROESTATE UNTUK TANAMAN
PANGAN DAN HORTIKULTURA
A. Peluang Pengembangan Agroestate Di
Permukiman Transmigrasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 36
1. Komoditas Jagung . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 36
2. Komoditas Kedelai 39
. 3. Komoditas Pisang 43
4. Komoditas Nanas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 47
5. Komoditas Bawang Merah . . . . . . . . . . . . .. 51
B. Keragaan Potensi Sumberdaya yang Tersedia 55
C. Dukungan Kelembagaan . . .. . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . 56
D. Dukungan Kemudahan dari Pemerintah . . . . . . 63
E. Dukungan Masyarakat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 66

BAB IV ASPEK PEMBIAYAAN UNTUK MEN-


DUKUNG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS
A. Kebijakan Kredit Perbankan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 69
B. Skim Kredit Perbankan 74
1. Batasan Pengertian .. . .. .. 74
2. Skim Kredit ··~········· 75
3. Kredit Usahatarii (KUT) . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 80
4. Kredit Kepada Koperasi Unit Desa . . . . . . . 83
C. Skim Kredit non Perbankan . . . .. . . . . . . . . .. . . ... 85
1. Dana Pegel-BUMN . . . . . . . . . . . .. . . . . . .. . . . . . . . 86
2. Modal Ventura ,............ 89
5. Dana Modal Usaha 93
D. Keragaaan Pemanfaatan Kredit di Sektor
Pertanian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 96
E. Implementasi Alur Penyaluran Kredit untuk
Usaha Agroestate . . . .. . 104

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN vii


Tanaman Pangan dan Hortikultura

BABV RUMUSAN KRITERIA, STANDAR DAN


PROSED UR ·MODEL PERMUKIMAN
TRANSMIGRASI AGROESTATE UNTUK
US AHA TANAMAN PANGAN DAN
HORTIKULTURA ..... 107

BAB VI RANGKUMAN .................................... 127

DAFT AR PUST AKA............................................. 133

LAMP IRAN

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN viii


. . Tanaman Pangan dan Hortikultura

DAFfAR TABEL
Halaman
Tabel II-1. Keadaan topografi Lokasi Agro-Estat . 17
Tabel II-2. Perkiraan Harga .Jual dan Kredit Kebun
Kalq1qBerdasarkan Kelasnya ·~ .. 25
Tabel II-3. Perkiraan Pendapatan bersih dan Angsuran
Kredit Transmigrasi Berdasarkan Kelas
Kebun Kakao .. 26
Tabel III-1. Sebaran dan Pertumbuhan Luas Panen
Kedelai Per wilayah di Wilayah Indonesia .. 40
Tabel III-2. Volume Impor Kedelai dan Bungkil Kedelai
Dibanding Impor Biji-bijian Lainnya 1984-
1995 (000 ton) . .. . .. .. .. .. .. . .. .. .. .. . . .. .. .. . ... 42
Tabel III-3. Elastisitas Komsumsi Pisang Terhadap
Total pengeluaran Menurut jenis Pisang di
perkotaan, pedesaan dan Perkotaan +
Pedesaan .. . 45
Tabel III-4. Besar dan Nilai Ekspor Nanas Segar
Indonesia . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 50
Tabel III-5. Besar dan Nilai Ekspor Nanas Kalengan
Indonesia......................................... 50
Tabel III-6 Sasaran Produksi Bawang Merah dalam
Repelita VI .. .. .. . .. .. . . . .. . .. .. .. .. .. . .. .. .. .. .. 53
Tabel III-7. Ekspor Bawang Merah Indonesia . . . . . . . . . . . . 54
Tabel IV-1 Perkembangan Penyaluran dan Tunggakan
KUT Pola Umum dan KUT Pola Khusus
Padi/palawija MT 1985 sd/ 1996/1997
Posisi Januari 1998 . 96

PUSAT PENELITIAN DAN P.ENGEMBANGAN ix


Tanaman Pangan dan Hortikultura

SUSUN'AN TIM

Penanggung Jawab : Ir. Kunto Endriyono, MM

Anggota : 1. Ir. Pandiadi. MM


2. Ir. Widaryanto, MM
3. Ir. Enny Ariapi
4. Lilik Ermawaty, SH
5. Naluria, BSc

Pengolah Data/Penata Letak : Amin Utoyo

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN x


Tanaman P_angan d~n Hortikultura

SU&UNAN,PENULIS

BABI PENDAHULUAN
Ditulis Bersama : Ir. Kunto Endiryono, MM,
Ir. Pandiadi, MM dan Ir. Enny Ariani

BAB II IMPLEMEl'l'TASI MODEL PERMUKIMAN AGRO-


ESTATE UNTUK TANAMAN PERKEBUNAN
Ditulis Oleh.: Ir. Pandiadi, MM

BAB III PRASYARAT PENGEMBANGAN MODEL AGRO-


ESTATE UNTUK TANAMAN PANGAN DAN
HORTIKULTURA
Ditulis Bersama : Ir. Enny Ariani, Lili Ernawati, SH,
Ir. Pandiadi, MM, Ir. Widaryanto, MM

BAB IV ASPEK PEMBIA YAAN UNTUK MENDUKUNG


PENGEMBANGAN AGRIBISNIS
Ditulis oleh : Ir. Kunto Endriyono, MM

BABV RUMUSAN KRITERIA, STANDAR DAN


PROSEDUR MODEL PERMUKIMAN TRANS-
MIGRASI AGROESTATE UNTUK USAHA
TANAMAN PAN GAN DAN HORTIKULTURA
Diutlis Bersama: Ir. Kunto Endriyono, MM
dan Ir. Pandiadi, MM

BAB VI RANGKUMAN
Ditulis oleh : Ir. Kunto Endriyono, MM

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN xi


Tanaman Pangan dan Hortikultura

Bj\.BI
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan permukiman transmigrasi yang telah
dilaksanakan selama ini dan pada masa-masa yang. akan datang
masih akan tetap berorientasi dan berbasis pada sektor pertanian,
khususnya tanaman pangan dan perkebunan. Walaupun berbagai
inovasi seperti pola usaha jasa, industri, kehutanan, petemakan
dan perikanan sudah mulai di introdusir sejak awal Pelita V,
namun perkembangan proyek-proyek yang dikategorikan sebagai
proyek rintisan tersebut masih belum seperti yang diharapkan.
Sebagai suatu inovasi, upaya penganekaragaman berbagai pola
usaha tersebut dimaksudkan untuk lebih menyempumakan
pembangunan transmigrasi, Karenanya, upaya tersebut dapat
dipandang sebagai suatu, langkah yang sangat strategis, terlebih
dalam menghadapi era yang semakin kompetitif dan transparan
sebagaimana kondisi ekonoini sosial dan politik yang makin
berkembang pada saat ini. Bukan saja diperlukan pemikiran-
pemikiran yang kritis dan kreatif guna meningkatkan nilai tambah
yang lebih optimal dalam pengelolaan 'sumberdaya, melainkan
juga harus mampu mengakomodasikan pergeseran visi dan
aspirasi dari berbagai pihak-pihak yang terkait dengan
pelaksanaan program transmigrasi, baik calon transmigran
maupun pelaku-pelaku ekonomi (swasta, BtJMN dan Koperasi)
yang akan bertindak sehagai inti maupun badan usaha pembina,
Untuk itu, tuntutan terhadap kualitas pelayanan dari berbagai
pihak yang berkompeten dengan pelaksanaan ,progrp.rn
transmigrasi akan menjadi semakin penting. Berbagai fenomena
yang tengah berkembang saat ini mengindikasikan perlunya
penyegaran dan pembaharuan ke berbagai aspek kehidupan
sejalan dengan gencamya . tuntutan - arus globalisasi dan
transparansi.

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 1


Tanaman Pangan dan Hortikultura

Dalam perkembangannya upaya penggalian berbagai


inovasi tersebut juga telah menghasilkan suatu gagasan tentang
"model permukiman transmigrasi agro-estate". Model yang
kemudian dikenal dengan sebutan Agro-estate atau PIR-Trans
Mandiri ini merupakan usaha pertanian rakyat yang dikelola
secara agribisnis dengan transmigran (TSM) sebagai pemilik
. I

lahan usaha yang tergabung dalam suatu kelembagaan


(koperasi/usaha bersama ) dan badan usaha pembina (konsultan
manajemen, LSM,. Lembaga Perguruan Tinggi, .Koperasi
profesional), sebagai pengelola unit usaha dari hulu sampai hilir,
(pengolahan, pemasar dan pemasok -sarana produksi). Sedangkan
yang 'bertindak sebagai pengembang dalam pembangunan kebun-
kebun yang nantinya dijual kepada transmigran secara kredit
melalui sistim Kredit Pemilikan Rumah (KPR-B'IN) adalah
investor swasta yang secara kolektif dapat membentuk suatu
Iembaga bersama. Keterlibatan dan peranan seorang transmigran
bisa sebagai pemilik yang selanjutnya menyerahkan unit usahanya
pada lembaga pelaksana tersebut, sekaligus sebagai tenaga kerja
yang memperoleh imbalan (upah) tertentu. Pemikiran ini sejalan
dengan konsep pola pengembangan perkebunan-B'TN yang
disebut sebagai Pola V. Pola ini mengadopsi .pola pengembangan
perumahan rakyat yang .dikembangkan oleh Bank Tabungan
Negara (BTN). Pemerintah bukan hanya menyediakan paket
kredit untuk membangun kebun, .tetapi juga mengembangkan
kelembagaan keuangan perkebunan (seperti 'BTN) sebagai
lembaga yang rnembiayai pembangunan kebun atau pabrik, yang
dilaksanakan oleh pengembang/developer: Developer dibatasi
kepada BUMN/BUMS yang memiliki kemampuan dan
pengalaman di bidang perkebunan. "Kapling kebun" yang telah

2 PUSAT PENELITIA"N DAN PENGEMBANGA.N


Tanaman Pangan dan Hortikultura

dibangun. dapat dimi\il? oleh para pihak .Y.ang berminat


menanamkan modalnya dalam bentuk kebun, Koperasi
dikembangkan untuk- mengelola kawasan perkebunan tersebut
secara utuh dengan .dukungan dana operasional .bersumber dari
jasa pengelolaan kawasan perkebunan dimaksud (Surat Menteri
Kehutanan kepada Presiden Nomor 54/Menhut·bun/IX/1999
tanggal 26 Januari 1999).
Pemikiran tentang rencana pengembanga:il model
agroestate yang akan di padukan dengan program transmigrasi ini
mengandung sejumlah dimensi sosial ekonomi dan politik yang
positif. Selain sejalan dengan keunggulan komparatif sektor
pertanian ditengah · terpuruknya berbagai produk-produk industri
non pertanian sebagai akibat krisis ekonomi yang .meluas, .juga
selaras dengan arah kebijakan nasional tentang semakin perlunya
memberdayakan ekonomi kerakyatan yang sesungguhnya
memang merupakan basis ketahanan ekonomi nasional. Dalam
implementasinya diperlukan keterlibatan peran pelaku-pelaku
ekonomi yang profesional baik dari kalangan 'SWasta, BUMN
maupun koperasi, guna .lebih mengoptimalkan berbagai upaya
penciptaan dan. perluasan lapangan kerja dan kesempatan
berusaha, meningkatkan .pendapatan dan kualitas kehidupan
transmigran. Karenanya, pengembangan model permukiman agro-
estate ini sekaligus diharapkan akan mampu mendorong minat
angkatan kerja terdidik untuk bekerja dan berusaha di daerah
transmigrasi, mengakomodir pekerja-pekerja perkotaan korban
pemutusan hubungan kerja (PHK), mengurangi derasnya arus
urbanisasi serta sekaligus menampung potensi bekas para pekerja
perkebunan Indonesia dari Malaysia. Jumlah korban PHK saat ini
telah mencapai lebih dari 1,8 juta orang (Kompas, 17 Maret 1998)
dan diperkirakan akan semakin membengkak dalam waktu dekat,
sedangkan potensi eks pekerja perkebunan dari malaysia tersebut
sampai saat ini jumlahnya telah mencapai lebih dari satu juta

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 3


Tanaman Pangan dan Hortikultura

orang. Dengan demikian, pengalaman dan terutama modal eks


pekerja-pekerja perkebunan ti~ Malaysia ini diharapkan dapat
diinvestasikan 'kembali secara produktif sebagai pemilik kebun,
yang pada gilirannya .akan terjadi proses penumbuhan petani-
petani dan wirausaha-wirausaha di- bidang pertanian yang
tangguh, mandiri dan profesional. ·
Disamping peluang dan potensi tersebut, implementasi
model pemukiman transmigrasi agro-estate pada dasarnya
mengandung sejumlah tantangan yang cukup kompleks
khususnya dari segi teknis, seperti penyiapan lahan usaha,
budidaya, infrastruktur, sistem pengairan (untuk komoditas
pertanian tanaman pangan·dan palawija), kelembagaan, dukungan
sumberdaya pengelola usaha (tenaga kerja), penentuan dan
penetapan jenis komoditas yang akan diusahakan, standar dan
volume hasil produksi serta prinsip kesinambungan. Selain itu,
yang tidak kalah urgennya adalah aspek kelayakan ekonomis yang
terkait dengan permodalan dan skema kredit serta perolehan
sumberdana pembiayaannya.
Keinginan merevitalisasi pembangunan pertanian
modern yang tangguh pada saat ini dan di masa-masa mendatang
akan tetap relevan. Sejalan dengan pernyataan tersebut, maka
kajian tentang model pemukiman transmigrasi agro-estate, baik
untuk usahatanaman perkebunan, pangan dan hortikultura dengan
segala dimensinya dapat dipandang sebagai pilar-pilar yang akan
mampu memberikan kontribusi secara nyata dalam
rnenumbuhkembangkan ketahanan perekonomian nasional yang
tangguh dengan berbasiskan pada pertanian modern.

4 PUSAT PERELITlAN DAN PENGEMBANGAN


Tanaman Pangan dan Hortikultura

B. TUJUAN
Merumuskan kriteria, standar dan prosedur model
pemukiman, transmigrasi agroestate/PIR-Trans Mandiri untuk
usaha tanaman pangan dan hortikultura.

C. SASARAN
Tersusunnya konsep model permukiman transmigrasi
agro-estate/PIR-Trans-Mandiri untuk usaha tanaman pangan dan
hortikultura.

D. KEGUNAAN
Sebagai bahan masukan. bagi pengambil keputusan
dalam penyelenggaraan progam transmigrasi, model pemukiman
agro-estate/PIR-Trans-Mandiri untuk usaha tanaman pangan dan
hortikultura.

E. KERANGKA PEMIKIRAN
1. Kebijaksanaan dan Strategi Pembangunan Tanaman
-Pangan dan Hortikultura.
Pembangunan sub sektor tanaman pangan dan
hortikultura pada dasarnya merupakan proses upaya
memanfaatkan potensi sumberdaya alam, sumberdaya
manusia, modal, ilmu pengetahuan · dan teknologi serta
manajemen untuk menghasilkan produk yang dibutuhkan
guna meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan,
memperluas kesempatan kerja dan berusaha serta
menghasilkan devisa negara dengan tetap berorientasi pada
ketersediaan sumberdaya alam dan lingkungan (Ariyadisastra,
1997). Dalam era persaingan bebas dan dengan segala
konsekuensinya tidak bisa dihindarkan lagi berbagai masalah
serta tantangan penyediaan pangan yang akan muncul baik
dalam perspektif lokal, nasional maupun global. Berbagai
masalah dan tantangan tersebut diantaranya adalah :

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 5


Tanaman Pangan dan Hortikultura

1.1 Swasembada Pangan, program mi mengandung


persoalan berdimensi luas. Disamping harus mampu
membendung arus impor ·dan bersaing dipasar
intemasional, juga kemampuan mengoptimalkan secara
ekonomis penggunaan sumberdaya alam dan modal,
serta kemampuan memberi insentif (nilai tambah) yang
merangsang para petani (transmigran) untuk tetap
menekuni usahatani tanaman pangan dibandingkan
dengan pilihan di bidang usaha lainnya.
1.2 Rendahnya daya saing produk pangan (padi dan
palawija), hortikultura primer dan olahan, karena sistem
usahataninya belum- dikelola dengan prinsip-prinsip
agribisnis. Disamping itu juga unit-unit usaha (lahan)
belum memenuhi skala ekonomi serta konsolidasi
manajemen masihjauh dari rasional.
1.3 Rendahnya akses petani (transmigran) terhadap
permodalan, teknologi, pasar, informasi dan prasarana
jalan yang memadai.
1.4 Kemitraan antara pengusaha besar dan menengah
dengan petani relatif jauh tertinggal di banding sektor
lainnya.
1.5 Behun optimalnya 'peran kelembagaan yang ada dalam
artiart pranata yang sesuai dengan tuntutan usaha
ekonomi untuk mampu menghasilkan produk yang
mempunyai keunggulan komparatif dan keunggulan
kompetitif.
1.6 Belum intensifnya penggunaan alat dan rnesin pertanian,
baik pada tahap produksi maupun 'pasca panen, Padahal
teknologi ini merupakan salah satu unsur pertanian
modem yang dicirikan -oleh produ1ctivitastinggi.

6 PUSAT .PENEI.ITIAN DAN PENGEMBANGAN


Tanaman Pangan dan Hortikultura

Pembangunan sub sektor tanaman- pangan dan


-hortikultura dengan, segala keterbatasannya baik pada saat ini
maupun di masa-masa mendatang masih akan tetap menempati
posisi yang sangat strategis dalam pembangunan,bangsa, karena
terkait dengan dimensi ekonomi, sosial dan politik .. Untuk itu
upaya mewujudkan swasembada pangan (padi, palawija dan
hortikultura) menjadi sangat penting. Sejalan dengan kondisi
tersebut, maka kebijaksanaan umum pembangunan sub sektor
tanaman pangan dan hortikultura dioperasionalkan melalui
langkah-langkah yang meliputi peningkatan ki.ialitas sumber
daya manusia, rnemacu pembangunan iptek, optimalisasi
sumber-sumber pembangunan, perbaikan nilai tukar, promosi
investasi 'dan promosi penganekaragaman konsumsi. Sedangkan
-strategi pengembangannya dilaksanakan melalui berbagai
pendekatan, antara lain :
a. Perwilayahan Komoditas.
Setiap propinsi perlu memiliki peta clan perwilayahan
komoditas yang paling sesuai dengan agroklimat, sosial
budaya dan yang terpenting secara ekonomis menguntungkan,
serta pada setiap hamparan wilayah memiliki komoditas
andalan.
b. Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Penggunaan ilmu dan teknologi dalam pertanian
modem mutlak diperlukan, tidak hanya untuk meningkatkan
produktivitas dan efisiensi tetapi juga untuk meningkatkan
kualitas hasil yang seragam serta merubah bentuk hasil
pertanian yang mempunyai nilai tambah.
c. Pengembangan Pontensi Lahan.
Pengembangan potensi lahan-lahan marginal (~ahan
kering.pasang surut dan rawa) me_lalui berbagai upaya seperti
pertanian tanpa olah tanah (TOT), pengunaan herbisida, tata
air mikro dan pengembangan usahatani konservasi dan lain-
lain.

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 7


Tanaman Pangan dan Hortikultura

d. Pengembangan Perananan Swasta dan Masyarakat.


Peranan swasta dan petani dapat ditingkatkan baik
dalam penyediaan input- input produksi, layanan tenaga
dampingan sejak dari proses produksi pengolahan hasil
sampai dengan pemasaran.
e. Pengembangan Kegiatan Kemitraan.
.Kemitraan antara inti dan petani (transmigran) harus
saling memberikan keuntungan, sehingga kegiatan yang
dilaksanakan dapat berlangsung secara berkesinambungan.
Karenanya setiap propinsi harus mengindentifikasi
perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang pertanian
untuk mengelola sumberdaya dalam bentuk kerjasama
kemitraan.
f. Mendorong Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal
Dalam Negeri (PMA dan PMDN) ke dalam usaha pertanian.
Setiap propinsi perlu memiliki peta rencana investasi
yang j elas dan mampu mempromosikan potensi tersebut
kepada calon investor, baik dalam maupun luar negeri.

2. Model Pemukiman Trasmigrasi Agro-estate!PIR-Trans.


Mandiri.
Di awal tahun 1980-an telah muncul embrio
pembangunan perkebunan dalam. skala besar sebagai inti yang
-diharapkan mampu mendorong perkembangan perkebunan rakyat
di sekitarnya sebagai plasma, dalam suatu -sistim' hubungan
kerjasama yang saling 'menguntungkan 'dan berkesinambungan.
Pelaksanaan program ini kemudian dikenal dengan sebutan
Perkebunan Inti Rakyat-Khusus (PIR-SUS) dan Perkebunan Inti
Rakyat-Berbantuan "(NES = Nucleus Estate and Smallholder).

8 PUSAT PENELI:rIAN DAN PENGEMBANGAN


i _I s ' ...~
Tanaman Pangan dan Hortikultura

Perbedaan diantara keduanya dilihat ,pada sumber pendanaannya.


PIR-SUS didanai oleh APBN-Sub Sektor Perkebunan,
sedangkan PIR Berbantuan (NES) dananya diperoleh melalui
Bank Dunia (Komisi I, Sub Komisi Tanaman Perkebunan, 1992).
Konsep pola pengembangan perkebunan melalui
kebijaksanaan kerjasama antara inti dan .plasma dipandang lebih
memberikan harapan bagi kehidupan dan kelangsungan usaha
petani, disamping .lebih aspiratif dan akomodatif dibanding
dengan model pengelolaan perkebunan sebelumnya (Perkebunan
Besar Swasta Nasional/PBSN) sebagai warisan kolonial. Model
yang disebut terakhir mi lebih mementingkan strategi
pertumbuhan partial dan individual, dimana keduanya
(perkebunan besar dan perkebunan rakyat) dibiarkan bersaing atau
tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemampuan manajerial
dan permodalan serta keterampilan masing-masing. Dalam
perkembangan selanjutnya perkebunan rakyat tersebut umumnya
berangsur-angsur punah karena perbedaan kemampuan dalam
banyak hal.
Melalui Inpres nomor I tahun 1986, konsep
pengembangan perkebunan melalui hubungan kerjasama inti dan
plasma ini dilegitimasi, dan kemudian diintrodusir konsep yang
dikenal dengan sebutan PIR-Trans dimana plasmanya terdiri dari
para transmigran. Adapun sumber pembiayaan untuk
pembangunan pennukimannya berasal dari 'dana APBN sub sektor
transmigrasi, sedangkan kebunnya merupakan komponen kredit
perbankan (KLBI) yang disalurkan melalui inti. Dalam
perkembangannya, berbagai komoditas perkebunan seperti .karet,
kelapa sawit, kelapa hibrida dan kakao banyak diusahakan melalui
pola kerja sama ini. Inti yang semula di dominasi oleh BUMN
(PTP) berangsur-angsur peranannya mulai digeser oleh pelaku
ekonomi lainnya yaitu swasta yang cenderung lebih agresif dalam

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 9


Tanaman Pangan dan Hortikultura

memanfaatkan dan menangkap peluang-peluang ekonomi


potensial. Kasus di daerah Riau dan Kalimatan Barat merupakan
contoh dalam pengembangan Perkebunan Inti Rakyat tersebut.
Demikian pula unsur plasmanya cenderung lebih didominasi oleh
transmigran (pendatang) ketimbang penduduk di sekitarnya yang
diikutsertakan sebagai APPDT.
'Dalam perkembangan selanjutnya terungkap bahwa
calon peminat program PIR-Trans ini, baik dari kalangan
.pengusaha terlebih calon transmigran semakin rneningkat.
Jaminan pasar, kepastian harga, rendahnya resiko tanam dan
kegagalan panen diduga secara teknis, merupakan unsur
.P~n9orong mengalimya gelombang calon peminatnya. Khusus
untuk calon transmigran terdapat kecenderungan mereka tidak
lagi., memilih lokasi sesuai preferensi lama,
. melainkan bersedia
pindah ke lokasi dimana Plk-Trans tersebut berada. Bahkan di
beberapa daerah terdapat kecenderungan adanya unsur kolusi
dengan petugas dalam penetapan calon trarismigran ke lokasi PIR-
Trans. Calon transmigran yang berminat pindak ke lokasi PIR-
Trans sangat banyak walaupun mereka sadar bahwa kebun untuk
usaha perkebunannya merupakan komponen kredit yang harus
dikembalikan dalam rentang waktu tertentu. Bagi pelaku-pelaku
ekonomi yang jeli, program ini dipandang sebagai suatu .peluang
-usaha yang sangat prospektif karena umumnya kornoditas
perkebunan mempunyai pangsa pasar yang piasih luas dan harga
,.,'
yang relatif kompetitif dibanding produk-produk industri yang
··- ,. .:I ... ~ Ji

dihasilkan di negara kita. Disamping itu faktor lain yang


membuat "program ini menarik adalah 'dukungan sistim
pembiayaan yang "proporsional. antara investor dan pemerintah
(Dep. Transmigrasi dan PPH) serta tersedia kredit likuidasi
dengan bunga rendah dari Bank -Indonesia, Oleh karena itu
dengan dibukanya penanaman modal asing pada -sub-sektor

10 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


..
Tanaman Pangan dan Hortikultura

perkebunan di Indonesia maka .banyak investor khususnya .dari


Malaysia yang melakukan investasi di bidang usaha perkebunan
kelapa-sawit, Sampai bulan Maret 1997 ijin yang dikeluarkan oleh
BK.PM untuk usaha perk.ebunan telah mencakup- kurang lebih
2, 1 juta ha (Kompas, 14 Maret 1997).
Proyeksi dan estimasi tentang adanya kemampuan
untuk bersaing di pasar bebas telah mendorong tumbuh dan
berkembangnya model kemitraan ini ke berbagai wilayah dan
komoditas pertanian lainnya seperti perikanan dan petemakan.
Prinsip usaha kemitraan itu jugalah yang diadopsi dalam
merumuskan konsep model pengembangan permukiman
transmigrasi agro-estate yang para pesertanya diharapkan berasal
dari transmigran swakarsa mandiri.
Sejalan dengan pemikiran tersebut, guna terwujudnya
program ini secara layak maka diperlukan kajian menyeluruh dan
mendalam tentang berbagai aspek yang terkait dengan usaha
tanaman pangan dan hortikultura. Kajian tersebut diharapkan
menghasilkan rumusan kriteria, standar dan prosedur baku yang
selanjutnya akan disosialisasikan. Model pemukiman.transmigrasi
agro-estate ini pemah diujicobakan di daerah Toili, Propinsi
Sulawesi Tengah dengan komoditas kakao oleh PT. Kurnia
Luwuk Sejati sebagai perusahaan intinya sebagaimana ditetapkan
melalui Ijin Pelaksanaan Transmigrasi (IPT) nomor
Kep.IOJ/Men/1995. Di lokasi Peunaron DI Aceh pengembangan
agroestate mengusahakan komoditas kelapa sawit dengan
pelaksananya PT. Putri Hijau, sesuai IPT No. Kep.05/Men/1996.
Berdasarkan hasil monitoring, konsep model
permukiman transmigrasi agro-estate di Toili sesungguhnya
sangat aspiratif dan tidak terlalu membebani anggaran sub sektor
transmigrasi, karena kontribusi dari banyak pihak. Namun dalam
pelaksanaannya terdapat faktor penghambat yang bersifat
ekstemal dan berdampak luas terhadap tingkat keberhasilan
ujicoba secara keseluruhan. Faktor bersifat eksternal yang

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 11


Tanaman Pangan dan Hortikultura

dimaksud adalah masalah penyelesaian perubahan status lahan


dari l-IGU menjadi HPL, dan belum responsifnya pihak perbankan
dalam menunjang program· tersebut, sehingga berdampak
keaspek .. aspek lainnya termasuk citra program tersebut. Sebagai
suatu inovasi, guna lebih menganekaragamkan pola-pola
pembangunan permukiman transmigrasi, berbagai permasalahan
pokok dan tnrunan-turunannya di lokasi ujicoba akan dijadikan
sebagai -bahan pertimbari.gandalam mengkaji model permukiman
transmigrasi 'agro-estate komoditas tanaman pangan -dan
hortikul tura.

~ LINGKUP:KEGIATAN
Pengembangan model permukiman transmigrasi
agroestate untuk usaha tanaman pangan Clan hortikultura harus
.diasumsikan bahwa program Ini.mempunyai kemungkinan dapat
dioperasionalkan sebagaimana untuk -komoditas tanaman
perkebunan. Untuk itu, lingkup 'kegiatarr yang akan dilakukan
meliputi identifikasi seluruh- kendala' potensi dan peluang yang
ada, selanjutnya melalui pemberian rh.asukan baru atau berbagai
rekayasa teknis, ekonomis dan sosial budaya akan dapat
diperkirakan suatu hasil tingkat- perkembangan yang diharapkan.
Adapun dalam pelaksanaan,· lingkup kegiatan ini akan dimulai
dari persiapan, pengumpulan data, analisis dan perumusan kriteria
standar dan prosedur penyelenggaraan program transmigrasi
model· agroestate.

G. METODOLOGI
Metode yang -digunakan dalam kegiatan kajian ini
adalah desk-study dan. survei, Desk study dilakukan melalui
penelusuran pustaka dari berbagai sumber yang relevan. Metode
ini diaplikasikan untuk menghimpun data-data sekunderbaik di

12 PUSAT PENELITIAN'DAN PENGEMBANGAN


Tanaman Pangan dan Hortikultura

tingkat pusat maupu,n daerah. Sedangkan survei dilakukan dalam


rangka menghimpun data-data primer pada komoditas tanaman
pangan dan hortikultura terpilih. Selain mengunak:an kedua
pendekatan tersebut, juga 'akan dilakukan wawancara terhadap
sejumlah responden yang dianggap mempunyai kemampuan
dalam memahami permasalahan yang terkait dengan pokok kajian
menggunak:an instrumen pedoman wawancara. Lokasi kajian
ditentukan secara purposive di daerah Lampung. Sebagai
pertimbangannya lokasi-lokasi di wilayah tersebut memiliki
'aksesibilitas yang ·cukup memadai untuk mendukung kegiatan
produksi dan pemasaran. Disamping itu tersedia potensi
sumberdaya khususnya keragaman pitihan komoditas pertanian
yang bisa diusahak:an. Komoditas tanaman pangan yang ak:an
diamati secara mendalam adalah kedelai dan jagung sedangkan
untuk tanaman hortik:ultura sayuran dan buah-buahan masing-
masing adalah baw.ang merah dan pisang serta nanas. Data dan
informasi yang telah terkumpul dianalisis secara deskriptif

H. BATASANPENGERTIAN
1. Agro-estate (Plk-Trans- Mandiri), adalah pertanian rak:yat
yang dikelola secara agribisnis . dengan transmigran
(Transmigrasi Swak:arsa Mandiri) sebagai pemilik lahan usaha
(yang tergabung dalam koperasi) serta perusahaan
(Swasta/BUMN/Koperasi) sebagai pemilik pabrik pengolahan,
pemasar dan pemasok sarana produksi,
2. Pengembang/Developer yaitu perusahaan swasta!J3UMN/
BUMD/ Koperasi yang melak:ukan investasi di daerah
transmigrasi dengan membangun rumah beserta kebun
usahanya bagi para transmigran.

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 13


Tanaman Pangan dan Hortikultura

3. Badan Usaha Pembina (BUP), adalah BUMN/BUMD/


Koperasi/ swasta/LSM yang selanjutnya berperan sebagai
mitra usaha 'para petani transmigran dalam mengelola usaha
pertanian, usaha industri pengolahan hasil pertanian dan
pemasaran hasil.
4. Agribisnis, adalah suatu sistem kegiatan usahatani melalui
.pembangunan teknologi tepat yang setiap sub sistem
kegiatannya mempunyai nilai usaha bisnis.
5. Transmigrasi, adalah pemindahan, penduduk secara sukarela
untuk meningkatkan kesejahteraan dan menetap .di wilayah
pengembangan transmigrasi/lokasi permukiman transmigrasi
(Ul:J No 1 s tahun 1997).
'6. Transmigran, adalah Warga negara Republik Indonesia yang
berpindah sukarela ke wilayah pengembangan- transmigrasi
atau lokasi permukiman transmigrasi melalui 'J)engaturan dan
pelayanan pemerintah (UU No 15 tahun 1997). Transmigran
dalam konteks agroestate adalah pemilik lahan usaha
sekaligus sebagai debitur bank (nasabah).
7. Transmigrasi Swakarsa Mandiri, adalah jenis transmigrasi
yang sepenuhnya merupakan prakarsa transmigran yang
pelaksanannya bisa melalui kerjasama dengan badan usaha
maupun sepenuhnya oleh transmigran atas arahan pemerintah
(penjelasan UU No 15 tahun 1997).
8. Permukiman Transmigrasi, adalah satu kesatuan perfnukiman
atau bagian darl Satuan Permukiman yang diperuntukkan bagi
tempat tinggal dan tempat usaha transmigran (UU No 15, th
1~97).

14 PUSAT PENELITIAN DAN'-PENGEMBANGAN


Tanaman Pangan dan Hortikultura

9. Pola PIR, adalah pola pelaksanaan pengembangan perkebunan


dengan menggunakan perkebunan besar sebagai inti yang
membantu dan membimbing perkebunan rakyat di sekitarnya
sebagai plasma dalam suatu sistem kerjasama yang saling
menguntungkan, utuh, dan berkembang (Inpres No. 1 Tahun
1986).
10. Pola Plk-Trans, adalah pola PIR yang dikaitkan dengan
program
,-
transmigrasi.
11. Bangunan Rumah, adalah 1) Apabila merupakan bantuan
APBN rumah sederhana dari kayu, lantai semen ukuran
36 m2, dengan luas lahan pekarangan 0,5 ha (food security)
siap olah. 2) Apabila merupakan komponen kredit merupakan
rumah tipe Rumah Sederhana (RS) 36/45 dengan luas lahan
pekarangan minimal 500 m2.
12. Lahan Usaha, (dalam konteks agro-estate) adalah komponen
agroestate yang akan dipasarkan kepada calon transmigran
dan harus layak berdasarkan hasil perhitungan satuan usaha,
baik skala luasan seluruh persil (makro) maupun skala
keluarga (mikro) yang luasnya tergantung jenis komoditas
yang akan dikembangkan (1,0 sampai 5,0 ha).
13. Pengelo/a Lahan Usaha, selama lahan usaha belum terjual
(belum terjadi akad kredit dengan transmigran), pengelola
lahan usaha masih ditangani oleh developer yang kemudian
akan menjadi inti setelah lahan usaha terjual (setelah terjadi
akad kredit).

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 15


'Tanaman Pangan dan Hortikultura

BABJI
'-.;. .

IMPLEMENTASI MODEL.PF(RMUKIMAN AGRO-ESTATE


UNTUKTANAMANPERKEBUNAN

A. Perkebunan Kakao di Toili, Sulawesi Tengah

1. Letak dan Aksesibilitas


Lokasi transmigrasi pola agro-estat terletak di Toili,
Kecamatan Batui, Kabupaten Banggai, Propinsi Sulawesi
Tengah. Jarak lokasi ke Ibukota Kecamatan (di Batui) kurang
lebih 70 Km, sedangkan jarak ke Ibukota Kabupaten (di
Luwuk) kurang lebih 105 km, dan ke Pelabuhan Laut di
Luwuk kurang lebih 130 Km. Kondisi pra.si;rrana jalan dari
kota Luwuk ke Toili Unit 11 berupa jalan .aspal hotmix,
sehingga dapat ditempuh dalam waktu kira-kira- 2.jam. Jarak
dari UPT Toili (unit 11) ke lokasi permukiman agro-estate
kurang lebih 8 km dengan kondisi jalan tanah yang sudah
diperkeras serta dapat ditempuh dalam waktu kira-kira
setengah jam dengan kendaraan bermotor. Frekuensi
kendaraan umum yang biasa melewati route tersebut rata-rata
2 - 3 kali setiap hari.

2. Keadaan Tanah
Menurut peta tanah tinjau yang diterbitkan oleh LPT
Boger, (1980), keadaan tanah di lokasi ini terdiri dari jenis
Mediteran Haplik 787,5. ha (13,1 %), Alluvial Eutrik 2.483,35
ha (41,3 %), dan Podsolik Kandik 2.739,}5 ha (45,6 %).
Tekstur tanah berupa lempung berpasir, dengan pH agak
masam (4,83-4,86), kandungan bahan .organik tinggi - sangat
tinggi, kandungan N sedang - tinggi, P rendah - sedang dan

PUSAT PENELITIAN bAN PENGEMBANGAN 16


Tanaman Pangan dan Hortikultura

kandungan K sedang. Menurut Lembaga Pengabdian


Masyarakat Universitas Hasanuddin (LPM-Unhas), dari data
tersebut disimpulkan bahwa ketiga jenis tanah yarig
mendominasi areal ini masih sesuai untuk perkebunan kakao.
Keadaan topografi wilayah mulai dari datar sampai , sangat
miring, (lihai rincian pada Tabel 11-1 ).
Dari aspek topografi, menurut LPM-Unhas areal yang
layak untuk dijadikan perkebunan kakao mencapai luas 4.260
Ha yaitu yang memiliki kemiringan antara 0 - 25 persen.

Tabel 11.!l. Keadaan Topografi Lokasi Agro-Estate

No Kriteria Kelerengan (%) Luas (Ha) Persentase


(%)
1. "Datar 0-8 2.790 46.42
2. · Landas >8-15 995 16 55
,.3, Miring »15 -25 47.5 7 91
4. Sanzat Miring >25-45 1.750 29 12
Total 6.010 100 00
Sumber: Feasibility Study, LPM Unhas, 1995.

3. Keadaan Fisiografi
Keadaan fisiografi pada [ahan pekarangan merupakan
daerah alluvial yang telah berkembang. Daerah ini diapit oleh
dua sungai besar yaitu Sungai Singkoyo (sebelah barat) dan
Sungai Mahasan (sebelah timur). Bentuk wilayah di areal ini
umumnya datar dengan lereng 0 - 1 persen. Kedalaman air
tanah pada musim kemarau berkisar ~.5 - 3 nieter dan pada
musim hujan berkisar 1 - 1,5 meter· dari permukaan tanah.
Solum tanah cukup dalam, rata-rata Iebih dafi 1 no
cm dari
permukaan -tanah; dengan tekstur Iempung berpasir,
Kondisi pada sebagian besarlahan pangan berada pada
fisiografi' bergelombang - berbukit' dengan lereng antara
5 :. 15 %, dan sebagian kecil berada pada daerah alluvial
dengan lereng 0 - 1 %. Kondisi tanah pada daerah yang

17 PUSAT PE~ELITJAN DAN PENGEMBANGAN


Tanaman Pangan dan Hortikultura

berlereng dijumpai batuan yang timbul di bagian permukaan


tanah, dan ketebalan solum tanahnya berkisar 50 -. 70 cm.
Sedangkan pada daerah alluvial ketebalan solum tanah rata-
rata lebih dari 100 cm, dengan tekstur lempung berpasir,
Lahan pada kebun kakao yang telah dibangun hampir
seluruhnya (± 82 %) berada pada fisiografi perbukitaii, dengan
bentuk wilayah datar sampai landai denganlereng 1 - 5 %.
Ketebalan solum tanah umumnya sangat dalam, rata-rata di
atas 100 cm. Keadaan tanah telah cukup berkembang dan
dijumpai adanya horison peningkatan liat (argilik) pada
kedalaman 30 - 50 cm dari permukaan tanah. Keadaan tekstur
lapisan atas lempung berliat, dan lapisan bawah berliat.
Sedangkan kondisi lahan pada sebagian kebun kakao lainnya
berada pada daerah dengan topografi bergelombang, dan
lereng berkisar 8 - 15 %.

4. Iklim
Berdasarkan data dari stasiun pengamatan 'cuaca di
Bubung Luwuk, diperoleh gambaran bahwa temperatur rata-
rata bulanan sebesar 27 ,4 o C, kelembaban udara relatif rata-
rata bulanan 77,4 ~. dan tingkat penyinaran matahari rata-rata
bulanan sebesar 64,3 %. Tingkat penyinaran matahari tertinggi
terjadi pada bulan Oktober dan terendah pada bulan Juni.
Kecepatan angin berkisar antara 7,4 sampai 12,2 kin/jam, atau
rata-rata bulanan sebesar 9,8 km/jam.
Berdasarkan data curah hujan dari stasiun BPP Toili
(1986-1996), bahwa menurut klasifikasi Oldeman, daerah ini
tergolong kedalam tipe iklim C2 yang ditandai oleh bulan
basah (curah hujan > 200 mm) berturut-tunit selama 6 bulan
yakni dari April sampai dengan September, dan bulan kering
(curah hujan < 100 mm) berturut-turut selama 3 bulan yakni
dari Nopember sampai dengan Januari. Dari gambaran iklim

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 18


"Tanaman Pangan dan Hortikultura

tersebut, 'dapat dikatakan bahwa daerah ini cukup potensial


darr layak untuk pengembangan tanaman perkebunan
khususnya tanaman kakao, dan tanaman pangan yang dapat
dilakukan sepanjang tahun.

5. Perijinan
Ujicoba transmigrasi pola agro-estat dengan komoditas
kakao ,diiaksanakan atas kerjasama Departemen Transmigrasi
dan PPH dengan PT. Kurnia Luwuk Sejati yang bertindak
sebagai pelaksana transmigrasi sesuai dengan ijin pelaksanaan
transmigrasj (IPTS) nomo~ Kep.10 J/Menil995, tertanggal 21
"' ·~
Februari 1995. Sebagai langkah operasional telah dibuat
Perjanjian Kerjasama Kemitraan antara Kantor Wilayah
Departemen Transmigrasi dan PPH Propinsi Sulawesi Tengah
dengan PT. Kurnia Luwuk Sejati dengan nomor :
05/W.22/lVl 996
02/NKS/KSK050/l 996 tanggal 1 Pebruari 1996, tentang
Pengembangan Transmigrasi Pola Agro-Estat di Toili,
Kecamatan Batui, Kabupaten Banggai, Propinsi Sulawesi
Tengah.
Berdasarkan Surat Keputusan . Kepala Badan
Pertanahan Nasional No.15/HGU/1991, pencadangan areal
yang diberikan kepada PT. Kurnia Luwuk Sejati seluas 6.010
Ha dengan status Hak Guna Usaha (HGU). Laban tersebut
selanjutnya sebagian akan diubah statusnya menjadi HPL
untuk pembangunan transmigrasi dengan ~ola agro-estate.
Dalam perkembangannya alokasi lahan y~g dijadikan untuk
usaha agroestate ini berubah, karena terj!ldi perubahan status
lahan, maka rinciannya menjadi 1.800 hektar untuk kebun
plasma dan 450 hektar untuk kebun inti.

·19 PUSAT PENELITIAN DAN .PEN~El\-JBANGAN


Tanaman Pangan dan Hortikultura

6. Pembangunan Permukiman
a. Tata Ruang
Ditinjau dari aspek permukiman, tata ruang yang dibuat
bentuknya mengelompok, dan terpisah baik dengan lahan
pangan maupun kebun kakao yang merupakan usaha
pokok transmigran. Jarak tempuh kebun kakao dari
permukiman bervariasi antara 1 - 7 km, namun sebagian
besar (78 %) berada pada jarak antara 3 - 7 km dari
permukiman dengan waktu tempuh berkisar 0,5 sampai 1
(satu) jamjalan kaki.
b. Alokasi Lahan
Setiap transmigran memperoleh lahan tapak rumah clan
pekarangan seluas 500 m, lahan pangan (ditanami jagung
dan kedelai satu musim tanam) seluas 0,5 Ha, serta kebun
kakao (plasma) seluas 2 Ha, dengan status hak milik
(sertifikat). Lahan pekarangan dan lahan pangan
merupakan bantuan hibah dari pemerintah yang dibagikan
secara langsung kepada transmigran dengan cara diundi
pada saat mereka tiba di lokasi. Sedangkan kebun kakao
diperoleh dengan cara membeli dari investor/developer
kebun melalui sistem kredit. .Kebun kakao ini diserahkan
pengelolaannya kepada transmigran setelah 11 - 12 hari
sejak transmigran tiba di lokasi. Pembagian kebun plasma
ini diatur sedemikian rupa sehingga warga dalam 1 (satu)
RT mendapat kebun pada satu hamparan, yang
dimaksudkan agar pembinaannya mudah dilaksanakan.
c. Pembangunan Rumah dan Fasilitas Umum
Setiap transmigran memperoleh sebuah rumah yang
merupakan bantuan hibah dari pemerintah. Untuk tahap
pertama yaitu pada T.A. 1994/1995, rumah yan~ dibangun
sebanyak 100 buah, dan seluruhnya saat ini telah

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 20


Tanaman Pangan dan Hortlkultura

ditempati. Spesifikasi bangunan rumah adalah type 36


(luas 36 M), lantai semen, dinding papan, dan atap dari
ashes. Sedangkan bangunan fasilitas umum bagi warga
masyarakat di lokasi ini juga dibangun oleh developer
pembangun kebun dengan dana pemerintah. Bangunan
tersebut terdiri atas sebuah masjid, gedung sekolah dasar,
balai desa, balai pengobatan, gudang, dan rumah petugas
yang .difungsikan sebagai kantor UPT. Fasilitas umum ini
disediakan untuk transmigran dalam rangka pembinaan
sosial dan budaya mereka di lokasi baru.
d. Pembangunan Kebun Kakao
Pembangunan kebun kakao oleh PT. Kumia Luwuk Sejati
dilakukan secara bertahap, yang dimulai pada tahun 1990,
dan sampai saat ini luas yang telah tertanam mencapai
1.056 Ha. Dari luasan tersebut, tanaman kakao yang
pertumbuhannya relatif baik ± 627 Ha, terdiri atas 213 Ha
berupa kapling kebun yang telah berbuah, dan 414 Ha
tanaman muda (belum berbuah). Jarak tanam yang
diterapkan adalah 3 x 3 meter, sehingga secara teoritis
populasi tanaman ± 1.111 batang per ha, namun dari hasil
pengamatan di lapangan menunjukkan . bahwa populasi
tanaman bervariasi antara 1.130 - 3.250 batang/kapling
(1 kapling 2 ha) atau rata-rata 1.095 batang/ha.
Dari 213 Ha kavling kebun yang berbuah, jika dilihat per
tanaman, dapat digolongkan ke dalam 3 (tiga) kategori
yaitu tanaman sudah menghasilkan (umur> 3 tahun)
populasinya mencapai ± 87 persen per ha; Tanaman belum
menghasilkan atau tanaman "remaja"(umur 1-3 tahun)
populasin~a ± 9,8 persen per ha; dan tanaman muda
(umur 1 tahun <) yang merupakan tanaman sulaman
populasinya ± 2,9 persen per ha.
· Secara umum pertumbuhan tanaman tidak seragam, ada
tanaman atau blok tanaman yang sudah siap berproduksi

21 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


Tanaman Pangan dan Hortikultura -·

dan ada yang pertumbuhannya tampak kerdil akibat


pemeliharaan awal yang kurang intensif dan kurang
sinambung. Produksi tanaman kakao yang berumur 5 - 7
tahun bervariasi antara 0,4 - 1,25 ton per ha, atau rata-rata
0,825 ton per ha. Padahal secara teoritis produksi rata-rata
tanaman kakao yang berumur antara 5-7 tahun diharapkan
biasa mencapai 1,5 ton/ha, dengan demikian produktivitas
kebun coklat yang dicapai di lokasi Agro-Estat Toili baru
mencapai 55 persen.

7. Penempatan Transmigran
Peserta agro-estat adalah para TSM dari daerah asal
maupun daerah transmigrasi yang, sanggup dan memiliki
kemampuan untuk mengelola kebun beserta fasilitas yang ada.
Penempatan transmigran dilaksanakan pada bulan .Juni-Juli
1995 sebanyak 100 KK (359 jiwa) yang berasal dari Jawa
Timur sebanyak 31 KK (93 jiwa), Jawa Tengah 4 KK (10
jiwa), Jawa Barat 14 KK (38 jiwa) dan APPDT 51 KK.
Transmigran dari Daerah Asal Pulau Jawa berangkat melalui
pelabuhan kapal laut Tanjung Perak Surabaya dengan biaya
ditanggung masing-rnasing transmigran (Rp 101.800,-/
orang) ditambah biaya transport darat dari pelabuhan laut
Luwuk ke lokasi sebesar Rp 7.000,-/9r~g, sedangkan
angkutan barang dibantu oleh pihak perusahaan, Selama
•.
dalam perjalanan (di kapal) p~rmakanan. ditanggung oleh
awak kapal, dan setelah mendarat di pelabuhan sampai 1 hari
kemudian permakanan dibantu oleh pihak perusahaan.
Diantara 49 KK transmigran asal Pulau Jawa, terdapat
9 orang transmigran berpendidikan tingkat sarjana (SI), 3
orang diantaranya adalah sarjana perkebunan, sedangkan.
sisanya memiliki tingkat pendidikan lebih rendah. Umumnya

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 22


Tanaman Pangan dan Hortikultura

mereka belum berpengalaman dalam budidaya tanaman kakao


kecuali 1 orang ex karyawan PTP. XKVI yang telah
mempunyai pengalaman selama 26 tahun dalam budidaya
kakao. Apabila dilihat dari usianya, sebagian besar
transmigran (73 %) berada pada usia produktif (15 s/d 55
tahun) sehingga diharapkan akan mampu mengelola
kebunnya.
Dari penelitian ini terungkap bahwa 12 KK (31 jiwa)
telah meninggalkan lokasi (2 diantaranya berpendidikan
Sarjana) masing-masing berasal dari Jawa Barat 6 K.K, ·
Jawa Timur 5 KK dan APPDT 1 KK. Penggantiannya diisi
oleh penduduk setempat dengan memberlakukan prosedur
baku, yaitu dengan cara mendaftarkan diri ke Kandep
Transmigrasi setempat dan membayar uang muka pembelian
kebun.

8. Pembinaan
Permukiman transmigrasi agro-estat merupakan
permukiman terpadu yang pengelolaannya melibatkan 3
pelaku utama yaitu perusahaan swasta sebagai developer/inti,
transmigran swakarsa mandiri sebagai plasma, dan pemerintah
sebagai pembina. Dalam pembinaan permukiman agro-estate
telah dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Pembinaan sosial, ekonomi, dan budaya
Mel~lui pembinaan sosial ..budaya telah terbentuk 5 RT,
masing-masing dengan jumlah 20 KKIRT, serta 5
kelompok tani, Pembinaan sosial ekonomi ditekankan
pada bidang usaha pokok, antara fain melalui pelatihan
teknis budidaya tanaman kakao yang diikuti oleh 30 orang
peserta, dan pelatihan kewiraswastaan yang diikuti oleh 4
· orang peserta.

23 PUSA T PENELITIAN DAN 'PENGEMBANG:AN


Tanaman Pangan dan Hortikultura

b. Pembinaan kelembagaan ekonomi.


Pada tanggal 8 Juli 1995, didirikan satu koperasi yang
diberi nama KUD Sindang Sejati. Sementara ini
kegiatannya antara lain menyusun program kerja,
melengkapi persyaratan untuk memperoleh status badan
hukum, menghimpun modal melalui simpanan wajib,
pokok dan sukarela, serta berusaha menyediakan bahan
pokok kebutuhan konsumsi sehari-hari. Selain itu, KUD
juga telah mempersiapkan konsep proposal untuk
pengajuan dana Kredit Koperasi Primer untuk Anggota
(KKPA) guna pembelian kebun.
Disamping pembinaan langsung oleh aparat Departemen
Transmigrasi dan PPH, juga dilakukan pembinaan tidak
langsung melalui kerjasama dengan Lembaga Bina
Swadaya yaitu dengan membentuk Badan Pengelola
Pengembangan (BPP). BPP ini anggotanya terdiri atas
unsur-unsur yang mewakili pihak perusahaan, transmigran
(melalui KUD), maupun unsur Lembaga Bina Swadaya
yang fungsinya melakukan pembinaan di bidang
manajemen agro-estate. Kegiatan yang telah dilakukan
BPP antara lain mengidentifikasi kondisi tanaman kakao
yang telah dibangun dalam rangka 'merehabilitasi kebun
yang kurang baik hingga dapat berproduksi sesuai
ketentuan yang terniang dalam Perjanjian Kerjasama
Kemitraan.

9. Transaksi Jual Beli Kebun


Harga jual dan kredit kebun kakao besarnya tergantung
dari kondisi atau kelas kebun, dan diperkirakan harganya
bervariasi sebagaimana disajikan pada tabel berikut:

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 24


Tanaman Pangan dan Hortikultura

Tabel II-2. Perkiraan Harga Jual dan Kredit Kebun Kakao


Berdasarkan Kelasnya
Kelas Jumlah Tcgakan HargaJual UangMuka Kredit Bank
Kcbun Produktif per Ha (Rp) (Rp) (Rp)
(batang)
A 1.000-1.100 5.450.000-6.000.000 250.000 5.200.000-5.750.000
B 900-1.000 4.900.000-5.450.000 250.000 4.650.000-5.200.000
c 700-900 3.800.000-4.900.000 250.000 3.550.000-4.650.000
Sumber: Direktorat Bina Masyarakat dan Penyuluhan Departemen Transmigrasi dan PPH

Sebagai tahap awal, pada tahun anggaran 1994/1995


ditawarkan kebun kakao seluas 200 ha yang diperuntukkan bagi 100
KK transmigran (2 Ha/KK). Kebun yang dijual adalah yang telah
memenuhi standar teknis, yang terdiri atas kebun kelas A, B, dan C.
Sedangkan untuk kebun yang belum memenuhi standar akan
direhabilitasi oleh developer. Standar kebun dimaksud antara lain
telah berumur kurang lebih 4 tahun, pertumbuhan cukup baik, jumlah
tegakan kira-kira 11.000 batang/ha dan telah berproduksi. Kriteria
penentuan kelas kebun dirumuskan oleh tim konsultan LPM-ITB dan
PT. Hasfarm, Sedangkan harga paket kebun ditentukan sesuai dengan
hasil kesepakatan antara Direktorat Penyiapan Lahan Pemukiman,
Departemen Transmigrasi dan PPH (selaku penanggung jawab
ujicoba agro-estate) dengan PT. Kurnia Luwuk Sej.ati. Selanjutnya
sebagai tanda persetujuan pembelian kebun antara transmigran
dengan developer/inti, maka setiap transmigran harus membayar uang
muka pembelian kebun sebesar Rp 250.000,- ditambah uang
administrasi sebesar Rp 24.000,-/KK, yang dimaksudkan untuk biaya
provisi bank sebesar 0,5 pennil dari harga kebun, akte jual beli 1 %,
dan asuransi kebun selama 1 tahun sebesar 0,5 %. Pembayaran uang
muka dilakukan di lokasi Agro-Estate Toili melalui petugas UPT dan
disaksikan oleh petugas Perusahaan Inti.
Pembayaran angsuran kredit kebun akan dilakukan oleh
transmigran kepada Bank Pelaksana melalui KUD mulai tahun ketiga,
dalam jangka waktu 10 tahun, dan besarnya ditetapkan dengan
mempertimbangkan pendapatan bersih transmigran per bulan yang
diperkirakan seperti disajikan pada tabel berikut:

25 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


' '
Tanaman Pangan dan Hortikultura

Tabel II-3 Perkiraan Pendapatan Bersih dan Angsuran Kredit


Transmigran Berdasarkan Kelas Kebun Kakao

Ke las Pendapatan Bersih Angsuran Kredit


Kebun (Rp) 1) (Rp) f)
A 166.000-474.000 150.000-299.000
B 150.000-427.000 135.000-269.000
c 116.000-332.000 105.'000-209.000
Sumber: Direktorat Bina Masyarakat dan Penyuluhan
Departemen. Transmigrasi dan PPH
Keterangan : 1) Rata-rata /KK/Bulan/2 Hektar.
2) Rata-rata /KK/Bulan/2 Hektar.

Kredit yang digunakan untuk membiayai pembangunan


kebun kakao pada awalnya dirancang bersumber dari Bank
Dagang Negara Cabang Palu. Untuk 2 tahun pertama dengan
ditetapkan suku bunga sebesar 16 % /tahun, selanjutnya setelah
terbentuk koperasi, maka melalui mekanisme kredit KKPA
ditentukan bunga sebesar 14 % /tahun.

10. Permasalahan
a. Status Lahan
Hingga saat ini belum ada kejelasan mengenai status
kebun kakao yang telah dibagikan kepada transmigran, karena
penyerahan kebun dari perusahaan inti belum disertai ikatan
kredit. Pengalihan status lahan dari Hak Guna Usaha_(HGU)
menjadi Hak Pengelolaan 'Lahan (HPL) Departemen
Transmigrasi dan PPH 'belum selesai, karena itu 'diperlukan
tindak lanjut yang lebih kongkrit sampai pembuatan sertifikat
lahan. Hal ini diperlukan agar transmigran merasa tenang
dalam melaksanakan kegiatan usahatani. Berdasarkan
informasi, usulan perubahan status lahan telah diproses oleh

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 26


Tanaman Pangan dan Hortikultura

Badan Pertanahan Nasional Tingkat Pusat, karena itu Kantor


Wilayah Departemen Transmigrasi dan PPH Propinsi
Sulawesi Tengah- terns memonitor perkembangannya.
Penanganan mendesak yang perlu dilakukan adalah membuat
kesepakatan mengenai pelepasan HGU menjadi HPL, dan
kesepakatan tentang nilai kredit kebun serta mekanisme
pembayarannya.
o. Kondisi Kebun Kakao
Tidak semua tanaman kakao temyata berbuah secara
optimal karena sebelumnya tidak terpelihara dengan baik.
Untuk itu perlu dilakukan upaya menjadikan kebun plasma
yang tidak produktif menjadi produktif Dalam meningkatkan
produktivitas kebun ini diperlukan masukan-masukan baik
fisik maupun non. fisik. Masukan fisik berupa pemberian
pupuk, penggunaan herbisida, dan pestisida, Sedangkan
masukan non fisik mencakup bimbingan teknis kepada
transmigran guna meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan mereka sehingga rnas'ukan fisik yang diberikan
menjadi lebih efektif dan efisien. Dari hasil kajian oleh tim
ujicoba agro-estate yang dikoordinir oleh Direktorat
Penyiapan Lahan Permukiman, terungkap bahwa untuk
melaksanakan bimbingan teknis diperlukan biaya sebesar Rp
72.560.000,- dengan waktu pelaksanaan kegiatan selama 5
bulan. Kegiatan pokok bimbingan teknis tersebut meliputi:
1) Bimbingan pembersihan gulma kebun kakao yang
meliputi luas kurang lebih 31,5 persen areal kebun milik-
transmigran.
2) Bimbingan pemangkasan tanamaa pelindung yang
meliputi areal seluas kurang iebih 32 persen, dan
pemangkasan tanaman kakao yang meliputi areal seluas
± 25 persen.
3) Pemberian sarana produksi tanaman yang dilaksanakan
dengan mempertimbangkan jumlah tegakan pohon per ha
dan umur tanaman, Jenis pupuk yang diberikan adalah
urea atau SP 36, dan KCL Jenis herbisida yang disarankan
. adalah Round up, dan jenis insektisida yang .disarankan
adalah Hopcin 50 EC, serta fungisida Kocide 77 WP.

27 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBA.NGAN


Tanaman Pangan dan Hortikultura-.

Untuk sementara hasil paneµ umumnya tidak dijual ke


perusahaan inti tetapi dijual secara bebas, namun demikian
pihak perusahaan' masih tetap bersedia membeli 'hasil panen
warga, Harga kakao di pasaran sangat bervariasi, tetapi secara
umum harga yangditetapkarr oleh PT. Kurnia Luwuk Sejati
pada saat itu masih lebih rendah dibanding harga di pasaran
(Rp 375,-/kg).

c. Transaksi Jual Beli Kebun Kakao


Berdasarkan hasil · monitoring, diketahui' bahwa
terdapat 2 versi hasil penilaian fisik kelas kebun. Perbedaan
hasil · penilaian ini disebabkan karena parameter yang·
digunakan untuk penilaian berbeda. Pacfa awalnya, parameter
penilaian disusun oleh LPM-ITB, namun dalam pelaksanaan
di lapang, para petugas penilai yang terdiri dari 2 tim masing-
masing membuat modifikasi parameter penilaian sebagai j

berikut:
I) Versi Hasfarm, cara penilaian dengan menggunakan
parameter jumlah tegakan tanaman kakao per 'ha, diameter
batang, jurnlah tanaman yang telah ber buah, serta kondisi
gulma dan sisa tunggul dan kayu pada setiap kapling
kebun. Teknik -penilaian dilakukan 1 dengan metode
sampling, yaitu dilakukan pengamatan dengan selang, 5
baris tanaman. Dalam 'pelaksanaan -ini., PT.Hasfarm
dibantu oleh 16 orang katyawan dari PT. Kurnia Luwuk
Sejati, dan diperlukan waktu selama 3 hari . untuk
penilaian pada 100 kapling (2 ha/kapling). °tJ'~

2) Versi petugas Dit. PLP, kriteria penilaian lebih


disederhanakan yaitu variabel yang diamati meliputi
jumlah tegakan pohon produktif, dan diameter batang.
Teknik penilaian dilakukan secara sensus selama 6 hari
dengan melibatkan petugas sebanyak lebih kurang 60
orang buruh PT. Kurnia Luwuk Sejati.

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 28


Tanaman Pangan dan Hortikultura

PT. Kurnia Luwuk Sejati keberatan terhadap kedua hasil


penilaian tefsebut dengan alasan :
1) Hasff sampling belum mampu menggambarkan kondisi kebun
yang sesungguhnya dan berbeda dengan hasil sensus tanaman.
2),Hasil penilaian yang menggunakan parameter kondisi serangan
hama penyakit, gulma dan sisa-sisa kayu pada kegiatan
pemeliharaan, yang dikompensasikan sebagai faktor pengurang
terhadap harga kebun, dianggal? tidak proporsional dengan biaya
yang dikeluarkan. .
Penolakan ·PT. Kurnia Luwuk Sejati atas 2 versi penetapan
kelas kebun tersebut menyebabkan harga kebun belum bisa
ditentukan hingga saat ini.
0 leh karena kondisi kebun itu sendiri sebahagian kurang
memenuhi syarat- teknis, maka pihak' petusahaan telah memberikan
kesempatan kepada para transmigran untuk terlibat dalanr rehabilitasi
kebun, dengan pembagian waktu 3 hari bekerja di kebun perusahaan
dan 3 hari bekerja di kebun sendiri, serta 1 hari lainnya untuk
kegiatan sosial kemasyarakatan. Namun masalahannya imbalan kerja
yang diberikan temyata lebih rendah dibanding Upah Minimum
Regional (UMR) daerah setempat, sehingga banyak warga yang
enggan bekerja di kebun perusahaan.
Masalahnya menj adi Iebih' rumit karena pembayaran kebun
dan ·skim kredif untuk pembelian' kebun belum jelas. Namun
demikian, untuk meredam timbulnya permasalahan yang lebih pelik
pihak perusahaan telah mengambil langkah melakukan pembagian
kebun seluas 200 hektar kepada 100 K.K transmigran sejak Juli 1995.
Transmigran yang secara kebetulan memperoleh kebun yang telah
berbuah sudah dapat memetik hasil, tetapi masalah lain ~ang timbul
adalah pengembalian kredit dari transmigran belum bisa
dilaksanakan.

l9 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


"Tanaman Pangan dan Hortikultura

d. Dukungan Bank Pelaksana


Awalnya dukungan Bank ·BDN Cabang Palu sebagai calon
bank pelaksana pada program agro-estate ini cukup besar, namun
karena pihak Inti/Developer tidak segera memenuhi persyaratan
adminitratif yang diperlukan, maka pencairan -dana belum dapat
dilaksanakan. Persyaratan tersebut antara lain adalah dokumen
.pengajuan kredit oleh KUD, sertifikat tanah milik transmigran
sebagai agunan, serta jaminan lain dari Investor (sebagai avalist).
Sejak mundumya BDN sebagai bank pelaksana, sampai saat ini
belum ada bank yang mau menjadi penyalur kredit karena kebun
kakao yang dibangun dinilai kondisinya kurang layak secara
teknis dan ekonomis.
e. Dukungan Kelembagaan
KUD Sindang Sejati yang telah didirikan sej ak awal
penempatan, nampak kurang berkernbang karena berbagai
hambatan. Keterbatasan yang paling menonjol meliputi modal,
fasilitas usaha seperti gudang dan waserda sebagai pusat kegiatan,
serta tenaga terampil yang berpengalaman dalam mengelola
KUD. Upaya yang perludilakukan adalah pembinaan manajemen
KUD dan sumberdaya manusia baik melalui _pelatiban tnaupun
studi banding ke KUD yang, telah lebih maju. Selain KUD, Badan
Pengelola dan Pengembangan (BPP) yang fungsinya membina di
bidang teknis perkebunan, serta membina manajemen agro-estate
saat ini sudah tidak aktif lagi karena keterbatasan dana
operasional.

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 30


Tanaman Pangan dan Hortikultura

f. Hubungan Kemitraan dalam Pola Agro-Estate


Hubungan kemitraan antara transmigran melalui
KUD dengarr pihak perusahaan 'nampak kurang harmonis,
bahkan pihak perusahaan inti cenderung· bersifat .apatis.
Hal ini terlihat dari penyelesaian permasalahan yang tidak
kunjung selesai dan berlarut-larut. Adanya .upaya
pengalihan usaha oleh pihak inti dari perkebunan J(akao
menjadi perkebunan kelapa sawit semakin menambah
persoalan. Disamping itu hak dan kewajiban masing-
masing pihak yang terlibat dalam kerjasama kemitraaan
tidak 'dilakukan sesuai kesepakatan 'yang telah dibuat
bersama sehingga kecil kemungkinan hubungan kemitraan
akan berkembang kearah yang positif.

B. Perkebunan Kelapa Sawit di Bangka Propinsi Sumatera


Selatan

1. Letak dan Aksessibilitas


Lokasi perkebunan kelapa sawit yang dikembangkan
oleh PT. Suniarco Makmun Indah berjarak sekitar 42 Km dari
kota Pangkal -Pinang, dan dapat dicapai dengan kendaraan
roda 4 dalam waktu kurang lebih 1 jam.. Kondisi jalan
sebagian besar berupaaspal hotmix, dan jalan pengerasan barn
sepanjang 1,5 Km.
Pada awalnya PT. Sumarco Makmun Indah bermaksud
membangun perkebunan 'kelapa sawit di Kabupaten Bangka
Propinsi Sumatera Sefatan dengan usulan kerja sama pola
Anak-Bapak Angkat (ABA). Untuk merealisasikan maksud
tersebut, pihaknya telah mendapatkan ijin prinsip dari
Pemerintah Daerah sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur
Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Selatan nomor
:898/SK/1/1990 tentang Pencadangan Tanah seluas kurang
lebih 25.000 ha, yang terletak di Kecamatan Kelapa,
Merawang, Sungai Liat dan Mentok, Kabupaten Dati II
Bangka.

31 PUSAT PENELITIAN.DAN PENGEMBANGAN


Tanaman Pangan dan Hortikultura _

Dalam perkernbangan selanjutnya, pada saat


PT.Sumarco Makmun Indah (PT. SMI) sedang melaksanakan
pernbangunan fisik kebun, di Departemen Transmigrasi dan
PPH tengali diluncurkan terobosan pola baru yang dikenal
dengan istilah Transmigrasi Pola Agro-estate. Pada awalnya
PT. Sumarco Makmun Indah tampaknya berrninat untuk
menjadi developer dan sekaligus pelaksana/investor bagi pola
baru yang akan dikembangkan, Setelah beberapa kali
konsultasi dan diberikan penjelasan oleh pihak departemen
tentang konsep baru tersebut ternyata pihak PT. SMI tidak
segera mengajukan proposal, bahkan tidak menyatakan
kesanggupan atau penolakan secara tertulis. Namun demikian
kenyataan di lapang pola pembangunan perkebunan yang
tengah dilaksanakan oleh PT.SM! menerapkan konsep pola
agro-estate sebagaimana yang akan dikembangkan oleh
Departemen Transmigrasi dan PPH walaupun tidak
melibatkan transmigrasi.

2. Perijinan
Berdasarkan SK Gubernur KDH Tingkat I Sumatera
Selatan No. 898/SK/I/1990, tertanggal 3 Desember 1990, luas
pencadangan areal yang diberikan kepada PT. Sumarco
Makmun Indah kurang lebih 25.000 ha dengan 'peruntukan
bagi pembangunan perkebunan kelapa sawit melalui Pola PIR-
Trans. Dalam proposal yang diajukan dan diekspose oleh PT.
SMI di Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Bangka,
direncanakan pihaknya akan menempatkan transmigran
sebanyak 500 KK yang didistribusikan ke dalam beberapa
afdeling.

PUSAT PENELITIAN DA].\;l PENGEMBANGAN 32


Tanaman Pangan dan Hortlkultura

3. Pembangunan Pemukiman
Pembangunan rumah diatur sedemikian rupa sehingga
jarak rumah petani peserta dengan kebun kelapa sawit tidak
terlalu jauh. Pembangunan rumah dibuat secara berkelompok
sesuai dengan jumlah afdeling kebun yang dibangun, yaitu
sebanyak 22 afdeling. Pada setiap Afdeling dibangun 200 unit
rumah beserta fasilitas umumnya di atas lahan seluas 20 Ha.
Bangunan rumah berbentuk kopel dilengkapi dengan
jamban keluarga, sarana listrik (450 watt), air perpipaan
(sumur artetis kedalaman 100 m), dan perabotan rumah
tangga. Spesifikasi bangunan rumah: type 21, luas tanah 150
m, dinding batako, lantai tegel, atap dan plafon dari ashes.
Bangunan fasilitas umum terdiri dari Balai Desa, Masjid,
Poliklinik, dan Waserda. Disamping itu untuk setiap 2 (dua)
afdeling dibangun satu Sekolah Dasar.
Berdasarkan perhitungan tahun 1986, PT.SM!
menetapkan harga paket rumah sebesar Rp 10,-juta/unit (Rp 8
juta,- untuk rumah dan Rp 2 juta untuk perabot rumah tangga).
Sumber dana untuk pembangunan rumah berasal dari dana
kredit pemilikan rumah (KPR). Jangka waktu kredit 12 tahun,
dengan suku bunga 11 % ditambah fee Koperasi sebesar 3 %;
Sedangkan masa tenggang (grace period) pengembalian kredit
ditentukan selama 3 tahun. Harga paket kredit rumah tersebut
sudah termasuk biaya pemeliharaan selama .kredit belum lunas
(maksimal 12 tahun)

4. Pembangunan Kebun
Untuk pembangunan kebun kelapa sawit ini, Studi
Kelayakan dan Studi Amdal dilakukan oleh Pusat
Pengembangan dan Pengkajian Agribisnis (P2-PA), sebagai
konsultan PT. SMI. Dari luas areal yang dicadangkan,

33 PUSAT PENELITlAN DAN PENGEMBANGAN


. 'Tanaman Pangan dan Hortikultura

direncanakan
J.
2.560 ha untuk kebun inti dan 22.000 ha lainnya
sebagai kebun plasma. Pembangunan kebun -. dibagi menjadi
22 Afdeling, pada setiap afdeling dibangun kebun kelapa
sawit seluas 1.000 ha dan kebun percontohan 20 ha. Selain itu,
di lokasi ini akan dibangun pabrik pengolahan kelapa sawit
dengan kapasitas 60 ton/jam yang pembangunannya sudah
dimulai pada pertengahan tahun 1996.
Berdasarkan perhitungan PT.SM!, pada tahun 1986,
harga paker kredit satu kapling kebun plasma (5 ha)
ditetapkan sebesar Rp 29.853.000,-per 5 Ha (@ Rp5,97
Juta/ha). Biaya pembangunan kebun berasal dari dana Kredit
Koperasi Primer untuk Anggota (KKPA) yang disalurkan
melalui Koperasi Karyawan dan Petani Peserta (KKPP).
Dalam hal ini yang bertindak sebagai bank pelaksana adalah
BDNI, dan sebagai avalis adalah PT.SM!. Jangka waktu
kredit selama 12 tahun, -dengan suku bunga 11 % ditambah
fee Koperasi 3 %, sedangkan masa tenggang pengembalian
kredit selama 3 tahun.

5. Penempatan
Hingga -pertengahan September 1995, rumah yang
telah dibangun ada 1.000 unit, dan 80 unit diantaranya telah
ditempati petani peserta sejak awal September 1995.
Kemudian'200" unit rumah lainnya akan segera ditempati oleh
petani peserta yang saat itu masih ditalll~ung di barak kerja
untuk mendapatkan pelatihan dari pihak Perusahaan (PT.SM!)
yang bekerja sama dengan Departemen Tenaga Kerja. Para
petani yang menjadi peserta pengembangan perkebunan ini
adalah penduduk setempat yang lahannya terkena proyek dan
eks karyawan penambangan timah di Pulau Bangka. Petani

PUSAT PENELITIAN DAN PE°NGEMBANGAN 34


Tanaman Pangan dan Hortikultura

yang telah terdaftar sebagai calon peserta berjumlah kurang


lebih 4.717 KK yang tersebar 'di 4 wilayah kecamatan dan
meliputi 30 desa.

6. Permasalahan
a. Status Proyek Pembangunan
Pembangunan kebun kelapa sawit oleh PT.SMI di
Kabupaten Dati 11 Bangka tidak dapat disebut sebagai pola
PIR-Trans ataupun Pola Agro-estate karena dalam
pelaksanaarmya tidak melibatkan 'transmigran, meskipun
ijin prinsip pencadangan areal dari Gubernur dialokasikan
untuk pembangunan PIR-Trans, dan penerapan
pembangunan fisiknya menggunakan konsep.. pola agro-
estate. :.
b, Transaksi Jual Beli Kebun
Berdasarkan harga tahun 1986 nilai kredit kebun
' plasma dihitung sebesar- Rp 29.853.000,- per kapling (5
ha) atau Rp 5,97 Juta,-/Ha. Apabila perkebunan tersebut
mengadopsi pola agroestate, maka beradasarkan
perhitungan tahun 1995 nilai kredit yang diajukan ke Bank
Indonesia meningkat menjadi Rp. 39 ju~ per kapling (5
ha), atau Rp. 7 ~~,_juta per hektar. Namun demikian harga
jual ke transmigran masih .bisa diturunkan apabila
komponen biaya pembangunan fasilitas umum Clan
infrastruktur
r
diperhitungkan sebagai subsidi ·pemerintah
r

melalui anggaran Departemen Transinigrasi dan PPH.


Cara pembayaran yang akan dilakuk:an oleh para calon
transmigran dibolehkan tanpa uang muka sebagai tanda
jadi pembelian kebun.

35 PUSAT PENEJ.,ITIAN DAN PENGEMBA,NGAN


Tanaman Pangan dan Hortikultura

BAB III
PRASYARAT PENGEMBAN9AN MODEL PEMUKIMAN
TR'.ANSMIGRASl·USAHA AGROESTATE UNTUK
TAN AMAN PAN GAN DAN HORTIKULTURA

A. Peluang Pengembangan Agroestate Di Pemukiman Trans-


migrasi

J. Komoditas Jagung
a. Gambaran Umum
Indonesia yang beriklim tropis dan ketersediaan lahan
yang masih luas sangat cocok bagi pengembangan
tanaman jagung. Sebagai gambaran bahwa luas lahan
kering di Indonesia kurang lebih 51.410.113 ha, namun
hanya sekitar 3,3 juta ha per tahun yang digunakan untuk
pengembangan tanaman jagung.
Tanaman jagung di Indonesia pada awalnya
terkonsentrasi di Jawa Tengah, Jawa Timm dan Madura.
Selanjutnya, tanaman jagung lambat laun menyebar ke
luar Pulau Jawa. Dari hasil- survey Biro Pusat Statistik
(1991), daerah sentrum produsen jagung paling luas di
Indonesia berada di Propinsi Jawa· Tengah, Jawa Timur,
Sulawesi Selatan, NTT, Lampung, dan Jawa Barat.
Pada dasamya tanaman ja~$ memiliki prospek
pemasaran yang cukup baik mengingat' konsumsi jagung
di dunia menempati urutan ketiga setelah padi dan
gandum. Persebaran penanaman jagung terus meluas di
berbagai negara karena tanaman ini mempunyai daya
adaptasi yang luas terhadap agroklimat daerah sub tropik
dan daerah tropik. Dewasa ini Indonesia merupakan
negara penghasil jagung terbesar di kawasan Asia
Tenggara. Hal ini terlihat dari produksi jagung Indonesia
yang selalu meningkat dari tahun ke tahun. Selama

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 36


Tanaman Pangan dan Hortikultura

Pelita I produksi per taliun adalah 2,7 juta ton, kemudian


meningkat menjadi 3,1 juta ton pada Pelita Il, darr-l.I juta
ton pada Pelita III serta 5,0 j.uta ton pada Pelita IV, Sedang
pada Pelita V produksi jagung telah mencapai 6,7 juta ton
per tahun.
Namun demikian cita-cita Indonesia untuk
berswasembada jagung temyata belum sepenuhnya
berhasil mengingat laju persediaan produksi belum dapat
mengimbangi peningkatan permintaan konsumsi dan
industri.Untuk itu berbagai upaya dilaksanakan dengan
harapan pada Pelita VI produksi jagung nasional dapat
meningkat rata-rata 3,77 % per tahun. Salah satu caranya
adalah meningkatkan luas panen rata-rata 2,06 % per
tahun, dan menaikkan produktivitas rata-rata 1,57 % per
tahun untuk mengimbangi dari laju permintaan yang
diproyeksikan sebesar 2,24 % per tahun.
Usaha yang ditempuh pemerintah dalam upaya
meningkatkan produksi jagung melalui program
ekstensifikasi, intensifikasi, dan rehabilitasi . Untuk lebih
menjamin keberhasilan swasembada jagung maka perlu
ditempuh langkah-langkah berikut :
1) Pengembangan daerah sentra produksi jagung.
2) Meningkatkan penggunaan benih unggul bermutu
tinggi secara tepat jenis, jumlah, waktu, dan tempat.
3) Melakukan penanam.an jagung di luar musim melalui
. beberapa 'tahapan pola tanam yang sesuai di suatu
daerah,
4) Meningkatkan kegiatan penyuluhan tentang teknologi
budidaya pan pasca panen jagung misalnya dengan
memanfaatkan jasa sewa peralatan, rnesin pertanian,
gudang penyimpanan pada musim panen raya dan
melakukan gerakan mas al para petani jagung.

37 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


Tanaman Pangan dan Hortikultura

5) Melibatkan peran · serta BUMN dan swasta terntama


pengusaha- industri . berbahan baku jagung, dalam
kegiatan produksi clan pemasaran.
b. Prospek Pasar Komoditas Jagung
Prospek usahatani komoditas jagung cukup cerah
apabila dikelola secara intensif dan komersial yang
berpola agribisnis. Permiritaan pasar domestik akan
komoditas jagung cenderung terns meningkat dari tahun,
ke tahun baik untuk kebutuhan pangan maupun non
pangan. Indonesia diperkirakan tetap menjadi salah satu
negarapengimpor jagung hingga tahun 2000, mengingat
masih kurangnya produksi jagung dalam negeri. Melihat
kenyataan ini, Departemen Pertanian memperkirakan
bahwa pada tahun 2000 total kebutuhan jagung nasional
akan mencapai 8.870.000 ton. Bila pada tahun 1995 total
produksi komoditi jagung Indonesia 6.360.000 ton dengan
tingkat pertumbuhan rata-rata 4 % per tahun, maka
diperkirakan pada tahun 2000 akan terjadi defisit sebesar
1.132.088 ton.
Bila dilihat selama tahun 1990 - 1995 volume impor
jagung Indonesia mencapai 2.952.532,97 ton dan
menyerap devisa sebesar US$ 445.813.990 atau rata-rata
per tahun 492.088,83 ton senilai US$_ 70.968.998,33.
Dalam beberapa tahun terakhir ini kebutuhan jagung
untuk pakan temak terns meningkat. Misalnya pada tahun
1993 jumlah kebutuhan tercatat sebanyak 2,5 juta ton,
namun pada tahun 1994 naik menjadi 3,3 juta ton. Kurang
lebih 60 % kebutuhan jagung untuk pakan temak masih
berasal dari import.
Melihat peluang pasar ini, maka prospek usahatani
jagung dinilai sangat baik. Sedang sasaran usahatani
komoditi jagung nasional adalah berswasembada yang

PUSAT P-ENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


38
Tanaman Pangan dan Hortlkultura

bersifat non trend, yaitu- mengekspor bila terjadi surplus


produksi dan rnengimpor bila terjadi defisit produksi.
Disamping itu, pengembangan usahatani jagung dapat
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan · petani,
memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha,
meningkatkan kebutuhan pangan dan non pangan di dalam
negeri, serta mengurangi impor jagung.

2. Komoditas Kedelai
a. Gambaran Umum
Kedelai adalah salah satu komoditi 'pangan yang
penting bagi sebagian rakyat Indonesia. Selain itu bungkil
kedelai juga banyak digunakan sebagai l?akan temak.
Menurut data ~USENAS, komsumsi kedelai secara
nasional terus menunjukkan peningkatan yang cukup
berarti. Sebagai gambaran, pada tahun 1981 tingkat
konsumsi kedelai per kapita rata-rata sebesar 8,50 kg dan
pada tahun 1993 menjadi 22,~0 kg per kapita, atau rata-
rata naik sebesar 13,52 persen per tahun. Melihat
pertumbuhah konsumsi kedelai yang cukup pesat maka
usahatani dan industri kedelai mempunyai prospek yang
sangat baik. Secara nasional total konsumsi kedelai saat ini
diperkirakan sebesar 2,58 juta ton per tahun (Simatupang
• J •

dkk, 1990).
Industri pakan merupakan pengguna kedelai kedua
terbesar setelah industri makanan, Seb~&51i gambaran pada
tahun 1982 permintaan bungkil kedelai untuk industri
pakan telah mencapai 69.961 ton dan kemudian meningkat
menjadi sekitar 160.200 ton pada tahun 1994
{Dirjentan, 1995).

39 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


, Tanaman Pangan dan Hortikultura

Menyadari bahwa kedelai merupakan salah satu bahan pangan


penting bagi masyarakat Indonesia, maka peningkatan produksi
nasional telah mulai dilakukan sejak 1962 yang mencakup dua bidang
yaitu perluasan areal: dan intensifikasi produksi. Berdasarkan studi
pertumbuhan kedelai yang dilakukan oleh Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan (1992), diketahui bahwa terdapat
sepuluh propinsi yang memiliki potensi perluasan areal untuk
pertanaman kedelai. Dari total areal seluas 3,5 juta hektar sawah
dalam sepuluh propinsi terpilih, terdapat sekitar 2 juta hektar yang
memiliki potensi untuk usaha tani kedelai.
Sebaran areal panen selama 11 tahun terakhir menunjukkan
bahwa Pulau Jawa masih merupakan daerah yang dominan (walaupun
sudah menurun) untuk penanaman kedelai dimana 55 % areal kedelai
berada di Pulau Jawa (Tabel III-I).

Tabel UI. l. Sebaran dan Pertumbuhan Luas Panen Kedelai di


Wilayah Indonesia.
Pcrscntasc tcrhadan Total Indonesia Luas Pan en
>
No. Indonesia
Sumatera Jawa Kalimantan Sulawesi Ind-Timur <OOOHa)
198S 20 2 649 09 47 93 896 2
1986 24 8 S8 s 11 S7 99 2.2S3 8
1987 26 0 SS 7 12 72 99 I 100 6
1988 24 8 56 8 I 2 69 11 3 I 117 4
1989 24 s 54 s 11 48 12 7' 1.198 0
1990 28 I 519 I0 60 10 4 1.334 0
1991 27 0 52 5 10 n 116 1.368 2
1992 28 8 S24 , 14 75 98 l.66S 7
1993 28 I 516 11 76 10 8 1.470 2
1994 27 I SS 3 14 79 120 l.5S3 0
199S 27 2 SS 3 16 8 I 79
' 1.447 3
10 s
Rata2
Pertumbuhan
26 I
10,9
SS 4
-1,4
I 2
1,7
69
4,1
"
8,6
. ·' l.31S
4,2
6

(%ner tahun)
.
Sumber: BPS, Statistik Indonesia, 198S - 199S.

Dari tabel di atas terlihat bahwa seberan daerah


produksi erat kaitannya dengan pola konsumsi dimana konsumen
terbesar adalah produsen tempe, tahu dan kecap yang masih
terpusat di Pulau J awa yang secara historis dan latar belakang
budaya telah lama mengenal kedelai sebagai bagian terpenting
dalam keragaman pangan baik di pedesaan maupun perkotaan ..

PUSA-T-PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


"'"40
Tanaman Pangan dan Hortikultura

Luas areal kedelai pada akhir Pelita V (1993)


diperkirakan sekitar 1,5 juta hektar dari total luas potensi
sumberdaya lahan yang tersedia. Dari sekitar 7 juta hektar lahan
baku sawalr yang terdiri atas 4,90 juta hektar lahan irigasi dan
l'l,10 jutahektar lahan sawah tadah hujan baru sekitar 12 % lahan
sawah yang telah ditanami kedelai. Demikian pula dari sekitar
12,8 juta hektar lahan kering baru sekitar 4 % yang ditanami
kedelai. Oleh sebab itu perluasan areal di dua jenis lahan tersebut
masih terbuka. Pertumbuhan luas areal kedelai selama ini relatif
lambat yaitu hanya sekitar 4,2 persen per tahun (BPS, 1996).
b. Prospek Pasar Komoditi Kedelai
Komsumsi kedelai sejak tahun 1970-an menunjukkan
angka yang terus meningkat sehingga permintaan tidak dapat
dicukupi hanya dari produksi dalam negeri tapi juga harus
dipenuhi melalui impor.
Secara garis besar konsumsi kedelai di Indonesia dapat
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu langsung dan tidak langsung.
Konsumsi langsung adalah penggunaan kedelai dalam bentuk
aslinya untuk makanan, dan termasuk untuk bibit. Konsumsi
tidak langsung adalah penggunaan kedelai sebagai bahan baku
industri tempe, tahu, kecap, oncom, dan pakan. Konsumsi
langsung diperkirakan hanya sebesar I % dad total produksi
dalam negeri, sedang sisanya sebesar 99 % merupakan konsumsi
tidak langsung (Zulham, 1993).
Karena produksi dalam negeri tidak dapat memenuhi
permintaan maka pemerintah berupaya mendatangkanya dalam
bentuk impor dengan menggunakan devisa yang nilainya tidak
sedikit. Tabel berikut .ini menunjukkan posisi volume impor
kedelai dan bungkil kedelai dibandingkan volume impor biji-
bijian lainnya.

41 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


Tanaman Pangan dan Hortikultura

Tabel III. 2. Volume Impor Kedelai dan .Bungkil Kedelai


Dibanding Impor Biji-bijian, Lainnya: 1984 c: 1995
(000 ton).
~.....
-

Bungkil
Tahun Kedelai Gandum Biji Lainnya Total
Kedelai
1985 3020 1752' 1.317 3 166 1 1.960 6
1986 359 3 • 306 7 1.610 1 212 ( 2.488.2
198'7 286.7 2570 1.688 8 4100 2.642 5
1988" .. '465.8 72~ '1.588 3 4403 2.566 7
1989 390.5 1144 1.806 7 4408 2.7524
1990 54'1 0 52 1.704 4 285 7 2.536 3
1991 6728 193 3 2.221 7 2944 3.782 2
992 6941 1706 2.456 6 998 3 4.3196
1993 7239 3611 2.525 2 877 5 4.487 7
1994 800 5 498 6 2.3302 505 1 4.134 4
Rata2 4761
<
195 9 1.749 9' . - 4399 2.8792
Pertumbuhan 11,4 6,7
8,8 13,6 12,8
(%oertahun)
.
Sumber : Statistik.Indonesia,BPS

Impor kedelai dan bungkil kedelai selama 11 tahun


tersebut rata-rata sebesar US$ 184,~ juta per tahun 1aVtu 30,2 %
dari rata-rata nilai impor biji-hijian pangan Indonesia, Secara
absolut volume impor kedelai dan bungkil kedelai memang
cenderung mengalami kenaikkan dari tahun .ke tahun, namun
secara relatif nilai impor kedelai cenderung menurun terhadap
seluruh nilai impor biji-bijian akibat makin naiknya impor biji
gandum danjagung
Apabila · produksi kedelai dapat ditingkatkan untuk
substitusi impor sehingga dapat memenuhi permintaan kedelai
dalam negeri, maka nilai devisa yang dapat dihemat akan relatif
besar. Lebih jauh lagi, jika peningkatan produksi dalam-negeri
tersebut dapat juga mengisi ekspor, maka komoditas 'kedelai bisa
diharapkan sebagai penghasil devisa.

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


Tanaman Pangan dan Hortikultura

3. Komoditas Pisang
a. Gambaran Umum
"Prospek pengembangan budidaya buah-buahan secara
intensif dalam skala agribisnis dan agro- industri cukup cerah.
Hal ini berkaitan dengan semakin meningkatnya jumlah
penduduk, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, kesadaran
gizi masyarakat, industri pengolahan dan perkembangan
pariwisata. Dengan adanya peluang pasar yang masih terbuka
luas baik di dalam ne_geri maupun luar negeri, peningkatan
produksi buah-buahan' dapat menghemat devisa atau sebagai
sumber devisa negara pada tahun-tahun mendatang.
Pisang (Musa paradisiaca L) merupakan salah satu
jenis buah yang digemari oleh sebagian besar penduduk dunia
dan dikonsumsi oleh masyarakat terutatna dalam bentuk buah
'segar (buah meja). Buah ini digemari karena rasanya enak,
kandungan gizinya tinggi, mudah didapat dan harganya relatif
murah, 'Selain dapat dikonsumsi sebagai buah Segar dewasa ini
banyak industri yang memanfaatkan hasil tanaman pisang ini
seperti pabrik tepung, pabrik keripik pisang dan lain-lain.
Sejalan dengan masih besarnya peluang pasar bagi buah
pisang baik pasar domestik maupun untuk ekspor maka masih
memungkinkan dikembangkannya produk buah pisang secara
intensif.
Indonesia mempunyai potensi sumberdaya lahan yang
sangat besar untuk pengembangan .agribisnis, pisang, yaitu
.sekitar 2,,8 juta .. hektar tergolong yan~ mempunyai potensi
sangat tinggi dan 0,8 juta hektar tergolong klasifikasi sedang.
Lahan-lahan potensial tersebut tersebar di seluruh propinsi di
Indonesia. Namun demikian selama ini produksi pisang di
Indonesia sebagian besar masih didominasi Pulau Jawa,
walau potensi lahan yang dimiliki belum tergarap secara
optimal. Produsen terbesar pada tahun 1994 adalah Propinsi

43 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


Tanaman Pangan dan Hortikultura

Jawa Barat. Sel~jutny~ produsen pisang adalah Jawa Timur


dan Jawa Tengah. Sedang untuk luar Pulau Jawa propinsi
penghasil pisang adalah Sulawesi Selatan dan Lampung.
Searah dengan kebijaksanaan pembangunan pertanian dengan
pendekatan agribisnis, pengeinbangan komoditas dilakukan
dengan pendekatan perwilayahan,
b. Potensi Pasar Komoditas Pisang
Bila dibandingkan dengan negara-negara penghasil
pisang di dunia, Indonesia belumlah mempunyai peranan yang
cukup besar sebagai eksportir. Namun demikian, dalam
beberapa tahun terakhir · ini, Indonesia sudah mengekspor
pisang terutama kenegara Jepang, baik dalam bentuk segar
maupun olahan.
Dalam periode tahun 1989 sampai 1996, terlihat
bahwa produksi pisang di Indonesia cenderung .makin
meningkat, yaitu rata-rata 6,25 % per tahun., sedangkan
konsumsinya meningkat rata-rata 5,96 % per tahun, Adanya
laju pertumbuhan konsumsi yang sedikit lebih jendah ini
diduga akibat semakin banyaknya pisang yang diekspor ke
luar negeri, disamping itu semakin beragamnya jenis buah-
buahan lain baik lokal maupun buah impor.
Konsumsi pisang per kapita . di Indonesia -adalah
sekitar 13 kg per tahun pada tahun 1990, kemudian menurun
menjadi 12 kg per tahun pada tahun l993, dan meningkat
lagi pada tahun 1996 menjadi 16 kg. Peningkatan konsumsi
pisang disamping disebabkan oleh peningkatan produksi, juga
disebabkan oleh peningkatan pendapatan penduduk. Dari hasil
pengolahan data Susenas 1996, terlihat bahwa k~giumsi
pisang sangat elastis terhadap peningkatan total pengeluaran
pendapatan penduduk. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut
llll.

PUSAT PENELITIAN.DAN PENGEMBANGAN


Tanaman Pangan dan Hortikultura

Tabel III. 3. Elastisitas Konsumsi Pisang Terhadap Total Pengeluaran


Menurut Jenis Pisang di Perkotaan, Pedesaan, dan
Perkotaan + Pedesaan.
Pekotaan +
No. Jenis Pisang Perkotaan Pedesaan
Pedesaan
1. Ambon 1,72 4.43 5,89
2. Raia 5.75 3.48 5,49
3. Lainnva 0.48 0.10 (0.101
Total 0.52 0.19 0.23
Sumber : Data Susenas, 1996.
Keterangan : Angka dalam kurung menunjukkan tanda negatif.

Tabel di atas menunjukkan bahwa di perkotaan + pedesaan


pisang ambon mempunyai elastisitas paling tinggi diikuti oleh pisang
raja. Sedangkan pisang lainnya telah menjadi inferior yang berarti
bahwa jika terjadi peningkatan pendapatan, maka jumlah konsumsi
akan rnenurun karena mengkonsumsi pisang yanglainnya, dalam hal
ini pisang ambon atau raja. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan per kapita
yang cukup tinggi akan mendorong permintaan akan pisang. Hal ini
menunjukkan bahwa pasar dalam negeri memiliki prospek cerah
dalam pengembangan pisang ambon dan pisang raja.
Dalam hal ekspor pisang, terlihat pula kecenderungan yang
meningkat. Pada 'tahun 1990 volume ekspor pisang Segar adalah
sebanyak f 55 ton dengan nilai US$ 281 ribu, sedangkan pada tahun
1994 volume ekspor pisang meningkat menjadi 33.'092 ton dengan
nilai US$ 5.820 ribu. Trend peningkatan ekspor pisang .masih
berlanjut pada tahun 1995 dan 1996, masing-masing dengan volume
sebesar 51,32 dan 76,67 ribu ton. Dengan demikian, diperkirakan
ekspor pisang segar akan meningkat di tahun-tahun mendatang,
mengingat pada tahun 1995 telah di ekspor sebanyak 51.32 ribu ton
dan 78.67 ribu ton pada tahun 1996.

45 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBA'.NGAN'


Tanaman Pangan dan Hortikuitura

Adapun ne.gara tujuan ekspor pisang terbesar pada tahun 1993


dan 1994 adalah J epang, yaitu masing-masing sebesar 22,969 ton dan
27,229 ton. Disamping Jepang, negara tujuan ekspor utama Indonesia
lainnya adalah Cina, Hongkong, Arab Saudi, Korea dan USA.
Permintaan pisang segar dari Indonesia masih besar, namun belum
dapat dipenuhi. Sebagai permintaan Arab Saudi sebesar 20.000 ton
pisang ~egar per minggu, belum bisa.dilayani, Ekspor pisang olahan
dalam tahun 1991dan1994 menunjukkanjumlah yang cukup besar,
yaitu masing-masing sebanyak 92,2 ton, atau senilai US$ 63 ribu.
Adapun negara tujuan untuk ekspor pisang olahan ini adalah Australia
dan Singapura. Permintaan pisang olahan dalam bentuk puree
umumnya berasal dari negara Uni Eropa seperti Jerman dan Italia.
Sejalan dengan makin meningkatnya permintaan buah pisang,
maka hargapun cenderung meningkat. Sebagai contoh harga pjsang
ambon di tingkat produsen terus meningkat, tluktuatif mengikuti
situasi perdagangan dunia. Harga pisang ambon meningkat dari
sekitar Rp 500- per kg, pada tahun 1989 menjadi Rp 1.800,- pada
1996. Peningkatan harga ditingkat produsen didorong oleh harga
ekspor pisang segar dari Indonesia yang cenderung meningkat sejak
tahun 1991, sekitar US$ 1,100 per ton menjadi sekitar US$ 1.800 per
ton pada tahun 1996.
Pertumbuhan produksi dan ekspor dunia ternyata sedikit lebih
rendah jika dibandingkan dengan impor dan konsumsinya. Selama
periode 1987 - 1996, produksi dan ekspor dunia meningkat r'lt~ata
sebesar 2,67 % dan 7,38 % per tahun, sedangkan impor dan konsumsi
meningkat rata-rata 7,58 % dan 2,71 % per tahun. Angka-angka
tersebut memperlihatkan bahwa pasar dunia untuk pisang belum
jenuh.

Pl]SAT PENELITIANDAN P~NGEMB~NGJ\N


46
.Tanaman Pangan dan Hortikultura

F AO memprediksi akan terjadi penurunan produksi


di beberapa negara produsen, sehingga akan terjadi kelebihan
permintaan setidaknya untuk tahun 1997. Berlakunya kuota di
pasar- UNI Eropa dan 'juga musim yang kurang baik,
diperkirakan akan berdampak negatif terhadap produksi dan
juga ekspor, sementara permintaan akan terns cenderung
rrieningkat. Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat peluang
besar bagi Indonesia untuk memasuki pasar pisang dunia.
Negara produsen utama pisang di dunia adalah
Ekuador, Kostarika, Honduras, Philipina, Guatemala.r Panama,
Kolombia, Kamerun pantai Gatling dan 'Indonesia. Adapun
pangsa produksi pisang Indonesia terhadap dunia adalah sekitar
6 %. Melalui potensi sumberdaya untuk pengembangan pisang
yang dimiliki oleh Indonesia, dan prospek permintaan dunia
yang semakin meningkat, maka Indonesia mempunyai peluang
untuk memperbesar pangsa pasar tersebut.
Impor pisang dunia pada tahun 1996 rnencapai
sekitar 14 juta ton. Negara importir utama pisang di dunia
adalah Amerika Serikat, Jepang dan Uni Eropa. Dibandingkan
dengan tahun-tahun sebelumnya, pangsa impor negara-negara
,/

importir utama tersebut terus meningkat. Hal ini rnerupakan


peluang pasar bagi 'Indonesia.

4. -Komoditas Nanas
a. Gambaran Umum
Nanas merupakan salah satu komoditi yang memiliki
nilai ekonomis yang cukup tinggi dansangat potensial untuk
diekspor. Didalam negeri nanas merupakan kebutuhan
konsumsi sehari-hari sebagai makanan segar. Sejalan dengan
makin meningkatnya taraf hidup masyarakat maka permintaan
akan buah-buahan khususnya nanas juga meningkat.

47 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


Tanaman Pangan dan Hortikultura

Selain untuk memenuhi permintaan konsumen rumah


tangga sebagai buah segar, komoditi ini juga banyak
digunakan sebagai bahan baku industri pengolahan nanas.
Hingga saat ini, kebanyakan industri pengolahan nanas masih
mengeluhkan masalah sulitnya mendapatkan bahan balm
nanas. Hal inilah menunjukkan bahwa pengembangan
produksi nenas masih perlu ditingkatkan dan perlu mendapat
perhatian khusus dari pemerintah. Adapun faktor yang melatar
belakangi adalah :
Peluang pasar buah-buahan utamanya buah nanas baik di
dalammaupun di luar negeri masih terbuka lebar.
Indonesia memiliki lahan yang sangat potensial yang
diharapkan 'dapat meningkatkan jumlah maupun untuk
produk nenas.
Peluang agribisnis buah-buaharrbelum digali secara serius
sehingga masih merupakan tambang devisa yang cukup
baik.
Disamping itu budidaya tanaman nanas di Indonesia
saat ini umumnya masih didominasi oleh cara-cara tradisional.
Hal ini dapat dilihat dari ciri-cirinya, yaitu penanaman yang
masih terpencar, luas areal penanaman yang relatif sempit,
penerapan teknologi yang masih sederhana, varietas, bentuk,
rasa dan ukuran yang masih beragam serta hasil produksi yang
belum rutin. Akibatnya tidak semua hasil produksi bisa
diterima untuk industri pengolahan maupun ·untuk ekspor.
Sejalan dengan makin meningkatnya pemasararr "nanas
Indonesia ke rnanca negara maka pemerintah metfentukan
kebijaksanaan pengembangan nanas di daerah-daerah yang
disesuaikan terhadap kondisi daerah yang bersangkutan,
seperti ketersediaan modal, penyiapan teknologi, jumlah dan
kemampuan para petani, serta arah dan sasaran pasar nanas.

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


'"48
Tanaman Pangan dan Hortikultura
A Q J §_,. 9 ~

Beberapa pola pengembangan yang telah dikenalkan terdiri


dati pertanian rakyat, perkebunan kecil, perkebunan swasta,
unit pelaksana proyek (UPP), dan perusahaan inti rakyat
(PIR). Selain pengembangah dengan cara tersebut, pemerintah
juga telah memberikan ijin kepada investor luar negeri untuk
menanamkan modalnya di bidang pemanasan Indonesia.
Dengan adanya kebijaksanaan pemerintah tersebut,
diharapkan adanya peningkatan produksi nanas baik dari segi
mutu maupun kuantitasnya.
b. Potensi Pasar Komoditas Nanas
Salah satu hal yang sangat penting dan perlu mendapat
perhatian semua pihak yang terlibat dalam kegiatan agribisnis
adalah pemasaran karena lancamya suatu pemasaran akan
menjamin kelangsungan serta pengembangan agribisnis.
, Seperti halnya pasar komoditi lain, dalam tata niaga
nanas ada tiga pelaku pokok yang saling tergantung yaitu
produsen, pedagang perantara, dan konsumen. Khususnya
dalam alur tata niaga ekspor, karena rantai pemasaran lebih
panjang maka pennasalahan yang kemungkinan akan timbul
semakin banyak, baik dalam negeri maupun di negara tujuan.
Mengingat hal tersebut dukungan pemerintah dalam
mendorong ekspor nenas sangat diharapkan, terutama dalam
memberlakukan.kemudahan administrasi ekspor menyediakan
kredit ekspor, serta menurunkan pajak ekspor,
Dalam periode 1988 - 1991 ekspor nanas segar
mengalami peningkatan deng~ laju pertumbuhan rata-rata
seti~p .tahunnya sebesar 455 %, Namun sejak tahun 1992
ekspor nenas segar secara berangsur mengalami penurunan
(lihat Tab.elIII-4).

49 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


Tanaman Pangan dan Hortikultura

Tbllll4
a e ... B esar d an N.l. s
l al Ek soor Nanas ezar Indonesia
Tahun Berat Bersih (kg) Nilai.(US$)
1987 28.260 5.753
1988 1.640 2.745
1989 3.694 1.027
1990 .27.613 40.609
1991 191.320 185.792
1992 69.348 23.361
1993 39.933 15.607
Sumber : Biro Pusat Statistik 1987 - 1993.

Ekspor nanas kalengan Indonesia pada periode 1983 - 1993


cenderung mengalami kenaikkan dengan laju pertumbuhan rata-rata
setiap tahunnya sebesar 26,8 %. Yan~ diperoleh dari ekspor nenas
kalengan tersebutjuga meningkat secara konsisten (Tabel III-5).

Tabel III.5. Besar dan Nila! Ekspor Nanas Kalengan Indonesia


Tahun Berat Bersih (kg) Nilai (US$)
1987 26.951.571 13.757.182
1988 27.483.797 14.321.758
1989 48.292.850 22.471.944
1990 48.716.242 24.965.755
1991 63.931.966 45.468.802
1992 71.465.371 47.003.993
1993 99.396.712 49.702'.467
Sumber : Biro Pusat Statistik 198] - 1993.

Melihat perkembangan ekspor nanas segar maupun k~I;ngan


serta semakin meningkatnya permintaan dalam negeri, maka
budidaya nanas merupakan pilihan yang tepat bagi para pengusaha
buah komersial pada tahun-tahun mendatang.

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


50
Tanaman Pangan dan Hortikultura

Dalam pengembangan industri nenas, pemerintah


menggariskan kebijaksanaan untuk pengusaha dalam skala besar
dan terkonsentrasi dengan pemantapan penumbuhan sentra
produksi. Peningkatan mutu yang tujuan utamanya untuk
memenuhi kriteria standar ekspor juga terns dikembangkan,
sehingga diharapkan dapat mendatangkan devisa negara yang
cukup besar.

5. Komoditas Bawang Merab


a. Gambaran Umum
Bawang merah merupakan tanaman sejems sayuran
yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia, terutama
sebagai bumbu penyedap masakan. Selain dipakai sebagai
bahan untuk bumbu masakan, bawang merah juga sering
digunakan -sebagai bahan obat-obatan untuk jenis penyakit
tertentu. Sebagai bahan obat, bawang merah dapat
menyembuhkan penyakit Iuke, penyakit maag, masuk angin,
dan dapat menurunkan kadar gula atau kolesterol. Selain itu,
bawang merah dapat pula digunakan sebagai obat penyakit
kencing manis atau diabetes melitus, menghilangkan lendir di
tenggorokkan sehingga dapat memperlancar pemapasan, dan
memperlancar aliran darah. Hal ini mengingat ekstrak bawang
merah dapat menghambat penimbunan trombosit dan
meningkatkan aktifitas fibrinolitik. Mengingat bawang merah
dapat menurunkan dan memobilisasi kolesterol di dalam
tubuh, maka juga dapat mengurangi resiko kemungkinan
terserangnya penyakit jantung, gangren, dan sebagainya yang
diakibatkan oleh komplikasi akibat penyakit kencing manis.
Dalam penggunaannya sebagai obat bawang merah dapat
dimanfaatkan/diberlkan dalam bentuk mentah dan utuh,
artinya tidak perlu dicampur dengan bahan lain 'atau dalam
bentuk olahan seperti dalam bentuk ekstrak tepung, minyak
atsiri ataupun sari bawang.

51 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


Tanaman Pangan dan Hortikultura

Banyaknya kegunaan bawang. merah dalam. kehidupan


manusia menyebabkan pennintaan terhadap komoditas ini semakin
bertambah dan terbukanya pasar secara luas baik di dalam negeri
maupun ekspor.
Harga bawang merah selalu berfluktuasi tergantung pada
ketersediaan komoditas ini. Umumnya pada waktu panen besar
(bulan Juni - September), harganya relatif lebih rendah namun masih
tetap dapat memberikan keuntungan. Harga akan beranjak naik
menjelang musim tanam bulan Maret - April, karena persediaan di
dalam negeri sudah menipis.
Sebenarnya fluktuasi harga bisa ditekan bila diketahui cara
penyimpanan bawang merah pasca produksi, sehingga penjualan
tidak perlu dilakukan sekaligus, misalnya hasil panen bawang merah
bila disimpan dengan cara digantung di para-para dapat .bertahan
selama 5 bulan, sehingga penjualannya dapat menunggu saat harga
sudah membaik.
Mengingat pennintaan pasar terhadap komoditas bawang
merah selalu meningkat, maka sudah saatnya diperlukan pelaksanaan
program ekstensifikasi tanaman bawang merah. Program tersebut
dimaksudkan untuk mencapai target produksi dalam repelita VI yang
diproyeksikan meningkat dari 500 ribu ton menjadi 701 ribu ton
(Tabel 111-6).
Daerah penghasil bawang merah terbesar di Indonesia adalah
di Pulau Jawa. Daerah sentra produksi dan pengembangan bawang
merah di Jawa Timur adalah dataran rendah di sekitar Malang,
Nganjuk, Probolinggo, dan Kediri. Untuk wilayah Jawa Tengah areal
pertanian di Kabupaten Tegal dan Kabupaten Brebes serta (Wates di
DIY) merupakan sentra produksi yang cocok untukbawang merah.
4_ • • ·~~

Kabupaten Majalengka, Kabupaten Kuningan, dan Kabupaten


Cirebon di wilayah Jawa Barat dipandang cocok untuk pertanaman
bawang merah. Sedang untuk daerah luar Jawa yang merupakan
sentra produksi bawang merah adalah Samosir di Sumatera Utara dan
Lombok Timur.

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


52
Tanaman Pangan dan Hortikultura

Tabel:III-6. Sasaran Produksi Bawang Merah dalam Repelita VI


No. Tahun Volume (x 1.000)
'l. ·1993 544
2. 1994 572
3. "i~95 602
4. 1996 633
5. 1997 666
6. 1998 701
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan (1994).

b. Potensi Pasar Komoditas Bawang Merah


Guna menunjang kebutuhan pasar dan untuk
meningkatkan pendapatan negara diluar minyak dan gas bumi,
pemerintah pada Pembangunan Jangka Panjang Kedua telah
menggariskan perlunya peningkatan pembangunan pertanian
hortikultura, Titik berat pengembangannya ditekankan pada
sistem agribisnis dan agro industri yang berbasis di pedesaan.
Menurut Direktorat Bina Hortikultura (1980), bawang merah
merupakan salah satu prioritas utama dalam pengembangan
produksi nasional terutama untuk komoditi ekspor. Sebagai
gambaran, pada tahun 1987 nilai ekspor ke negara-negara Asian,
taiwan dan Hongkong komoditas sayuran (kentang, tomat,
bawang merah, kubis, cabe, dan kol bunga) mencapai US$
333.4Q2, sedang pada "tahun 1992 meningkat menjadi US$
968.4"39. Pada tahun 1986 vo1ume ekspor komoditas bawang
merah tercatat sebesar 1.500 ton dengan nilai US$ 3.278 dan pada
tahun 1990 meningkat menjadi 57.395 ton dengan nilai sebesar
US$ 31.318 (lihat Tabel III- 7).

53 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


Tanaman Pangan dan Hortikultura

Tabel III.7. Ekspor Bawang Merah Indonesia


Tahun Volwne (kg) Nilai (US$1
1986 1.500 3.278
1987 6.985 12.919
1988 2.614 4.159
1989 21.186 19.871
1990 57.395 31.318
Swnber : Biro Pusat Statistik (B:PS), 1991.

Peningkatan kebutuhan masyarakat dan peluang pasar di luar


negeri menjadikan komoditas bawang merah masuk dalam kategori
komoditas pertanian andalan untuk ekspor non migas yang
diharapkan dapat menghasilkan devisa.

PUSAT PENEUTIAN DAN PENGEMBANGAN


54
Tanaman Pangan dan Hortikultura

B. Keragaan Potensi Sumberdaya Yang Tersedia di


Permuklmair Transmigrasi
Telaah terhadap aspek ini mengisyaratkan adanya
potensi tenaga kerja dan prasarana pendukung sebagai asset
produksi yang sangat besar untuk dikembangkan lebih lanjut
dalam rangka mengantisipasi peluang pasar yang semakin
terbuka. Dengan memanfaatkan secara optimal asset yang ada di
daerah transmigrasi dan melalui input tambahan berupa modal,
teknologi, manajemen dan pemasaran, maka peningkatan
produksi komoditas pertanian untuk memenuhi permintaan pasar
dapat diraih. Salah satu bentuk investasi di daerah transmigrasi,
yaitu pengembangan agroestate, dipandang merupakan peluang
bisnis yang memiliki prospek baik khususnya bagi investor
swasta.
Faktor produksi yang tersedia di daerah transmigrasi
merupakan modal awal yang apabila dapat dimanfaatkan oleh
pihak swasta sudah barang tentu akan mengurangi biaya investasi
yang harus dikeluarkan. Di lain pihak peran swasta melalui
penyertaan modal, teknologi, manajemen .dan pemasaran
diharapkan dapat meningkatkan perekonomian di daerah
transmigrasi dan wilayah sekitarnya. Dengan demikian
diharapkan pertanian Indonesia dimasa mendatang mampu
meningkatkan produktivitasnya dengan mutu produk yang lebih
baik untuk dapat memasuki pasar ekspor yang cukup potensial,
Selain itu, pasar di dalam negeri juga sangat potensial karena
jumlah penduduk yang begitu besar dengan income per kapita
masyarakat yang semakin meningkat. Sebagai contoh, permintaan
buah-buahan di dalam negeri memperlihatkan peningkatan yang
relatifbesar dimana pada periode 1984-1988 konsumsi per kapita
per tahun dari 25,8 kg menjadi 34,4 kg. Walaupun demikian
peningkatan konsumsi ini masih jauh dari -yang-dianjurkan oleh

55 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


Tanaman Pangan dan Hortikultura:

F AO, yaitu 60 kg per kapita per tahun. Dalam program itu


permintaan atas komoditas pertanian Indonesia' setiap tahunnnya
menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat. 'Hal ini
memperlihatkan bahwa peluang pasar untuk komoditas pertanian
dari Indonesia masih cerah dan pasar potensial terbesar di masa
mendatang adalah Amerika, Kanada, Jepang, Masyarakat
Ekonomi Eropa (MEE), Australia, dan Timur Tengah, Untuk ini
penanganan peningkatan produksi komoditas pertanian harus
semakin berorientasi pasar, khususnya untukpengembangan
ekspor dengan selalu melakukan analisis. secara rinci terhadap
peluang yang ada ma11pun kendala-kendala yang dihadapi.

C. Dukungan Kelembagaan
Pengembangan kelembagaan mencakup pengembangan
organisasi, dari kelompok tani, himpunan kelompok tani
(koperasi), hingga manajemen perusahaan dan pengembangan
aturan main yang meliputi hak dan kewajiban, kepemilikan,
kewenangan, dan mekanisme pengambilan keputusan pada setiap
tingkat organisasi (Pakpahan, 1990). Program transmigrasi agro-
estate ini akan melibatkan berbagai unsur, baik pemerintah,
swasta, BUMN, koperasi, maupun TSM sebagai pesertanya.
Disamping itu secara agro-estate juga mencakup kegiatan
usahatani yang dikelola secara agribisnis, sehingga dalam
penanganannya memerlukan kesinambungan aktivitas 'ekonomi
antar subsistem secara efisien mulai dari penyediaan sarana
produksi, kegiatan produksi, pengolahan sampai pada per&saran
hasil. Dengan memperhatikan hal-hal diatas dukungan
kelembagaan menjadi sangat penting dalam menunjang
keberhasilan program transmigrasi agro-estate ini. Secara rinci
dukungan kelembagaan dalam pengembangan agro-estate adalah
sebagai berikut:

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 56


Tanaman Pangan dan Hortlkuliura

.1) Dukungan Kelembagaan Penyelenggara


Transmigrasi pola agro-estate diselenggarakan oleh
Departemen Transmigrasi dan PPH bersama-sama dengan
Pemerintah Daerah dan instansi terkait sesuai dengan Keppres
No. 59 tahun 1984 tentang Koordinasi Penyelenggaraan
Transmigrasi. Dalam pelaksanaannya, pemerintah dapat
bekerjasama dengan BUMN /Koperasi/Perusahaan swasta
sebagai badan usaha pembina berdasarkan bentuk hubungan
yang telah ditetapkan. Dalam hal ini Departemen
Transmigrasi dan PPH bertanggung jawab dan berwenang
melakukan pembinaan sosial, ekonomi, dan budaya, serta
pengembangan pemukiman transmigrasi hingga tahun ke 5,
setelah penempatan transmigran. Selanjutnya pembinaannya
dialihkan secara berkesinambungan kepada Pemerintah
Daerah, Departemen Pertanian, setta Departemen Koperasi
danPKM.
Dalam rangka pembinaan oleh Departemen Transmigrasi
dan PPH, maka fasilitas umum -dan rumah transmigran
dibangun oleh developer agroestate dengan dibiayai dari
APBN. Pengembangan pemukiman transmigrasi ini dilakukan
melalui pelaksanaan proyek yang dipantau dan dievaluasi
secara berkesinambungan sesuai dengan kemajuan Iptek serta
perkembangan kebijaksanaan pemerintah.
2) Dukungan Kelembagaan Pelaksana
Sebagai pelaksana transmigrasi pola agro-estat adalah investor
yang sekaligus dapat bertindak selaku pengembang usaha
plasma yang berupa usahatani tanaman ,pangan/hortikultura
dengan dana yang dihimpunnya, baik kekayaan sendiri
(equity) maupun dana pinjaman dari perbankan. Usaha plasma
yang telah dibangun kemudian di kapling-kapling dalam skala
ekonomi rumah tan~ga, selanjutnya ditawarkan dalam bentuk
paket kredit kepada para calon transmigran swakarsa mandiri.

57 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBA~GAN


Tanaman Pangan dan Honikuuura

Setelah semua usaha plasma terjual, melalui jual beli yang


didukung oleh fasilitas kredit, dan transmigran sudah
menempati permukiman serta mengelola usahanya, seluruh
perhitungan unit-unit usaha plasma dari hasil akad kredit
dengan para transmigran akan dibayarkan oleh bank pelaksana
kepada pengembang, dan selanjutnya developer akan beralih
fungsi menjadi inti/pembina. Sebagai inti, investor harus
bertanggung jawab terhadap proses pasca panen, yang untuk
itu harus memiliki fasilitas pasca panen. Sesuai dengan
perjanjian yang telah disepakati, inti/investor akan memiliki
hale pembelian terhadap hasil produksi para petani plasma.
Disamping membangun usaha plasma, pengembang/investor
juga membangun fasilitas usaha bagi inti dengan dananya
sendiri maupun pinjaman dari bank.
Untuk pertumbuhan iklim usaha yang mendorong
penanaman modal di bidang agroestate ini diperlukan solusi
atas masalah; 1) suku bunga kredit usaha yang masih terlalu
tinggi 2) ketentuan HGU yang dinilai kurang menjamin
kepentingan investasi pertanian.
3) Dukungan Koperasi
Peran koperasi adalah sebagai institusi yang harus mampu
memberikan wahana dan kesempatan bagi transmigran untuk
secara bersama-sama melakukan aktivitas ekonomi, dan
sekaligus mengambil manfaat sebesar-besarnya dari koperasi
yang mewadahinya. Sehubungan dengan hal itu koperasi yang
diharapkan adalah yang mampu menunjang pengembangan
agribisnis, dan sekaligus memberdayakan ekonomi ~rikyat
Selain harus secara mandiri mampu melaksanakan misinya
dan memberikan manfaat maksimal kepada anggotanya,
koperasi tersebut harus juga sesuai dengan karakteristik
agribisnis.

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 58


Tanaman Pangan dan Hortlkultura

Walaupun koperasi hanya merupakan wahana bagi


pengembangan agribisnis, akan tetapi kemajuan koperasi agribisnis
sekaligus merupakan indikator keberhasilan agribisnis dan
keberhasilan koperasi itu sendiri -dalam memberikan pelayanan
kepada anggotanya.
Terkait dengan pengembangan agribisnis, dalam pola agro-
estate ini peran koperasi sangat dituntut guna meningkatkan produksi
tanaman pangan dan hortikultura, khususnya peran untuk
menyediakan sarana produksi, pengolahan, dan pemasaran hasil, serta
penyaluran kredit 'bagi peserta agro-estate. Dalam hal ini koperasi
menjadi institusi transmigran yang sangat penting dalam mendukung
pengembangan agro-estate yang diharapkan efektif dalam
meningkatkan posisi tawar transmigran untuk menghadapi pelaku
bisnis 1ainnya terutama pedagang perantara, memperbaiki struktur
pasar · produk pertanian, meningkatkan pendapatan transmigran,
memberdayakan transmigran dan membangun sektor pertanian secara
keselurulian. Oleh karena itu koperasi hams kuat dan berkembang
berdampingan dengan pembangunan pertanian, disamping usaha
pertanian skala kecil harus terus diberdayakan agar mampu
memenuhi pasar yang terus berubah secara dinamis.
Untuk membangun koperasi yang kuat, prinsip dasar koperasi
agribisnis yang berazaskan kekeluargaan dibangun dari kekuatan-
kekuatan kelompok tani yang telah melakukan usaha bersama di
bidang agribisnis. Demikian pula struktur kepengurusan dan
manajemennya berasal dari para pelaku agribisnis, sehingga dapat
membawa aspirasi para petani terutama dalam pengembangan
usahanya. Namun demikian, manajer koperasi agribisnis dapat berupa
tenaga profesional yang digaji khusus untuk mengembangkan
koperasi. Disamping itu koperasi agribisnis hams mempunyai skala
ekonomi yang memungkinkan koperasi dapat bekerja secara
ekonomi. Untuk mencapai skala ekonomi tertentu, secara horizontal

59 PUSAT PENELITIAN DAN .PENGEMBANGAN


Tanaman Pangan dan Hortikuuura;

koperasi agribisnis diharapkan rnampu menjalin hubungan kerja atau


jaringan kerja (net working) dengan'koperasi yang sejenis usahanya,
bahkan dengan koperasi yang usahanya berlainan jenisnya tetapi
saling menunjang satu sama lain. Hal lain yang tidak kalah penting,
pelaksanaan kegiatan koperasi harus didukung oleh personel yang
profesional dan dengan cara kontinu melakukan peningkatan kualitas
sumberdaya manusia baik pengurus maupun anggotanya.
Pengembangan usaha yang clilakukan koperasi agribisnis diupayakan
menangkap peluang-peluang usaha utama para 'anggota di wilayahnya
berdasarkan potensi yang tersedia, Wujud konkrit dari postur
koperasi agribisnis dicirikan oleh struktur kepengurusan yang
profesional dan berasal dari kelompok pelaku utama agribisnis,'
sehingga segala keputusan bisnis mencerminkan aspirasi para
anggotanya.
Untuk mengembangkan koperasi dalam pola agro-estat,
beberapa hal masih perlu mendapat penekanan. Pertama, orientasi
pembangunan pertanian sudah bergeser ke agribisnis sehingga
pengembangannya tidak lagi parsial misalnya hanya di bidang
produksi saja, tetapi mencakup keseluruh aktivitas berbasis pertanian
mulai dari penyiapan input, usahatani, pengolahan dan pemasaran
hasil secara simultan, serasi clan seimbang. Sejalan dengan, makin
berkembangnya pembangunan pertanian, khususnya untuk tanaman '
pangan dan hortikultura, diperlukan dukungan institusi penyalur
sarana produksi dan kredit yang berlokasi dekat dengan petani
transmigran. Kedua, konclisi perekonomian sudah berubM;"~an
semakin mengarah pada perekonomian global sehingga memerlukan
strategi pemberdayaan agribisnis untuk menghadapi persaingan
global. Ketiga, terjadi perubahan di sisi permintaan yang sangat
terkait dengan kualitas produk, keamanan produk, dan isu lingkungan,
sehingga memerlukan strategi pemasaran yang berbeda.

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 60


Tanaman Pangan dan Hortlkultura

Melihat prasyarat bagi pengembangan agribisnis, dan kondisi


pertanian saat ini, maka terdapat beberapa faktor kunci yang strategis
dalam memberdayakan peran dan fungsi koperasi dalam pola agro-
estate, yaitu :
Ketepatan dalam memilih komoditas unggulan, kelayakan
usaha berdasarkan skala ekonomi tertentu, berkembangnya kemitraan
usaha yang saling menguntungkan, manajemen yang efisien, tenaga
profesional yang berwawasan global, orientasi bisnis yang
berkelanjutan dan menguntungkan, faktor pendukung yang memadai
seperti permodalan, sarana dan prasarana, insentif, koordinasi,
integrasi dan sinkronisasi, didukung kebijaksanaan yang kondusif
(Inpres No.4 tahun 1984, tentang pembinaan dan pengembangan
KUD), didukung diklat manajer yang profesional, program inkubator
agribisnis dan pola magang.
Untuk menumbuhkembangkan koperasi di lokasi agro-estat
perlu ada program pendampingan, yang tujuannya selain untuk
memberdayakan kelembagaan koperasi, juga untuk meningkatkan
produksi tanaman pangan dan hortikultura yang menjadi pilihan
dalam pengembangan komoditas unggulan yang dapat memenuhi
kebutuhan nasienal dan ekspor.
Menumbuhkembangkan koperasi sebagai wadah ekonomi
rakyat dimungkinkan dengan adanya Undang-Undang Perkoperasian
No.25 tahun .1.992, yang secara eksplisit menyatakan bahwa tiap ..fO
orang yang tt~lah berkelompok dapat membentuk suatu koperasi.
Pemberdayaan. koperasi diharapkan mampu. menjadikan koperasi
sebagai penyalur sarana produksi pertanian, penjual dan pengolah
hasil produksi pertanian. Secara tidak langsung, mekanisme.ini akan
memperpendekjaringan .tata niaga yang menyebabkan adanya praktek
monopoli .dan mencegah deviasiterlalu tinggi antara harga produsen
dan pengecer.

61 PUSAT PENELITI{\N DANP.ENGEM~ANGAN


Tanaman Pangan dan Hortikultura
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~1

Konsep kelembagaan diterapkan dengan memberikan


prioritas pada penanganan kendala klasik yang umum
dihadapi oleh petani, yaitu lemahnya penanganan hasil
pertanian, permodalan, dan pemasaran hasil pertanian.
4) Kelembagaan petani peserta/plasma
Untuk mengamankan kegiatan usahatani mitra kerja
baik dengan pihak inti maupun dengan tetangga pemilik
kavling usahatani (plasma) perlu dikembangkan sejak awal
sistem kemitraan, yakni manajemen kelompok produktif yang
bisa menwnbuhkan rasa kebersamaan, kesatuan dan keadilan
diantara peserta yang datang dengan latar belakang berbeda.
Hal ini wajar dilakukan lebih-lebih dalam situasi lahan
produksi yang kondisinya bervariasi, sehingga sangat penting
diciptakan satu sistem keadilan melalui kesadaran peserta.
Dengan demikian sejak awal bisa dihindarkan hal negatif
potensial seperti pencurian, kecemburuan dan lain-lain.
Sistem kelompok produktif, berada dalam satu blok
yang terdiri dari satu kesatuan luas yang menjadi dasar
ekonomi bagi minimal 20 KK. Dengan demikian maka baik
dan buruknya hasil kegiatan akhir perlu dipikul secara
komunal tanpa ada perbedaan yang terlalu mencolok. Materi
kliring sistem, strategi manajemen kelompok produktif dalam
wadah KUD dan manajemen finansial perlu dimatangkan
secepat mungkin, agar peserta dapat diarahkan sejak awal
untuk mendapatkan satu fundamen usaha yang kuat, adil dan
stabil.
Tiap-tiap unit pemukiman akan terdiri ciit"I- 15
kelompok, dengan jumlah 300 KK, yang dapat digabung
dalam satu wadah KUD dengan satu sentral manajemen teknis
kebun dan aspek finansial. Lembaga KUD seperti ini perlu
dibangun dan dikembangkan sejak awal dari bawah melalui
wadah kelompok produktif, dimana tiap-tiap anggota dapat
berperan menentukan program kerja teknis, pembagian kerja

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 62


Tanaman Pangan dan Hortikultura

(job sharing diantara peserta, kelompok dan KUD),


pemerataan pembayaran yang adil .dan mekanisme kontrol
secara transparan dan wajar.
Jika pihak inti ingin bergabung dengan plasma dalam
prinsip kemitraan, job sharing, dan pembayaran yang
transparan, maka perusahaan inti harus mulai menciptakan
suatu iklim kondusif dengan memelihara kekompakan semua
peserta plasma sejak awal.

D. Dukungan Kemudahan Dari Pemerintah


Di samping pembiayaan, masih ada faktor dukungan
yang lain yang sangat menentukan yaitu kemudahan dari
pemerintah, antara lain :
·1.. ljin Pelaksana Transmigrasi (IPT), seperti halnya yang
diberikan kepada PT. Kurnia Luwuk Sejati Sulawesi Tengah
dan. PT. Putri Hijau di Aceh Timur. Ijin tersebut dapat
diterbitkan setelah proposal dan studi kelayakannya dibahas
dan mendapat persetujuan dari Dep. Transmigrasi dan PPH
melalui Forum TP 2 IPT.
2. Dibuatkan Perjanjian Kerjasama Kemitraan antara Kanwil
Dep. Transmigrasi dan PPH propinsi yang bersangkutan
dengan perusahaan yang akan mengembangkan Transmigrasi
Pola Agroestate, sebagai Iangkah operasional dalam
pelaksanaan IPT tersebut, dan akan memperoleh Naskah
Kesepakatan Bersama '(NKB).
3. Rekomendasi terhadap rencana pembangunan perkebunan dari
Menteri Transmigrasi dan PPH dan instansi teknis terkait.
Berdasarkan rekomendasi ini pihak swasta (developer)
melaksanakan konstruksi pembangunan kebun dengan
menggunakan dananya sendiri'maupun pinjaman dari bank.
4. Rekomendasi dari Gubemur berupa Surat Keputusan tentang
Pemanfaatan Lahan Transmigrasi dengan Pola A~oestate.

63· PUSAT PENELITl~N DAN PENGEMB~GAN


Tanaman Pangan dan Hgrtiku/tU"(({,..

5. Rekomendasi dari Pimpinan Bank pemerintah tentang Proyek


Pembangunan Kebun, Program Transmigrasi setempat,
apabila pembangunan kebun memperoleh dana pinjaman dari
bank.
Selanjutnya tersedia dukungan kemudahan dari
pemerintah dalam penetapan calon lokasi agroestate (PIR-Trans.
Mandiri), dimana transmigran TSM adalah petani plasmanya,
antara lain sebagai berikut :
1. Pemberian ijin dari Gubemur KDH Tingkat I atas lokasi yang
telah disepakati untuk pengembangan permukiman TSM
kepada Badan Usaha (Swasta/BUMN/K.operasi):
2. Berdasarkan pengajuan ijin atau persetujuan tersebut, Tim
Penilai Permohonan: Ijin Pelaksanaan Transmigrasi (TP2IPT)
melaksanakan kajian dan memberikan layanan teknis dan
administrasi serta memproses penerbitan ijin atau persetujuan
pelaksanaan transmigrasi sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
3. ljin atau persetujuan pelaksanaan transmigrasi dikeluarkan
oleh Menteri dan ditindaklanjuti dengan Naskah Kesepakatan
Bersama (NKB) antara Badan Usaha dengan Departemen
Transmigrasi dan PPH, Koperasi -dan Transmigran serta
instansi teknis terkait.
4. Terhadap lokasi yang telah dikeluarkan Ijin Pelaksanaan
Transmigrasi (IPT}, dilakukan penyusunah Rencana Teknis
Penyiapan Permukiman (studi Tahap III A) pada (T-2)
untuk mengetahui :
Rancangan permukiman dan usaha yang· ::~"akan
dikembangkan;
Luas, batas wilayah dan perkiraan daya tampung;
Ketersediaan air bersih dan air pendukung pengembangan
us aha;
Tingkat kesuburan dan kesesuaian lahan;

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 64


Tanaman Pangan dan Hortikultura

Fasilitas umum dan fasilitas sosial yang tersedia di sekitar


lokasi;
Kondisi sosial, ekonomi, dan budaya penduduk di sekitar
lokasi;
Peluang bekerja dan berusaha serta ketersediaan faktor-
faktor produksi yang diperlukan;
Ketersediaan fasilitas pendidikan dan kesehatan di sekitar
lokasi;
Peluang pasar yang tersedia atau mungkin dapat
dikembangkan;
Kondisi aksesibilitas secara rinci yang meliputi kondisi
jalan, jarak, sarana angkutan, dan ongkos transpor.
5. Pihak Kakanwil bersama instansi terkait melaksanakan
pembangunan prasarana/sarana permukiman, atau peningkatan
fasilitas umum, terutama fasilitas pendidikan, kesehatan, ibadah,
-dan pemerintahan sesuai dengan hasil identifikasi.
6. Penyusunan lnformasi Kesiapan Lokasi (IKL).
Sasaran PIR-Trans pada dasarnya sama dengan sasaran
PIR-Khusus atau bahkan sasaran pembangunan perkebunan yaitu
meningkatkan produksi perkebunan, meningkatkan pendapatan
petani, membantu pengembangan wilayah, serta menunjang
keberhasilan Program Transmigrasi PIR-Trans .. Pelaksanaannya
dikoordinasikan oleh instansi-instansi, dalam mekanisme pola PIR
sesuai dengan fungsi masing-masing, yaitu:
a. Menteri .Negara Perencanan Pembangunan Nasional/K.etua
Bappenas; menyusun, mengkoordinasikan dan menyerasikan
rencana-rencana pembangunan yang terkait dengan rencana
pelaksanaan proyek PIR-Trans.
b. Menteri Pertanian; melaksanakan, memantapkan dan
meningkatkan usaha pengembangan perkebunan dengan pola
Plk-Transmigrasi.
c. Menteri Transmigrasi dan PPH; menyiapkan (termasuk latihan)
dan mengirim transmigran selaku petani peserta proyek PIR-
Transmigrasi, serta menyelenggarakan penyiapan lahan pangan,
pembangunan permukiman, dan pembinaan transmigran.

65 PUSAT PENELfHAN DAN PENGEMBANG.(\.N


Tanpman Pangan dan Hortl/(ultur!l__

d. Menteri Tenaga Kerja; melaksanakan penyediaan, seleksi, latihan


dan pengiriman Angkatan Kerja Antar Daerah (AKAD) yang
dibutuhkan perusahaan Inti Rakyat sebagai karyawan perkebunan
dalam pelaksanaan proyek PIR-Transmigrasi.
e. Menteri Dalam Negeri; mengatur penyediaan lahan dan
pemberian hak, memberi pertunjuk dan pengarahan kepada
Gubemur KDH Tk.I dan Bupati KDH Tk.II, tentang koordinasi
dalam pembinaan pelaksanaan Proyek PIR-Transmigras"i.
f. Menteri Keuangan; mengatur penyediaan biaya yang bersumber
dari dana APBN dan/atau menetapkan ketentuan-ketentuan yang
bersangkutan. ·
g. Menteri Kehutanan; mengatur pelaksanaan proses pelepasan lahan
dari kawasan hutan.
h. Menteri Koperasi; melaksanakan pembinaan petani plasma untuk
pengembangan prakarsa ke arah pertumbuhan koperasi sebagai
usaha bersama dalam mengelola kebun.
t. Ditjen Tanaman Pangan dan Hortikultura, mengikuti,
mengkooardinasikan, menyerasikan pelaksanaan usaha
pengembangan perkebunan dengan pola PIR-Transmigrasi.
J. Bank Indonesia mengatur penyediaan dana dan/atau menetapkan
ketentuan-ketentuan pembiayaan proyek PIR-Transmigrasi.
k. Badan Koordinasi Penanaman Modal; memperlancar perijinan
dan pemberian fasilitas penanaman modal yang diperlukan bagi
pelaksana pengembangan perkebunan dengan tugas/fungsi dan
wewenangnya.

E. Dukungan Masyarakat
Usaha agroestate untuk tanaman pangaµ....£.:£ian
hortikultura umumnya memerlukan dukungan "teknologi, maju"
dan keterampilan profesional dari pelaku-pelakunya. Diperlukan
pula efiensi kerja dan kepekaan mengantisipasi perkembangan
selera konsumen yang dinamis agar komoditas yang dihasilkan
memiliki daya saing dari segi mutu maupun harga.

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 66


,, Tanaman Pangan dan Hortikultura

Pelaksanaan program agroestate ini pada dasamya juga


merupakan usaha yang "padat karya" sehingga .diharapkan
mampu memberikan 'Iapangan kerja dan diharapkan mendapat
tanggapan positif dari masyarakat sekitar calon lokasi agroestate
maupun calon transmigran. Krisis moneter yang berkepanjangan
di negara ini mengakibatkan banyaknya korban PHK (Pemutusan
Hubungan Kerja) di .sektor industri. Korban PHK merupakan
potensi yang cukup besar sebagai calon transmigran dalam usaha
agroestate ini. Masalahnya adalah agroestate membutuhkan
tenaga kerja yang terampil. Pusat latihan kerja dan Balai-balai
diharapkan turut berperan dalam menghasilkan petani/pekebun
yang terampil dan profesional di bidang hortikultura.
Karakteritik agribisnis antara lain dicirikan oleh waktu
investasi yang cukup panjang dan rentan terhadap akibat bencana
alam atau faktor iklim yang memang sulit diramalkan. Meskipun
begitu cukup banyak pula bukti yang menunjukkan bahwa
agribisnis merupakan salah satu lapangan usaha yang tetap
mampu bertahan ditengah-tengah kegalauan ekonomi yang terns
berlangsung.
Sentra-sentra produksi hortikultura perlu memiliki dan
melengkapi perangkat infrastruktur untuk menjamin dapat
diterapkannya teknologi maju maupun untuk kepentingan
pemasarannya. Prasarana yang amat diperlukan terutama : sumber
air dan jaringan irigasi, jalan-jalan yang dapat menghubungkan
sentra produksi dengan pasar-pasar, sarana-sarana pergudangan
pelabuhan laut maupun bandar udara yang dilengkapi pelayanan
administrasi oleh tenaga-tenaga terampil agar memudahkan
ekspor langsung ke berbagai negara.

6.7 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


~ 'i
Tanaman Pangan dan Hortikultura

Dalam penggunaan dan pemeliharaan sarana dan


prasarana diperlukan dukungan dari masyarakat setempat dan
transmigran. Perlu dilakukan usaha untuk menghilangkan rasa
cemburu diantara penduduk asli dan para transmigran, serta usaha
menciptakan interaksi yang serasi antara masyarakat setempat dan
transmigran yang relatif memiliki prasarana yang lengkap sebagai
hasil perlakuan istimewa dari pemerintah.

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 68


Tanaman Pangan dan Hortikultura

BAB IV
ASPEK PEMBIA YAAN U~TUK
MENDUKUNG PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS

A. Kebijakan Kredit Perbankan


Modal merupakan salah satu faktor produksi penting
dalam pengembangan usaha apapun termasuk pertanian yang
berorientasi agribisnis. Sumber permodalan dapat berasal dari
pemerintah (formal) melalui kredit program dan kredit non
program, yang biasanya disalurkan melalui lembaga perbankan
maupun non perbankan. Sedangkan sumber permodalan non
formal dapat berasal dari tengkulak, juragan, jimpitan, arisan dan
lain-lain. lnfonnasi permodalan yang terkait dengan konteks
kajian berikut akan lebih diarahkan pada sumber permodalan
formal baik dari perbankan maupun non perbankan. Saat ini,
terdapat beberapa skim kredit Perbankan yang dapat dimanfaatkan
oleh semua sektor tennasuk sektor pertanian, yakni KUT, KKPA
dan KKU. Sedangk.an yang bersumber dari non perbankan
diantaranya : Dana Pegel BUMN, Modal Ventura dan Dana
INPRES (Dana Modal Usaha).
Tingkat penyerapan berbagai skim kredit yang terkait
dengan usaha di sektor pertanian tersebut, temyata masih sangat
rendah. Salah satu kendala yang dihadapi terutama oleh para
pelaku agribisnis skala -kecil dalam pengembangan us~a
adalah kurangnya akses ke sumber-sumber permodalan,
Akibatnya, pada saat petani membutuhkan modal sesuai dengan
kebutuhan, peluang bisnis yang potensial untuk diraih hilang
tanpa dimanfaatkan. Kurangnya akses ke sumber-sumber
permodalan tersebut adalah sebagai akibat dari langkanya
infonnasi permodalan yang tersedia. lnfonnasi pennodalan ini

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 69


Tanaman Pangan dan Horti~ultura

sesungguhnya tidak hanya diperlukan nleh petani tetapi juga oleh


aparat pembina, penyuluh, konsultan agribisnis dipedesaan,
perekayasa agribisnis serta instansi terkait lainnya.
Beberapa permasalahan yang berkaitan dengan upaya
untuk meningkatkan pemanfaatan kredit agribisnis lainnya adalah
beragamnya skim kredit yang disertai dengan cara permohonan
dan administrasi yang berbeda. Kondisi ini diperburuk lagi
dengan beragamnya komoditas pertanian yang harus diusahakan
karena peluang. pasar yang berbeda untuk wilayah tertentu.
Informasi masing-masing skim kredit yang tersedia juga masih
sangat sedikit dan kurang dimengerti, baik oleh kalangan petani
sebagai pelaku agribisnis maupun aparat pembinanya.
Berdasarkan basil pengamatan, informasi permodalan
yang diperlukan oleh para pelaku agribisnis khususnya maupun
aparat pembina umumnya, adalah tentang aspek-aspek yang
terkait dengan kebijakan moneter, peraturan perbankan, pola
pelayanan pendanaan skim kredit maupun tatacara memperoleh
modal menurut sumbernya.

1. Penyediaan Permodalan
a. Dalam penyediaan permodalan dikenal phase yang
bergerak melalui sejumlah tahapan pembiayaan selama
siklus usaha.
Investasi awal, umumnya bersumber dari uang pribadi
pemilik -perusahaan dan berbagai sumber lain yang
diupayakan oleh pemilik yang umumnya sudah dikenal
dengan baik. Pada tahapan kedua perusahaan mulai
tumbuh melampaui kemampuan pembiayaan pemilik.
Dalam tahapan ini pemilik tidak bisa lagi membiayai
berbagai investasi berikutnya -dengan dana sendiri,
sehingga perusahaan harus mencari sumber pembiayaan

~o PUSAT PENELUIAN ·D~ PENGEMBAN~AN


Tanaman Pangan dan Hortikultura.

lain yang 'Iazim terjadi dalam dunia usaha yaitu kredit


yang diberikanoleh mitra dagang (supplier), dan dikenal
sebagai trade· credit. Sesuai dengan tahapan tersebut, bagi
pengusaha yang terhimpun dalam suatu kelompok, seperti
koperasi pada permulaannya dapat memanfaatkan dana
yang terdapat pada kelompoknya. Dalam hubungan ini,
sebagai anggota kelompok koperasi, pengusaha kecil
diarahkan untuk membiasakan diri melakukan kegiatan
menabung dalam bentuk simpanan wajib, simpanan
pokok, · dan simpanan sukarela.
b. Apabila usahanya sudah berkembang dengan baik, lebih
lanjut pengusaha dapat memanfaatkan bank sebagai
sumber dana pembiayaan. Untuk membina hubungan
dengan bank, sebelum meminta kredit kepada bank,
pengusaha sebaiknya terlebih dabulu memanfaatkan jasa
pelayanan bank, misalnya menjadi nasabah giro,
deposito, atau penabung. Hal ini perlu dilakukan .agar
setelah sekian lama menjadi nasabah, bankir akan
mengenal nasabahnya secar~ lebih baik. Simpanan
tersebut pada akhimya dapat digunakan pula sebagai
jaminan pada bank dalam rangka memberikan kredit
kepada pengusaha juga senantiasa mengkaji berbagai
manfaat yang dihasilkan. Dalam hal ini, pengusaha harus
dapat membandingkan pelayanan bank dengan bank-bank
lain beserta perhitungan untung ruginya. Yang harus
diperhitungkan selain suku bunga kredit yang dioebaril(an,
juga sejumlah faktor lainnya antara lain keahlian' atau
bidang pelayanann khusus dan volume kredit yang
diberikan.

PUSAT PENELTIIAN DAN PENGEMBANGAN 71


Tanaman Pangan dan Hortikultura

c. Selain mengusahakan jasa bank, pengusaha juga dapat


'memanfaatkan sumber pembiayaan lainnya seperti yang
disediakan oleh lembaga - lembaga modal ventura, sewa
guna usaha (leasing), anjak piutang (factoring) dan
lembaga penjamin kredit,

2. Pemberian Kredit
Kebijakan perkreditan suatu negara sangat tergantung
dari kondisi perekonomian dan keuangan di negara yang
bersangkutan. Di Indonesia kebijakan perkreditan bersifat
dinamis dalam arti terus disesuaikan dengan perkembangan
perekonomian dan keuangan. Pada periode sebelum 1 Juni 1983,
kebijakan perkreditan yang ditempuh diwarnai oleh skim kredit
.bersubsidi, mengingat sumber dana pembiayaan dari minyak
cukup- besar dan dilain pihak kondisi perbankan masih lemah
dalam memobilisasi dana dari masyarakat. Ini dilaksanakan
melalui cara pembiayaan program untuk kegiatan yang
diprioritaskan dengan dukungan ktedit likuiditas Bank Indonesia
(KLBI) yang cukup besar dengan suku bunga rendah. Kebijakan
kredit yang diarahkan berdasarkan prioritas dimaksudkan untuk
mendorong pemerataan kegiatan pembangunan dan hasil -
hasilnya menuju ke pemerataan kesempatan berusaha dan
pendapatan masyarakat. Namun, walaupun kebijakan kredit
selama periode tersebut telah memberikan dampak positif,.
kebijakan tersebut masih mengandung beberapa kelemahan,yaitu
KLBI pada dasarnya bersifat inflatoir dan suku bunga bersubsidi
ini mendistorsi alokasi sumber ekonomi serta kurang mendorong
perbankan memobilisasi dana masyarakat. Selain itu, kredit
dengan dukungan KLBI yang suku bunganya ditetapkan rendah

72 PUSAT PENELITIAN DAN.PENGEMB<ANGAN


Tanaman Pangan dan Hortikultura

menyebabkan adanya permintaan kredit yang berlebihan,


sehingga mengakibatkan pemberian kredit yang kurang selektif
dan tidak mencapai sasarannya. Melalui pola pemberian kredit
seperti ini maka hanya usaha kecil yang kuat saja yang akan dapat
memperoleh kredit. Disamping ini masyarakat cenderung
beranggapan bahwa kredit program tersebut lebih bersifat sosial,
sehingga berdampak terhadap tingginya tunggakan.
Dalam upaya memperbaiki kelemahan sistem
perkreditan jangka panjang, pada tanggal 29 Januari 1990,
Pemerintah telah mengambil kebijakan penyempurnaan yang
dikenal sebagai Paket Januari 1990. Inti dari kebijakan tersebut
adalah:
a. Alokasi kredit diserahkan pada mekanisme pasar. Bank -.bank
bebas dalam memobilisasi dana dan menyalurkannya kepada
masyarakat baik dalam jumlah, harga, arah penggunaan
maupun dalam persyaratan-persyaratan lainnya.
b. Pengurangan KLBI secara bertahap, yaitu : KLBI diberikan
secara terbatas untuk mendukung upaya pencapaian
swasembada pangan, pengembangan koperasi dan
peningkatan investasi.
Sejak adanya kebijakan tersebut, pola kredit yang didukung
KLBI hanya terbatas bagi kredit kepada koperasi, kredit
kepada Bulog untuk pengadaan pangan nasional serta
pemilikan rumah sederhana. Struktur bunga disesuaikan
sehingga dapat terbentuk suku bunga pasar dengan jingkat
yang wajar. Penerapan suku bunga, pasar ini diperlukanuntuk
mendorong kesinambungan pembiayaan dunia usaha oleh
perbankan dengan dana sendiri. Selain itu, suku ·bunga pasar
diharapkan mampu memberikan tingkat keuntungaa yang
wajar bagi bank karena dapat menutup biaya overhead dan
resiko.

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 73


Tanaman Pangan dan Hortikultura

Untuk menjamin kelangsungan tersedianya dana bagi


usaha kecil dan kegiatan koperasi, semua bank diwajibkan
menyediakan kredit dengan dana sendiri minimal sebesar 20
persen: dari total forto-folio kredit bank disalurkan untuk
pengusaha kecil dalam bentuk Kredit Usaha Kecil (KUK).
Kebijakan tersebut didasarkan atas pertimbangan bahwa
menurut pengalaman di Indonesia maupun di negara - negara
lain tersedianya .dana lebih penting dari pada harga dana.
Dengan kebijakan kuota 20 persen ini diharapkan akan
membantu tercapainya sasaran pemerataan, kesempatan
berusaha dan penciptaan lapangan kerja.
Semua ini diharapkan dan mendukung kesinambungan
pembangunan, sekaligus membantu tercapainya sasaran
pemerataan. Dengan penyempumaan sistem perkreditan
tersebut di atas, maka kebijakan perkreditan ~ang telah
ditempuh selama ini berubah dari selective credit policy
menjadi market Oriented credit policy·

B. Skim Kredit Perbankan untuk Pengembangan Agribisnis


Yang Didukung oleh Kredit Likuiditas- Bank .Indonesia
(KLBIJ

1. Butasan Pengertian.
a. KLBI adalah kredit ·yang. diberikan oleh Bank Indonesia
kepada bank-bank dalam -rangka menunjang pembiayaan
usaha suatu bidang yang sudah ditentukan.
b. Kredit perbankan yang didukung dengan KLBI adalah
. Kredit Usaha Tani, Kredit kepada Koperasi Unit Desa,
Kredit kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya, Kredit

74 PUSAT PENELITl1\NDAN ~ENGpMB.i\NGAN


Tanaman Pangan dan Hortikultura:

kepada Bulog- untuk Pengadaan Pangan dan Gula serta


Kredit Investasi. Disamping itu masih terdapat kredit
perbankan yang didukung pula oleh KLBI, yaitu Kredit
Pemilikan Rumah dan Kredit Konvensi dalam rangka
kredit perbankan.

2. Skim Kredit
a. Kredit Kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya
(KKPA)
1) Tata Cara Memperoleh Pinjaman KKPA
Memasuki era transparansi, usaha-usaha kecil,
menengah dan koperasi akan semakin mendapat
perhatian yang lebih besar. Karena jenis usaha ini
terbukti tangguh dalam menghada.pi berbagai gejolak
ekonomi. Salah satu bukti, adalah dengan
diundangkannya UU Nomor 25/1992 tentang
Perkoperasian. Peraturan koperasi ini akan
dikembangkan menjadi gerakan ekonomi rakyat yang
mampu mengangkat potensi ekonomi masyarakat luas.
Strategi pengembangannya akan diarahkan menjadi
koperasi yang sehat, tangguh dan mandiri serta
profesional. Dengan kondisi semacam ini, peranan
koperasi diyakini akan mampu menunju
pemerataan pembangunan untuk mening!(~t~?Il
kesejahteraan. . "t'~ i
Dalam rangka pengembangan tersebut, salah
satu kendalanya dalam upaya pengembangan koperaai,
yang perlu mendapat perhatian adalah terbatasnya
permodal pada lembaga tersebut. Pemerintah,
melalui Bank-bank Indonesia, dalam mengatasi
keterbatasan ini telah melakukan berbagai kebijakan

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 75


Tanaman Pangan dan Hortikultura

yang menyangkut pengembangan dibidang


permodalan. Bahkan, .kebijakan pemberian modal
atau perkreditan kepada koperasi, telah mendapat
perlakuan khusus dari Bank Indonesia dengan tetap
memberikan fasilitas kredit likuiditas, seperti Kredit
Kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya (KKPA)
dan K.redit Kepada Koperasi Unit Desa (KKUD).
Skim kredit KKPA ini, merupakan Kredit
Likuiditas untuk keperluan investasi dan atau modal
kerja yang diberikan Bank Indonesia (KLBI) melalui
Bank Pelaksana (Bank Umum) kepada koperasi primer
untuk diteruskan kepada anggota- anggotanya guna
membiayai usaha-usaha produktif di bidang ekonomi.

a) Syarat-syarat KKPA
Jumlah kredit yang dapat diberikan kepada setiap anggota
koperasi primer maksimum Rp.50 juta. Bagi anggota koperasi
yang ingin mendapatkan fasilitas ini, disyaratkan untuk memiliki
sejumlah tabungan anggota dalam koperasi tersebut.
Jangka waktu maksimal pembiayaan KKPA untuk kredit
investasi adalah 15 tahun . untuk pembiayaan modal kerja
ditetapkan satu tahun. Apabila modal kerja ini terkait dengan
investasinya, maka jangka waktu pinjaman modal kerja ini dapat
diperpanjang sampai dengan 5 tahun. Sedangkan kredit modal
kerja untuk pembiayaan tanaman musiman· tertentu, jangka
waktunya bisa lebih dari 1 tahun.
J enis usaha yang dapat cfibiayai dengan fasilitas KKPA.
adalah [enis usaha produksi pada. semua sektor ekomomi,
termasuk Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI) dan jenis usaha yang
bukan produksi yaitu : sektor perdagangan dan jasa.

76 PUSAT PENELITI.AN DAN PENGEMBANGAN


Tanaman Pangan dan Hortikultura

Suku bunga yang ditetapk.an kepada pengguna kredit,


dalam hal ini anggota koperasi oleh Bank Indonesia, adalah
sebesar 14% per tahun dan tidak bunga berbunga. 'Dalam . bunga
tersebut, sudah termasuk fee (imbalan pengelola) sebesar 3%
untuk koperasi yang bertindak sebagai penyalur.
b) Fungsi Koperasi
Fungsi koperasi dalam pola penyaluran KKPA: adalah
bertindak sebagai pelaksana KKPA dan sebagal penyalur KK.P A.
Dalam hal sebagai pelaksana, koperasi primer ini hams
bertanggung jawab terhadap resiko pengembalian kredit dari
anggotanya. Akad kredit akan diproses oleh pengurus koperasi
primer. Sedangkan dalam hal koperasi bertindak sebagai penyalur
KKPA, maka resiko pengembalian kredit tidak ditanggung oleh
koperasi, tetapi langsung oleh anggota kepada bank pelaksana.
Oleh karena itu akad kreditnya dilakukan oleh anggota koperasi
dengan bank pelaksana, dan pengurus koperasi hanya
merigetahui saja.
c) Tugas dan Tanggung Jawab Koperasi
Dalam hubungannya dengan bank pelaksana maka
p~gurus koperasi perlu melakukan hal-hal sebagai berikut:
1) Mengajukan usulan proyek yang akan dibiayai kepada bank
pelaksana. Usulan ini dituangkan dalam -suatu proposal
proyek atau Laporan Permohonan Kredit (LPK). Dalam hal
penyusunan LPK, koperasi dapat meminta bantuan teknis
kepada bank pelaksana.
2) Menyeleksi atau memilih anggota koperasi yang usahanya
layak dibiayai.
3) Menyalurkan kredit yang diterima dari bank pelaksana kepada
anggota koperasi yang usahanya telah diseleksi dan layak
dibiayai.

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 77


Tanaman Pangan dan Hortikultura

4) Mengawasi dan mengontrol penggunaan kredit anggota


koperasi agar tidak terjadi penyimpangan dalam
penggunaan kredit. Kredit ini harus dipergunakan sesuai
peruntukannya, sebagaimana tercermin dalam proposal
proyeknya.
5) Melakukan pembinaan, memberikan penyuluhan dan
mengarahkan anggota koperasi yang telah mendapat pinjaman
kredit.
6) Melakukan tagihan angsuran kredit kepada anggota koperasi.
7) Melakukan pembukuan pemberian kredit.
dj Tatacara Permohonan, Penarikan dan Pengembalian Kredit
Beberapa tahap yang harus dilakukan oleh koperasi
dalam rangka memperoleh fasilitas pinjaman KKPA dapat
diringkas sebagai berikut :
Pengurus Koperasi menilai kebutuhan kredit untuk
masing-masing anggotanya; serta melakukan musyawarah dalam
menentukan persyaratan yang akan ditetapkan kepada
anggotanya. Atas dasar penilaian dan persyaratan yang telah
disepakati, pengurus koperasi kemudian mengajukan permohonan
kredit kepada salah satu bank yang menyalurkan KKPA .
Jika permohonan kredit di atas dapat disetujui oleh bank
maka pengurus koperasi selanjutnya melakukan hal-hal sebagai
berikut:
1) Koperasi sebagai pelaksana KKPA
Menyelesaikan penanda-tanganan perjanjian kredit dengan
bank;.
Menyerahkan jadual penarikan dan pengembalian kredit.
Membayar biaya administrasi yang telah ditetapkan
oleh bank.

78 PUSAT·PENELITIAl:-1 DAN PENGEMBANGAN


Tanaman Pangan dan Hortikultura

2) Koperasi sebagai penyalur KKPA


- Meminta anggora koperasi untuk melakukan
penandatangan akad.kredit dengan bank.
- Atas dasar persetuj_uan kredit tersebut, mengadakan
pengikatan perjanjian kredit dengan masing-masing
anggota sesuai dengan persyaratan yang telah disepakati.
- Menarik cfcilan kredit sesuai dengan rencana dan jadual
yang telah dibuat.
- Mengembalikan kredit investasi sesuai dengan rencana
dan jadual angsuran kredit yang telah dibuat. Pelunasan
kredit modal kerja dilakukan secara tunai ·paling lambat
sampai dengan berakhimya jangka waktu kredit yang
bersangkutan.
e) KKPA PIR-TRANS
KKPA PIR - Trans (Kredit kepada Koperasi Primer untuk
anggotanya dengan Pola PIR-Trans) adalah kredit investasi yang
diberikan oleh Bank koperasi anggota koperasi primer peserta
PIR-Trans melalui perusahaan inti, yang kemudian tersebut akan
dialihkan oleh Perusahaan Inti kepada/melalui Koperasi Primer
untuk Anggotanya.
Perusahaan inti adalah perusahaan di bidang perkebunan
baik milik negara maupun swasta yang membangun kebun inti
dan kebun plasma serta fasilitas, pengolahan hasil kebun dimaksud
y.ang telah ditetapkan sebagai pelaksana proyek dalam rangka
program KKPA PIR-Trans.
Jumlah kredit kepada masing - masing anggota koperasi
primer maksimal adalah sebesar Rp. 50 juta. Jumlab- kredit
tersebut diberikan bank melalui perusahaan· inti untuk
membangun kebun plasma dan untuk membiayai' kapitalisasi
bunga kredit yang timbul selama masa pembangunan/masa
tenggang.

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 79


Tanaman Pangan dan Hortikultura

Suku bunga KKPA PIR-Trans saat ini ditetapkan sebesar


14o/o setahun, jauh di bawah tingkat bunga pasar. Selanjutnya
untuk bunga selama masa tenggang dapat dikapitalisasikan
menjadi pokok pinjaman.
Jangka waktu KKPA PIR - Trans untuk pembiayaan
investasi, termasuk masa tenggang, disesuaikan dengan
kemampuan nyata proyek yang. dibiayai, dengan maksimal 15
tahun.

3. Kredit Usahatani (KUT)


a. Pengertian
1) Kelompok Tani adalah kumpulan petani yang dibentuk
atas dasar kepentingan bersama.
2) KUT adalah ·kredit modal kerja yang diberikan kepada
KUD untuk keperluan petani dalam membiayai usaha
taninya dalam rangka Intensifikasi Padi/Palawija dan
Hortikultura.
3), Intensifikasi Padi/Palawija dan Hortikultura adalah
budidaya komoditas padi/palawija dan berikutnya untuk
meningkatkan produktivitasnya, sebagaimana yang
ditetapkan setiap tahun dalam SK Menteri Pertanian
selaku Ketua Badan Pengendali Bimas.
4) Komoditas yang dibiayai
Tanaman buah-buahan, yaitu nenas, pisang,
pepaya, markisa, jeruk dan salak,
Tanaman sayur-sayuran, yaitu cabe merah, kentang
dan bawang merah.
Tanaman dan obat-ebatan, yaitu jahe.
5) Rencana DefinitifKelompok 'fani (RDK)· adalah rencana
kegiatan kelompok tani sebagaimana diatur dalam SK
Menteri Pertanian No.09LSK/Mentan/Bimas/XU 1993
tanggal 22 Nopember 1993 tentang Program Bimas
Intensifikasi Padi, Jagung, dan Kedelai.

80 PUSA'f PENELlTIAN DAN PE:NGEMBANGAN


Tanaman Pangan dan Hortikultura

6) Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok Tani (RDKK)


adalah' rencana' kegiatan kelompok tani sebagaimana
diatur dalam SK Mentan No 09/SK/Mentan/Bimas/XI/
1993 tanggal 22' Nopember 1993 tentang program
Bimas Intensifikasi padi, jagung, dan kedelai.
b. Usaha-usaha yang dibiayai KUT
1) Untuk pembiayaan Intensifikasi Padi/Palawija dan
Hortikultura,
2) Untuk Intensifikasi Hortikultura diberikan-:
Secara selektif berdasarkan daerah maupun
komoditasnya, dengan memperhatikan pola
pembiayaan hortikultura yang sudah berjalan di daerah
yang bersangkutan.
Mempunyai jumlah pemasaran.
3) Untuk komoditas hortikultura yang berupa markisa,
jeruk, dan salak diberikan dalam rangka. pemeliharaan
yang sudah menghasilkan.
4) Persyaratan
KUD yang dapat memperoleh KUT adalah KUD yang :
Organisasi dan usahanya dinilai sehat
Berpengalaman di bidang perkreditan
Mempunyai pengurus dan manajer yang mampu
mengelola dan mengamankan kredit.
Untuk komoditas padi/palawija, sisa KUT untuk 2
Musim Tanam (MT) sebelumnya tidak lebih dari 20%,
sedangkan untuk musim tanam-musim tarram
sebelumnya telah lunas.
Untuk komoditas berikutnya, KUT untuk tahun
anggaran (TA) sebelumnya telah lunas.

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 81


Tanaman Pangan dan Hortikultura

5) Persyaratan petani yang dapat memperoleh KITT


ditetai;>kan bersama oleh Departemen Koperasi dan
Pembinaan Pengusaha Kecil dengan B~.
c. Plafon, Suku Bunga dan Jangka Waktu
1) Besarnya plafon KU'f .didasarkan pada kebutuhan nyata
dari petani dalam rangka Intensifikasi Padi/Palawija dan
Hortikultura, dan plafon perhektar untuk komoditas-
komoditas tersebut ditetapkan oleh Bank Indonesia dengan
memperhatikan surat/SK Menteri Pertanian/K.etua Badan
Pengendali Bimas.
2) Suku bunga KUT didasarkan atas suku bunga pasar yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia, tidak bunga berbunga dan
tidak tetap.
3) .Suku bunga kredit untuk komoditas padi palawilja
berlaku untuk satu MT. Apabila terjadi perubahan suku
bunga, maka suku bunga tersebut berlaku untuk MT yang
akan datang.
4) Suku bunga kredit untuk komoditas berikutnya berlaku
untuk satu Tahun Anggaran, apabila. terjadi perubahan
suku bunga, maka suku bunga tersebut berlaku untuk MT
yang akan datang.
5) Dalam suku bunga tersebut tercakup imbalan (fee) untuk
KUD yang pembayarannya diatur sebagai berikut :
Sebesar 50% dari imbalan dibayarkan kepada KUD
atas dasar realisasi pembayaran hutang pokok dan
bunga olelr KUD kepada Bank tanpa memperhatikan
keragaan kredit.
Sisanya disimpan kepada bank dalam bentuk tabungan
beku dan dibayarkan kepada KtJD setelah kredit
dibayar lunas.

82 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


Tanaman Pangan dan Hortikultura.

6) Jangka waktu KUT dari bank kepada KUD ditetapkan


sesuai kebutuhan dan maksimum 12 bulan terhitung sejak
ditandatanganinya akad kredit oleh Bank dan KUD.
7) Provisi kredit dan biaya lainnya tidak dipungut.
8) Bea materai kredit dikenakan sesuai dengan bea materai
umum sebesar Rp.1.000,00 ,-
9) Jaminan kredit ditetapkan sesuai dengan ketentuan dalam
pasal 8 undang-uladang No. 7 tahun 1992 tentang
perbankan.
d. Sumber Pembiayaan KUT
Sumber pembiayaan KUT berasal dari KLBI sebesar 100%.
e. Prosedur Pemberian KUT
1) Permohonan KUT diajukan oleh KUD kepada kantor bank
setempat.
2) Apabila permohonan KUT dimaksuddisetujui oleh Bank,
maka penarikan kredit dilakukan oleh KUD sesuai dengan
rencana I jadual penarikan KUT berdasarkan RDKK yang
telah diajukan kepada Bank.
3) KUT yang telah ditarik oleh KUO harus segera diteruskan
kepada petani.
4) Setiap setoran petani yang diterima oleh KUD sebagai
pelunasan KUT, hams segera diteruskan kepada kantor
bank setempat,

4. Kredit Kepada Koperasi Unit Desa (KKUD)


a. Pengertian
"'
1) Kredit kepada KUD (KKUD) adalah kredit m9dal
kerja yang diberikan kepada KUD dalam rangka
pengadaan padi, palawija, cengkeh, pupuk, dan
hortikultura.
2) Komoditas berikutnya adalah :

PUSAT l'ENELITIAN DAN-PENGEMBANGAN 83·


Tanaman Pangan dan Hortikultura

Tanaman buah-buahan yaitu : nenas, pisang,


pepaya, markisa, jeruk, dan salak.
Tanaman sayur-sayuran, yaitu cabe merah,
kentang dan bawang merah.
Tanaman obat-obatan, yaitu jahe.
3) Usaha-usaha yang dibiayai
Untuk pembelian padi, palawija, cengkeh, hortikultura
danpupuk.
Untuk komoditas hortikultura bagi KUD yang
melaksahakan KUT untuk berikutnya.
4) Persyaratan KUD
a) KUD yang layak memperoleh kredit dan/atau yang
tidak mempunyai tunggakan KKUD.
b) Dalam hal KUD' mempunyai tunggakan KKUD
untuk suatu komoditas tertentu maka KKUD hanya
dapat diberikan untuk komoditas yang sama
apabila:
Tunggakan masih dapat ditutup dengan nilai
persediaan barang (stok) yang dimiliki ~UD
yang bersangkutan.
Tunggakan tersebut terjadi karena keadaan
memaksa (force majeur) dengan
memperhatikan pendapat dari Departemen
Koperasi dan pembinaan pengusaha kecil.
KUD dimaksud dinilai oleh Bank masih
mampu untuk berusaha dan mempunyai
itikad baik untuk melunasi tunggakan
kreditnya.

84 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


. Tanaman Pangan dan Hortikultura

1) Apabila permohonan dimaksud dapat disetujui, Bank


Indonesia akan membuat Surat Persetujuan Kredit
Likuiditas '(SPK) induk Akte Perjanjian Kredit.
2) Plafon Induk KLBI didislokasikan Ke Kantor Bank
Indonesia yang mewilayahinya atas dasar permintaan
kantor pusat Bank setelah tembusan SPK dan Akte F
ditandatangani oleh bank di atas materai Rp.1.000,00
dan dikernbalikan oleh Bank Indonesia.
3) Untuk meneritna plafon Induk KLBI Bank wajib
menerbitkan surat Aksep ditandatangani di atas
materai Rp. 1.000,00.-
4) Plafon Induk K:LBI yang telah disediakan bank sudah
direalisasikan menjadi plafon Individual KLBI pada
Tahun anggaran yang bersangkutan. Sisa plafon Induk
KLBI yang tidak direalisasikan pada akhir tahun
anggaran tersebut dinyatakan tidak berlaku dan akan
dilakukan penyesuaian terhadap plafon Induk tersebut.
5) Plafon Induk KLBI untuk TRI harus sudah
direalisasikan pada MT yang bersangkutan. Sisa plafon
induk KLBI yang belum direalisasikan pada akhir MT
tersebut dinyatakan tidak berlaku,
6) Apabila tingkat kesehatan bank tidak sesuai lagi
dengan ketentuan maka sisa plafon induk KLBI yang
belum direalisasikan menjadi plafon individual KLBI
dinyatakan tidak berlaku.

C. Skim Kredit Non Perbankan ,rang Tersedia Untuk


Pengembangan Agribisnis.
Dukungan permodalan/pendanaan dalam upaya peilgem-
bangan sektor usaha pertanian/agribisnis tidak 'hanya bersumber
dari bank. Sumber lainnya dapat pula berupa lembaga .keuangan
bukan bank (al: Leasing, Modal Ventura, Dana Pegel BUMN),
dan pasar modal. Uraian berikut hanya akan mengetengahkan
sumber pendanaan non perbankan yang berasal dari Dana Pegel
BUMN, Modal Venture dan Dana Modal Usaha (DMU).

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 85


Tanaman Pangan dan Hortikultura

' 1. Dana Pegel BUMN


'Dana pegel BUMN secara khusus ditujukan untuk usaha-
'
usaha skala kecil dan koperasi,
.
a. Syarat - syarat Penerima Dana Pegel BUMN·
'
1) Telah melakukan kegiatan usaha dan mempunyai
prospek untuk dikembangkan. Mempunyai aset (diluar
tanah dan bangunan yang ditempati) maksimal Rp.
600 juta atau omzet maksimal Rp. 60Q juta per tahun.
2) Menyediakan penyertaan dana (equity) sebesar 25%
dari keb.utuhan dana yang diperlukan, termasuk untuk
pembiayaan pendidikan, pelatihan, pemagangan,
promosi, penelitian dan-pengkajian, modal usaha serta
jaminan kredit sesuai dengan proposal yang diajukan.
b- Bentuk Pembinaan BUMN
Adapun pernbinaannya adalah :
1) Bantuan pembinaan dalam peningkatan kualitas
sumberdaya manusia dalam bentuk pendidikan,
pelatihan, dan pemagangan unt~ memperkuat
kemampuan kewirausahaan, manajemen dan
ketrampilan 'teknis produksi, serta .penelitian dan
pengkajian penyusunan studi pengembangan usaha;
2) Bantuan pinjaman modal kerja dan investasi untuk
peningkatan mocfal usaha, pengadaan sarana kerja
modemisasi peralatan dan permesinan;
.3) Bantuan pemasaran dan promosi hasil produksi untuk
meningkatkan kemampuan usaha, kecil dan koperasi
memasuk.ipasar di dalam negeri maupun ekspor;
4) Bantuan jaminan secara langsung kepada usaha kecil
dan koperasi yang tidak mempunyai jaminan/agunan
yang cukup untuk znendapatkan kredit perbank:an dan
atau untuk melakukan transaksi dengan pihak .ketiga.
P..emberianjaminan diberikan dalam bentuk jaminan
perusahaan (corporate· guarantee) dengan jumlah
maksimum Rp. 50 juta;

86 PUSAT PENELITIAN.. DAN PENGEMBANGAN


_ Tanaman Pangan dan Hortikultura' ,

5) Bantuan penyertaan pada perusahaan modal ventura


di daerah tingkat I untuk membantu permodalan dan
pinjaman kepada pengusaha kecil dan koperasi.
c. Status Bantuan Pembinaan BUMN
Status bantuan pembinaan kepada pengusaha kecil
dan koperasi adalah :
1) Hibah
lJntuk biaya pendidikan, pelatihan, pemagangan,
pemasaran, promosi, pengkajian dan penelitian;
Maksimal 30% dari dana pembinaan usaha kecil
dan koperasi yang disediakan setiap tahun;
Untuk masing-masing usaha diberikan 75% dari
kebutuhan sesuai dengan proposal yang diajukan.
2) Pinjaman
Untuk membiayai modal kerja, investasi, jaminan
dan penyertaan;
Besarnya dana pinjaman ditetapkan minimal 70%
dari dana pembiayaan usaha kecil dan koperasi
yang disediakan setiap tahun;
Untuk masing-masing usaha diberikan 75% dari
. .
kebutuhan sesuai dengan proposal yang diajukan.
3) Penyertaan modal pada Perusahaan Modal Ventura
Penyertaan modal pada perusahaan Modal Ventura
yang bersumber dari dana sebagian laba BUMN
ditetapkan tersendiri oleh Menteri Keuangan;
Perusahaan modal ventura berperan memberikan
bantuan permodalan dan pembinaan manajemen
kepada usaha kecil dan koperasi.

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 87


Tanaman Pangan dan Hortikultura

d. Pro.sedur permohonan bantuan pembinaan BUMN


1) Usaha kecil dan koperasi membuat proposal
pengembangan usaha dan menyampaikannya kepada
Kepala Kandepkop dan PPK Kabupaten/K.odya dan
kepada BUMN pembina yang telah ditetapkan di
setiap propinsi;
2) Kepala Kandepkop dan PPK Kabupaten/K.odya
membuat daftar calon mitra binaan dilengkapi dengan
rekapitulasi proposal tersebut untuk diajukan kepada
BUMN yang dirunjuk membina di propinsi yang telah
ditetapkan dan tembusannya disampaikan kepada
Forum Koordinasi Pusat;'
3) BUMN melakukan seleksi dan evaluasi terhadap
proposal yang diajukan oleh usaha kecil dan koperasi
serta 'menetapkan mitra binaannya berdasarkan
daftar calon mitra binaan yang disediakan oleh
Kandepkop dan PPK Kabupaten1Kodya;
4) Usaha kecil dan koperasi yang terpilih oleh BUMN
sebagai mitra binaan, menyelesaikan proses
administrasi dengan BUMN pembina;
5) Bantuan pembinaan BUMN kepada usaha kecil dan
koperasi dalam bentuk pinjaman dituangkan dalam
surat perjanjian kontrak.
e. Tata cara Pemberian Bantuan
Tata cara pemberian bantuan oleh BUMN adalah sebagai
berikut:
1) BUMN melakukan seleksi dan evaluasi terhadap
proposal yang diajukan serta menetapkan mitra binaan
berdasarkan daftar calon mitra binaan yang telah
disediakan oleh Kakandepkop dan PPK
kabupaten/kodya;

88 PUSAT PENELITIAN.DAN rEl'~GEMBANG~


Tanaman Pangan dan Hortikultura ,

2) Usaha, kecil dari koperasi yang terpilih oleh BUMN


sebagai mitra binaan menyelesaikan proses
administrasi dengan BUMN pembina;
3) Bantuan pembinaan BUMN kepada usaha kecil dan
koperasi dalam bentuk pinjaman dituangkan dalam
Surat Perjanjian Kontrak;
4) BUMN melaksanakan pembinaan dan menyalurkan
bantuan dana secara langsung kepada usaha kecil dan
koperasi.
f. Pelaksanaan Pembinaan
Pelaksanaan pembinaan oleh BUMN Pembina meliputi:
I) Bantuan pembinaan kepada usaha kecil dan koperasi
dilaksanakan secara langsung;
2) Untuk melakukan pembinaan yang bersifat teknis,
BUMN perlu mengadakan koordinasi dengan
Departemen Koperasi dan PPK serta instansi terkait;
3) Dalam hal BUMN tidak memiliki cabang di daerah
tingkat I dan .U, BUMN yang bersangkutan dapat
melimpahkan pembinaannya kepada BU:MN lain yang
melakukan ·pembinaan di daerah -tersebut, tanggung
jawab dan biaya pelaksanaan pembinaan menjadi
beban BUMN yang melimpahkan pembinaan kepada
BUMN lainnya.

2. Modal Ventura
Modal Ventura merupakan bentuk pembiayaan
penyertaan modal yang bersifat sementara oleh Perusahaan
Modal Ventura (PMV) ke dalam Perusahaan Pasangan Usaha
(PPU) atau Investee Company baik perorangan, kelompok
maupun usaha berbadan hukum dengan pola pembagian
keuntungan yang akan ditentukan bersama - sama oleh PMV
danPPU.

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 89


Tanaman Pangan dan Hortikultura

Penyertaan modal ini hanya bersifat sementara namun


bejangka panjang, biasanya antara 3 - 6 tahun. Keuntungan
yang diperoleh perusahaan Modal Ventura bukanlah
merupakan bunga atas modal yang ditanamkan, melainkan
bagi hasil.dan sebagian keuntungan bersih yang diperoleh dari
PPU dengan pembagian yang ditentukan atas dasar
kesepakatan PPU dan PMV.
a. Tujuan
Tujuan Perusahaan Modal Ventura adalah untuk
menumbuhkan dan meningkatkan jiwa wiraswasta dan
kemampuan berusaha para pengusaha swasta nasional
kecil dan menengah tanpa mengabaikan cara berusaha
yang sehat.
b. Bidang - bidang Usaha yaqg Dapat Dibiayai
Pada dasarnya PMV dapat membiayai semua jenis
usaha yang memiliki prospek -dan potensi untuk
berkembang. Usaha agribisnis .yang dapat dibiayai dengan
Modal Ventura adalah usaha "tanaman pangan dan
hortikultura, perkebunan, peternakan dan perikanan",
Bantuan modal oleh PMV diberikan ke PPU pada
tahap awal usaha maupun pada tahap pengembangan
usaha, baik berupa modal investasi maupun modal kerj a.
Adapun jenis-jenis pembiayaannya adalah :
1) Penyertaan Saham Langsung
Jenis pembiayaan ini adalah penyertaan modal
langsung oleh PMV dalam bentuk saham di PPU
tersebut. Syarat dari · pembiayaan ini 'adalah PPU
tersebut sudah merupakan perseroan terbatas. Hasil
yang diterima oleh PMV berupa deviden yang akan
dibagikan setiap tahun dari keuntungan PPU.

PUSAT PENELITIAN,DAN PENGEMBANGAN


__ -· ... ·--·- __ .TanamanPangan dan Hortikultura ..

2) Obligasi Konversi
Jenis pembiayaan ini adalah dalam bentuk obligasi
yang dapat dikonversikan ke dalam saham biasa yang
dikeluarkan oleh PPU yang sudah berbentuk Perseroan
Terbatas.
3) Pola Bagi Hasil/Partisipasi Terbatas
Jenis pembiayaan ini adalah suatu sistem pembiayaan
oleh PMV dengan terlebih dahulu menentukan suatu
prosentase tertentu dari keuntungan bersih setiap bulan
atau periode tertentu yang diperoleh oleh PPU untuk
diberikan kepada PMV. Besamya prosentase tersebut
ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara .PMV dan
PPU.
c. Prosedur
Pada dasamya tata cara/prosedur untuk
mendapatkan bantuan penyertaan Modal Venture bagi
PPU perorangan/kelompok dan berbadan hukum adalah
sebagai berikut :
1) Penyampaian Usulan Rencana·Usaha
Calon PPU menyampaikan usulan rencana usaha
kepadaPMV
2) Seleksi
PMV akan melakukan seleksi a415 usulan rencana
usaha yang dapat disampaikan oleh PPU. Rencana
usaha yang dapat di pertimbangkan untuk
mendapatkan bantuan penyertaan Modal Ventura hams
mempunyai prospek yang baik

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 91


Tanaman Pangan dan Hortikultura

3) Evaluasi
Rencana usaha yang mempunyai prospek baik akan
dievaluasi lebih mendalam. Evaluasi meliputi
kelayakan usaha, pasar, karakter. pengusaha.kondisi
lapangan (tempat usaha) dan lain-lain.
4) Musyawarah.
Musyawarah antara PPU dan PMV meliputi hal-hal
yang menyangkut jangka waktu kerjasama, jumlah
penyertaan modal, pembinaan manajemen,
pernantauan, sistim bagi hasil, asuransi, pelaporan dan
lain-lain.
5) Perjanjian Pembiayaan
Apabila hasil musyawarah telah 'menyepakati jangka
waktu kerja sama,ratio bagi hasiljumlah penyertaan
modal dan lain-lain, maka ditandatangani kontrak kerja
sama antara Pfy1V dan PPU.
6) Realisasi /Pencarian
Pada tahap ini PMV akan mencairkan modal venture
yang telah disepakati dalam bentuk uang tunai bagi
usaha perorangan/kelompok dan penyertaan saham
bagi usaha berbadan hukum.
7) Pengernbalian (Divestasi)
Selama jangka waktu kerjasama berjalan atau pada
akhir kerjasama, PPU mempunyai kewajiban untuk
· mengembalikan -pinjaman modal ventura secara
mengangsur atau melunasi sekaligus bagi usaha
perorangan/kelompok., atau PMV menjual sahamnya
kepada PPU atau pemodal lainnya bagiusaha berbadan
hukum (PT). Diharapkan setelah kerjasama berakhir
PPU telah mampu menjalankan usahanya dengan
modal sendiri.

92. PUSATPEN~LITIANJ?~.~ f.E~GEMBANG;\N


___ Tanaman Pangan,dan..Horfikultura~.

3. Dana Modal Usaha (DMU


Dana Modal Usaha (DMU) adalah dana yang
disediakan sebagai ' modal usaha yang bersumber dari
Bantuan Pengembangan Desa yang terdiri dari modal kerja
dan modal cadangan. Modal kerja adalah modal yang
diberikan pada tahap awal setelah mengikuti Pelatihan Praktek
Kerja Lapangan (PPKL) dan digunakan untuk pengadaan
peralatan dan kegiatan usaha, Sedangkan modal cadangan
adalah modal usaha yang diberikan pada tahap kedua, setelah
modal kerja digunakan dan dinilai berhasil dalam melakukan
usahanya.
a. Tujuan
1) Membantu masyarakat dalam penyediaan modal usaha
yang produktif dan menghindarkan dari praktek ijon
dan rentenir.
2) Meningkatkan pendapatan dan kemandirian ekonomi
masyarakat di pedesaan.
3) Berkembangnya modal usaha melalui dana bergulir.
4) Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di
pedesaan/perkotaan agar niampu berpoduksi,
mengolah dan memasarkan hasil produksi sekaligus
dapat menciptakan lapangan kerja dan kesempatan
kerja guna menunjang- keberhasilan pengentasan
kemiskinan.
b. Bidang Usaha Yang Dibiayai
Bidang usaha yang dapat dibiayai melalui Dana Modal
Usaha bersumber dari INPRES bantuan pembangunan
desa adalah semua kegiatan usaha 'bersifat ekonomis dan
produktif yang diusahakan oleh masyarakat desa secara
peroran&an atau kelompok, yang dikelola berazaskan
kekeluargaan dan dimanfaatkan bagi kemakmuran
masyarakat desa.
c. Prosedur untuk Mendapatkan Dana Modal Usaha (DMU)

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 93


Tanaman Pangan dan Hortikultura

1) Peserta yang mengikuti PP.KL-UED (Usaha Ekonomi


Desa) secara penuh selama 7 (tujuh) hari dan telah
jnendapatkan sertifikat.
2) Mengajukan permohonan DMU kepada
Bupati/Walikota KDH TK II melalui KAKAN PMD
KAB/K.ODYA DATI II atas dasar studi kelayakan
us aha.
3) Disetujui oleh KAKAN PMD KAB/K.ODYA DATI II
yang bersangkutan.
4) Mengisi dan menandatangani Surat Perjanjian dan
membuat Surat Pemyataan yang formatnya telah
disediakan oleh KAKAN PMD KAB/K.ODYA DATI
IL
d. Penyaluran, Penggunaan dan Pengembalian Dana Modal
Usaha(DMU)
1) Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDH Tingkat
I tentang alokasi bantuan Pembangunan Desa,
KAKAN PMD KAB/K.ODYA DATI II
memerintahkan PIMPRO bantuan pengembangan
UED mengajukan Surat Permintaan Pembayaran (SPP)
kepada Bank penyalur yang bersangktan untuk
memindahbukukan dana Bantuan Pengembangan UED
ke dalam rekening PIMPRO Bantuan Pengembangan
UED pada kantor PMD KAB/K.ODYADATI IL
2) Prosedur penyaluran dana kepada penerima DMU
diatur sebagai berikut :
Apabila syarat-syarat tersebut belum terpenuhi,
menjadi -kewajiban Kepala Kantor PMD
Kabupaten/Kodya Dati II untuk secara intensif
memberikan bimbingan dan pembinaan kepada
yang bersangkutan .. Setelah syarat-syarat terpenuhi
KAKAN PMD KAB/K.ODYA °DATI II
memerintalikan kepada PIMPRO bantuan
Pengembangan UED untuk menyerahkan dana

94 P.USAT -PENELITJAN DAN PENGEMBANGAN


~ • .# ,
Tanaman Pangan dan Hortikultura

kepada penerima DMU dengan eek sebesar


tercantum dalam perjanjian.
Selambat-lambatnya J (satu) bulan setelah peserta
selesai mengikuti .pelatihan dan syarat-syarat
terpenuhi, modal kerja harus sudah diberikan
kepada penerima DMU.
Penerima Dana Modal Usaha menstransfer DMU
yang telah diterimanya kedalam rekening
SIMPEDES/SIMASKOT atas nama nya di BRI
Unit Desa dan bank setempat.
3) Penggunaan Dana Modal Usaha sesuai dengan jenis
usaha yang telah ditetapkan.
4) Cara pengembalian dana modal usaha (DMU):
Pengembalian modal sesuai dengan perjanjian
dalam surat pemyataan, termasuk jasa yang
ditetapkan berdasarkan musyawarah. Apabila
pengembalian tidak lancar, maka Ketua I LKMD
menagih dan selanjutnya disetorkan ke dalam
rekening SIMPEDES/SISMASKOT BRI Unit Desa
atau bank setempat. '
Jangka waktu pengembalian DMU paling lama 2
tahun dengan -masa tenggang waktu paling lama 6
bulan. Untuk angsuran pe~a adalah bulan
ketujuh, disesuaikan dengan jerus usaha
berdasarkan hasil musyarawarah.

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 95·


Tanaman Pangan dan Hortikultura

D. Keragaan Pemanfaatan Kredit Di Sektor Pertanian

J. Sub Sektor Tanaman Pangan


Sumber modal perbankan untuk pengembangan
agribisnis tanaman pangan dan hortikultura skala kecil
disalurkan melalui skim kredit pertanian. Perkembangan
penyaluran dan pengembalian kredit KUT sejak MT Tahun
1995/1996 sampai dengan 1996/1997 dapat dilihat pada
Tabel IV-1.

Tabel IV-1. Perkembangan Penyaluran dan Tunggakan KUT


Pola Umum dan Kl)T Pola K.husus Padi/Palawija
MT 1985 .s/d 1996/1997 Posisi 31Januari1998.
Mfdan Tahun Realisasi Penyaluran Persen thdp Tunggakan
Kredit (Rp. Juta) Sasaran (%thd
Realisasi)
Rendenz
1985/86-89190 400.973.7 73 5 l l.8
1990/1991 73,795 8 88 2 18 9
1991/1992 70.155.3 919 19 7
1992/l993 47.855,4 93 5 16,4
1993/1994 ·37.757 4 91 9. 14.0
1994/1995, ' ' 35.295,8 . 94,4 16 3
1995/1996 174.945 5 94.3 46 3
199671997 19.400,5 - 49 9
1997/1998 97.036.0 - -
Gadu
1990 35.703.5 80.2 21 3
1991 21.5633 86,2 23.9
1992 18.203.9 894 12 3
1993 lS.472.8 90.9 23.4
1994 10.964.4 87.1 8.2
1995 15.171.2 89.0 13 0
1996 24.229 3 53.4 78.9
Keterangan : 1 tahun penyaluran (musim Rendeng dan Gadu)
Sumber : Bank Indonesia, 1998

96 PUSAT i>ENELITIA'N DAN PENGEMB'ANGAN


Tanaman Pangan dan Hortikultura

Berdasarkan data tabel terse but terdapat


kecenderungan tunggakan meningkat yang semakin besar.
Kecenderungan tersebut disebabkan antara lain :
a) Karakter atau perilaku petani yang cenderung menganggap
kredit usahatani merupakan grant, pemerintah, sehingga
mereka tidak merasa perlu mengembalikannya.
b) KUT yang disalurkan belum terkait dengan jaminan pasar
atas produk yang dihasilkan.
c) W aktu pengembalian kredit bergeser tidak sesuai dengan
jadual pengembalian dalam RDKK;
d) Jumlah kredit yang diterima oleh petani relatif kecil
dibandingkan dengan kebutuhan yang disusun dalam
RDKK maupun dari segi kelayakan usaha dan waktu
penyaluran dana tidak tepat dengan waktu tanam.
e) Petani belum seluruhnya mamahami penyusunan Rencana
Definitif Kebutuhan Kelompok { RDKK ) dan proses
pengesahan cukup panjang.
f) Jenis komoditas yang dibiayai program KUT masih sangat
terbatas dan petani belum tahu secara jelas dan meluas
tentang komoditas-komoditas yang dapat di biayai.
g) Penyuluh belum bekerja secara optimal karena status
wilayah kerja dan pemukiman tempat tinggal jauh.
h) Tahapan proses administrasi pengajuan KPT masih terlalu
panjang dan lama akibat belum dipahaminya ketentuan-
ketentuan oleh pelaksanaan lapangan 'instansi terkait.
i) Formulir yang diisi oleh petani/kelompok tani cukup
banyak dan perlunya serta adanya agunan menyebabkan
pengajuan KUT sering terlambat.
Atas dasar permasalah tersebut di atas, beberapa saran
penyempurnaan disampaikan sebagai berikut,

a) Agar output usaha agribisnis memberikan tingkat efisiensi


yang optimal, peniberian kredit hortikultura selayaknya
didasari dengan skala usaha ekonomis. Dengan demikian
tingkat keunturlgan petani menjadi besar sehingga mampu
mengembalikan pinjamannya.

PUSAT PENELITIAN DANPENGEMBANGAN 99


Tanaman Pangan dan Hortikultura

b) Untuk menghindari timbulnya lonjakan produksi yang bisa


menyebabkan harga jual jatuh dan mengantisipasi akibatnya
terhadap pengembalian kredit perlu disususn Rencana Jadual
Panen (RJP) dan rencana Definitif .Pengembalian Kredit
(RDPK)

c) Perlu ditingkatkan pemasyarakatan Kredit Usaha Tani (KUT)


hortikultura oleh pihak perbankan c.q. Bank Indonesia, Bank
pelaksana KUT dan bekerjasama dengan instansi terkait
mulai dari tingkat pusat sampai daerah.

d) Untuk mempercepat penyaluran dana KUT Hortikultura


kepada petani/kelompok tani yang sudah diseleksi, hendaknya
agunan .sebagai·jaminan kredit ditiadakan.

e) Pada saat ini komoditas yang dapat dikembangkan dengan


dana KUT masih sangat terbatas. Selain komoditas padi,
palawija dan 10 jenis komoditi hortikultura yaitu tanaman
.sayuran ( cabe, bawang merah, kentang ), ·buah-buahan (
salak, .markisa, pepaya, pisang, jeruk dan nenas) dan tanaman
obat-abatan ( jahe ), sebaiknya semua komoditas pangan dan
hortikultura lainnya perlu dipertimbangkan untuk dimasukkan
dalam skim kredit.

2) Subsektor Perkebunan

Berbagai jenis kredit Y811;g telah dimanfaatkan untuk


pengembangan subsektor perkebunan telah disesuaikan dengan
pola pengembangannya yaitu pola Unit Pelayanan Pengembangan
(UPP), pola Perusahaan Inti -Rakyat (PIR) dan pola Perkebunan
Besar Swasta Nasional (PBSN) dan program intensifikasi.

a) Pola UPP

Ada dua kelompok yang dibiayai dengan kredit yaitu


UPP Swadana dan. UPP -Berbantuan, Pofa UPP Swadana
menggunakan, kredit lunak jangka -panjang dan tertuang
dalam Daftar Isian Proyek (DIP). Tingkat bunga ditetapkan

98 PUSAT,PENEIATIANDAN.PENGEMBANGAN
Tanaman Pangan dan Hortikuitura

sebesar 10,5% pet tahun; dimana. 4,5% dari tingkat bunga


tersebut dibiayai Pemerintah dan 6% sisanya ditanggung oleh
petani. Pola UPP Berbantuan meliputi 10 proyek dimana dana
yang digunakan berasal dari pinjaman luar negeri dan rupiah
mumi yang terutang dalam ·DIP.Tingkat bunga berkisar mulai
dari 6% pertahun sampai dengan 21 % pertahun tergantung
jenis komoditas dan proyek BLN yang bersangkutan.

b) Pola PIR

Terdapat 5 kelompok proyek I kegiatan yang


mernperoleh pembiayaan kredit yaitu program KKP A KTI,
KKPA Lokal; PIR TRANS, PIR Lokal dan Khusus serta
Nucleus Estate Small Holders (NES). Tingkat bunga untuk
program PIR berkisar mulai dari 14% per tahun sampai
dengan 16% per tahun.

c) Perkebunan Besar Swasta Nasional (PBSN)

Program ini dimulai sejak tahun 1977 dan berakhir


pada tahun 1990 sehubungan dengan kebijaksanaan Bank
Indonesia yang membatasi kredit likuidasi hanya untuk kredit
usahatani (KUT), kredit kepada KUD (KKUD) dan k:redit
kepada koperasi primer untuk anggotanya (KKP A). Tingkat
suku bunga untuk-program PBSN 1tahun1977-1981 sebesar
10,5% pertahun, Program PBSN II tahun 1982 -19S6 sebesar
12% per tahun dan untuk Program PBSN III tahun 1987-1990
sebesar 12% per tahun.

d) Program Intensifikasi

Program ini meliputi beberapa jenis tanaman semusim


seperti kapas, tembakau, tebu, dan serat karung. Jenis kredit
yang digunakan pada saat ini adalah KKPA Non Program
dengan tingkat bunga 14% per tahun-termasuk 2% untuk fee
KUD. Gambaran penyaluran dan pengembalian kredit untuk
sub sektor perkebunan dapat dilihat pada tabel berikut.

PUSAT PENELITIAN DAN P\!NGEMBANGAN 99


Tanaman Pangan dan Hortikultura_

TblIV2K
a e erazaan perkred"itan s ubsektor, p erkbe unan

Program/Proyek Pe~aluran Kredit Pen~embalian Kredit % Pe~embalian


p.Milyard) Rp.Milyard) red it

I. UPP

1.1. Swadana 137,67 35,53 25,0

1.2. BLN 165 51 1909 110

2. PIR

2.1. Berbantuan 753,174 247,466 32,0

2.2. Khusus 511,966 175,000 34,0

2.3. Lokal 174,457 57,080 32,0

2.4. KKPAKTI PM Belumjatuh tempo -


Belum jatuh tempo

2.5. KKPA Lokasi 221306 -


3. PBSN

3.1. PBSNI 21.997 21,997 100,00

3.2. PBSN II 500,552 500,552 100,0

3.3. PBSN Ill 1.302,034 Sebagian masih tahap


pencairan dn beluin
iatuh temno.

4. Intensifikasi

4.1. Kapas (IKR) 1,784 PM -


4.2. Tembakau (ITV) 26,724 25,38 94,0

4.3. Tebu ITRI) 381 s Belum iatuh ternno -


Jumlah 4.218 674 1.062.095 •)
. -
Sumber : Diolah dari data Ditjen Perkebunan
Keterangan : 1) Hanya 1 proyek, 9 proyek masih dalam proses pencairan pengembalian
3) 3.1. Telah selesai
3.2. Telah selesai
4) 4.1. Tahun 1996
4.2. Tahun 1994-1996
4.3. Tahun 199~-1996

lQO PUSAT PENE1.ITIAN1JAN EENGEMBANGAN-


. . -······ _, ~ __ .Tf!..!ll!!f!".nJ~an_gan dan Hottikultura.

Dari tabel terse but dapat 'disimpulkan sebagai berikut :


a. Usaha di subsektor perkebunan cukup layak. untuk dibiayai
dengan dana kredit. Hal ini ditandai oleh potensi pasar, kesesuaian
sumberdaya alam yang tersedia.
b. Tingkat pengembalian kredit. -secara keseluruhan masih rendah
(26,65 %) karena masih banyak proyek yang belumjatuh tempo.
c. Untuk proyek yang sudah jatuh tempo ·seperti pada pola PIR
(Berbantuan, khusus dan lokal) tingkat pengembalian adalah
33,31% dan untuk PBSN I dan PBSN II sudah selesai seluruhnya.
d. Miskipun bunga kredit yang dikenak.anpada program intensifikasi
tembakau meskipun tingkat bunga sebesar 21 % per tahun temyata
pengembalian bisa mencapai 94%.
Sumber modal per9ankan yang banyak digunakan akhir-akhir
ini di subsektor perkebunan adalah Skim Kredit KKPA. Namun
demikian skim kredit (KKPA) ini masih mengandung sejumlah
permasalahan diantaranya :
a. Prosedur pengajuan kredit KKPA masih terlalu panjang dan
berbelit-belit, sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk
sampai pada pencairan dana.
b. Pengetahuari petani/kelompok petani dan aparat yang menangani
pemanfaatan KKP A untuk pengembangan usaha agribisnis masih
sangat terbatas.
c. Adanya persyaratan agunan yang harus dipenuhi oleh
" cukup
petani/kelompok tani dalam pengajuan kredit dipandan_g
memberatkan.
d. Kencenderungan petani yang masih men~anggap bahwa kredit
yang disediak.an oleh pemerintah merupak.an hibah/bantuan
sehingga tidak perlu dikembalikan.

PUSAT PEN~LITIAN DAN PENGEMBA NGAN 0


101
Tanaman Pangan dan Hortikultura

e. Belum mampunya Koperasi Unit Desa (KUD) sebagai pengelola


-kredit, Tingkat bunga kredit kepada koperasi primer untuk
Anggotanya (KKPA) dirasakan relatif tinggi ( 14% per tahun)
khususnya oleh usaha tani kecil yang umumnya memberikan
tingkat pengembalian yang rendah.
f. K.redit kepada Koperasi Primer Untuk Anggotanya (KKPA)
belum populer sebagai altematif sumber-sumber permodalan bagi
petani dipedesaan karena penyebaran informasinya masih sangat
terbatas.
Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan diatas maka
pihak instansi terkait dan pihak perbankan perlu melakukan kerja
sama dengan perusahaan inti dalam memasyarakatkan skim KKPA,
antara lain dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
i '
a. Pemasrarakatan informasi tentang K.redit kepada Koperasi Primer
untuk Anggotanya di sektor pertanian mutlak perlu ditingkatkan
lagi 'karena berdasarkan hasil pengamatan temyata masih banyak
aparatur di daerah yang belum memahaminya;
b. KKPA untuk sektor pertanian hendaknya disalurkan dengan pola
kemitraan, dimana bapak angkat/perusahaan inti bertindak sebagai
"avalis" dengan mengambil alih beberapa tugas yang menjadi
tugas koperasi, Adapun tugas bapak angkat/perusahaan inti
meliputi:
Membantu koperasi dalam menyusun usulan proyek yang
akan di biayai;
. '
Melakukan pembinaan teknis budidaya pada anggota koperasi
dan menjamin ketersediaan sarana produksi (tepat waktu dan
jumlah , yang pengadaannya dibiayai dengan KKPA;
Manajemen pemasaran produk yang dihasilkan anggota
koperasi dan penagihan angsuran kredit.

l-02 PUSAT PENELITIAN.PAN


. .. PENGEMBANGAN
'· ~ ~ ' ·;:
Tanaman Pangan dan Hortikultura ..

Dengan· demikian tugas koperasi menjadi lebih ringan dan hanya


meliputi:
Pengajuan usulan proyek yang akan dibiayai;
Seleksi anggota yang layak mendapat kredit;
Administrasi penyalµran kredit dan pembayaran angsuran.
Dengan tugas semacam ini koperasi tetap akan menerima fee
sebesar 3 % jika berfungsi sebagai "Executing agent" atau 1,5 %
bila sebagai "Channelling agent".
c. Untuk memperpendek rantai birokrasi, persyaratan adanya
rekomendasi kantor koperasi (Kakandepkop) kabupaten dan
instansi terkait sebagai pembina tidak dipertimbangkan. Prosedur
pengajuan kredit skim KKPA cukup memasyarakatan adanya
proposal dan kelayakan usaha yang disetujui · Bank dab
Perusahaan Mitra sebagai avalis.
Dengan demikian diharapkan penyerapan kredit kepada
Koperasi Primer untuk Anggota menjadi lebih tinggi. Sehubungan
dengan hal tersebut, diperlukan banyak perusahaan-perusahaan
yang dapat bertindak sebagai mitra petani/kelompok tani dan
sekaligus dapat menjadi penjamin kredit yang disyaratkan oleh ·
perbank.an.
Skim kredit lain yang menarik untuk dikaji lebih jauh adalah
kredit P4K, yang walaupun jumlahnya kecil tetapi tingkat
pengembaliannya sangat tinggi (Tabel 3). Mekanisme petkreditan
ini perlu dipelajari untuk kemungkinan dikembangkan ·m~njadi
salah satu pola kredit yang substainable.

PUSAT PENEi;mAN DAN PENGEMBANGAN 103


Tanaman Pangan dan Hortikultura

Tabel IV.3. Penyaluran dan Pengembalian Kredit P4K


1990/1991 sampai dengan 1995/1996
%Tunggakan %Tunggakan
Penyuluran
Tahun terhadap sisa kredit terhadap realisasi
(Rp.000,-)
rRn.000) kredit CRo.000-)
1990/1991 885.753 0,23 0,84
1991/1992 2.783.941 1,48 0,68
1992/1993 7.393.645 1,52 0,78
1993/1994 20.602,46 1,80 1,31
1994/1995 47.491,58 4,04 2,27
1995/1996 93.~20,02 8,93 2,48
Sumber : Bank Indonesia, 1997

E. Implementasi Alur Penyaluran Kredit untuk Usaha


:Agro estate
Model permukiman transmigrasi agroestate pada
dasarnya merupakan suatu terobosan dalam penyelenggaraan
program transmigrasi. Model ini merupakan pengembangan dari
pola permukiman transmigrasi dengan usaha pokok perkebunan.
Perbedaan diantara keduanya adalah dalam aspek pembiayaan dan
beban kredit. Dalam pola usaha perkebunan transmigran hanya
menanggung kredit komponen kebunnya saja sedangkan biaya-
biaya lain sepenuhnya disubsidi pemerintah. Dalam pola
agroestate transmigran selain harus menanggung beban kredit
untuk komponen kebun juga bangunan rumahnya, disamping
aspek pengelolaannya untuk agroestate dapat diserahkan ke
institusi pelaksana profesional secara kontrak manajemen yang
menangani mulai dari kegiatan pra produksi, produksi dan pasca
produksi. Dalam pihak pola usaha perkebunan transmigran
berperan sebagai produsen yang menjual hasil panennya ke
perusahaan inti.

104 PUSAT PENEL[fJA1')1 DAN.PENGEMJ3ANG,AN


Tanaman Pangan dan Hortikultura- e,

Dari uraian, ·terdahulu jelas terlihat bahwa pola


Agroestate memerlukan beberapa skim kredit yang berbeda yaitu
untuk pembiayaan, pembangunan kebun dan rum.ah serta modal
kerja. Adapun bagan alur kreditnya dapat digambarkan sebagai
berikut:

1. "Kredit investasi" untuk Pembangunan kebun dan rumah


transmigran.

INVESJ',Qk.
SEB:AGA1PENGENIB~"WOAN

,.~
:Kl{PA
{~t:

~~R~ ~t:KARANlJl\t\T ;,
• tRANSMlGll·M>f

PUSAT PENELITIAN.DAN·PENGEMBANGAN 1-05


Tanaman Pangan dan Hortikultura_

2. "Kredit Modal Kerja untuk pengembangan usaha (Kebun dan


'Pekarangan) transmigran.

BANK PELAKSANA

i ,,
~-·-··-·--····················
KOPERASI ~ BADANUSAHA PEMBINA
r

t! Konsultan
i 1 r
Manajemenrl.embaga
. . ·~
1 1Perguri}i;m 'tin$i!LSM/
USAH'A TANI . :Perusa1irum'£Wasta yang
'.fAANSMIGRAN bergeralodalamtbidang
(Kebun & pekarangan) agribisnis.

106 PUSAT PENELITIAN DAN :eENGEMBANGAN


Tanaman Pangan dan Hortikultura"_

BABV
RUMUSAN KRITEIUA, STANDAR DAN PROSEDUR
MODEL PERMUKIMAN. TRANSMIGRASI AGRO ESTATE
UNTUK
USAHA TANAMAN P A:N'GANDAN HORTIKUL TURA

1. Pendahuluan
Titik berat pembangunan transmigrasi pada dasarnya
boleh dimodifikasi sebagai upaya mengoptimalkan pencapaian
sasaran program pembangunan nasional seperti penciptaan
pusat-pusat pertumbuhan ekonomi regional dan pencapaian
kecukupan pangan. Dalam tatanan yang lebih operasional
kebijaksanaan umum pembangunan transmigrasi dewasa ini
lebih difokuskan sebagai pendukung pengembangan wilayah di
Kawasan Timur Indonesia dan membantu 'penanggulangan
kemiskinan serta menyediakan lapangan kerja bagi korban
pemutusan hubungan kerja. Secara khusus kebijaksanaan
transmigrasi lebih diarahkan untuk pengembangan agribisnis,
agroindustri dan usaha-usaha produktif lainnya, serta
peningkatan kualitas sumberdaya manusia efektivitas dan
efesiensi kelembagaarr transmigrasi, dan pemanfaatan IPTEK.
Dalam konteks tersebut, transmigrasi swakarsa
mandiri (TSM) akan semakin relevan disamping transmigrasi
swakarsa berbantuan dan transmigrasi umum. Alasan utama
dalam mendorong arus transmigrasi swakarsa (mandiri dan
berbantuan) adalah untuk mengurangi beban anggaran
pemerintah. Dengan demikian diharapkan akan semakin banyak
warga masyarakat yang bersedia dilibatkan dalani program
transmigrasi atas biaya sendiri. Pertimbangan lainnya adalah
asumsi bahwa program transmigrasi yang sudah berusia hampir

PUSAT .PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 107


Tanaman Pangan dan Hortikultura

satu abad im telah menjadi milik masyarakat, karenannya


mutlak perlu diberikan ruang yang lebih memadai bagi peran
serta masyarakat 'luas khususnya pelaku-pelaku ekonomi
(BUMN/D, Swasta dan Koperasi) terutama dalam ekspansi
usahanya maupun mengaktualisasikan kepeduliannya.
Sinergi antara berbagai pihak yang terkait tersebut
akan menjadi pilar-pilar pembangunan transmigrasi yang
tangguh, dan sekaligus memberikan nilai tambah yang optimal,
apabila dapat diaktualisasikan secara berimbang dan saling
menguntungkan. Terlebih ketika tuntutan terhadap keadilan
dihampir semua aspek kehidupan ini semakin meningkat maka
iklim yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya -berbagai
kesempatan berusaha dan kesempatan kerja perlu diciptakan
serta diperluas.
Pembangunan permukiman transmigrasi model
agroestate merupakan salah satu solusi bagi terwujudnya aliansi
dari berbagai pihak dan unsur dalam menyerasikan dan
memadukan program antar sektor, sekaligus menjawab potensi
pasar yang masih luas untuk produk-produk pertanian baik
komoditas perkebunan, tanaman pangan dan hortikultura.

2. Pengertian
a. Agroestate Transmigrasi (Agroestate ..Trans) merupakan salah
satu model pengembangan Transmigrasi Swakarsa Mandiri
(TSM) yang dirancang sejak awal dengan usaha pokok
pertanian dalam arti luas yang meliputi usaha tanaman
pangan, hortikultura, perikanan dan peternakan,
b. Model Agroestate Transmigrasi (Agro Estate-Trans)
merupakan bentuk pengembangan dari pola perkebunan
lainnya, seperti NES (World bank); PIR-SUS (APBN
Perkebunan) dan P.!R-Trans (sesuai Inpres No. 1tahun1986).

108 PUSAT PENELITIAN D.NN PENGEMBANGAN


Tanaman Pangan dan Hortikultura

c. Agroestate-Trans -dikelola secara Agribisnis dalam bentuk


kerjasama antara Transmigrasi Swakarsa Mandiri (TSM)
sebagai pemilik yang tergabung dalam suatu usaha bersama
atau koperasi dan investor (swasta/BUMN) sebagai
pengembang (developer). Pengelolaan unit· usaha produksi,
pemasaran dan pemasok bibit sarana prodµksi dapat dilakukan
oleh Badan Usaha Pembina (Konsultan manajemen, LSM,
Lembaga Perguruan Tinggi) ..
d. Para peserta/petani calon transmigran dapat berasal dari
daerah sekitarnya dan daerah-daerah lainnya, diutamakan
yang mempunyai kemampuan dalam penyediaan uang muka,
keterampilan teknis dan manajerial serta produktif.
e. Petani peserta/transmigran model Agro Estate-Trans. adalah
mereka yang berasal dari calon transmigran yang telah lulus
seleksi oleh Tim Seleksi berdasarkan peraturan yang berlaku,
layak dan mampu serta mau menerima serta mengembalikan
kredit.

3. Tujuan
a. Meningkatkan kesempatan kerja dan perluasan kesempatan
berusaha di daerah permukiman transmigrasi melalui
kepemilikan kebun dengan jenis komoditas pertanian tertentu
secara kredit.
b. Meningkatkan kemampuan manajerial dan keterampilan
petani peserta dalam pengembangan usaha pokoknya.
c. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan transmigran

--~
peserta khususnya dan pihak-pihak lain yang;,_Jerkait
umumnya.
d. Menunjang program perluasan areal pertanian tanaman
pangan dan hortikultura danjenis usaha lainnya.
e. Menciptakan pemukiman transmigrasi yang layak huni, layak
usaha dan layak berkembang serta mampu membentuk pusat
pertumbuhan wilayah-wilayah baru.

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 109


Tanaman Pangan dan Hortikultura

4. Sasaran
a. Terbentuknya kebun usaha pokok dan rumah beserta lahan
pekarangannya bagi transmigran peserta yang semakin
meluas,
b. Tercapainya pendapatan transmigran peserta minimal
Rp.5.000.000,- sampai dengan Rp.6.000.000,- per kapita per
tahun.
c. Terwujudnya transmigran peserta (petani) yang tangguh dan
mandiri serta struktur perekonomian yang berbasiskan
pertanian modem.

5. Kriteria Lokasi
a. Tipe lahan
Agroestate dengan komoditas hortikultura dapat dikembangkan di
lahan kering, sedangkan komoditas pangan bisa diusahakan di lahan
basah atau lahan kering.
b. Kesesuaian Laban
- Lahan pekarangan minimal S3 (sesuai marginal) untuk
mendukung usaha diversifikasi tanaman pangan dan
hortikultura.
- Lahan untuk jenis usaha pokok sesuai dengan kebutuhan
komoditas yang akan dikembangkan.
c. Status Tanah
Lahan yang diperuntukan bagi permukiman agroestate sudah
dibebaskan dari hak-hak atas tanah dan benda-benda di
atasnya yang ditetapkan dengan Keputusan Gubemur/Kepala
Daerah Tingkat I.
d. Aksesibilitas
Waktu atau jarak tempuh dari pusat kegiatan ekonorni, yaitu
ibu kota kecamatan terdekat lebih kurang 1 sampai dengan 2
jam perjalanan kendaraan bermotor.

110 PUSAT PENELITIAN D.ttN PENGEMB:ANGAN


Tanaman Pangan dan Hortikultura

6. · Standar Permukiman
a. Besar Permukiman; jumlah transmigran dalam satu unit
permukiman minimal I 00 KK.
b. Kebutuhan Ruang dalam Satuan Pemukiman :
- Luas lahan untuk tapak rumah : 500 m2/KK.
- Luas lahan Pekarangan (LPK) : 2.000 m /KK..,
Luas Lahan Kebun Plasma = 1 ha/KK.
- Perusahaan pengembang (developer) tidak mutlak harus
memiliki lahan kebun sebagai inti. Namun demikian
apabila pengembang (developer) merencanakan untuk
mengusahakan komoditas seperti budidaya dan
penanganan pasca panen atas produk tersebut luasan lahan
yang dimiliki tidak lebih dari 20 % dari roral lahan yang
dialokasikan untuk agroestate. ..
c. Fasilitas umum seperti tempat ibadah, puskesmas, sekolah
yang sudah ada di desa-desa sekitar permukiman transmigrasi
agroestate diperbaiki atau ditambah agar bisa dimanfaatkan
transmigran.

d. Jarin'.gan Jalan
Tabel V.l. Standar Jalan
Jenis Jalan DMJ Lebar Lebar Spesifikasi
(m) Jalan/Badan Perkerasan
Jalan (m) Tingkat Awai
(m)
JI. Penghubung 20 7,5/4,5 4,5 Lap is
perkerasan
JL Poros 20 7,5/4,5 4,5 (ap1S
perkerasan
JI. Desa 10 6,513,0 3,0 Perkerasan
dengan sirtu
tebal 10 cm
Jalan Kebun 10 6,5/3,0 - 3,0 Tanah
Laban plasma dipadatkan

PUSAT PENEUTIAN DAN PENGEMBANGAN ll 1


Tanaman Pangan dan Hortikultura

e. Saluran
- Lehar saluran navigasi 20-50 meter dan Lehar saluran primer 15-
20 meter
- Lehar saluran sekunder 4-6 m
- Lehar saluran tersier 1-1,5 m
f. Tata Letak
- Permukiman dibangun mengelompok.
- Jarak rumah dengan lahan usaha pokok (kebun) tidak lebih
dari 1km
- J arak rumah dengan pusat desa tidak lebih dari 3 km.
- Jarak rumah dengan badan jalan minimal 10 m.

7. Kriteria Penyiapan Permukiman


a. Penyiapan Lahan :
~ Lahan Pekarangan (LPK), khususnya untuk tapak rumah
dibersihkan dari tunggul-tunggul, diratakan dan
dipadatkan untuk penempatan bangunannya;
- Lahan pekarangan (LP) dibuka dengan kondisi siap olah
dengan pembajakan;
- Lahan Kebun (KP) dibuka dengan kondisi si~p tanam;
b. Penyiapan Prasarana
Jalan penghubung dan jalan poros dibangun dengan
konstruksi lapen; jalan permukiman konstruksi japat/sirtu;
jalan kebun dibangun dengan konstruksi tanah padat;
- Jembatan diatas jalan penghubung dengan bentang < 12
m dibangun dengan konstruksi permanen/beton; sedang
apabila bentang >= 12 m maka dibuat dengan rangcangan
non standar. Jembatan pores dan jalan desa dengan
bentang < 12m dibuat dari kayu kelas II; sedangkan bila
bentangnya >= 12 m dibuat dengan rancangan non
standar.
- Gorong-gorong dibuat dari kayu kelas I atau beton
bertulang.

112 PUSATtPENELITIAN DAN .PE~GEMBA!.'{CAN


Tanaman Pangan dan Hortikulturq.;
'" ·-'
c. Penyiapan Bangunan
1) Bangunan rumah transmigran adalah Type 36 di atas
. 2
lahan pekarangan seluas 2.500 m, dengan konstruksi
semi permanen/permanen, jika dibangun dengan biaya
dari APBN maka konstruksinya adalah papan, seperti
rumah transmigran, tetapi ditambah dengari lantai semen.
Setiap rumah dilengkapi dengan jambankeluarga.
d. Pengadaan Air Bersih
Di permukiman yang memiliki sumber air tanah dangkal
dibangun sebuah sumur gali untuk setiap 2 - 4 KK.;
Di· permukiman yang tidak memiliki sumber air dangkal,
dibangun sumur bor dalam dilengkapi dengan pompa dan
pipa-distribusi serta bak-bak penampung;
Di daerah pasang surut disediakan gentong plastik/bak
ferrocement/bak penampungan air yang berfungsi
menampung air hujan.

8. Kriteria Caton Transmigran


a. Warga negara RI;
b. Berminat dan sanggup membayar uang muka (Down
Payment);
c. Sanggup dan mampu mengembalikan kredit;
d. Umur 20-50 tahun;
e. Bersedia mentaati ketentuan yang berlaku;
f. Lulus seleksi yang dilaksanakan Tim Seleksi Terpadu
(TST).

9. a. Kriteria Investor Sebagai Developer/Pengemb~.IJ,,.,.,,,


- Perusahaan Pengembang bertindak sebagai pelaksana
pembangunan. e

- Perusahaan pengembang dapat berupa


BUMN/Swasta/Koperasi;
- Menjamin penyediaan input produksi, pembinaan produksi
dan pemasaran hasil sebelum terbentuknya kontrak
manajemen dengan badan usaha pembina.

--...:.
·F~'(_PEN~:J'IhN
. . . ~. _,,....__
....-~ -- . . -=--·.. -- -
DAN PENGEMBANGAN
.ol- ....__
--~ ~
113
~
-- -----· -----
~-------------....
..
-·~ -
-- --
Tanaman Pangan dan Hortikultura

c. Pengelolaan Lingkungan
- Bimbingan teknis pengelolaan lingkungan;
- Penanggulangan kesehatan lingkungan;
Pengendalian hama terpadu;
- Konservasi tanah dan air.- -
d. Rehabilitasi Lingkungan Pemukiman dan sekitamya
- Penanaman pohon di kanan kiri sungai, dan mata air;
- Penanaman pohon di kanan kirijalan poros;
- Peningkatan fasilitas dan sarana yang ada.
e. Kriteria Pembinaan
Masa pembinaan dilaksanakan oleh Departemen --
Transmigrasi dan PPH antara I - 3 tahun. Sertifikat hak
milik atas bangunan, beserta lahan pekarangan dan lahan
kebun (usaha pokok) diserahkan kepada transmigran
setelah kreditnya lunas yang diatur melalui perjanjian
antara transmigran, perusahaan pengembang dan
perbankan, serta diketahui oleh Departemen Transmigrasi
danPPH.

12. Mekanisme Pelaksanaan


a. Departemen Transmigrasi dan PPH mengajukan rencana
kepada Gubernur Tingkat I. Selanjutnya Gubernur diharapkan
segera menetapkan SK pencadangan areal yang sesuai dengan
peruntukan atau RUTRP atau RUTRD Kebupaten;
b. Perusahaan pengembang diwajibkan membuat studi
kelayakan, kemudian memaparkan ke Tim TP2IPT
Deparemen Transmigrasi dan PPH~
c. Perusahaan pengembang membangun fasilitas untuk
permukiman transmigran, rumah beserta lahan pekarangan
dan lahan kebun (usaha pokok).
d. Untuk mendukung dan mendorong pengembangan model
transmigrasi agroestate, Departemen Tranasmigrasi dan PPH

116

__ _;.~ -
b, Pendaftaran, Seleksi -Calon transmigran dan penetapan
transmigran
Pendaftaran dilakukan terhadap anggota rnasyarakat yang
berminat dan berkemampuan- menyediakan uang muka
serta sanggup dan berpotensi membayar/mengembalikan
kredit.
Seleksi dilakukan untuk niendapatkan transmigran peserta
yang telah memenuhi kriteria dan persyaratan yang
ditetapkan.
Penetapan transmigran dilakukan dengan Keputusan yang
ditandatangani oleh Kakanwil Dep. Transmigrasi dan
PPH, dan Perusahaan Pengembang dan pihak Perbankan.
c. Pelatihan; kegiatan ini diarahkan pada aspek manajerial dan
teknis budidaya tanaman pangan .dan hortikultura,
penanganan pasca panen dan pengorganisasian.
d. Penempatan; pengaturan perolehan rumah dan lahan kebun
(usaha pokok) dilakukan berdasarkan urut-urutan pilihan
peminat.

11. Kriteria Proses Pemblnaan


a. Pembinaan Sosial Budaya
- Pembinaan kehidupan beragama dan mental spiritual; ·
- Pelayanan kesehatan serta KB;
- Pembinaan pendidikan;
- Pembinaan ketatalaksanaan desa;
- Pembinaan dan pengembangan
'
lembaga
. kemasyarakatan.
b. Pembinaan Usaha Ekonomi
- Pembinaan dan pengembangan usaha tanaman parigan dan
hortikultura beserta aspek penunjang lainnya;
- Pembinaan dan pengembangan lembaga ekonomi
kerakyatan.

POSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ns


Tanaman Pangan dan Hortikultura

c. Pengelolaan Lingkungan
- Bimbingan teknis pengelolaan lingkungan;
- Penanggulangan kesehatan lingkungan;
- Pengendalian hama terpadu;
- Konservasi tanah dan air.
d. Rehabilitasi Lingkungan Pemukiman dan sekitarnya
- Penanaman pohon di kanan kiri sungai, dan mata air;
- Penanaman pohon di kanan kiri jalan poros;
- Peningkatan fasilitas dan sarana yang ada.
e. Kriteria Pembinaan
Masa pembinaan dilaksanakan oleh Departemen
Transmigrasi dan PPH antara 1 - 3 tahun. Sertifikat hak
milik atas bangunan, beserta lahan pekarangan dan lahan
kebun (usaha pokok) diserahkan kepada transmigran
setelah kreditnya lunas yang diatur melalui perjanjian
·antara transmigran, perusahaan pengembang dan
perbankan, serta diketahui oleh Departemen Transmigrasi
danPPH.

12. Mekanisme Pelaksanaan


a. Departemen Transmigrasi dan PPH mengajukan rencana
kepada Gubemur Tingkat I. Selanjutnya Gubernur diharapkan
segera menetapkan SK pencadangan areal yang sesuai dengan
peruntukan atau RUTRP atau RUTRD Kebupaten;
b. Perusahaan pengembang diwajibkan membuat studi
kelayakan, kemudian memaparkan ke Tim TP2IPT
Deparemen Transrnigrasi dan PPH;
c. Perusahaan pengembang membangun fasilitas untuk
permukiman transmigran, .rumah beserta lahan pekarangan
dan lahan kebun (usaha pokok).
d. Untuk mendukung dan mendorong pengembangan model
transmigrasi agroestate, Departemen Tranasmigrasi dan PPH

116 PUSAT PENELITIAN DAi-J°PENGEMBANGAN


• -" .I ~.
·- ·- . _.T.anaman.Paagafl dan IlPrJik11lt11.r.<L.,

dapat memberikan subsidi guna meringankan beban


transmigran peserta setara dengan sebagian komponen biaya
untuk transmigran umum.
e. Dalam penyiapan areal dilaksanakan kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
- pengurusan hak atas tanah;
- penataan peruntukan lahan;
- pengukuran lahan;
- pengurusan sertifikat hak-hak atas tanah.
f. Dalam penyiapan permukiman dilaksanakan kegiatan-
kegiatan sebagai berikut:
Penyiapan Laban.
• Pembukaan lahan pekarangan dan lahankebun (usaha
pokok);
• Pengkaplingan lahan pekarangan dan lahan kebun
(usaha pokok);
• Supervisi penyiapan lahan.
Penyiapan sarana dan prasarana permukiman
• Pembangunan saluran tata air;
• Pembangunan rumah;
• Pembangunan fasilitas umum, dan fasilitas sosial;
• Pembangunan jalan, jembatari, dan gorong-gorong;
• Pembangunan fasilitas pendukung usaha tanaman
pangan dan hortikultura lainnya, (gudang -saprodi,
penyimpanan hasil produksi);
• Pembangunan instalasi air bersih dan instalasi iistrik;
• Supervisi penyiapan bangunan dan fasilitas lainnya.
g. Dalam penyiapan calon transmigran dilaksanakan kegiatan-
kegiatan sebagai berikut:

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN .117


Tanaman Pangan dan Hortikultura

Identifikasi potensi calon peserta/transmigran;


Penerangan, pendaftaran dan seleksi;
Pelatihan
h. Penetapan Status Transmigran dengan Keputusan Menteri
yang ditandatangani oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen
Transmigrasi.
i. Dalam Pembinaan Pennukiman dilaksanakan kegiatan-
kegiatan sebagai berikut:
Identifikasi kebutuhan pembinaan;
Pemberian bimbingan dan penyuluhan.

13. Pembiayaan
a. Pembukaan Lahan Pekarangan (LPK), lahan usaha pokok
(kebun) dan pembangunan prasarana dan sarana seperti jalan
penghubung, jalan poros/jalan desa, jalan lahan usaha pokok
(kebun), dermaga, saluran primer, sekunder dan sarana
fasilitas umum/fasilitas sosial dibiayai oleh Pemerintah
dengan dana APBN/APBD.
b. Biaya pembangunan lahankebun (usuha pokok) bersumber
dari kredit atas nama transmigran peserta yang dikelola oleh
investor sebagai pengembang dan avalis.
c. Biaya pembangunan rumah bersumber dari kredit perbankan
atas nama transmigran peserta;
d. Avalis pada saat kebun dibangun, adalah pengembang dan
pada saat kebun diusahakan oleh transmigran adalah badan
usaha pembina,
e. Komponen kredit untuk transmigran peserta adalah rumah,
lahanpekarangan, dan kebun (lahan usaha pokok).
f. Tenggang waktu kredit adalah periode sampai lahan usaha
pokok menghasilkan sesuai dengan komoditas tanaman
pangan dan hortikultura yang diusahakan.

118 ;; ~ . . PENGEMBANGAN
PUSAT PENELITIAN DAN ~~ .
. ·- .... _ . ·-· ., ... i:_an.a11J_a1J,l',<!!'G(!IJtfan Hortikul£ur'f •.

g. Disamping. bertindak. sebagai pelaksana pembangunan fisik


kebun, pihak. pengembang juga merupak.an avalis sampai
dengan seluruh kebun.yang dibangun terjual;
h. Harga jual rumah+lahan pekarangan (LPK) dan lahan kebun
(usaha pokok), ditentukan bersama oleh Departemen
Transmigrasi dan PPH, instansi terkait, Bank pelak.sana dan
pengembang sesuai dengan hasil studi kelayak.an yang
disetujui bersama;
i. Untuk menjadi transmigran peserta harus terlebih dahulu
membayar uang muka;
J. Rumah beserta lahan pekarangan dan lahan kebun yang
belum terjual masih menjadi tanggung jawab pihak.
pengembang.
k. Setelah sawah kebun untuk dibangun te~jual, mak.a kredit
yang dibebankan kepada transmigran peserta dikelola oleh
avalis baru, yaitu Badan Usaha Pembina yang disetujui oleh
Departemen Transmigrasi dan PPH, Departemen Koperasi
dan PPK dan Bank pelak.sana serta instansi teknis terkait.

14. Organisasi dan Tatalaksana


a. Organisasi
Proyek Pemukiman Transmigrasi, Model Agro Estate-
Trans untuk usaha Tanaman Pangan dan Hortikultura
diselenggarak.an oleh Departemen Transmigrasi dan -~PH
bersama dengan Pemda dan instansi terkait sesuai dengan
Keppres No. 59 Tahun 1984 tentang Koordinasi
Penyelenggaraan Transmigrasi, dan dalam
pelak.sanaannya dapat dikerjasamakan dengan pelak.u-
pelak.u ekonomi (BUMN, Swasta, Koperasi) yang
profesional.

PUSJ\.TPENELITIAN ·DAN PENGEMBANGAN 119


Tanaman Pangan dan Hortikultura

Rincian instansi/lembaga yang terlibat dalam


penyelenggaraan Proyek Permukiman Transmigrasi Agro
Estate-Trans, adalah sebagai berikut :
• Penyerasian rencana-rencana pembangunan yang
terkait dengan rencana pembangunan pemukiman
transmigrasi model Agro-Estate-Trans merupakan
tanggung jawab BAPPENAS/ BAPPEDA;
• Penyusunan dan pengkoordinasian rencana program
dan proyek penyiapan pemukiman, serta pengerahan
dan pembinaan merupakan tanggung jawab
Departemen Transmigrasi dan PPH;
• Pengaturan, penyediaan dan pemberian hak atas tanah
dalam rangka pelaksanaan proyek merupakan
tanggungjawab Badan Pertanahan Nasional;
• Pelepasan: kawasan hutan untuk proyek merupakan
tanggung jawab Departemen Kehutanan;
• Pembangunan dan pemeliharaan saluran irigasi dan
jalan penghubung yang diperlukan untuk permukiman
transmigrasi merupakan tanggung jawab Departemen
Pekerjaan Umum;

• Penerbitan ijin, pemantapan pengembangan usaha


tanaman pangan dan hortikulturan merupakan
tanggungjawab Departernen Pertanian;
• Pembinaan perkoperasian diperrnukiman transmigrasi
merupakan tanggung jawab Departemen Koperasi;
• Penerbitan ijin dan pemberian kemudahan pemasaran
dan pengolahan hasil merupakan tanggung jawab
Departemen Perdagangan daft Perindustrian;
• Pengaturan penyediaan dan penetapan ketentuan-
ketentuan yang berkaitan dengan pembiayaan proyek

'120 PUSAT PENELITIAN DAN


. . . .. PENGEMBANGAN
.,, .
Tanaman Pangan dan Hortikultura

yang bersumber dari A.PBl:-1 dan dana bantuan luar


negeri merupakan tanggung jawab Departemen
Keuangan;
• Pengaturan, penyediaan dan penetapan ketentuan-
ketentuan pembiayaan proyek yang bersumber dari
kredit merupakan tanggungjawab Bank Indonesia;
• Perijinan dan pemberian fasilitas penanaman modal
yang diperlukan bagi pelaksanaan proyek merupakan
tanggung- jawab Badan Koordinasi Penanaman Modal
(BKPM);
• Kegiatan-kegiatan lain yang mendukung kelancaran
pelaksanaan proyek merupakan tanggung jawab
Departemen/Instansi Teknis terkait sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
b. Tata Laksana
Lahan kebun (usaha pokok) yang .telah dibangun oleh
pengembang, setelah dimiliki oleh transmigran melalui
kredit dapat dikelola secara dikerjasamakan atau kontrak
manajemen (konsultan manajemen, LSM, Lembaga
Perguruan Tinggi) yang profesional.
Pengembalian kredit' diselenggarakan oleh Badan Usaha
Pembina bekerjasama dengan koperasi yang ditunjuk oleh
transmigran dengan se~engetahuan persetujuan pihak-
pihak yang terkait dengan penyelenggaraan program ini.
Pembangunan rumah prasarana dan sarfil!~. ~~silitas
umum, S~B. lahan pekarangan dan lahan lebun (usaha
pokok) dilaksanakan oleh pengembang dengan
persetujuan Dep. Transmigrasi dan PPH. Dalam
pelaksanaan kegiatan tersebut di atas harus diperhatikan
hal-hal sebagai berikut:

PUSAT PENELITIAN DAN·PENGEMBANGAN 121


Tanaman Pangan dan Hortikultura

• Studi dalam rangka penyusunan prosedur standar dan


manual (PSM) serta pengembangan model
pemukiman transmigrasi Agro Estate-Trans
dilaksanakan oleh Dep. Transmigrasr dan PPH dan
atau bekerjasama dengan pihak lain
• Studi dalam rangka penyiapan pemukiman,
pengeraharr -dan pembinaan berdasarkan PSM yang
telah disusun, dilaksanakan oleh Dep. Transmigrasi
dan atau bekerjasama dengan pihak lain.
• Proyek Pemukiman Transmigrasi Model Agro Estate
Trans ditetapkan oleh Menteri Transmigrasi dan PPH
setelah ada status hak yang j elas atas tanah
tersebut/pencadangan areal dengan Keputusan
Gubernur/KDH Tingkat I yang bersangkutan.
• Penyiapan pemukiman serta pengerahan dan
pembinaan merupakan tanggung jawab Dep.
Transmigrasi dan PPH.

15. Tugas dan Tanggung Jawab


Tugas dan tanggung jawab Dep. Transmigrasi dan PPH,
Pemerintah Daerah, Investor selaku pengembangdan transmigran
sebagai peserta diatur sebagai berikut :
a. Dep. Transmigrasi dan PPH :
• Membantu pihak pengembang pada waktu melaksanakan
studi kelayakan dan perencanaan teknis pemukiman
melalui bimbingan teknis, dengan mengacu kepada
standar pemukirnan sesuai dengan jenis komoditas yang
dikembangkan dan sesuai dengan peraturan yang berlaku;
• Menyiapkan dan membangun prasarana jalan
penghubung/poros/ desa, jembatan, pelabuhan ·sederhana
dan bangunan fasilitas umum, fasilitas sosial lainnya
sesuai dengan kondisi lokasi yang akan dikembangkan.

122 PUSJ\T PENELITIAN QAN J.>J;NGEM}JANGAN


Tanaman Pangan dan Hortikultura

• Membantu pihak pengembang dalam rangka


memperlancar pengurusan yang berkaitan dengan
kebijaksanaan peraturan daerah yang berlaku; baik
ditingkat pusat maupun daerah.
• Menyeleksi para calon transmigran sesuai dengan kriteria
yang telah disepakati oleh pihak-pihak yang terkait yang
bergabung dalam Tim Seleksi;
• Menyelenggarakan pengerahan transmigran peserta;
•:• Membina permukiman di bidang sosial, budaya dan
ekonomi,
•:• Membantu menyelesaikan sertifikat hak milik atas
tanah yang meliputi bangunan rumah beserta lahan
pekarangannya dan lahan kebun;
•:• Melakukan pembinaan kepada Badan Usaha Pembina
sebagai pengelola unit usaha dan pelaksana di tingkat
lapang;
•:• Menyediakan dana untuk keperluan yang berkaitan
dengan kegiatan tersebut.
b. Pemerintah Daerah
Menyediakan lahan calon lokasi yang sesuai ditinjau dari
jenis komoditas yang akan diusahakan, daya tampung dan
luasan. -
Mengeluarkan SK Pencadangan Lahan dan membantu
mempercepat penerbitan Hak Pengelolaan Lahan (HPL)
untuk Dep. Transmigrasi dan PPH;
Membantu pihak pengembang dalarri ,. fangka
memperlancar pengurusan yang berkaitan dengan Hak
Guna Usaha (HGU);
Mengkoordinir lembaga-lembaga, instansi/institusi
selama dalam pelaksanaan dan pembinaan;
Menyediakan dana untuk keperluan yang berkaitan
dengan kegiatan tersebut di atas.

PUSAT PENELITIAN DAN·PENGEMBANGAN 123


. Tanaman Pangan dan Hortikultura ·

b. Investor selak:u Pengembangan


Membuat studi kelayak:an dan perencanaan teknis sesuai
dengan jenis komoditas yang ak:an dikembangkan dan
aspek pembinaan sesuai dengan standar yang berlak:u;
Membangun rumah beserta lahan pekarangannya dan
lahan kebun (usaha pokok);
Memasarkan rumah yang sudah siap huni dan lahan kebun
yang telah siap tanam.
Membimbing dan membina para transmigran peserta
dalam meningkatkan produktivitas kerjanya.
Menyiapkan dana untuk keperluan yang terkait dengan
kegiatan tersebut di atas.
c. Transmigran Peserta Mempunyai Hak: dan Kewajiban,
sebagai berikut :
1) Hak::
Memperoleh rumah beserta lahan pekarangannya dan
lahan kebun (usaha pokok) secara kredit;
Memperoleh kredit investasi dan kredit modal kerja
untuk pengembangan usaha pokoknya;
Memperoleh bimbingan teknis, penyuluhan dan
pelatihan;
Memperoleh pembinaan sosial, ekonomi dan budaya;
Memperoleh sertifikat hak: milik atas tanah meliputi
rumah lahan pekarangan, dan lahan kebun (usaha
pokok ).
2) Kewajiban :
Membayar uang muka melalui bank pelaksana. uang
muka yang harus dibayar ditetapkan oleh bank
pelaksana berdasarkan besarnya kredit, termasuk
biaya pembuatan akte jual beli, provisi bank dan
asuransi kebun.
Menandatangani surat perjarljian kerjasama denan
Badan Usaha Pembina sebagai pelak:sana
pengembangan usaha;

124 PUSAT PENELITIAN'DAN P.ENGEMBANGAN


. . .. • . Tana111w1 Ppngan dan Hortikuuura

Menjadi -anggota koperasi pekebun dan


menandatangani perjanjian kredit;
Membayar uang muka untuk rumah beserta lahan
pekarangan dan lahan kebun (usaha pokok); '·
Mengembalikan beban kredit sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan;
Memelihara berbagai sarana dan' prasarana yang
tersedia umumnya dan rumah beserta pekarangan dan
lahan kebun khususnyay
Mentaati semua ketentuan yang berlaku;
Menjaga ketenteraman, dan keamanan pemukiman
serta lingkungan.

16. Pengendalian
Pengendalian pelaksanaan Proyek Pemukiman
Transmirasi Model Agro Estate-Trans dilakukan/diarahkan pada
kelancaran pembangunan transmigrasi yang berwawasan
kebangsaan melalui tiga tingkatan koordinasi :
a. Tingkat Nasional dipimpin oleh Menteri Transmigrasi dan
PPH;
b. Tingkat Propinsi dipimpin oleh Gubernur/KDH Tingkat I;
c. Tingkat Kabupaten 'atau Kotamadya oleh Bupati/Walikota.

17. Pengembangan ,
Pengembangan Model Pemukiman Transmigrasi Agro
Estate-Trans dilakukan melalui pelaksanaan proyek yang
dipantati dan dievaluasi secara berkesinambungan sesuai dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkernbangan
kebijaksanaan pemerintah.

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 125


Tanaman Pangan dan Hortikultura

18. Keadaan Khusus


a. Kebun yang tidak terjual habis tetap menjadi tanggung
jawab pengembang sebagai avalis.
b. Kredit macet; karena transmigran/peserta tidak mampu
membayat beban-bebannya, atau karena harga komoditas
yang diusahakan anjlok di pasaran luar/dalam negeri, perlu
diantisipasi dan diatasi melalui tabungan Sisa Hasil Usaha
(SHU) dan asuransi.

· 19. Penutup
Model Permukiman Transmigrasi Agro Estate merupakan
pengembangan pola perkebunan, yang dikombinasikan dengan
pembangunan perumahan versi KPR-BTN. Model ini akan terns
disempurnakan dan diselaraskan dengan kondisi daerah dan
dinamika masyarakat dari berbagai golongan dan tingkatan
pendapatan kemampuan dan keterampilan khususnya dari aspek
pertaniannya. Pertanian yang modem dan tangguh hanya
mungkin dapat terwujud apabila berbagai iklim yang kondusif
bagi tumbuh dan berkembangnya usaha tersebut tercipta secara
optimal. Untuk itu, beberapa aspek teknis pelaksanaan harus
diperhatikan. Pertama, secara teknis perencanaan, konstruksi
harus dapat dipertanggungjawabkan dengan memperlihatkan
kaidah-kaidah, norma standar, spesifikasi, peraturan-peraturan
sesuai dengan komoditas yang dikembangkan. Kedua, secara
ekonomis harus, memenuhi persyaratan, peraturan-peraturan dan
layak dilaksanakan, yaitu dengan memperhitungkan besamya
kredit pembiayaan yang dapat dijangkau oleh kemampuan para
transmigran serta dapat saling menguntungkan bagi pihak-pihak
yang terkait. Ketiga, secara sosial harus memperhatikan dan
mempedulikan budaya, kemasyarakatan maupun adat istiadat.

126 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANG,AN


Tanaman Pangan dan Hortikultura

B,AB VI
RANG KUMAN

1. Fokus pembangunan transmigrasi pada dasamya terus mengalami


modifikasi. Sebagai indikatornya visi dan orientasi kebijakan
disetiap periode tertentu selalu disesuaikan dan diserasikan
dengan kondisi sosial ekonomi dan politik yang terns
berkembang. Era. globalisasi yang dicirikan oleh derasnya arus
· informasi, menjadikan segala sesuatunya menjadi lebih
transparan. Implikasinya, berbagai sektor pembangunan nasional
yang tengah digalakkan terns· mengalami tantangan yang semakin
kompleks, baik oleh ketersediaan dana yang semakin terbatas
maupun dinamika kehidupan masyarakat yang cenderung semakin
kritis dalam menuntut kesempatan berusaha secara lebih
berkeadilan dan merata.
2. Terpuruknya produk-produk industri dalam negeri. di pasaran
nasional dan internasional sebagai akibat dari terjadinya krisis
moneter yang kemudian diikuti oleh krisis ekonomi, telah
memaksa para pengambil keputusan untuk kembali lebih
mendalami dan menekuni usaha-usaha di sektor pertanian
(produk-produk pertanian), yang temyata terbukti tangguh dalam
menghadapi berbagai gejolak. Bahkan belakangan ini pasar untuk
produk-produk pertanian tersebut justru semakin terbuka luas
dengan tingkat harga yang atraktif.
3. Sejalan dengan kondisi tersebut, pembangunan transm.~ir~Lyang
•. \;; <

pada hakekatnya adalah bagian dari upayaekstensifikasi pertanian


sesungguhnya mempunyai peran yang sangat strategis dan relevan
dalam menangkap berbagai peluang tersebut. Pembangunan
transmigrasi yang salah satunya diimplementasikan melalui pola
usaha perkebunan dan tanaman pangan juga terns mengalami

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 127


Tanaman Pangan dan Hortikultura

penyempurnaan baik melalui paket-paket pertanian dan inovasi


lainnya. 'Dalam hal pengembangan pola usaha perkebunan, salah
satu model yang sedang mendapat pencermatan secara mendalam
adalah agroestate. Model ini dipandang lebih aspiratif dalam
mensinergikan berbagai sumberdaya antar lintas institusi.
4. Konsep agroestate yang dalam implementasinya akan dikaitkan
dengan program transmigrasi ini dikenal dengan sebutan PIR-
Trans Mandiri (Perkebunan inti rakyat untuk transmigrasi
swakarsa-rnandiri), yaitu suatu usaha pertanian rakyat baik untuk
tanaman perkebunan pangan dan hortikultura yang dikelola secara
agribisnis dengan transmigran (TSM) sebagai pemilik lahan usaha
yang tergabung dalam suatu lembaga pengelola (usaha
bersama/Koperasi). Dalam pola tersebut terdapat pula unsur
investor sebagai pengembang serta badan usaha pembina yang
akan. menjalankan fungsi manajemen seperti pemasok sarana
produksi, pengembangan produksi, pengolah hasil dan pemasar.
Investor yang akan bertindak sebagai pengembang membangun
kebun rumah dan infrastruktur lainnya yang nantinya akan dijual
pada transmigran melalui sistem kredit (skim kredit KPR-B1N).
Pengelolaan lahan usaha (kebun) untuk mencapai tingkat produksi
yang optimal dilakukan oleh suatu institusi . sebagai wadah
kepentingan transmigran yang akan membuat keputusan dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan usaha tersebut dengan
persetujuan dan bimbingan pihak-pihak yang terkait (Departemen
Transniigrasi dan PPH, Pengembang, Perbankan dan Departemen
Koperasi dan PPK).
5. Pemikiran tentang pengembangan model permukiman
transmigrasi agroestate pada dasamya merupakan suatu inovasi
baru yang atraktif. Bagi transmigran, akan semakin banyak
pilihan usaha yang dapat disesuaikan dengan pengalaman,
keterampilan dan kemampuannya. Manajemen usaha yang akan
dilakukan oleh badan usaha pembina yang profesional dipandang

128 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGA'N


Tanaman Pangan dan Hortikultura

dapat mengurangi tingkat resiko bagi transmigran. Aspek ini


secara psikologis juga akan memberikan dampak positif bagi
tumbuh berkembangnya pekebun-pekebun baru sebagai pemilik.
Bagi De,Partemen Transmigrasi dan PPH, disamping untuk lebih
meningkatkan partisipasi badan-badan usaha (BUMN/D, Swasta
dan Koperasi) dalam pelaksanaan program transmigrasi, juga
akan mengurangi beban pembiayaan. Sedangkan bagi investor
yang akan bertindak' sebagai pengembang (developer) disamping
dapat memanfaatkan areal-areal cadangan Departemen
Transmigrasi dan PPH (ataupun lahan yang dibebaskan sendiri),
juga akan menerima konstribusi pembiayaan dalam pembangunan
pemukiman ataupun lahan usaha/kebun, dan kemudahan-
kemudahan lainnya dari instansi terkait maupuµ lembaga
perbarikan, karena program ini terkait upaya pemberdayaan
masyarakat yang berdemensi luas, baik ekonomi, sosial dan
politik. Sedang bagi badan usaha pembina (Konsultan
manajemen, LSM, Lembaga Perguruan Tinggi) merupakan suatu
peluang usaha sekaligus wahana pengabdian atau keberpihakan
serta penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi.
6. Pengembangan model pemukiman transmigrasi agroestate pada
dasarnya juga dapat dipandang sebagai jawaban dalam
menumbuhkembangkan dan meluaskan pekebun (petani
transmigran pemilik kebun) yang independen terutama dalam
pengambilan keputusan pengembangan manajemen usaha
pokoknya, sehingga mekanisme perencanaan dan pelaksanaan
usahanya (manajemen usaha) sepenuhnya dapat bernuansa
"bottom-up". Pengembangan agroestate ... ini juga \~ . -
""'' .... merupakan
jawaban atas terpuruknya produk-produk non pertanian di tengah
ketidakpastian ekonomi dewasa ini.
7. Melonjaknya harga dari berbagai produk-produk pertanian
merupakan indikator bahwa komoditas tersebut terbukti tangguh
dan handal dalam menghadapi berbagai krisis. Karenanya secara

PUSA.T PENELl.TIAN _DAf':l Pl!NGEMBANGAN 129


Tanaman Pangan dan Hortlkultura

konsepsional pengembangan model pemukiman transmigrasi


agroestate ini baik untuk tanaman perkebunan pangan dan
hortikultura dapat dikategorikan layak.
8. Implementasi model permukiman agroestate untuk usaha
tanaman perkebunan kakao di Toili Propinsi Sulawesi Tengah
dan kelapa sawit di Bangka Propinsi Sumatera Selatan, masih
menghadapi sejumlah kendala seperti status lahan kondisi
tanaman yang kurang produktif, mekanisme jual-beli yang
kurang transparan Clan hambatan birokrasi yang dicerminkan oleh
kekuranglancaran . dukungan dari berbagai instansi . terkait.
Sesungguhnya kendala-kendala tersebut masih terbatas pada
persoalan teknis dan sangat mungkin dibenahi sepanjang "good
will" dari para. pengambil keputusan yang berkompeten ada,
terlebih apabila disertai niat-niat yang positif dan konstruktif.
9. Potensi pasar untuk berbagai produk-produk pertanian baik untuk
memenuhi permintaan dalam negeri maupun ekspor, pada
dasarnya masih cukup besar, sebagaimana tergambar dari
informasi berikut ini :
a. Komoditas Jagung
Diperkirakan sampai dengan tahun 2005 Indonesia masih akan
terus mengimpor jagung. Bila pada tahun 1995 total produksi
mencapai 6.360.000 ton dengan tingkat pertumbuhan rata-rata
4 persen per tahun, maka pada tahun 2000 masih akan terjadi
defisit sebesar 1.132.000 ton (perkiraan kebutuhan .pada tahun
2.000 sebesar 8.870.000 ton). Selama tahun 1990-1995
volume impor jagun!? Indonesia sebesar 2.952.533 ton setara
dengan US$ 425.813.990 atau rata-rata pertahunnya 492.089
ton setara US$ 70.9p8.998.
b. Komoditas Kedelai
Konsumsi kedelai di Indonesia cenderung meningkat dari
tahun ke tahun sejak tahun 1970. Konfigurasi pasar kedelai ini
dapat dikategorikan untuk penjualan langsung, seperti bibit

130 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


Tanaman Pangan dan Hortikultura:

maupun direbus/digoreng. Sedangkan penggunaan tidak


langsung adalah dipakai untuk industri tahu, tempe, kecap
oncom, makanan temak dan lain-lain. Selama 11 tahun
terakhir rata-rata impor kedelai mencapai 30,2 persen dari
rata-rata nilai impor biji-bijian pangan dengan nilai setara US$
184,2 juta per tahun.
c. Komoditas Pisang
Walaupun terdapat kecenderungan produksi pisang meningkat
rata-rata 6,25 persen per tahun dengan rata-rata tingkat
konsumsi J2 kg per kapita per tahun (1990) menjadi 13 kg
perkapita per tahun (1993) dan 16 kg perkapita per !ahun
( 1996), namun pengembangan komoditas ini lebih diarahkan
untuk diekspor, khususnya ke Jepang, Cina, Hongkong,
Korea, Arab Saudi dan USA.
d. Komoditas Nanas
Komoditas ini juga lebih banyak diarahkan untuk ekspor, baik
dalam bentuk buah segar maupun kalengan, selama periode
1988-1991, ekspor nanas segar mengalami peningkatan yang
cukup fantatis yaitu rata-rata setiap tahunnya 455 persen
' .
sedangkan yang dalam. bentuk kalengan mengalami
peningkatan rata-rata setiap tahunnya 26,8 persen.
e. Komoditas Bawang Merah
Bawang merah merupakan salah satu komoditi prioritas dalam
pengembangan produksi nasional, untuk mendukung ekspor
yang telah dilakukan selama ini. Kecenderungan ekspor ini
meningkat dari tahun ke tahun yang juga diikuti peningkatan
produksi dan konsumsi di dalam negeri.
10. Sejalan dengan adanya potensi permintaan (demand) akan
produk-produk komoditas pertanian tersebut, program
pembangunan transmigrasi pada dasamya dapat dipandang

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 131


Tanaman Pangan dan Hortikultura

sebagai wahana untuk merangkap peluang ekonomi tersebut


karena di dalam program ini terkandung adanya potensi supply
yang bisa diwujudkan berkat tersedianya sumberdaya alam
(lahan) dan manusia serta sumberdaya pendukung lainnya.
11. Guna mendukung aspek pembiayaan usaha pengembangan
agroestate, sumber permodalan secara formal dapat diperoleh
melalui lembaga perbankan maupun non perbankan. Skim kredit
dari lembaga perbankan yang terkait dengan upaya ini
diantaranya ' kredit Koperasi Primer untuk Anggotanya (KKPA),
Kredit Usaha Tani.(KUT), Kredit Koperasi Unit Desa (KKUD)
dan Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Sedangkan yang termasuk
kredit dari leinbaga non perbankan : Dana PEGEL-BUMN,
Modal Ventura dan Dana Modai usaha (DMU).
1 Z. Implementasi pengembangan model pemukiman transmigrasi
agroestate untuk usaha tanaman pangan dan hortikultura
memerlukan suatu pedoman sebagaimana telah dirumuskan
dalam kriteria, standar dan prosedur. Acuan yang akan
mempedomani aspek pemukiman, pengerahan dan penempatan
dan pembinaan masyarakat transmigrasi ini masih memerlukan
sosialisasi disamping untuk menyatukan visi dan persepsi bagi
kalangan pelaksana dan penyelenggara, juga untuk
menumbuhkenibangkan dan meluaskan minat memiliki kebun
yang akan dikelola dengan kaidah-kaidah pertanian modem.

132 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


Tanaman Pangan dan Hortikultura

DAFfARPUSTAKA

1. Badan Ahribisnis Departemen Pertanian, Jakarta., 1998, Informasi


Permodalan menduk.ung Pengembangan Agribisnis,
2. Dit Swakarsa, Ditjen Rahpat Departemen Transmigras, 1990,
Keputusan Menteri Transmigrasi R.I Nomor KEP
124/MEN/1990 tentang Pola Pemuk.iman dan
Pengembangan Usaha Transmigrasi,
3. Puslitbang Departemen Transmigrasidan bekerjsama dengan
Fakultas Pertanian, 1997, Pengembangan Teknologi
Rice Estate,
4. BKPM Tingkat I Sumatera Selatan., 1997. Studi Kelayakan
Perkebunan Kedelai di Sumatera Selatan.
5. PT. Nyiur Subur Tani Sejahktera, 1994. Studi Kelayakan
Pengembangan Budidaya Padi dan Jagung.
6. Dit, Binusek, Ditjen Rahbin Departemen Transmigrasi,1986.
Seperti Studi Kelayakan Pengembangan Lahan Usaha
II dengan Komoditas Kedelai di Kabupaten Musi
Banyuasin Propinsi Sumatera Selatan.
7.Gittinger J. Price, 1986. Analisa Ekonomi Proyek-proyek
Pertanian Ul-Pres Jakarta.
8. Hadiwidjaja dan Rivai Wirasuwarta 1990, Analisis Kredit Penerbit
Pioner J aya, Bandung.
9. Sarono, 1997. Kajian perencanaan pengembangan Agroindustri
Pola PER-Trans Mandiri di Daerah Lampung.
10. W. David Aowney & Steven P. Erickson, 1992. Manajemen
Agribisnis Penerbit Erlangga, Jakarta.

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 133


Tanaman Pangan dan Hontkuhura

Lampiran 1.

PENJELASAN SKIM KREDIT PROGRAM

Kredit Usaha Tani (KUT)


Tujuan : memberdayakan petani dalam rangka mencapai
kembali swasembada pang~. Penerima Kredit : Petani I kelompok
tani malalui anggota Kop/KUD atau LSM ( Kop/KUD dapat
bertindak scbagai pelaksana atau penyalur kredit: LSM bertindak
sebagai penyalur kredit). Sektor Usaha: untuk memenuhi kebutuhan
Modal Kerja Petani, dalam rangka membiayai Usaha Tani
Intensifikasi padi I palawija, dan Hortikultura,. yaitu Pisang, Nanas,
Pepaya, Markisa, Jeruk. Salak, Cabe merah, Bawang merah, Kentang
dan Jahe, Pia/on Kredit: besarnya kredit didasarkan pada kebutuhan
nyata dari Petani dalam rangka intensifikasi yang besarnya ditentukan
setiap tahun oleh Menteri Pertanian selaku kepala Badan pengendali
Bimasluh. Suku Bunga : 14% per tahun (bunga tersebut sudah
tamasuk fee untuk Kop/KUD sebesar 5% dalam hal Kop/KUD
sebagai pelaksana/ Executing Agent ),, atau Kop/KUD i%, kelompok
tani 2% dan PPL 1 % dalam hal Kop!KVP Sebagai
penyalur(Chaneling )). Jangka Waktu : kredit harus dikembalikan
dalam waktu 1 tahun. Jaminan : kelayakan usaha. Bank pelaksana :
Bank Umun. Dasar Ketentuan : SK Bank Indonesia No.
31/24.AIK.EP/DIR, Tgl 7 Mei l998 dan SE. No. 3117/UK Tgl 2 Juli
1998.

Kredit Kepada Koperasi (KKOP) -. .:r:~!rr'r


Tujuan : memenuhi kebutuhan modal kerja dan .. investasi
Kop/KUD serta mendorong pengembangan Kop/KUD dibidang
agrobisnis terutama untuk pengadaan dan distribusi. pangan serta
pembiayaan pasca panen. Penerimaan Kredit : Koperasi/KUD yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan modal kejanya. Sektor
Usaha : a) Pengadaan Padi/palawija, Cengkeh, Pupuk dan

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 134


Tanaman Pangan dan Hortikultura

Hortikultura; b) distribusi Beras, Gula pasir,Minyak goreng dan


Kedelai; c) usaha agribisnis yang secara langsung mendukung
kelancaran usaha anggota Kop/KUD; d) usaha lain untuk memperkuat
usaha sendiri. Plafon Kredit: untuk a) dan b) scbesar maximum Rp.
350 juta rupiah per komoditas. Sedangkan untuk c) dan d) sebesar
'maximum Rp.350juta rupiah per Kop/KUD. Suku Bunga : sebesar
16% per tahun dan tidak bunga berbunga (bunga tersebut termasuk
imbalan sebesar 1 % bagi koperasi sekunder, dalam hal kredit
disalurkan melalui koperasi sekunder). Jangka Waktu: untuk a) dan
b) jangka waktu pengembalian kreditnya maximum selama I tahun.
Sedangkan untuk c) pembiayaan investasi maximum 10 tahun;
pembiayaan modal kerja maximum 1 tahun; dan pembiayaan modal
keja yang terkait dengan investasi maximum 5 tahun. Jaminan:
kelayakan * *'usaha, sesuai dengan pasal 8 UU Perbankan nomor 7
tahun 1992: Bank Pelaksana : Bank Umum, Dasar ketentuan : SK
BankIndoriesia No. 31/441KEP/DIR, Tgl 10 Juni 1998 dan SE.No.
31/5/UK Tgl 10 Juni 1998.

Kredit Kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya ( KKP A )


Tujuan : untuk memenuhi kebutuhan modal kerja dan
investasi bagi usaha anggota koperasi yang produktif disemua sektor
ekonomi. Penerima kredit: kredit ini hanya dapat diberikan kepada
anggota Koperasi Primer melalui Koperasi Primer, Kecuali Koperasi
karyawan 16 % apabila tidak dijaminkan. Jangka Waktu: maksimum
2,5 tahun. Jaminan : kelayakan usaha, sesuai dengan pasal 8 UU
Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan, tabungan beku PJTKI
minimum 10% dari kredit yang ditarik, tabungan wajib TKI minimal
25% dari angsuran hutang setiap bulan. Bank Pelaksana : Bank
Umum Devisa. Dasar Ketentuan SK Direksi BI No.
31/91/K'.EP/DIR,Tgl 9 September 1998 dan SE.No.31/11/UK Tgl 9
September 1998.

135 'PUSA r PENELITIAN·DAN PENGEMBANGAN


Tanaman Pangan dan Hortikultura

KKP A - Bagi Hasil


Tujuan : memenuhi kebutuhan modal kerja dan investasi
nasabah usaha kecil y~g produktif dengan pola bagi basil. Penerima
Kredit : Nasabah Usaha Kecil. Sektor Usaha : Usaha kecil yang
produktif. Pia/on Kredit : maksimum 50 juta. Pembagian
Pendapatan : dalam bentuk Nisbah Bagi Hasil setara dengan 16% per
tahun apabila langsung dan apabila melalui BPRS 30% per tahun.
Jangka waktu :maksimum I tahun untuk modal kerja, dan investasi
15 tahun. Jaminan : Kelayakan Usaha. Bank Pelaksana : Bank
Muamalat Indonesia. Dasar Ketentuan : Petunjuk pelaksanaan dari
Bank Indonesia kepada BMI.

Kredit Pemilikan Rumah Sederhana/Rumah Sangat Sederhana


(KPRS /RSS)
Tujuan : memenuhi kebutuhan rumah dan pemukiman bagi
masyarakat yang berpenghasilan rendah. Penerima Kredit :
masyarakat yang berpenghasilan rendah. Sektor Usaha : perumahan.
Plafon Kredit : sesuai kebutuhan dan kemampuan masyarakat di
masing-masing wilayah, dengan maksimal kredit mengacu kepada
SK. Menperkim ( maksimum Rp. 30 juta ); Suku Bunga : 8,5% per
tahun : untuk KPRSS 11% per tahun, untuk KPRS T.18 dan
T.21:14% per tahun, KPRS T.27 dan T.26. Jangka Waktu :
maksimum 20 tahun. Jaminan : rumah yang dibiayai. ~ank
Pelaksana : Bank Umum. Dasar ketentuan : SK Direksi BI
-··_;; ...:!:i:.!•
No.31/93/KEP/DIR, Tgl 9 September 1998 dan SE. No. ~f.l3/UK
Tgl 9 September 1998. Lain-lain : ketentuan dan persyaratan KPRS
dan KPRSS dibedakan atas 4 wilayah, yaitu wilayah I, II, III, dan
wilayah khusus Batam. Pembagian wilayah didasarkan atas standar
harga,

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 136


Tanaman Pangan dan Hortikultura

Kredit Modal Kerja Bank 'Perkreditan Rakyat I Pembiayaan


Modal Kerj,a BPRS (KMK - BPR I PMKBPRS)
Tujuan : membantu permodalan kepada BPR/BPRS untuk
meningkatkan kemampuannya dalam memberikan kredit kepada
nasabahnya. Penerima Kredit : BPR I BPRS disalurkan kepada
nasabahnya. Sektor Usaha : diutamakan usaha produktif, membuka
kesempatan kerja pada semua sektor ekonomi ( tidak termasuk
pengembangan perumahan dan kantor ). Pia/on Kredit : kepada
nasabahnya maksimum Rp 15 juta. Suku Bunga I bagi hasil : kepada
nasabahnya maksimum 30%. Jangka Waktu : maksimum 1 sampai
dengan 4 tahun. Jaminan : sesuai pasal 8 UU Perbankan nomor 7
tahun ) 992. Bank Pelaksana : BPRJBPRS. Dasar ketentuan : SK
Bank Indonesia No. 31/39/KERIDIR, Tgl 5 Juni 1998 KMK - BPR,
No. 31/64/KEP/DIR, Tgl 13 Juli 1998, SE No. 31/3/UK Tgl 9 Juni
1998, SE. No. 31/8/UK. Tgl 13 Juli 1998. Sektor Usaha : semua
usaha produktif pada semua sektor ekonomi dan belum pemah
mendapat fasilitas kredit Perbankan. Plafon Kredit : Jumlah kredit
yang dapat diberikan disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan
mengembalikan, kredit dengan maksimal kredit sebesar Rp. 50 juta
p~r anggota. Suku Bunga : sebesar 16% per" tahun 'dan tidak bunga
berbunga, bunga tersebut sudah termasuk imbalan sebesar 2% bagi
koperasi primer, apabila bertindak sebagai excecuting agent. Jangka
W,~(ctu : Pengembalian untuk Investasi maksimal 15. -tahun , modal
kerja maksimal 1 tahun, modal kerja tanaman musiman maksimal 1
tahun, modal 'kerja yang terkait dengan investasi maksimal 5 tahun.
Jaminan : Kelayakan usaha , sesuai dengan pasal 8 UU Perbankan
nomor 7 tahun 1992. Bank Pelaksana : Bank Umum. Dasar
ketentuan : SK Bank Indonesia no. 31/45/KEP/DIR, Tgl 10 Juni
1998 dan SE. No. 31/4/UK Tgl 10 Juni 1998.

, 137 PUSAT PENELITlAN DAN ·PENGEMBANGAN


Tanaman Pangan dan Hortikultura

Kredit Kepada Koperasi - Primer untuk Anggotanya Tebu


Rakyat ( KKP A-TR)
Tujuan : untuk membianyai kebutuhan modal Rerja bagi
anggota Koperasi Primer yang membudidayakan tanaman Tebu untuk
meningkatkan usaha dan pendapatan mereka sekaligus
mengembangkan Koperasi. Penerima Kredit : Petani tebu anggota
koperasi primer. Sektor Usaha : tanaman tebu. Pia/on Kredit ;
maksimum 2 hektar dan 3 hektar untuk tegalan yang· besar biaya
perhektar ditentukan oleh Ditjen Prekebunan. Suku Bunga : 16% per
tahun dan tidak bunga berbunga ( bunga tersebut termasuk imhalan
bagi koperasi primer sebesar 2% ). Jangka Waktu :· maksimum 2
tahun. Jaminan : Kelayakan usaha, sesuai dengan pasal 8 UU
Perbankan nomor 7 tahun 1992. Bank Pelaksana,. ' : Bank Umum.
Dasar ketentuan : SK Bank Indonesia No. 31146/K.EP/DIR, Tgl · 10
juni 1998, dan SE. No. 31/6/UK Tgl 10 juni 1998.

KKPA-PIR Trans Kawasan Timur Indonesia (KKP A PIR Trans


KTI)
Tujuan : untuk membiayai usaha perkebunan tanaman keras
yang terkait dengan proyek pemukiman Transmigrasi baru di KTI.
Penerima Kredit : petani plasma di KTI seperti Transmigran, Petani
lokal Perambah hutan anggota Koperasi. Sektor Usaha : perkebunan
tanaman keras yang terkait dengan proyek pemukiman transmigrasi
baru di KTI. Pia/on Kredit : maksimum Rp 50 juta. Suku fll!EK!' :
16%. per tahun. Jangka Waktu : maksimum 3 tahun un~odal
kerja dan maksimum 15 tahun untuk investasi. Jaminan : kelayakan
usaha. Bank Pelaksana : Bank Umum. Dasar Ketentuan : SK Direksi
BI No. 31/92/K.EP/DIR, tgl 9 September 1998 dan SE. No. 31/12/UK
Tgl 9 September 1998.

PUSAT PENELITIAN DAN.PENGEMBANGAN 138


Tanaman Pangan dan Hortikultura

KKP A - Tenaga Kerja Indonesia ( KKP A - TKI)


Tujuan : untuk membantu kebutuhan TKI akan modal kerja
guna membiayai persiapan dan pemberangkatan ke Luar Negeri.
Penerima Kredit : Calon Tenaga Kerja Indonesia ( TKI ) melalui
perusahaan Jasa Pengiriman TKI ( PJTKI ). Sektor Usaha : jasa
J?engiriman tenaga kerja. Plafon Kredit : maksimum Rp. 50 juta.
Suku Bunga : 14% per tahun clalam hal dijaminkan pada lembaga
penjamin kredit dan 16% apa bila dijaminkan. Jangka Waktu :
maksimum 2,5 tahun. Jaminan : kelayakan usaha, sesuai dengan
pasal 8 UU nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan, tabungan beku
PJTKI minimum 10% dari kredit yang ditarik, tabungan wajib TKI
minimal 25% dari angsuran hutang setiap bulan. Bank Pelaksana :
Bank Umum Devisa. Dasar Ketentuan : SK Direksi BI No.
31/91fKEP/DIR, Tgl 9 September 1998 dan SE. No. 31111/UK Tgl 9
September 1998.

Kredit Pengusaba Kecil dan Mikro I Pembiayaan Pengusaba


Kecil dan Mikro (KPKM/PPKM)
Tujuan : mengembangkan usaha kecil dan mikro di semua
sektor ekonomi termasuk perdagangan dan industri' kecil. Penerima
Kredit : pengusaha kecil dan mikro baik individual maupun kelompok
seperti pedagang asongan, pedagang kaki lima, konveksi. Sektor
Usaha : semua sektor ekonomi. Plafon kredit : maksimum Rp. 30 Juta
(untuk kredit investasi maksimum Rp 25 Juta; Kredit Modal Kerja
maksimum Rp 5 Juta ). Suku Bunga : 16% Jangka waktu : untuk
kredit investasi 4 tahun ; Untuk kredit modal kerja 1-2 tahun.
Jaminan : kelayakan usaha . Bank pelaksana : BPRIBPRS/Bank
Umum. Dasar ketentuan : SK Direksi BI No. 31/127/KEPfDIR, Tgl
20 Oktober 1998 dan No. 31/128/KEP/DIR, Tgl 20 Oktober 1998.

139 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


Tanaman Pangan dan Hortikultura

Kredit Penerapan Tebnologi Tepat Guna (KPTTG ) Taskin


Tujuan : meningkatkan kegiatan usaha ekonomi produktif
keluarga-keluarga yang tergabung dalam kelompok Taskin melalui
pemanfaatan tehnologi tepat guna dan pendampingan guna
meningkatkan kesejahteraan keluarga. Penerima Kredit : dapat
diberikan kepada kelompok Taskin, kelompok Taskin yang telah siap
ditingkatkan, mempunyai potensi usaha, keluarga pra sejahtera dan
sejahtera I atau mereka yang pemah memperoleh dana KUKESRA,
IDT dan sejenisnya. 'Sektor Usaha : usaha produktif yang
menggunakan tehnologi tepat guna. Pia/on kredit : maksimum
sebesar Rp. 50 Juta per kelompok Taskin, Suku Bunga : 12% per
tahun dan tidak bunga berbunga. Jangka Waktu: untuk modal kerja
maksimum 1 tahun, untuk kredit investasi maksimum 3 tahun. Bank
Pelaksana : BNI dan BRI yang ditunjuk. Lain-lain koordinasi
pembinaan dari Menko Kesra dan Taskin, Dep. Dalam Negeri,
BKKBN dan Depkop. PK dan M.

Kredit Modal Kerja Usaha dan Menengah ( KMK-UKM)


Tujuan : Mendorong pengembangan modal kerja pengusaha
kecil, menengah dan koperasi. Penerima Kredit : koperasi, pengusaha
kecil dan menengah . Sektor Usaha : Distribusi, Simpan Pinjam
Pengadaan bahan baku dan usaha produktif lainnya. Pia/on Kredit :
maksimum Rp 3 milyar. Suku Bunga : 16% per tahun . Jangka
Waktu : ditetapkan 1 tahun. Jaminan : sesuai ketentuan perbankan.
Bank Pelaksana : Bank Persero. Dasar ketentuan : Surat edaran
Menteri Negara Pendayagunaan BUMN-Kepala Badan Pembina
BUMN No. S 396/M.P.BUMN/1998,Tgl 21 Oktober 1998, tentang
Program KMK-UKM.

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 140


Tanaman Pangan dan Hortik..!!ltura

..,-ii ;

Kredit Penerapan Teknologi Produk Unggulan Daerah ( KPT-


PUD)
Tujuan : Mendorong pengembangan modal pengusaha kecil,
menengah dan koperasi untuk meningkatkan produk unggulan di
suatu daerah dengan menerapkan suatu teknologi tertentu, Penerima
Kredit : koperasi, pengusaha kecil dan menengah. Pia/on Kredit :
( indikasi ) Rp. 400 juta. Suku Bunga : 16% per tahun. Jangka
Waktu: ditetapkan l tahun. Jaminan : sesuai ketentuan perbankan.
Bank Pelaksana :. Bank Persero dan BPD. Dasar ketentuan : Surat
Edaran Meneg Pendayagunaan BUMN/K.epala Badan Pembina
BUMN No. S 396/M.P.BUMN11998, Tgl 21 Oktober 1998.

141 PUSAT PENELITJAN DAN PENGEMBANGAN


Tanaman Pangan dan Honikultura

MATRIK SKIM KREDIT PROGIµM


Bank
Peucrima PERSY ARAT Al;! KREIT n.lalcsana
No. Jenls Kredit Kredit Selttor Usaha
Plafon•wn> SukuBnnna Jan•ka Waktu Jami nan
Pctani, Ke!. Scsuai Kelayalcan BankUmum
I. KUT Tani !',~~,~~~i· k""'•tuh•n
14% I tahun u··•;
Pcngadaan Kelayalcan BankUmum
Diatribusi usaha psi s
2. I<KOP Kop/KUD agribisnis JSO jut& 16% I-10th uu
Perbankan
No 7th<n
Usaha Kclayakan BankUmum

3. KKPA
Anggota
Kopcrui
Primer
produktif
so juta 16% . I-IS th
usaha psi
uu
Perbankan
I

No 7th 92.
Usoha BankUmwn
produktif 16%
4. KKPA-TR PeuniTcbu 2-3Ha 1·2 th
pcrdagansan
:.-
Usaha Kclayalcan BankUmum
Trus Produktif usaha psi I
s, KKPA-PIR
TRANS-KT!
Aoggota so juta 16% 3-IS th uu
KopPrimcr Pcrbankan
No 7••00
Usaba jlSI Kelayaklj) Bank umum
pengiriman g Devisa
6. KKPA-TKI ,Calon TK1 TKl SOjuta 4-16% 2,S th uu·
Ullha "''
Perbankan
Nn 7rhQ2
Usaha kecil Kelayabn BM!
Nuabah produktif N"isbah bagi Ullha psi 8
KKPA-Bagi
7,
Hasil
pengusaha so jut& basil 16 % I-IS th uu
kecil 30% Perbankan
No. 7th 92
Masyarabt PCllliliklJI Sesuai SK Ru mah BankUmum
I KPRS/RSS belpengaha RS/RSS l,S-14% 20th
1il1n ~~nA.h ~~~m
Usaha Kclayabn BPR/BPRS
KMK· produlctif Max 30 % usaha psi g
9. BPRIPMK· Nasabah IS juta •tau bagi 1-4 th uu
BPRS basil Perbankan
'"~ 7th 92
Semua scktor BPR: Sjuta 16% Kclayakan BPR/
Pcngwha BPR:l-2th
10. KPKM/PPKM kccil Mikro
ekonomi BU: 30 atau bagi
BU : 4th usaha BPRS/BU
iurta h .. ;1
Ke!. Usaha Kclayalcan BNl,BRI
Tukibn poduktif SO juta 12%. 1-3 th usaha.
II. KPnG
yaogsiap ~8
Koperasi Usaha •·Kelayabn Bank Pcrscro
pengusaha produklif 3 Milyar I th usaha
12. KMK-UKM 16%
kecil clan
-n""'1
Kopensi Produksi Kclayakan Bank Pcrscro
Pengusaha wiagulan 400 jut& 16% 1th usaha danBPD
13. KPT-PUD kecil clan dacrah
meneneah

Pasal 8 Undang - Undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992


Kredit yang diberikan oleh Bank mengandung resiko,
sehingga dalam pelaksanaannya Bank harus memperhatikan asas-asas
perkreditan yang sehat. Untuk mengurangi resiko tersebut, jaminan
pemberian kredit dalam arti keyakinan atas kemampuan dan

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 142


., Tanaman Pangan dan Hortlkultura

kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang


diperjanjikan merupakan faktor penting yang hams diperhatikan oleh
Bank. Untuk memperoleh kenyakinan tersebut, sebelum memberikan
kredit, Bank hams melakukan penilaian yang seksama terhadap
watak, kemampuan, modal agunan dan prospek usaha dari debitur.
Mengingat bahwa agunan menjadi salah satu unsur jaminan
pemberian kredit, maka apabila berdasarkan unsur-unsur lain telah
dapat diperoleh keyakinan atas kemampuan debitur mengembalikan
hutangnya , agunan dapat hanya berupa barang, berupa proyek atau
hak tagih yang dibiayai dengan kredit yang bersangkutan. Tanah yang
kepemilikannya didasarkan pada hukum adat, yaitu tanah yang bukti
kepemilikannya didasarkan pada hukum adat, yaitu tanah yang bukti
kepemilikannya berupa girik, petuk, dan lain-lain yang sejenis dapat
digunakan sebagai agunan . Bank tidak wajib meminta agunan
tambahan berupa barang yang tidak berkaitan langsung dengan obyek
yang dibiayai yang lazim dikenal dengan agunan tambahan.

SKIM KREDIT PROGRAM UNTUK MEMPERKUAT


PEREKONOMIAN RAKYAT
Hari Kebangkitan Ekonomi Rakyat telah dicanangkan oleh
Presiden pada tanggal 17 Oktober 1998 yang lalu. Pencanangan itu
menjadi wujut nyata dari tekad Pemerintah dalam mengemban tugas
pembangunan nasional seperti dipesankan dalam pasal 33 UUD 1945,
yang bertujuan untuk .menghasilkan sebesar-besarnya kemakmuran
bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dalam proses pembangunan ekonomi nasional tersebut
diperlukan peningkatan dari peran aktif dan hasil kegiatan yang
dilakukan oleh sebagian besar pelaku ekonomi, terdiri dari : anggota

·143 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


Tanaman Pangan dan Hortikultura

koperasi, pengusaha kecil dan menengah. Dalam posisinya, mereka


berhak untuk me~peroleh. prioritas dan dukungan, agar
nantinyabukan saja mereka mampu berkembang lebih sejahtera,
namun juga dapat memberi sumbangan lebih konkrit dan lebih
menentukan. Skala dan ciri usaha mereka telah terbukti mampu
menahan gelombang dampak krisis ekonomi yang sedang
berlangsung.
Namun demikian a~ satu faktor yang belum dapat diatasi
dengan efektif, · yaitu penyediaan kebutuhan modal usaha guna
mendukung upaya pengembangan usaha dan investasi, yang cepat dan
mudah diperoleh Pemerintah telah menyadari, bahwa mereka itu
merupakan bagian dari pelaku ekonomi nasional, sehingga pantas
mendapat tempat diposisi sentral dalam proses pembangunan
ekonomi nasional,. Dengan demikian bilamana mereka menjadi kuat,
maka perekonomian rakyat akan kuatpula dan dampaknya akan
terwujut dalam bentuk landasan perekonomian nasional yang lebih
tangguh dan unggul.
Begitula prinsip kerakyatan dan prinsip kemartabatan telah
dikembangkan, dan perlu disusul dengan pengembangan prinsip
kemandirian bagi usaha maupun organisasinya. Dengan berlandaskan
pengembangan perekonomian rakyat, dalam mengatasi krisis ini
upaya pemulihan kegiatan ekonomi adalah prioritasnya. Langkah
yang ditempuh adalah memberdayakan koperasi, pengusaha kecil dan
menengah, dengan salah satunya memperkuat struktur permodalan.
Untuk itu telah dikembangkan sejumlah skim kredit, sebagaimana
tercantum dalam lembar informasi ini. Keragaman macam skim kredit
terkait dengan keragaman usaha dan calon-calon penerima kredit :
anggota koperasi, pengusaha kecil dan menengah. Skim dibuat

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 144


Tanaman Pangan dan Hortikultur«

dengan 'persyaratan lunak, dengan maksud membantu penerima kredit


agar dapat memanfaatkan kredit secara lebih efektif dan efisien
sesuai dengan tingkat usahanya, Keragaman itu diharapkan akan
dapat menjangkau berbagai usaha, yang dalam unggul bagi
tumbuhnya perekonomian rakyat.
Harapan petnerintah agar dengan tersedianya sejumlah skim
kredit yang mungkin masih akan dikembangkan lagi, anggota
koperasi, pengusaha kecil dan menengah secara umum telah memiliki
pilihan, yang dapat membantunya mengembangkan usaha secara
rasional. Untuk itu -bila masyarakat memerlukan dukungan tersebut,
hendaknya permintaan kredit dapat ditujukan langsung ke Bank-Bank
Pelaksana di wilayah pemohon. Perlu diperhatikan bahwa ada
beberapa ·skim kredityang permintaannya harus disalurkan melalui
KUD/ Koperasi/ LSM/ Organisasi lain yang ditunjuk,
Informasi lebih lanjut dapat diperoleh dari Bank-Bank
Pelaksana: Kantor Bank Indonesia baik di pusat maupun di daerah ;
Kantor Wilayah Departemen Koperasi, Pengusaha Kecil dan
Menengah tingkat propinsi serta Kantor Departemen Koperasi,
Pengusaha Kecil dan Menengah Kabupaten I Kodya setempat,

145 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBA'NGA.N'


Tanaman Pangan dan Hontkultur«

Lampiran 2.

ANALISIS USAHATANI TANAMAN JAGUNG


Harga Total
No Uraian Volume Satuan Harga
(Rp)' (Rp)
L BIA YA LANGSUNG
A. Benih 20kg 11.500 230.000
B. Pupuk
150kg 1.000 150.000
- Urea
90kg 1.800 162.000
- TSP
- KCl lOOkg 2.400 240.000
- Kapur 1.000 kg 550 550.000
c. Bahan Kimia
4 kg/l 60.000 240.000
D. Tenaga Kerja
149 hari 7000 1.043.000
II. Biaya Tak Langsung Overhead
Cost dan Manajemen Fee 150.000 150.000
III. Total Biaya 2.765.000
IV. Produksi 4,8 ton 900.000 4.320.000
V. Pendapatan (Keuntungan) Rp. 4.320.000 - Rp. 2.765.000 = Rp. 1.550.000,-
Sumber: Trubus No. 352, Maret 1999

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN f46


Tanaman Pangan dan Hortikultura

Lampian 3.

ANALISIS FINANSIAL

1. Break Event Point (BEP)


a. BEP untuk Volume Produksi
BEP = Rp. 2.765.000= 3,07 Kg
900.000.-
Tiik balik modal tercapai bila produksi jagung 3,07 Kg
b. BEP untuk harga produksi
• .. BEP = Rp. 2.765.000 = 576,4 /Kg
4.800 Kg
=Rp. 576/Kg

2. Rasio Praja Pendapatan (RIC)


RIC = Rp. 4.320.000 = Rp. 1,56
Rp. 2.765.000
Setiap perubahan biaya Rp. 1,00 akan diperoleh penerimaan
Rp. 1,56,-

3. Net Present Value (NPV)


NPV = Rp. 4.320.000 = Rp. 4.114.285,-
(1 +0,025)2
Dengan asumsi bunga Bank 30 % per tahun, penerimaan yang
akan diperoleh 2 (dua) bulan mendatang sebenarnya senilai
Rp. 4.114.285,-

147 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


Tanaman Pangan dan Hortikultura

ANALISIS USAHA TANI TAN AMAN KEDELAI


No. Uraian Volume Satuan Jumlah
I. Biaya Produksi
1.1 Sarana Produksi
a. Benih 50kg 4.500 22.500
b. Kapur 500kg 550 275.000
c. Pupuk
- Urea 50kg 1.000 50.000
-TSP IOOkg 1.800 180.000
-KCI IOOkg 2.400 240.000
d. Pestisida 2 liter 60.000 120.000
e Inokulan 2kg 55.000 110.000
f. Biaya penyemprotan 16HOK 8.000 128.000
g. Biaya pengolahan 300.000
tanah (sewa traktor)
1.2. Biaya manajemen 250.000
Jumlah 1.878.000
II Produksi 1.400 Kg 3.000 4.200.000
III Keuntungan (II-I) 2.322.000
Sumber: Trubus No. 352, Maret 1999

PUSAT·PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 148


Tanaman Pangan dan Hortikultura

Lampiran 4.

ANALISIS FINANSIAL

1. Break Event Point (BEP)


a. BEP untuk Volume Produksi
BEP =;=, Rp. 1.878.000 = 626 Kg
Rp.3.000.-
Tiik balik modal tercapai bila produksi kedelai 626 Kg
b. BEP untuk harga produksi
BEP = Rp. 1.878.000 = Rp. 1.341,4
1.400 Kg
Titik balik modal tercapai bila harga kedelai Rp. 1.341,4,-

2. Rasio Praja Pendapatan (R/C)


RIC = Rp. 4.200.000 = Rp. 2,24
Rp. 1.878.0QO
Setiap perubahan biaya Rp. 1,00 akan diperoleh penerimaan
Rp. 2,24,-

3. Net Present Value (NPV)


NPV = Rp. 4.200.000 = Rp. 4.000.000,-
(1 +0,025)2
Dengan asumsi bunga Bank 30 % per tahun, penerimaan yang
akan diperoleh 2 (dua) bulan mendatang sebenarnya senilai
Rp. 4.000.000,-

}49 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


Tanaman Pangan dan Hortlkultura

ANALISIS USAHATANI BAWANG MERAH


No. Uraian Satuan Harga(Rp) Jumlah
A. Biaya Operasional
1. Sewa lahan/bulan 2/12 4.000.000 670.000
2. Bibit 850kg 15.000 12.750.000
3.Pupuk
- Urea 200kg 1.000 200.000
- SP 36 250kg 1.400 350.000
- Za 150kg 1.300 195.000
- KCI IOOkg 2.000 200.000
4. Pestisida
- Oursban 4 liter 45.000 180.000
- Larvin 8 ons 27.000 216.000
- Vondozeb IO kg 50.000 500.000
(Fungisida)
5. Tenaga Kerja
- Pengolahan 300HKP 7.500 2.250.000
lahan 60HKP 4.000 240.000
- Penanaman 12HKP 4.000 48.000
- Pemupukan lOOHKP . 4.000 400.000
- Penyiangan 60HKP 30HKP 465.000
- Pemungutan 60HKP 240.000
basil 21HKP 21 HKP, 241.000
- Pembersihan 2 orgx 2 bl 240.000 960.000
umbi ~'""':' -
- Pengeringan
- Tenaga kontrak
Total Biaya 20.105.000
B. Penerimaan 7.000 kg 6.000 42.000.000
Produksi kering
C. Keuntungan
Pendapatan Biaya 21.895.000

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 150


Tanaman Pangan dan Hortlkultura

D. Pertimbangan Usaha
1. Break Event Point (BEP)
a. BEP untuk folume produksi
BEP = R.p. 20.105.000
6.000 kg
= 3.335,8 kg
Titik balik modal tercapai bila produksi bawang 3.351 kg
b. BEP untuk harga produksi
BEP = Rp. 20.105.000
7.000 kg .
= Rp. 2.87,1/kg.
2. Rasio Biaya dan Pendapaan (RIC)
RIC = Rp. 42.000.000,-
Rp. 20. l 05.000,-
= Rp. 2.89,-
Setiap penambahan biaya Rp. 1,00 akan diperoleh penerimaan
Rp. 2,10,-
3. Net Present Value (NPV)
NPV = Rp. 42.000.000,- 1
(l+0.025)2
= Rp. 40.000.000,-
Dengan asumsi bunga bank 30 % per tahun, penerimaan yang
akan diperoleh 2 (dua) bulan medatang sebenamya senilai Rp.
40.000.000,-

151 PUSAT.PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


Tanaman Pangan dan Hortlkultura

4. Internal Rate of Return (IRR)


- NPV 1 positif pada tingkat i = 30 %/tahun (2,5 %
bulan) nilai Rp. 40.000.000,-
- NPV2 negatif pada tingkat i2 = 535,2 % tahun (44,6
%/bulan), nilai Rp. 20.086.890,148
IRR = 0.446 + 20.000.000 x (0.446-0.025)
60.086.890, 15
= 0,726
= 871,2 % per tahun

Usaha bertanam bawang merah masih bisa dilakukan bila


tingkat bunga bank di bawah 871,2 % per tahun.
Keterangan :
Swnber dari petani bawang di Desa Kemukten, Kersana,
Brebes
Lama pengusahaan 55 hari hingga 2 bulan
- Harga-harga dihitung pada pertengahan Januari 1999
- Harga produksi dan harga diambil dari rata-rata setiap
musim panen antara kemarau dan hujan.
Satuan luas lahan yang diusahakan 1 (satu) hektar.

Swnber: Majalah Truus No. 352 Edisi Maret 1999.


r

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 152


Tanaman Pangan dan Hortikultura

Lampiran 5.

ANALISIS USAHATANI NANAS


Analisis usahatani tanaman nanas dihitung berdasarkan 2 kali masa
panen selama masa produksi sekitar:2,5 tahun pada lahan usaha
selauas 1 hektar sebagai berikut :

A. Perhitungan Titik Impas ata Break Even Point (BEP)


l. Biaya tetap atau fixed cost (FC)
Sewa tanah 1 ha x 2,5 th x Rp. l.000.000,- Rp. 2.500.000,-
Gudang Rp. 750.000,-
Penyusutan alat-alat Rp. 150.000,-
Rp. 3.400.000,-
2. Biaya tidak tetap atau variabel cost (VC)
a. Tenaga kerja
Pengolahan tanah
108,7 HKP x Rp 7.000/HKP = Rp. 760.900,-
Penyiangan 163,l HKP x Rp. 7.000/HKP Rp. 1.141.700,-
Penggemburan tanah
326, l HKP x Jlp. 7 .000,-IHKP Rp. 2.282.700,-
Penan, pemiliharaan lainnya
1.500 HKP x Rp. 7.000,-/HKP Rp. I 0.500.000,-

b. Tenaga kerja
Bibit 50.000 Bt x Rp40,-.bt = Rp. 2.000.000,-
Urea 1.48~ kg x Rp. l.000/kg Rp. 1.485.000,-
KCL l.080 kg x Rp. 2.500,-/kg Rp. 2.700.000,-
SP 36 l.215x Rp 1.800,-/kg Rp. 2.187.000,-
Pupuk kandang 10.000 kg x Rp.80/kg Rp. 800.000,-
FeS04 60 kg x Rp. 2.400/kg,- Rp. 144.000,-
Zn S04 60 kg x Rp. 2.000,/kg- Rp. 120.000,-
Karbit 5kg x Rp. 2.500,-/kg Rp 12.500,-
Rp. 24.133.800,-
Jumlah biaya (FC +VC) Rp. 27.533.800,-

_153 P,USAT PENELl'.flAN DAN PENqEMBANqAN


Tanaman Pangan dan Hortikultura

3. Penjualan
Produksi buah 80.000 kg x Rp. 750,-/kg Rp. 60.000.000,-
Produksi bibit 180.000 x Rp. 40/kg Rp. 7.200.000,-
Rp. 67.200.000,-

4.. BEP= EC = 340.000 Rp. 5.305.166


1-VC/S 1-24132550
67.200.000

Jadi BEP tercapai pada saat penjualansenilai Rp 5.305.166.


Atau sebesar 7,89 % penjualan yang direncana
Kan.
5. Pemeriksaan
Penjualan • Rp. 5.305.166
Biaya tidak tetap 35,91% dari penjualan Rp. 1.905.166
Pendapatan Margin Rp. 3.400.000
Biaya Tetap Rp. 3.400.000

B. Batas Keselamatan atau margin of Safety (MS}


Pertjualan yan~ djrencanakan - Pertjualan pada rin~k.atBEP x 100 %
Penjualan yang direnccanakan

= 67.200.000 - 5.305.166 x 100 % = 92,10 %


67 .200.000-
Perhitungan margin of sfaety sebesar 92, I0 % artinya nanas penjualan
Nanas lebih besar 92, I 0 .% dari BEP.

C. Masa Pngambilan Modal atau rate of Return on Invesment (ROI)


ROI = Proceed x 100 %
Biaya total
x
= 39.817.450 100 % = 144,62 % .
27.532.550
Kemampuan modal yang diinevstasikan dalam keseluruhan kegiatan
Untuk menghasilkan keuntungan adalah 144,62 % yang berarti setiap
Rp. 1,00 modal rnenghasilkan keuntungan bersih sebesar Rp. l,44
Berdasarkan analisis usaha diatas usahatani nanas layak diusahakan.

Sumber : Diolah dari Eko Haryanto dan Benny Hendrato, penebar


· Swadaya, 1996. ...

PUSAT PENELITIAN'DAN Pl!:NGEMBANGAN 154


Tanaman Pangan dan Hortlkultura

Lampiran 6.

Analisis Usahatani Pisang

I. Tahun Pertama
No. Keziatan Biava fRn)
l. Sewa tanah I ha selama 4 tahun 6.000.000
2. Bibit 1.500 batang 2 Rp. 1.000,- 1.500.000
3. Pengolahan tanah 40 HOK x Rp. 7.000,- 280.000
4. Pembuatan lubang 25 HOK x Rp. 7.000,- 175.000
5. Insektisida dan fungisida 200.000
Pupuk
-~ vrea 300 kg@ Rp. 1.000,- 300.000
TSP l 00 kg@ Rp. 1.800,- 180.000
- KCL 150 kg@ Rp. 2.500,- 375.000
6. Peralatan
- Hard sprayer 2 buah@Rp. 100.000,- 200.000
- Cangkul 3 buah@ Rp. 15.000,- 45.000
- Parang 3 buah@ Rp. 7.500,- 22.500
7. Pemeliharaan
- Penyiangan 15 HOK @ Rp. 7 .000,- 105.000
- Pembumbunan dan penjarangan 10 HOK 70.000
- Pemumpukan 5 HOK 35.000
- Pengendalian hama penyakit 5 HOK 35.000
8. Pemanenan 20 HOK 140.000

Total I 9.662.500

2 Tahun II
No Kegiatan Biaya
ffin)
l. Pupuk
- Urea 300 kg@ Rp. '1:000,- 300.000
- T~P 100 kg@ Rf>. 1.800,- 90.000
- KCL 150 lCg@ Rp. 2.500,- 250.000
Insektisida dan fungisida 200.000
Pemeliharaan
- Penyiangan 10 HOK@Rp. 7.000,- 70.000
- Pembumbunan dan penjarangan l 0 HOK 70.000
- Pemumpukan 5 HOK 35.000
- Pengendalian hama penyakit 5 HOK 35.000
Pemanenan 20 HOK 140.000
Total II 1.190.000

155 P\JSAT PENEI:;ITIAN DAN PENGEMBANGAN


Tanaman Pangan dan Hortlkultura

3. Tahun ke III
No. Keziatan Biava (Rn)
I. Pupuk
- Urea 300 kg@ Rp. 1.000,- 300.000
- TSP 100 kg@ Rp. 1.800,- 90.000
- KCL 150 kg@Rp. 2.500,- 250.000
Insektisida dan fungisida 200.000
Pemeliharaan
- Penyiangan 10 HOK@Rp. 7.000,- 70.000
- Pembumbunan dan penjarangan I 0 HOK 70.000
- Pemumpukan 5 HOK 35.000
- Pengendalian hama penyakit 5 HOK 35.000
Pemanenan 20 HOK 140.000
Total III 1.190.000

3. Tahun ke IV
No. Kegiatan Biava (Rn)
I. Pupuk
- Urea 300 kg@ Rp. 1.000,- 300.000
- TSP 100 kg@ Rp. 1.800,- 90.000
- KCL 150 kg@Rp. 2.500,- 250.000
Insektisida dan fungisida 200.000
Pemeliharaan
- Penyiangan 10 HOK@ Rp. 7 .000,- 70.000
- Pembumbunan dan penjarangan IO HOK 70.000
- Pemumpukan 5 HOK 35.000
- Pengendalian hama penyakit 5 HOK 35.000
Pemanenan 20 HOK 140.000
Total IV 1.190.000
Total biaya yang dikeluarkan adalah:
Rp. 9.662.500 + ( 3 x 1.90.000,-) = Rp. 13.232.500,-

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 156


Tanaman Pangan dan Hortikultura

A. Pendapatan
Panen I akan tiba waktunya setelah sembilan bulan tanam.
Sedangkan Panen berikutnya selang waktu 6 bulan sekali. Selama
4 tahun akan panen sebanyak 6 kali.
Asusmsi tiap panen adalah 1.000 pohon tandan pisang. Adapun
asumsi harga rata-rata di tingkat petani sebesar Rp. 6.500,-
/tandan.
Dengan asumsi diatas, maka pendapatan yang diperoleh :
1.000 x 6 x Rp. 6.500,- = Rp. 39.000.000,-

B. Keuntungan
Keuntungan adalah selesih antara pendapatan dikurangi
pengeluaran
Rp. 39.000.000,- - Rp. 13.323.500,- = Rp. 25.676.500,-

Keuntungan per bulannya sebesar Rp. 534.900,-

157 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


ISBN • 979 • 9236 • 03 • 7

Anda mungkin juga menyukai