Bab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan
PENDAHULUAN
1
Mobilisasi secara tahap demi tahap sangat berguna untuk membantu jalannya
penyembuhan pasien. Secara psikologis mobilisasi akan memberikan kepercayaan
pada pasien bahwa dia mulai merasa sembuh. Perubahan gerakan dan posisi ini
harus diterangkan pada pasien atau keluarga yang menunggui. Pasien dan keluarga
akan dapat mengetahui manfaat mobilisasi, sehingga akan berpartisipasi dalam
pelaksanaan mobilisasi.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian kebutuhan aktivitas.
2. Mengetahui konsep dasar aktivitas.
3. Mengetahui mekanisme pergerakan.
4. Mengetahui mekanisme kontraksi otot rangka.
5. Mengetahui sistem tubuh yang berperan dalam kemampuan beraktivitas.
6. Mengetahui konsep mekanika tubuh.
7. Mengetahui pengertian mobilitas dan imobilitas.
8. Mengetahui gangguan kebutuhan aktivitas.
1.4 Manfaat
1. Bagi pembaca, agar pembaca mengetahui dan memahami konsep kebutuhan
aktivitas serta gangguan kebutuhan aktivitas.
2
2. Bagi penulis, agar penulis mengetahui dan memahami konsep kebutuhan
aktivitas serta gangguan kebutuhan aktivitas.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Fisiologi Pergerakan
a. Sistem Muskuluskeletal
b. Sistem Persarafan
5
2.3 Mekanisme pergerakan
Gerak merupakan pola koordinasi yang sangat kompleks yang melibatkan sistem
muskulo, skeleta, dan saraf. Mekanisme gerak dapat dibedakan menjadi gerak yang
disadari atau volunter dan gerak yang tidak disadari atau involunter atau yang disebut
dengan refleks. Proses gerak yang disadari mekanismenya melalui jalur yang panjang
mulai dari reseptor,saraf sensorik, kemudian dibawa ke otak untuk selanjutnya
diasosiasi menjadi respons yang akan dibawa olehsaraf motorik ke efektor. Perintah
untuk gerakan volunter berasal dari area asosiasi korteks. Gerakan direncanakan di
korteks , basal ganglia, dan di bagian lateral dari hemisfer serebelum kemudian
diperintahkan ke otot melalui jalur kortiskopinal dan kortikobulbaris. Gerakan
diperhalus di serebelum bagian medial dan intermedial.
6
2.4 Mekanisme kontraksi otot rangka
2. Transmisi neuromuskular.
Asetilkolin merupakan neurotrasmiter yang dihasilkan dari vesikel akson
terminal. Adanya depolariasi dan potensial aksi pada akson terminal merangsang
pengeluaran asetilkolin yang kemudian masuk dalam celah sinaps dan
selanjutnya akan ditangkap reseptor pada postsinaps dan menimbulkan potensial
aksi pada serat otot.
3. Eksitasi-kontraksi kouplin.
Salah satu karakteristik jaringan otot adalah kemampuan untuk berkontraksi.
Ketika terjadi stimulus pada serat otot, selanjutnya akan terjadi mekanisme
perubahan filamen-filamen otot seperti aktin, troponin, dan tropomiosin.
Prinsip dasar terjadinya kontraksi adalah adanya hubungan atau ikatan antara
aktin dan miosin, melalui proses pergerakan filamen-filamen tebal dan tipis.
Pergerakan selama kontraksi otot terjadi bila kepala miosin berikatan erat
dengan aktin
Pada saat istirahat, troponin I berikatan erat pada aktin dan tropomiosin
menutupi tempat di mana kepala miosin seharusnya mengikat aktin sehingga kompleks
troponin dan tropomiosin membentuk protein relaksasi yang menghambat interaksi
aktin dan miosin. Terjadinya kontraksi dimulai karena adanya stimulus yang
7
menimbulkan impuls di motor neuron, di mana ujung-ujung akson melepaskan
asetilkolin dan menimbulkan potensial generator pada end-plat. Selanjutnya jika sudah
mencapai ambang letup. Akan berubah menjadi potensial aksi di serat otot dan
menyebar ke seluruh serat otot. Adanya potensial aksi ini menimbulkan retikulum
sarkoplasma melepaskan ion kalsium sehingga muatan ion klasium menjadi lebih tinggi.
Selanjutnya ion kalsium diikat oleh troponin C dan mengakibatkan ikatan troponin I
dengan aktin menjadi terlepas sehingga tropomiosis bergerak dan binding site aktin
menjadi terbuka.
Energi utama untuk proses kontraksi otot adalah adenosin trifosfat ( ATP ) yang
tersimpan dalam otot . ATP lama-kelamaan akan habis sehingga membutuhkan sumber
energi lain diantaranya senyawa kreatin fosfat. ATP mentransfer energi menjadi kreatin.
Kreatin merupakan molekul kecil pada sel otot dari pecahan asam amino. Sumber
energi lain untuk kontraksi otot adalah kreatin fosfat yang merupakan hasil dari ATP
dan kreatin.
1. Tulang
Tulang merupakan organ yang memiliki berbagai fungsi, yaitu fungsi
mekanis untuk membentuk rangka dan tempat melekatnya berbagai otot,
fungsi sebagai tempat penyimpanan mineral khususnya kalsium dan fosfor
yang bisa dilepaskan setup saat susuai kebutuhan, fungsi tempat sumsum
tulang dalam membentuk sel darah, dan fungsi pelindung organ-organ
dalam. Terdapa tiga jenis tulang, yaitu tulang pipih seperti tulang kepala dan
pelvis, tulang kuboid seperti tulang vertebrata dan tulang tarsalia, dan tulang
panjang seperti tulang femur dan tibia. Tulang panjang umumnya berbentuk
lebar pada kedua ujung dan menyempit di tengah. Bagian ujung tulang
panjang dilapisi kartilago dan secara anatomis terdiri dari epifisis, metafisis,
dan diafisis. Epifisis dan metafisis terdapat pada kedua ujung tulang dan
8
terpisah dan lebih elastic pada masa anak-anak serta akan menyatu pada
masa dewasa.
2. Otot
Bagian tubuh yang berperan sebagai alat gerak aktif adalah otot. Otot dapat
berkontraksi dan relaksasi sehingga memungkinkan tubuh bergerak sesuai
keinginan. Otot dihubungkan dengan tulang melalui tendon yang tersusun
oleh jaringan ikat. Tendon yang melekat pada tulang yang tidak berubah
kedudukannya ketika otot berkontraksi disebut origo dan tendon yang
melekat pada tulang yang bergerak ketika otot berkontraksi disebut
insersi.selain berperan dalam proses pergerakan ,otot juga berperan
membentuk poster tubuh dan menghasilkan panas melalui kontraksi otot.
3. Ligamen
Ligamen merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan tulang
.contoh ligamen adalah ligamen yang terdapat pada lutut.ligamen ini
berfungsi sebagai struktur yang menjaga kestabilan.
4. Sendi
Sendi atau artikulasi merupakan tempat pertemuan antara dua atau lebih
ujung tulang dalam kerangka. Struktur ini memungkinkan gerakan antar
segmen dan berbagai derajat pertumbuhan tulang.
Berdasarkan sifat geraknya,sendi dapat dibedakan menjadi sendi mati,
sendi kaku, dan sendi gerak. Pada sendi mati tidak terdapat celah sendi
sehingga tidak dapat digerakkan. Contohnya adalah sendi yang
menghubungkan tulang-tulang tengkorak. Pada sendi kaku, gerakan yang
dapat dihasilkan sangat terbatas.contohnya adalah sendi antara betis dan
tulang kering. Pada sendi gerak atau sendi sinovial, dapat terjadi gerakan
yang bebas.berdasarkan bentuk dan arah gerakannya,sendi gerak dapat
dibedakan menjadi sendi pelana (misalnya persendian pada ibu jari), sendi
peluru ( misalnya persendian antara pangkal paha dan panggul ), sendi
engsel ( misalnya persendian pada siku dan lutut ), sendi putar (misalnya
persendian antara tulang tengkorak dan tulang atlas), sendi geser atau sendi
9
luncur ( misalnya persendian antar tulang penyusun telapak tangan ), serta
sendi ovoid atau elipsoid ( misalnya sendi antara radius dan ulna ).
5. Sistem saraf
Sistem Saraf merupakan sistem yang berfungsi mengatur kerja alat
tubuh, salah satunya adalah alat-alat tubuh yang terdapat pada sistem
muskuloskeletal yang berperan dalam kebutuhan aktivitas. Sistem saraf
terdiri atas sel-sel saraf. Sel saraf merupakan sel yang peka terhadap
rangsang dan mampu mengantarkan rangsang dari bagian tubuh yang satu
kebagian tubuh yang lain. Secara umum sel saraf dapat dibagi menjadi tiga
jenis, yaitu sel saraf sensorik, sel saraf motorik, dan sel saraf konektor.sel
saraf sensorik ( aferen) berfungsi menghantarkan impuls saraf dari indra ke
otak atau medula spinalis. sel saraf motorik ( eferen) berfungsi
menyampaikan impuls dari otak atau medula spinalis ke efektor, yaitu otot
atau kelenjar tubuh.sel saraf konektor (interneuron atau neuron asosiasi )
berfungsi meneruskan rangsang dari sel saraf sensorik ke sel saraf motorik.
Secara umum, impuls yang diterima oleh sel saraf akan diproses oleh sistem
saraf pusat. Sistem saraf pusat ini terdiri atas otak dan medula spinalis.
10
tubuh (body alignment) dan postur, keseimbangan, dan gerakan terkordinasi
(coordinated movement).
1. Kesejajaran Tubuh dan Postur
Kesejajaran tubuh (body alignment) adalah susunan geometric bagian-bagian
tubuh dalam hubungannya dengan bagian-bagian tubuh yang lain. Kesejajaran tubuh
dan postur yang baik akan menempatkan tubuh pada posisi yang dapat
meningkatkan keseimbangan yang optimal dan fungsi tubuh yang maksimal, baik
dalam posisi berdiri, duduk, maupun tidur. Kesejajaran tubuh yang baik dilihat dari
keseimbangan persendian, otot, tendon, dan ligament.Kesejajaran tubuh yang baik
penting untuk meningkatkan fungsi tangan yang baik, mengurangi jumlah energy
yang digunakan dalam mempertahankan keseimbangan, mengurangi kelelahan,
memperluas ekspansi paru, meningkatkan sirkulasi ginjal dan fungsi system
pencernaan. Sedangkan kesejajaran tubuh yang buruk akan dapat mengganggu
penampilan dan memengaruhi kesehatan karena ada beberapa bagian tubuh yang
terbatas kemampuannya. Tugas perawat terkait dengan kesejajaran tubuh adalah
memberikan contoh bagaimana melakukan kebiasaan yang baik pada postur tubuh
menjadi sehat.Selain itu, perawat juga bertugas memberikan kenyamanan pada klien
yang menderita lumpuh atau cacat serta klien yang mengalami komplikasi akibat
kesejajaran tubuh yang kurang baik. Berikut adalah prinsi-prinsip pada kesejajaran
tubuh:
Keseimbangan dapat dipertahankan apabila garis gravitasi (garis imajinasi
vertical yang melalui pusat gravitasi suatu objek) melewati pusat
gravitasi(titik tempat semua masa tubuh terpusat) dan Fondasi Penyokong
(fondasi saat tubuh pada posisi istirahat).
Jika fondasi penyokong lebih luas dan pusat gravitasi lebih rendah,
kestabilan dan keseimbangan akan lebih besar.
Jika garis gravitasi berada di luar pusat fondasi penyokong, energy akan
lebih banyak digunakan untuk mempertahankan keseimbangan.
Fondasi penyokong yang luas dan kesejajaran tubuh yang baik akan
menghemat penggunaan energy dan mencegah kelelahan otot.
Perubahan posisi tubuh akan membantu mencegah ketidaknyamanan otot.
11
Kesejajaran tubuh yang buruk dalam waktu yang lama dapat menimbulkan
nyeri, kelelahan otot, dan kontraktur.
Karena struktur anatomi individu yang berbeda, maka intervensi
keperawatan yang diberikan harus bersifat individual dan sesuai denga
kebutuhan masing-masing.
Dapat memperkuat otot-otot yang lemah dan membantu mencegah kekakuan
otot serta ligament.
2. Keseimbangan
Mekanisme yang berperan dalam mempertahankan keseimbangan dan
postur tubuh yang cukup rumit untuk dipahami. Secara umum, perasaan
seimbang (sense of equlibrium) bergantung pada input informasi yang diterima
dari labirin (telinga bagian dalam), pengelihatan-pengelihatan (input vestibule-
okular), dan dari reseptor otot dan tendon (input vestibulospinalis). Pada
keadaan normal, reseptor keseimbangan di-aparatur vestibular mengirimkan
sinyal meuju otak yang akan mengawali reflek yang dibutuhkan untuk mencegah
mengubah posisi. Sedangkan pada keadaan lain, misalnya pada perubahan posisi
kepala, informasi yang diterima langsung dikirim ke pusat refleks di batang otak
sehingga memungkinkan respons refleks yang lebih cepat guna mempertahankan
keseimbangan tubuh. Selain mekanisme di atas, keseimbangan tubuh juga
dipengaruhi oleh pusat gravitasi, garis gravitasi, dan fondasi penyokong seperti
yangtelah dijelaskan sebelumnya.
12
Factor yang Memengaruhi Kesejajaran Tubuh
1.Pertumbuhan dan Perkembangan
Usia serta perkembangan system muskuluskeletal dan persarafan akan
berpengaruh terhadap postur, proporsi tubuh, masa tubuh, pergerakan, serta
refleks tubuh seseorang. Untuk itu, dalam melakukan pengkajian dan intervensi
keperawatan, perawatan harus memperhatikan aspek tumbuh kembang individu
dan membuat penyesuaian yang dibutuhkan.
2. Kesehatan Fisik
Gangguan pada system muskuluskeletal atau persarafan dapat
menimbulkan dampak yang negative pada pergerakan dan mekanika tubuh
seseorang.Adanya penyakit, trauma, atau kecacatan dapat mengganggu
pergerakan dan struktur tubuh.Karenanya, untuk memberikan intervensi yang
tepat kepada klien, perawat perlu mengkaji respons klien terkait dengan
hambatan mobilitas yang dialaminya.Selain itu, penguatan perilaku juga perlu
diberikan kepada klien guna meningkatkan fungsi kesehatannya.
a. Masalah pada system muskuluskeletal. Penyakit kongenital atau postur
tubuh yang abnormal dapat menghambat pergerakan seseorang. Untuk
itu, perawat perlu melakukan upaya deteksi dini guna mengetahui adanya
masalah pada system musculoskeletal. Disamping itu, perawat juga perlu
memberikan penyuluhan kesehatan, konseling, dan dukungan terkait
dengan program perawat yang sesuai untuk klien, misalnya cara
melakukan aktivitas dan pengaturan posisi yang tepat untuk klien.
b. Masalah pada system saraf. Berbagai gangguan atau penyakit pada
system saraf seperti Parkinson, skleroris multiple, cedera
sereberovaskular, stroke, atau tumor pada system saraf dapat
menyebabkan kelemahan, parlisis spastik, dan flasid pada otot yang
dapat menghambat pergerakan dan mobilitas otot.
13
3.Status Mental
Gangguan mental atau afektif seperti depresi atau stress kronis dapat
memengaruhi keinginan seseorang untuk bergerak. Individu yang mengalami
depresi cenderung tidak antusias dalam mengikuti kegiatan tertentu, bahkan
kehilangan energy untuk melakukan perawatan hingine. Demikian pula halnya
dengan stress yang berkepanjangan, kondisi ini bisa menguras energy sehingga
individu kehilangan semangat untuk beraktivitas.
4.Gaya Hidup
Gaya hidup terkait dengan kebiasaan yang dilakukan individu sehari-
hari. Individu dengan pola hidup yang sehat atau kebiasaan makan yang baik
kemungkinan tidak akan mengalami hambatan dalam pergerakan. Sebaliknya,
individu dengan gaya hidup yang tidak sehat dapat mengalami gangguan
kesehatan dan pada akhirnya akan menghambat pergerakan.
6.Nutrisi
Nutrisi berguna bagi organ tubuh untuk mempertahankan status
kesehatan. Apabila pemenuhan nutrisi tidak adekuat, hal ini bisa menyebabkan
kelelahan dan kelemahan otot yang akan mengakibatkan penurunan aktivitas
atau pergerakan. Sebaliknya, kondisi nutrisi berlebih (misalnya obesitas) dapat
menyebabkan terbatasnya pergerakan tubuh sehingga individu menjadi mudah
lelah.
14
6.Stress
Status emosi seseorang akan berpengaruh terhadap aktivitas tubuhnya.
Perasaan tertekan, cemas, dan depresi dapat menurunkan semangat seseorang
untuk beraktivitas.Kondisi ini ditandai dengan penurunan nafsu makan, perasaan
tidak bergairah, dan akhirnya menyendiri.
7.Factor Sosial
Individu dengan tingkat kesibukan yang tinggi secara tidak langsung
akan sering menggerakkan tubuhnya. Sebaliknya, individu yang jarang
berinteraksi dengan lingkungan sekitar tentu akan lebih sedikit
beraktivitas/menggerakkan tubuhnya.
1. Pengertian Mobilitas
2. Jenis Mobilitas
A. Mobilitas Penuh
15
B.Mobilitas sebagian
Mobilitas seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain adalah sebagai
berikut :
16
dengan perkembangan usia. Anak kecil belum dapat melakukan gerakan-
gerakan yang sulit karena alat geraknya belum berkembang dengan sempurna.
Lansia umumnya sudah tidak dapat bergerak dengan cepat karena fungsi alat
geraknya menurun.
4. Pengertian Imobilitas
5. Jenis Imobilitas
a. Imobilitas fisik
Imobilitas fisik merupakan imobilitas yang disebabkan oleh keterbatasan fisik.
Hal ini dapat disebabkan oleh faktor lingkungan atau kondisi orang tersebut.
Contohnya adalah pasien dengan hemiplegia yang tidak mampu
mempertahankan tekanan didaerah paralisis sehingga tidak dapat mengubah
posisi tubuhnya untuk mengurangi tekanan.
b. Imobilitas Intelektual
Imobilitas Intelektual merupakan Imobilitas yang disebabkan oleh keterbatasan
pengetahuan atau daya pikir, misalnya pada kasus pasien yang menderita
kerusakan otak.
c. Imobilisasi Emosional
Imobilitas Emosional merupakan Imobilitas yang disebabkan oleh perubahan
mendadak dalam menyesuaikan diri, misalnya pada pasien yang setres karena
kehilangan salah satu ekstremitasnya atau kehilangan sesuatu atau seorang yang
dicintai.
d. Imobilitas Sosial
Imobilitas Sosial merupakan Imobilitas ketika seseorang mengalami hambatan
dalam melakukan interaksi sosial sehingga memengaruhi perannya dalam
17
kehidupan sosial. Contoh hambatan itu adalah penyakit yang diderita oleh orang
tersebut.
6. Dampak Imobilitas
18
4. Kekakuan dan nyeri sendi
Imobilisasi dapat menyebabkan jaringan kolagen pada sendi mengalami
ankilosa. Akibatnya , persendian menjadi kaku. Selain itu, imobilisasi
juga menyebabkan tulang mengalami demineralisasi sehingga kalsium
terakumulasi pada sendi.akibatnya, terjadi kekakuan dan nyeri pada
sendi.
1. Status urine
Gravitasi berperan penting dalam proses pengosongan urine. Pada saat
seseorang berdiri, gravitasi membantunya mengosongkan urine dalam
kandung kemih, sedangkan pada saat berbaring gravitasi justru
menghambat pengosongan urine. Oleh sebab itu, orang yang berbaring
dalam jangka waktu yang lama dapat mengalami statis urine (
terhentinya atau terhambatnya aliran urine ) .
2. Retensi urine
Imobilitas mempersulit seseorang untuk melemaskan otot perineum pada
saat berkemih sehingga terjadilah retensi urine. Penurunan tonus otot
kandung kemih akibat imobilisasi juga dapat menghambat kemampuan
untuk mengosongkan kandungan kemih secara tuntas.
3. Batu ginjal
Imobilisasi menyebabkan tubuh mengalami kelebihan kalsium. Hal ini
menyebabkan urine menjadi lebih basa dan garam kalsium mengendap
sehingga terbentuklah batu ginjal.pada posisi berbaring ( horizontal ),
pelvis ginjal yang terisi urine basa dapat menjadi tempat pembentukan
batu ginjal.
4. Infeksi perkemihan
19
Imobilisasi dapat menyebabkan statis urine. Urine yang statis menjadi
media yang baik untuk pertumbuhan bakteri ( umumnya Escherichia coli
). Hal ini didukung pula oleh sifat urine yang basa akibat hiperkalsiuria.
1. Hipotensi ortostatik
Hipotensi ortostatik dapat terjadi karena sistem saraf autonom berkurang
kemampuannya dalam menjaga keseimbanagn suplai darah ke tubuh
pada saat individu bangun dari posisi berbaring dalam waktu lama. Pada
posisi yang tepat dan lama, refleks neurovaskular akan menurun dan
menyebabkan vasokonstriksi. Darah kemudian terkumpul di vena bagian
bawah sehingga aliran darah menurun drastis. Akibatnya, perfusi di otak
20
terganggu sehingga individu dapat menjadi pusing, berkunang-kunang,
bahkan pingsan.
2. Pembentukan trombus
Trombus ( bekuan darah ) dapat terbentuk karena gangguan aliran balik
vena menuju jantung. Imobilisasi dapat menyebabkan penurunan
kontraksi muskular sehingga meningkatkan aliran balik vena dan
terbentuklah trombus.
3. Edema dependen
Penderita imobilisasi sering duduk dengan kaki dan tungkai bawah
terjuntai di kursi. Pada area-area yang menggantung tersebut sering
terjadi edema. Edema ini dapat menghambat aliran balik vena menuju
jantung dan dapat menimbulkan lebih banyak edema.
Imobilisasi dapat menurunkan produk makanan yang dicerna sehingga tubuh tidak
mendapatkan asupan zat gizi yang adekuat. Hal ini dapat menyebabkan keluhan seperti
perut kembung, mual, dan nyeri lambung. Selain itu, salah satu masalah umum yang
ditemui adalah konstipasi yang terjadi karena peristalsis dan motilitas usus menurun.
21
anoksia dan mati, kemudian menimbulkan perlukaan atau ulkus
dekubitus.
Insomnia
Definisi : Gangguan pada kuantitas dan kualitas tidur yang menghambat fungsi.
Batasan Karakteristik
o Bangun terlalu dini
o Gangguan pola tidur
o Gangguan status kesehatan
o Gangguan tidur yang berdampak pada keesokan hari
o Kesulitan memulai tidur
o Kesulitan tidur nyenyak
o Kurang bergaerah
22
o Peningkatan terjadinya kecelakaan
o Menurunkan kualitas hidup
Faktor yang berhubungan :
o Agens farmaseutikal
o Aktivitas fisik harian rata-rta kurang dari yang dianjurkan menurut usia
dan jenis kelamin
o Ansietas
o Berduka
o Defresi
o Ketakutan
o Ketidaknyamanan fisik
o Perubahan hormonal
Pengertian : interupsi jumlah waktu dan kualitas tidur akibat faktor eksterna.
Batasan karakteristik
o Kesulitan jatuh tertidur
o Ketidakpuasan tidur
o Menyatakan tidak merasa cukup istirahat
o Penurunan kemampuan berfungsi
o Perubahan pola tidur normal
o Sering terjaga tanpa jelas penyebabnya
Faktor yang berhubungan
o Gangguan karena pasangan tidur
o Halangan lingkungan (misalnya, bising, pajanan cahaya/ gelap,
suhu/kelembapan,lingkungan yang tidak stabil)
o Imobilisasi
o Kurang privasi
23
Hambatan mobilitas fisik
Pengertian :
Keterbatasan dalam gerakan fisik atau satu atau lebih ekstremitas secara mandiri dan
terarah
Batasan karakteristik
o Dispnea setelah beraktifitas
o Gangguan sikap berjalan
o Gerakan lambat
o Gerakan spastik
o Gerakan tidak terkoordinasi
o Instabilitas postur
o Kesulitan membolak-balik posisi
o keterbatasan rentan gerak
o ketidaknyamanan
o melakukanaktivitas lain sebagai pengganti pergerakan (misal,
meningkatkan perhatian pada aktivitas orang lain, mengendalikan
perilaku, fokus pada aktivitas )
o penurunan kemampuan melakukan keterampilan motorik halus
Faktor yang berhubungan
o Agens farmaseutikal
o Ansietas
o Defresi
o Disuse
o Fisik tidak bugar
o Gangguan fungsi kognitif
o Gangguan metabolisme
o Gangguan muskuloskeletal
o Gangguan neuromuskular
o Gaya hidup kurang gerak
24
Hambatan mobilitas berkusi roda
Batasan karakteristik
o Hambatan kemampuan mengoperasikan kursi roda manual di jalan
menanjak
o Hambatan kemampuan mengoprasikan kursi roda manual di jalan
menurun
o Hambatan kemampuan mengoperasikan kursi roda manual dipermukaan
rata
o Hambatan kemampuan mengoperasikan kursi roda manual dipermukaan
tidak rata
o Hambatan kemampuan mengoperasikan kursi roda manual di tepi jalan
o Hambatan kemampuan mengoperasikan kursi roda otomatis dijalan
menurun
o Hambatan kemampuan mengoperasikan kursi roda otomatis di jalan
menanjak
o Hambatan kemampuan mengoperasikan kursi roda otomatis di
permukaan tidak rata
Faktor yang berhubungan
o Fisik tidak bugar
o Gangguan fungsi kognitif
o Gangguan mood
o Gangguan moskuloskeletal
o Gangguan neuromuskular
o Gangguan pengelihatan
o Kekuatan otot tidak memadai
o Nyeri
o Obesitas
25
Hambatan duduk
Pengertian : keterbatasan kemampuan secara mandiri dan terarah untuk melakukan dan/
mempertahankan posisi istirahat yang disokong oleh bokong dan paha,dengan tubuh
tegak
Batasan karakteristik
o Hambatan kemampuan menyesuaikan posisi salah satu atau kedua
tungkai bawah pada permukaan .
o Hambatan kemampuan untuk gerakan fleksi atau menggerakkan kedua
lutut.
o Hambatan kemampuan untuk mempertahankan batang tubuh dalam
posisi seimbang.
o Hambatan kemampuan untuk menekan batang tubuh dengan berat badan.
26
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran
Dari makalah ini, penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam
penulisan ataupun dalam penyampain materi, sehingga penulis menerima kritik yang
objektif (membangun). Makalah ini juga bertujuan agar pembaca mengetahui dan
memahami konsep kebutuhan aktifitas serta gangguan kebutuhan aktifitas.
27
DAFTAR PUSTAKA
28