Hasil uji tanin dari sampel kulit dankayu batang dengan pereaksi FeCl
3
0,1 %menunjukkan uji positif yaitu warna larutanmenjadi kuning kehijauan untuk kulitbatang dan
cokelat kehijauan untuk kayubatang. Hal ini terjadi karena adanya reaksireduksi. Tanin merupakan
golongansenyawa polifenol, polifenol mampumereduksi besi (III) menjadi besi (II)(Budini, 1980).
Hal ini juga merupakan caraklasik untuk mendeteksi senyawa fenol,
yaitu dengan menambahkan larutanbesi(III) klorida 1% dalam air atau etanolpada larutan cuplikan
menimbulkan warnahijau, merah, ungu, biru atau hitam(Harborne, 1987)
1. Metode Ekstraksi
Proses ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai macam teknik, antara lain:
a. Maserasi
Maserasi adalah cara ekstraksi yang paling sederhana. Bahan simplisia yang dihaluskan
sesuai dengan syarat farmakope (umumnya terpotong-terpotong atau berupa serbuk kasar)
cahaya langsung (mencegah reaksi yang dikatalis cahaya atau perubahan warna) dan dikocok
masing farmakope mencantumkan 4-10 hari. Secara teoritis pada suatu maserasi tidak
cairan pengekstraksi, akan semakin banyak hasil yang diperoleh (Voight, 1995).
b. Perkolasi
Perkolasi dilakukan dalam wadah berbenruk silindris atau kerucut (perkulator) yang
memiliki jalan masuk dan keluar yang sesuai. Bahan pengekstaksi yang dialirkan secara
kontinyu dari atas, akan mengalir turun secara lambat melintasi simplisia yang umumnya
berupa serbuk kasar. Melalui penyegaran bahan pelarut secara kontinyu, akan terjadi proses
maserasi bertahap banyak. Jika pada maserasi sederhana tidak terjadi ekstraksi sempurna dari
simplisia oleh karena akan terjadi keseimbangan kosentrasi antara larutan dalam seldengan
cairan disekelilingnya, maka pada perkolasi melalui simplisia bahan pelarut segar perbedaan
kosentrasi tadi selalu dipertahnkan. Dengan demikian ekstraksi total secara teoritis
dimungkinkan (praktis jumlah bahan yang dapat diekstraksi mencapai 95%) (Voight,1995).
c. Sokletasi
Sokletasi dilakukan dengan cara bahan yang akan diekstraksi diletakkan dalam kantung
ekstraksi (kertas, karton, dan sebagainya) dibagian dalam alat ekstraksi dari gelas yang
bekerja kontinyu (perkulator). Wadah gelas yang mengandung kantung ndiletakkan diantar
labu penyulingan dengan pendingin aliran balik dan dihubungkan dengan labu melalui pipa.
Labu tersebut berisi bahan pelarut yang menguap dan mencapai kedalam pendingin aliran
balik melalui pipet yang berkodensasi didalamnya. Menetes ketas bahan yang diekstraksi dan
menarik keluar bahan yang diekstraksi. Larutan berkumpul didalam wadah gelas dan setelah
mencapai tinggi maksimalnya, secara otomatis dipindahkan kedalam labu. Dengan demikian
zat yang terekstraksi terakumulasi melaui penguapan bahan pelarut murni berikutnya
(Voight, 1995).
Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan
perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan.[1]
Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian
didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan.[1] Zat yang memiliki titik didih lebih rendah
akan menguap lebih dulu.[1]
Metode ini termasuk sebagai unit operasi kimia jenis perpindahan massa.[2] Penerapan proses
ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing komponen akan menguap
pada titik didihnya.[2] Model ideal distilasi didasarkan pada Hukum Raoult dan Hukum
Dalton.[2]
Daftar isi
1 Bagan
2 Sejarah
3 Jenis
o 3.1 Distilasi Sederhana
o 3.2 Distilasi Fraksionisasi
o 3.3 Distilasi Uap
o 3.4 Distilasi Vakum
4 Azeotrop
o 4.1 Efektifitas Distilasi
5 Distilasi Skala Industri
6 Referensi
7 Pranala luar
Bagan
1. wadah air
2. labu distilasi
3. sambungan
4. termometer
5. kondensor
6. aliran masuk air dingin
7. aliran keluar air dingin
8. labu distilat
9. lubang udara
10. tempat keluarnya distilat
13. penangas
14. air penangas
15. larutan zat
16. wadah labu distilat
Sejarah
Distilasi pertama kali ditemukan oleh kimiawan Yunani sekitar abad pertama masehi yang
akhirnya perkembangannya dipicu terutama oleh tingginya permintaan akan spritus.[3]
Hypathia dari Alexandria dipercaya telah menemukan rangkaian alat untuk distilasi dan
Zosimus dari Alexandria-lah yang telah berhasil menggambarkan secara akurat tentang
proses distilasi pada sekitar abad ke-4.[3]
Bentuk modern distilasi pertama kali ditemukan oleh ahli-ahli kimia Islam pada masa
kekhalifahan Abbasiah, terutama oleh Al-Razi pada pemisahan alkohol menjadi senyawa
yang relatif murni melalui alat alembik, bahkan desain ini menjadi semacam inspirasi yang
memungkinkan rancangan distilasi skala mikro, The Hickman Stillhead dapat terwujud.[3]
Tulisan oleh Jabir Ibnu Hayyan (721-815) yang lebih dikenal dengan Ibnu Jabir menyebutkan
tentang uap anggur yang dapat terbakar.[3] Ia juga telah menemukan banyak peralatan dan
proses kimia yang bahkan masih banyak dipakai sampai saat kini.[3] Kemudian teknik
penyulingan diuraikan dengan jelas oleh Al-Kindi (801-873).[3]
Salah satu penerapan terpenting dari metode distilasi adalah pemisahan minyak mentah
menjadi bagian-bagian untuk penggunaan khusus seperti untuk transportasi, pembangkit
listrik, pemanas, dll[1]. Udara didistilasi menjadi komponen-komponen seperti oksigen untuk
penggunaan medis dan helium untuk pengisi balon.[4] Distilasi juga telah digunakan sejak
lama untuk pemekatan alkohol dengan penerapan panas terhadap larutan hasil fermentasi
untuk menghasilkan minuman suling[5].
Jenis
Ada 4 jenis distilasi yang akan dibahas disini, yaitu distilasi sederhana, distilasi fraksionasi,
distilasi uap, dan distilasi vakum.[1] Selain itu ada pula distilasi ekstraktif dan distilasi
azeotropic homogenous, distilasi dengan menggunakan garam berion, distilasi pressure-
swing, serta distilasi reaktif.[1]
Distilasi Sederhana
Pada distilasi sederhana, dasar pemisahannya adalah perbedaan titik didih yang jauh atau
dengan salah satu komponen bersifat volatil[6]. Jika campuran dipanaskan maka komponen
yang titik didihnya lebih rendah akan menguap lebih dulu.[5] Selain perbedaan titik didih,
juga perbedaan kevolatilan, yaitu kecenderungan sebuah substansi untuk menjadi gas[4].
Distilasi ini dilakukan pada tekanan atmosfer.[6] Aplikasi distilasi sederhana digunakan untuk
memisahkan campuran air dan alkohol.[5]
Distilasi Fraksionisasi
Fungsi distilasi fraksionasi adalah memisahkan komponen-komponen cair, dua atau lebih,
dari suatu larutan berdasarkan perbedaan titik didihnya.[5] Distilasi ini juga dapat digunakan
untuk campuran dengan perbedaan titik didih kurang dari 20 °C dan bekerja pada tekanan
atmosfer atau dengan tekanan rendah.[6] Aplikasi dari distilasi jenis ini digunakan pada
industri minyak mentah, untuk memisahkan komponen-komponen dalam minyak mentah[7]
Perbedaan distilasi fraksionasi dan distilasi sederhana adalah adanya kolom fraksionasi.[5] Di
kolom ini terjadi pemanasan secara bertahap dengan suhu yang berbeda-beda pada setiap
platnya[8]. Pemanasan yang berbeda-beda ini bertujuan untuk pemurnian distilat yang lebih
dari plat-plat di bawahnya.[8] Semakin ke atas, semakin tidak volatil cairannya.[8]
Distilasi Uap
Distilasi uap digunakan pada campuran senyawa-senyawa yang memiliki titik didih mencapai
200 °C atau lebih[9]. Distilasi uap dapat menguapkan senyawa-senyawa ini dengan suhu
mendekati 100 °C dalam tekanan atmosfer dengan menggunakan uap atau air mendidih.[9]
Sifat yang fundamental dari distilasi uap adalah dapat mendistilasi campuran senyawa di
bawah titik didih dari masing-masing senyawa campurannya.[10] Selain itu distilasi uap dapat
digunakan untuk campuran yang tidak larut dalam air di semua temperatur, tapi dapat
didistilasi dengan air.[6] Aplikasi dari distilasi uap adalah untuk mengekstrak beberapa produk
alam seperti minyak eucalyptus dari eucalyptus, minyak sitrus dari lemon atau jeruk, dan
untuk ekstraksi minyak parfum dari tumbuhan.[9]
Campuran dipanaskan melalui uap air yang dialirkan ke dalam campuran dan mungkin
ditambah juga dengan pemanasan.[8] Uap dari campuran akan naik ke atas menuju ke
kondensor dan akhirnya masuk ke labu distilat.[8]
Distilasi Vakum
Distilasi vakum biasanya digunakan jika senyawa yang ingin didistilasi tidak stabil, dengan
pengertian dapat terdekomposisi sebelum atau mendekati titik didihnya atau campuran yang
memiliki titik didih di atas 150 °C.[6] Metode distilasi ini tidak dapat digunakan pada pelarut
dengan titik didih yang rendah jika kondensornya menggunakan air dingin, karena komponen
yang menguap tidak dapat dikondensasi oleh air.[6] Untuk mengurangi tekanan digunakan
pompa vakum atau aspirator.[6] Aspirator berfungsi sebagai penurun tekanan pada sistem
distilasi ini.[6]
Azeotrop
Azeotrop adalah campuran dari dua atau lebih komponen yang memiliki titik didih yang
konstan.[8] Azeotrop dapat menjadi gangguan yang menyebabkan hasil distilasi menjadi tidak
maksimal.[8] Komposisi dari azeotrope tetap konstan dalam pemberian atau penambahan
tekanan.[8] Akan tetapi ketika tekanan total berubah, kedua titik didih dan komposisi dari
azeotrop berubah. Sebagai akibatnya, azeotrop bukanlah komponen tetap, yang komposisinya
harus selalu konstan dalam interval suhu dan tekanan, tetapi lebih ke campuran yang
dihasilkan dari saling memengaruhi dalam kekuatan intramolekuler dalam larutan.[8]
Secara teori, hasil distilasi dapat mencapai 100% dengan cara menurunkan tekanan hingga
1/10 tekanan atmosfer.[2] Dapat pula dengan menggunakan distilasi azeotrop yang
menggunakan penambahan pelarut organik dan dua distilasi tambahan, dan dengan
menggunakan penggunaan cornmeal yang dapat menyerap air baik dalam bentuk cair atau
uap pada kolom terakhir.[2] Namun, secara praktek tidak ada distilasi yang mencapai 100%.[1]
Umumnya proses distilasi dalam skala industri dilakukan dalam menara, oleh karena itu unit
proses dari distilasi ini sering disebut sebagai menara distilasi (MD).[2] Menara distilasi
biasanya berukuran 2-5 meter dalam diameter dan tinggi berkisar antara 6-15 meter. Masukan
dari menara distilasi biasanya berupa cair jenuh, yaitu cairan yang dengan berkurang tekanan
sedikit saja sudah akan terbentuk uap dan memiliki dua arus keluaran, arus yang diatas adalah
arus yang lebih volatil (mudah menguap) dan arus bawah yang terdiri dari komponen berat.
Menara distilasi terbagi dalam 2 jenis kategori besar[2]:
1. Menara Distilasi tipe Stagewise, menara ini terdiri dari banyak piringan yang memungkinkan
kesetimbangan terbagi-bagi dalam setiap piringannya, dan
2. Menara Distilasi tipe Continous, yang terdiri dari pengemasan dan kesetimbangan cair-
gasnya terjadi di sepanjangkolom menara.