Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

Penderita bernama Janico Firdaus, usia 17 tahun. Datang ke bagian anesthesi dari
bangsal THT RSUD Raden Mattaher pada tanggal 18 Mei 2011. dari hasil pemeriksaan di
bangsal THT ditegakkan diagnosis Tonsilitis kronis. Pada saat pemeriksaan Pra anesthesi
didapatkan LED meningkat dan termasuk ASA II. Setelah pemeriksaan, direncanakan
akan dilakukan Anesthesi umum. Operasi direncanakan pada tanggal 19 Mei 2011 jam
11.00 WIB dan dilakukan oleh ahli THT dr. Yunaldi, Sp.THT dengan asisten : Mimin,
ahli Anestesi dr. Ade Susanti, Sp.AN dengan asisten : Hamzah.

1
BAB II
KUNJUNGAN PRA ANESTESI

A. IDENTITAS PASIEN
Tanggal : 19 Mei 2011
Nama : Janico Firdaus
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 17 tahun
BB/TB : 65 kg/ 172 cm
Ruang : THT/ I2
Diagnosis : Tonsilitis Kronis
Tindakan : Tonsilektomi

B. HASIL KUNJUNGAN ANESTHESI


ANAMNESIS
● Keluhan Utama :
Os mengeluh sering sakit bila menelan dan ada rasa mengganjal di tenggorokan
disertai demam.
● RPS :
- Pasien datang ke Poli THT Rumah Sakit Umum Raden Mattaher Jambi
dengan Keluhan sakit menelan dan ada rasa mengganjal di tenggorokan
disertai demam. Hal ini dirasakan pasien sejak kecil, tapi 1 tahun belakangan
ini pasien merasakan sakit menelan terus menerus hampir setiap bulan.
- Pasien mengaku belum pernah operasi sebelumnya.
- Riwayat penyakit penyerta :
Pasien mengaku tidak mempunyai riwayat asma, DM, dan hipertensi.
- Riwayat alergi :
Pasien mengaku tidak ada alergi terhadap makanan apapun dan obat-obatan
tertentu.

2
PEMERIKSAAN FISIK:

Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 130 / 70 mmHg
Nadi : 80 x / menit
Suhu : 36,5 º C
Respirasi : 20 x / menit.
Kepala : Normocehapli
Mata : Pupil Isokor Ka=Ki, conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
Malapati : Grade I
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening JVP 5-2 cmH2O
Thorak : Paru : Vesikuler, Ronkhi (-/-), Whezing (-/-)
Jantung : BJ I/II Reguler, Murmur (-), Gallop (-)

Abdomen : Soepel, Bising usus (+), Nyeri tekan (-)


Ekstremitas : Akral hangat, Udema (-)

Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium :
Hasil (16 Mei 2011)
Darah Lengkap Nilai Rujukan Normal
Hb : 14,3 gr/dl 11 – 16,5 gr/dl
Hematokrit : 44.3 % 35 - 50 %
Jumlah Leukosit : 6,7 x 103/µl 3,5 - 10 x 103/µl
Jumlah Eritrosit : 5,48 x 106/µl 3,8 - 5,8 x 103/µl
Jumlah Trombosit : 304 x 103/µl 150 - 400 x 103/µl
LED : 19 L < 10, P < 15

3
CT – BT
CT : 3’ 5 – 8 menit
BT :1’ 1 – 3 menit

Kimia darah
GDS : 121 mg/dl 70 – 140 mg/dl
Ureum : 15 mg/dl 10 – 50 mg/dl
Kreatinin : 0,72 0,6 – 1,20
SGOT : 23,4 µl 0 – 37
SGPT : 21,3 µl 0 – 42
Golongan Darah : O
EKG : Kesan Normal
Ro Foto Thoraks : Pulmo dan besar Cor Normal

RENCANA TINDAKAN ANESTESI :


Diagnosis Pra Bedah : Tonsilitis Kronis
Tindakan bedah : Tonsilektomi
Status ASA : II dengan peningkatan LED non EMG

JENIS / TINDAKAN ANESTHESI :


Anestesi Umum : Intubasi
Premedikasi : Ranitidinin 50 mg, Ondacentron 4 mg, SA 0,5 mg
Induksi : Propofol 130 mg, Pethidin 70 mg
Relaksasi : Rocuronium 30 mg
Pemeliharaan : O2 : N2O → 3 liter/ menit : 3 liter/ menit
Isoflurane → 1-1,5 vol %
Respirasi : Ventilator → Tidal Volume 650 cc
RR : 20 x/i

4
BAB III
ANESTESI

Tanggal : 19 Mei 2011


Nama : Janico Firdaus
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 17 tahun
BB/ TB : 65 kg/ 172 cm
Ruang : THT
Diagnosis : Tonsilitis Kronis
Tindakan : Tonsilektomi

I. KETERANGAN PRABEDAH
1. Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : GCS : E4 M6 V5 → Compos Mentis
TD : 130/70
RR : 20 x /menit
HR : 80 / menit
Suhu :36,5 º C

2. Pemeriksaaaan Penunjang
EKG : Kesan Normal
Foto Thorax : Cor dan Pulmo Normal
Laboraturium :
Darah Lengkap Nilai Rujukan Normal
Hb : 14,3 gr/dl 11 – 16,5 gr/dl
Hematokrit : 44.3 % 35 - 50 %
Jumlah Leukosit : 6,7 x 103/µl 3,5 - 10 x 103/µl
Jumlah Eritrosit : 5,48 x 106/µl 3,8 - 5,8 x 103/µl
Jumlah Trombosit : 304 x 103/µl 150 - 400 x 103/µl

5
LED : 19 L < 10, P < 15
3. Penyakit Penyerta : (-)
4. Status Fisik : ASA II non EMG
5. Pengobatan Prabedah : (-)

II. TINDAKAN ANESTHESI


1. Metode : Anestesi Umum
2. Premedikasi : - Ranitidine 50 mg - Ondasentron 4 mg - SA 0,5 mg

III.ANESTHESI UMUM
a. Induksi : Sempurna
b. Medikasi : - Pethidin 70 mg - Neostigmin 3 mg
- Propofol 130 mg - Nalokson 3 mg
- Atrakurium 30 mg - ketorolac 30 mg
- Tramadol 50 mg
c. Jumlah Cairan
Input : RL : IV : 1000 cc
Output : (-)
Perdarahan : ± 30 cc

IV. KEADAAN PENDERITA SELAMA OPERASI


1. Letak Penderita : Terlentang
2. Intubasi : Oral, ETT no. 7,5
3. Penyulit Intubasi : Malampati 1
4. Penyulit Waktu Anestesi : Tidak Ada
5. Lama Anestesi : ± 45 menit
Jumlah Perdarahan : ± 30 cc

6
MONOTORING PERIOPERATIF :
JAM TD NADI
11.00 130/ 89 mmHg 101 x/i
11.15 119/ 72 mmHg 100 x/i
11.30 134/ 76 mmHg 99 x/i
11.45 119/79 mmHg 100 x/i

V. RUANG PEMULIHAN
1. Masuk Jam : 11.45
2. Keadaan Umum : Kesadaran : CM, GCS : 15
TD : 120/70 mmHg
RR : 18 x/i
HR : 97 x/i
Suhu : 36º c
3. Pernapasan : Baik

Skoring Aderette :
1. Aktifitas :1
2. Pernapasan :2
3. Warna Kulit : 2
4. Sirkulasi :2
5. Kesadaran :2
Jumlah :9
Penyulit : Tidak Ada
Pindah Ruangan: 12.00 WIB ke Bangsal THT

INSTRUKSI ANESTESI :
- Observasi keadaan umum dan Vital sign tiap 15 menit dalam 24 jam

7
- Tidur terlentang tanpa bantal, kepala tidak boleh diangkat dalam 24 jam pertama
- Boleh minum bila bising usus (+), sudah sadar penuh
- Boleh makan jika flatus (+)
- Terapi lain sesuai dengan dr. Yunaldi, Sp.THT

BAB IV
TEORI DAN PEMBAHASAN

8
4.1 Klasifikasi ASA
Klasifikasi ini penting untuk menilai keadaan penderita sebelum operasi :
ASA I : Pasien sehat organik, fisiologik, psikiatrik, biokimia.
ASA II : Pasien dengan penyakit sistemik ringan atau sedang
ASA III : Pasien dengan penyakit sistemik berat hingga aktifitas rutin terbatas.
ASA IV : Pasien dengan penyakit sistemik berat tak dapat melakukan aktifitas rutin
penyakitnya merupakan ancaman kehidupannya setiap saat.
ASA V : Pasien sekarat yang diperkirakan dengan atau tanpa pembedahan
hidupnya tidak akan lebih dari 24 jam.

Pembahasan :
Pasien ini tergolong kepada ASA II, sebab penyakit yang dideritanya merupakan
penyakit sistemik ringan sampai sedang, yang belum begitu menganggu aktifitas
rutinnya. Tetapi bila dibiarkan dapat menjadi buruk dan pada pemeriksaan penunjang
ditemukan peningkatan LED.

4.2 Premedikasi
Premedikasi adalah pemberian obat 1-2 jam sebelum induksi anestesi dilakukan,
dengan tujuan melancarkan induksi, rumatan, dan ketika pasien bangun dari anestesi.
Tujuan Premedikasi sangat beragaman, diantaranya :
- Mengurangi kecemasan dan ketakutan
- Memperlancar induksi dan anesthesia
- Mengurangi sekresi ludah dan broncus
- Meminimalkan jumlah obat anesthetic
- Mengurangi mual dan muntah pada pasca bedah
- Menciptakan amnesia
- Mengurangi isi cairan lambung
- Mengurangi reflek yang membahayakan
Pembahasan :

9
Pada pasien ini diberikan Ranitidine 50 mg, tujuannya adalah untuk mencegah
pneumonitis asam, sebab cairan lambung bersifat asam dengan PH 2,5 dapat
menyebabkan keadaan tersebut. Maka dipilihlah antagonis reseptor H2 histamin.
Pada apsien ini juga diberikan ondacentron 4 mg untuk mengurangi mual dan
muntah pasca pembedahan. Serta diberikan sulfas atrofin 0,50 mg sebagai
antisialogogue untuk mengurangi sekresi ludh dan broncus dengan dosis 0,01-
0,04 mg/kgBB.

4.3 INDUKSI ANESTESI


Induksi anestesia adalah tindakan untuk membuat pasien dari sadar menjadi tidak
sadar, sehingga memungkinkan dimulainya anestesia dan pembedahan. Sebelum
memulai induksi anestesia sebaiknya disiapkan peralatan dan obat-obatan yang
diperlukan, sehingga seandainya terjadi keadaan gawat dapat diatasi dengan lebih
cepatdan lebih baik.
- Scope : Laringoscope dan Stetoscope
- Tubes : Pipa trakea yang diplih sesuai usia
- Airway : Orotracheal airway, untuk menahan lidah pasien saat pasien tidak sadar,
untuk menjaga agar lidah tidak menutup jalan nafas.
- Tape : Plaster untuk memfiksasi orotracheal airway.
- Introducer: Mandrain atau stilet dari kawat untuk memandu agar pipa trakea mudah
untuk dimasukkan.
- Conector : Penyambung antara pipa dan alat anesthesia
- Suction : Penyedot lendir.

Induksi Intravena :
Induksi intravena hendaknya dikerjakan dengan hari-hati, perlahan-lahan, lembut dan
terkendali. Obat induksi bolus disuntikan dengan dalam kecepatan antara 30-60
detik.selama induksi anestesia, pernapasan pasien, nadi, dan tekanan darah harus
diawasi dan selalu diberi oksigen.

4.4 RUMATAN ANESTESI

10
Rumatan anestesi dapat dikerjakan secara intravena, inhalasi dan campuran keduanya.
Rumatan anestesia bertujuan menciptakan keadaan hypnotis, anelgesia cukup dan
relaksasi otot lurik yang baik.

Pembahasan :
Pada pasien ini rumatan anestesi dipilh secara inhalasi, yaitu menggunakan N 2O : O2
dengan 1 :1 dan ditambah isoflurance 1 – 1,5 vol%.

4.5 INTUBASI TRAKEA


Indikasi Intubasi :
- Menjaga jalan nafas dari gangguan apapun.
- Mempermudah ventilasi dan oksigenisasi
- Pencegahan terhadap aspirasi dan regurgitasi

Kesulitan Intubasi :
- Leher pendek berotot
- Mandibula Menonjol
- Maksila menonjol
- Uvula tidak terlihat (malampati 3 atau 4)
- Gerakan sendi temporo mandibula terbatas
- Gerakan vertebra cervical terbatas

Komplikasi Intubasi
Selama Intubasi :
- Trauma gigi geligi
- Laserasi bibir, gusi dan laring
- Merangsang simpatis
- Aspirasi
- Spasme bonchus

Selama Extubasi :

11
- Spasme laring
- Aspirasi Gangguan fonasii
- Edema glottis-subglotis
- Infeksi laring, faring, trakea.

Kriteria Malampati :
Gradasi Pilar Faring Uvula Palatum Mole
1 + + +
2 - + +
3 - - +
4 - - -

Pembahasan :
Pada pasien ini dilakukan intubasi karena intubasi dapat menjaga potensi jalan
nafas oleh sebab apapun. Kelainan anatomi, bedah khusus, bedah posisi khusus,
pembersihan secret jalan nafas, dan lain-lain. Mempermudah ventilasi positif dan
oksigenasi, mencegah terhadap aspirasi dan regurgitasi.

4.6 EKSTUBASI
- Ekstubasi ditunda sampai pasien benar-benar sadar, jika :
- Intubasi kembali akan menemukan kesulitan
- Adanya resiko Aspirasi
- Ekstubasi umumnya dikerjakan pada keadaan anestesi sudah ringan, dengan catatan
tidak akan terjadi spasme laring.
- Sebelum tindakan hendaknya rongga mulut, laring, faring dibersihkan dari sekret
dan cairan.

Pembahasan :
Pada pasien ini ekstubasi dilakukan ketika efek anestesi sudah ringan dan pasien
sudah mulai bernafas spontan. Tidak ditemukan kesulitan saat ekstubasi.
4.7 MEDIKASI
Pada pasien ini medikasi yang dipakai sebagai berikut :
- Petidin

12
Pemberian petidin bertujuan untuk mengurangi rangsang nyeri pada saat
operasi. Dosis dapat diberikan 0,5 mg – 1 mg . pada saat operasi ini diberikan
pethidin 70 mg sesuai berat badan pasien.
- Atrakurium
Termasuk pelumpuh otot nondepolarisasi dengan susunan molekul steroid,
dan bersifat intermediate acting. Dengan dosis awal 0,6 – 1 mg/ kg BB dan
efek samping aktifasi histamine dan hipotensi. Namun baik ginjal dan hepar.
Obat ini bekerja dengan menghalangi asetilcholine menempati reseptornya
dan tidak menyebabkan depolarisasi, sehingga tidak terjadi fasikulasi.
- Atropin
o Atropin memblok asetilkolin endogen maupun eksogen
o Saluran nafas → mengurangi sekret hidung, hidung, mulut, faring dan
bronkus
o Saluran cerna → Antispasmodik ( menghambat peristaltik lambung
dan usus)
o ESO : Mulut kering, gangguan miksi, meteorismus, retensio urin dan
muka merah.
o Dosis Atropin : 0,01-0,04 mg
o Indikasi : Parkinsonisme, antispasmodik, mengurangi sekresi lendir
saluran nafas (rinitis), dan medikasi preanestetik (mengurangi lendir
saluran nafas).
- Neostigimin
Merupakan penawar dari pelumpuh otot. Bekerja pada sambung saraf otot,
mencegah asetilcholine-esterase bekerja, sehingga asetilcholine dapat bekerja.
Dosis yang digunakan adalah 0,04 – 0,08 mg/kgBB. Obat ini bersifat
muskarinik sehingga menyebabkan hipersalivasi , keringatan, bradikardi,
untuk itu pemberiannya harus disertai obat vagolitik yaitu atropin dengan
dosis 0,01-0,04 mg/kgBB.
- Nalokson
Adalah antagonis opoid murni dan bekerja pada reseptor mu, delta, kappa,
dan sigma. Nalokson diberikan untuk melawan depresi nafas pada akhir

13
pembedahan dengan dosis diciccil 1-2 µg/kgBB intravena dan dapat diulang
3-5 menit, sampai ventilasi dianggap baik.
- Ketorolac
Cara kerja ketrolac ialah menghambat sintesis prostaglandin di perifer tanpa
menganngu reseptor opoid di sistem saraf pusat. Ketorolac dapat diberikan
secara oral, im, atau iv. Dosis awal 10- 30 mg dan dapat diulang setiap 4-6jam
sesuia kebutuhan. Untuk pasien normal dosis sehari-hari dapat dibatasi
maksimal 90 mg dan untuk berat < 50kg, manila atau gangguan faal ginjal
dibtasi maksimal 60 mg.
- Tramadol
Adalah analgetik sentral dengan afinitas rendah pada reseptor mu. Dan
kelemahan analgesinya 10-20% dibandingkan morfin. Tramadol dapat
diberikan im atau iv dengan dosis 50-100 mg dn dapat diulang tip 4-6jam.
Dengan dosis maksimal 400 mg perhari.

4.9 PEMBERIAN CAIRAN


BB : 65 kg
M = 2cc/kgBB/jam
= 130 cc/jam
P = 130 cc x 6
= 780 cc/jam
O = 6 x 65 kg
= 390 cc/jam

I =½P+M+O
= 390 + 130 + 390
= 910 cc

II = ¼ P + M + O
= 195 + 130 + 390
= 715 cc/kgBB

14
III = ¼ P + M + O
= 195 + 130 + 390
= 715 cc/kgBB

BAB V
KESIMPULAN

15
Pasien bernama Tn. J didiagnosis ” Tonsilitis kronis”, setelah dilakukan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang didapatkan status II, sebab penyakit yang
dideritanya merupakan penyakit sistemik ringan sampai sedang, yang belum begitu
menganggu aktifitas rutinnya. Tetapi bila dibiarkan dapat menjadi buruk dan pada
pemeriksaan penunjang ditemukan peningkatan LED.
Selama proses berlangsung baik dari proses pre anestesi maupun sampai akhir
proses anestesi berlangsung tidak ditemukan permasalahan berarti. Pre anestesi
dilakukan tanggal 18 Mei 2011. di mulai anestesi pada tanggal 19 Mei 2011 pada pikul
11.00 WIB dan berakhir pada pukul 11.45 WIB diruang operasi no.6 RSUD Raden
Mattaher jambi oleh ahli THT dr. Yunaldi, Sp.THT dengan asisten : Mimin, ahli Anestesi
dr. Ade Susanti, Sp.AN dengan asisten : Hamzah.
Selama operasi baik pada saat premedikasi maupun medikasi selama sampai
proses anestesi selesai tidak ditemukan masalah. Dosis yang diberikan pada saat proses
anestesi sesuai dosis. Efek samping pemberian obat minimal tanpa ada permasalahan
yang berarti. Selama operasi balans cairan pada pasien ini baik. Tidak terjadi
ketidakkeseimbangan cairan yang dapat mengancam keselamatn pasien.
Setelah selesai proses anestesi pasien langsung pindah ke ruang recovery,
kesadaran pasien compos mentis dan tanda vital baik. Aldrette score 9. Pukul 12.00
WIB pasien dipindahkan ke bangsal THT kelas I2. Dapat disimpukan proses anestesi
berlangsung baik tanpa ditemukan komplikasi.

16

Anda mungkin juga menyukai