01 GDL Yunitakart 1374 1 Ktiyuni A PDF
01 GDL Yunitakart 1374 1 Ktiyuni A PDF
DI SUSUN OLEH :
YUNITA KARTIKA CANDRA DEWI
NIM. P.12062
DI SUSUN OLEH:
YUNITA KARTIKA CANDRA DEWI
NIM. P.12062
i
i
i
HALAMAN PENGESAHAN
Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan di : Surakarta
Hari / Tanggal : Selasa, 23 Juni 2015
DEWAN PENGUJI
Mengetahui,
Ketua Program Studi DIII Keperawatan
STIKES Kusuma Husada Surakarta
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
Tulis Ilmiah dengan judul “Penerapan Posisi Miring Kanan dan Miring Kiri
Surakarta”.
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
1. Atiek Murharyati, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Ketua Program studi DIII
2. Meri Oktariani, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Sekretaris Program studi DIII
3. Intan Maharani S Batubara, S.Kep., Ns, selaku dosen pembimbing yang telah
iii
4. Fakhrudin N.S, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku dosen penguji I yang telah
5. Siti Mardiyah, S.Kep., Ns, selaku dosen penguji II yang telah membimbing
ini.
7. Kedua orangtua serta kakakku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan
9. Sahabat saya windiantika, silvia, diah dan putri yang selalu menemani
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................ 1
A. Tinjauan Teori
1. Stroke Hemoragik
a. Definisi ..................................................................... 7
b. Etiologi ..................................................................... 7
d. Patofisiologi ............................................................. 8
v
f. Komplikasi ............................................................... 11
g. Penatalaksanaan ....................................................... 11
2. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian ................................................................ 12
d. Intervensi .................................................................. 15
3. Dekubitus
a. Definisi ..................................................................... 18
b. Etiologi ..................................................................... 19
c. Patofisiologi ............................................................. 19
e. Klasifikasi................................................................. 20
f. Penatalaksanaan ....................................................... 21
a. Definisi ..................................................................... 22
vi
D. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ......................... 26
B. Pengkajian .............................................................................. 33
D. Perencanaan ............................................................................ 38
E. Implementasi .......................................................................... 41
F. Evaluasi ................................................................................ 43
BAB V PEMBAHASAN
A. Pengkajian .............................................................................. 46
D. Perencanaan ............................................................................ 58
E. Implementasi .......................................................................... 62
F. Evaluasi .................................................................................. 68
A. Kesimpulan ............................................................................. 73
B. Saran ..................................................................................... 77
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 5 Jurnal
x
BAB I
PENDAHULUAN
tanda dan gejalasesuai bagian otak yang terkena. Gejala stroke muncul tanpa
peringatan dan dapat sembuh sempurna, sembuh dengan cacat atau kematian.
Usia adalah salah satu faktor resiko yang paling penting bagi semua
Oxfordshire, selama tahun 1981-1986, tingkat insiden stroke (kasus baru per
tahun) pada kelompok usia 45-54 tahun ialah 57 kasus per 100.000 penduduk
dibandingkan 1987 kasus per 100.000 pada kelompok usia 85 tahun ke atas.
100.000 pada pria dan 201 per 100.000 pada wanita. Di Denmark, insiden
stroke 270 per 100.000 pada pria dan 189 per 100.000 pada wanita
kematian utama pada usia 45 tahun. Prevalensi stroke rata-rata adalah 0,8%,
1
2
tahun 2013 sebanyak 352 orang, 2014 sebanyak 278 orang dan tahun 2015
adalah pinggul, pantat, sendi kaki dan tumit. Sebagai perawat, dampak yang
muncul seperti di atas perlu penanganan segera, apabila tidak segera ditangani
Salah satu dari masalah yang muncul dari penderita stroke adalah
2006).
pasien yang dirawat di rumah sakit menderita dekubitus dan 2,7% peluang
3
Effendi 2011).
subkutan yang rusak atau nekrotik. Ketika dekubitus terjadi maka lama
perawatan dan biaya rumah sakit akan meningkat. Keadaan ini juga harus
segera ditangani dan apabila hal ini diabaikan maka akan memperburuk
dengan cara memberikan posisi miring kanan dan miring kiri setiap 2 jam
yang dapat dilakukan secara rutin. Perubahan posisi sangat berpeluang untuk
4
dengan cara alih baring misalnya posisi terlentang dan posisi head up 30o.
lotion.
menjaga integritas kulit pasien merupakan salah satu aspek terpenting dalam
dengan posisi miring kanan dan miring kiri dapat menjadi suatu alternatif
juga dapat mengoleskan minyak pada kulit serta didukung oleh alat medis
mengurangi tekanan yang terlalu lama dan gaya gesekan pada kulit. Di
dengan pemberian posisi setiap 2 jam sekali. Pemberian posisi miring kanan
dan miring kiri berpeluang untuk mengurangi tekanan dan gaya gesek pada
Dari angka kejadian dan kasus dekubitus pada pasien stroke. Maka
keperawatan dengan judul “Penerapan Posisi Miring Kanan dan Miring Kiri
Moewardi Surakarta”.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
hemoragik.
stroke hemoragik.
hemoragik.
C. Manfaat Penulisan
service.
3. Bagi Penulis
keperawatan kritis.
4. Bagi Klien
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN TEORI
1. StrokeHemoragik
a. Definisi
(Ifran, 2012)
b. Etiologi
arterial kronik.
(Sharif, 2012)
7
8
c. Faktor Resiko
darah otak.
dan infark.
(Rosjidi, 2014)
d. Patofisiologi
nekrosis (infark).
sedikit perubahan pada aliran darah dan baru setelah stenosis cukup
(Hernata, 2013)
e. Manifestasi Klinis
motorik.
tungkai atau salah satu sisi tubuh seperti baal, mati rasa sebelah
4) Gangguan penglihatan.
minuman
(Hernata, 2013)
11
f. Komplikasi
1) Depresi
2) Darah beku
pembekuan.
3) Radang paru-paru/pneumonia
4) Dekubitus
pantat, sendi kaki dan tumit. Bila memar tidak dirawat bisa
(Hernata, 2013)
g. Penatalaksanaan
laboratorium, CT Scan.
12
ditinggikan 30o.
(Nugroho, 2011)
2. Asuhan Keperawatan
(2012) meliputi:
a. Pengkajian
lingkungan.
2) Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
sakit)
maupun tidak)
3) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
b) Pemeriksaan persistem
peristaltik, eliminasi
3) Pola fungsional
mengalami oliguri.
b. Diagnosa Keperawatan
neurovaskuler
c. Prioritas Keperawatan
terhambat
neurovaskuler
d. Intervensi Keperawatan
Kriteria hasil:
Intervensi:
neurovaskuler
Kriteria hasil:
Intervensi:
Kriteria hasil
Intervensi:
Kriteria hasil
Intervensi:
sirkulasi
3. Dekubitus
a. Definisi
b. Etiologi
terfiksasi pada suatu sikap tertentu, duduk yang buruk, posisi yag
c. Patofisiologi
d. Faktor Resiko
3) Kelembapan
5) Pergesekan
6) Nutrisi
7) Usia
8) Stress emosional
9) Merokok
e. Klasifikasi
1) Derajat I: Eritema tidak pucat pada kulir utuh, lesi luka kulit yang
menjadi indikator.
f. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan keperawatan
b. Penatalaksanaan medis
(Greenberg, 2008)
4. Posisi Miring
a. Definisi
diberikan pada pasien koma untuk mengurangi tekanan yang terlalu lama
dan gaya gesekan pada kulit, di samping itu juga mencegah terbentuknya
2011).
23
b. Langkah Prosedur
1) Fase Orientasi
a) Mengucapkan salam
b) Memperkenalkan diri
c) Menjelaskan tujuan
g) Mencuci tangan
2) Fase Kerja
a) Menjaga privasi
f) Merapikan pasien
3) Fase Terminasi
b) Mencuci tangan
c) Berpamitan
24
B. Kerangka Teori
Etiologi:
1) Perdarahan intra serebral
Selalu disebabkan oleh pecahnya arteriosklerotik kecil yang
menyebabkan melemahnya pembuluh darah, terutama hipertensi
arterial kronik.
2) Perdarahan ekstra serebral (subaraknhoid)
Sering disebabkan oleh kelainan arteri yang berada di pangkal
otak, yang dinamakan aneurisma serebral.
Stroke Hemoragik
C. Kerangka Konsep
Pasien dari karya tulis ilmiah ini adalah Tn. S usia 75 tahun dengan
stroke hemoragik.
a. Kertas
b. Bolpoin
c. Lembar observasi
d. Bantal
1. Fase Orientasi
a. Mengucapkan salam
b. Memperkenalkan diri
26
27
c. Menjelaskan tujuan
g. Mencuci tangan
2. Fase Kerja
a. Menjaga privasi
d. Tangan kiri pegang bahu klien, tangan kanan pegang pinggang, satu
f. Merapikan pasien
3. Fase Terminasi
b. Mencuci tangan
c. Berpamitan
28
Umur : Ruang :
Skor
Faktor Deskriptif Hari Hari Hari
1 2 3
Persepsi Sensori 1. Keterbatasan Penuh
Kemampuan Tidak ada respon (tidak
untuk merespon mengerang, menyentak atau
secara tepat menggenggam) terhadap
terhadap rasa rangsangan nyeri karena
tidak nyaman menurunnya kemampuan untuk
yang merasakan nyeri yang sebagian
berhubungan besar pada permukaan tubuh
dengan tekanan 2. Sangat terbatas
Hanya dapat merespon terhadap
rangsangan nyeri. Namun tidak
dapat menyampaikan rasa tidak
nyaman kecuali dengan
mengerang atau sikap gelisah
atau mempunyai gangguan
sensori yang menyebabkan
terbatasnya kemampuan untuk
merasakan nyeri atau tidak
nyaman pada lebih dari ½ bagian
tubuh
3. Keterbatasan ringan
Dapat merespon panggilan tetapi
tidak selalu dapat menyampaikan
respon rasa tidak nyaman atau
keinginan untuk merubah posisi
badan. Memiliki beberapa
gangguan sensori yang
membatasinya untuk dapat
merasakan nyeri atau tidak
nyaman pada satu atau kedua
ekstremitas
4. Tidak ada gangguan
Dapat merespon panggilan.
Tidak memiliki penurunan
sensori sehinggadapat
menyatakan rasa nyeri atau rasa
tidak nyaman.
29
3. Mencukupi
Satu hari makan tiga kali. Setiap
makan mengandungproteinsetiap
harinya. Kadang menolak untuk
makan tapi biasanya
mengkonsumsi makanan
suplemen bila diberikan. Atau
mendapatkan cairan infus
berkalori tinggi yang dapat
memenuhi kebutuhan nutrisi.
4. Sangat Baik
Mengabiskan setiap makanan
yang diberikan. Tidak pernah
menolak. Biasanya
mengkonsumsi 4 porsi atau lebih
menu protein. Kadang
mengemail. Tidak memerlukan
makanan suplemen.
Pergeseran dan 1. Bermasalah
pergerakan Memerlukan bantuan sedang
sampai maksimal untuk bergerak.
Tidak mungkin memindahkan
badan tanpa bergesekan dengan
alas tempat tidur. Sering merosot
kebawah diatas tempat tidur atau
kursi dan sering kali memerlukan
bantuan yang maksimal untuk
pengambilan posisi semula.
Kekakuan pada otot, kontraktur
atau gelisah yang sering
menimbulkan terjadinya gesekan
yang terus menerus.
2. Potensial bermasalah
Bergerak lemah atau memerlukan
bantuan minimal. Selama
bergerak kulit kemungkinan
bergesekan dengan alas tempat
tidur, kursi, sabuk pengekangan
atau alat bantu lain. Hamper
selalu mampu menjaga badan
dengan cukup baik dikursi
ataupun di tempat tidur, namun
kadang - kadang merosot
kebawah.
3. Keterbatasan ringan
Sering merubah posisi badan atau
32
LAPORAN KASUS
Dalam bab ini dibahas tentang pemberian posisi miring kanan dan miring
kiri terhadap pencegahan dekubitus pada asuhan keperawatan Tn. S dengan stroke
A. Identitas Klien
B. Pengkajian
33
34
IGD RSUD Dr. Moewardi tanggal 2 Maret 2015 pukul 15.25 WIB.
terapi infus NaCl 20tpm dan O2 2liter lalu didapatkan pemeriksaan TTV
Tn.S 75th
Stroke
hemoragik
= Meninggal
3. Pengkajian Primer
didapatkan nadi 102 kali per menit dan tekanan darah 198/110 mmHg,
35
berikut tekanan darah 198/110 mmHg, nadi 102 kali per menit, respirasi
anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor, diameter kanan kiri sama, tidak
Mulut Tn. S mukosa bibir lembab. Gigi Tn. S bersih terdapat gigi
serumen. Leher Tn. S tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan tidak ada
kanan kiri sama, hasil palpasi pasien tidak dapat terkaji, bunyi paru
tidak tampak dan tidak ada jejas, ictus cordis teraba pada SIC V, suara
perut datar, bising usus 15 kali per menit, kuadran 1 pekak kuadran 2-4
timpani, hasil palpasi pasien tidak dapat terkaji. Pada genetalia terpasang
kateter. Ekstremitas atas didapatkan hasil kekuatan otot kanan kiri 1 dan
36
2, ROM kanan tidak ada gerakan dan kiri gerakan otot penuh menentang
gravitasi dengan sokongan. Capillary refill kurang dari 2 detik, tidak ada
bawah didapatkan hasil kekuatan otot kanan dan kiri1 dan 2, ROM kanan
tidak ada gerakan dan kiri gerakan otot penuh menentang gravitasi
pasien makan dan minum dibantu dengan alat (1), toileting dibantu orang
lain dan alat (3), berpakaian dibantu orang lain (2), mobilitas di tempat
tidur dibantu orang lain (2), berpindah dibantu orang lain (2), ambulasi
5. Pemeriksaan Penunjang
natrium darah 132 mmoL/L, kalium darah 4,8 mmoL/L, calsium ion 9,7
dengan hasil Ph 7,401 mmoL/L, BE -1,9 mmoL/L, CO2 35,3 mmHg, PO2
104,7, HCO3 22,8 mmoL/L, total CO2 20,0 mmoL/L, O2 saturasi 98,0%.
didapatkan hasil potongan axial; jarak irisan 5/8 mm; tanpa kontras.
37
ventricular; struktura linea mediana; gyri dan sulci normal. Calvaria dan
subcutan normal. Kesan dari hasil CT Scan ICH di cerebellum dan pons.
dengan masalah yang dialami pasien atau yang harus segera dilakukan
dengan obstruksi jalan nafas : sekresi yang tertahan, hambatan mobilitas fisik
jaringan serebral berhubungan dengan gangguan aliran arteri atau vena yang
ditunjukkan dengan data hasil pengkajian sebagai berikut data subyektif tidak
terkaji dan dat obyektif terpasang oksigen 4 liter, kesadaran koma GCS 5
E2V1M2, hasil CT Scan potongan axial; jarak irisan 5/8 mm; tanpa kontras.
struktura linea mediana; gyri dan sulci normal. Calvaria dan subcutan normal.
Kesan dari hasil CT Scan pada tanggal 7 Maret 2015 ICH di cerebellum dan
38
pons, tekanan darah 198/110 mmHg, nadi 102 kali per menit dan respirasi 34
dengan obstruksi jalan nafas: sekresi yang tertahan yang ditunjukkan dengan
data hasil pengkajian data subyektif tidak dapat terkaji dan data obyektif
menit.
data subyektif pasien tidak dapat terkaji dan data obyektif kekuatan otot
ekstremitas atas kanan kiri 1 dan 2, ekstremitas bawah kanan kiri 1 dan 2,
skore aktivitas dan latihan 13, pasien terlihat tidak dapat miring kanan dan
pengkajian data subyektif pasien tidak dapat terkaji dan data obyektif tidak
ada jejas di punggung dan sakrum, sedikit kemerahan pada daerah sakrum,
D. Perencanaan
normal tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 60-100 kali per menit, respirasi 25
kali per menit. Intervensi atau rencana keperawatan yang dibuat berdasarkan
diagnosan keperawatan NIC dan kriteria hasil NOC adalah pantau status
tanda vital dengan rasional untuk mengetahui tekanan darah, posisikan kepala
nafas teratasi dengan kriteria hasil tidak ada suara ronchi, pasien tidak
bernafas cepat, respirasi 25 kali per menit, pasien tampak rileks. Intervensi
NIC dan kriteria hasil NOC adalah kaji tanda-tanda vital rasional untuk
kriteria hasil NOC adalah observasi keadaan umum pasien dengan rasional
lebih kompleks.
menghilang, kulit tidak lembab, skore luka tekan meningkat. Intervensi atau
kriteria hasil NOC adalah kaji keadaan kulit dengan rasional mengetahui
tanda-tanda dekubitus, berikan posisi miring kanan dan miring kiri setiap 2
untuk melakukan alih baring dengan rasional agar keluarga secara mandiri
topikal atau minyak oles dengan rasional mencegah luka tekan pada tulang
yang menonjol.
41
E. Implementasi
198/110 mmHg dan nadi 102 kali per menit, respirasi 34 kali per menit, suhu
data obyektif pasien tidak berespon saat obat dimasukkan melalui selang
tanda vital didapatkan hasil data obyektif tekanan darah 193/100 mmHg dan
nadi 100 kali per menit, suhu 37,8 derajat celcius, mengobservasi kesadaran
pemberian obat didapatkan hasil data obyektif pasien diam saat obat
mengkaji tanda-tanda vital didapatkan hasil data obyektif respirasi 34 kali per
mengerti apa yang dijelaskan oleh perawat dan data obyektif keluarga pasien
42
didapatkan hasil data obyektif pasien masih bernafas cepat. Pada tanggal 17
per menit, kolaborasi dengan pemberian oksigen 4 liter didapatkan hasil data
keluarga untuk melakukan alih baring didapatkan hasil data obyektif keluarga
hasil data obyektif pasien belum mampu menggerakkan anggota badan dan
masih terbaring lemah di tempat tidur, memberikan ROM aktif dan pasif
didapatkan hasil data obyektif pasien tidak berespon dan tidak ada gerakan
obyektif pasien tampak diam saat ahli fisioterapi melakukan tindakan terapi.
kemerahan pada daerah sakrum, kulit teraba keringat pada daerah punggung
dan sakrum, kulit lembab, tidak ada lecet, memberikan posisi miring kanan
43
dan miring kiri setiap 2 jam didapatkan hasil data obyektif pasien tidak
didapatkan hasil data obyektif keluarga tampak mengerti dan bersedia untuk
bagian tulang yang menonjol sesuai pengarahan dari perawat. Pada tanggal 17
Maret 2015 penulis melakukan mengkaji keadaan kulit didapatkan hasil data
ada lecet, kulit teraba hangat, memberikan posisi miring kanan dan miring
kiri setiap 2 jam didapatkan hasil data obyektif pasien tidak merespon saat
F. Evaluasi
terkaji, data obyektifnya GCS 5 E2V1M2, tekanan darah 198/110 mmHg nadi
102 kali per menit, suhu 37,9 derajat celcius. Hasil analisa masalah belum
teratasi karena kriteria hasil dalam tujuan belum teratasi. Lanjutkan intervensi
suasana yang tenang, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat. Pada
kesadaran masih koma GCS 5 E2V1M2 belum ada peningkatan, tekanan darah
193/100 mmHg, nadi 100 kali per menit, suhu 37,8 derajat celcius. Hasil
analisa masalah teratasi sebagian karena kriteria hasil dalam tujuan sebagian
ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah data subyektif pasien tidak dapat
terkaji dan data obyektifnya sekret keluar dari selang, berwarna kuning,
respirasi 29 kali per menit. Hasil analisa masalah belum teratasi karena
kriteria hasil dalam tujuan belum tercapai. Lanjutkan intervensi yaitu kaji
jalan nafas adalah data subyektif pasien tidak dapat terkaji dan data
obyektifnya pasien masih bernafas cepat, respirasi 28 kali per menit, masih
terdengar grog-grog. Hasil analisa masalah belum teratasi karena kriteria hasil
hambatan mobilitas fisik adalah data subyektif pasien tidak dapat terkaji dan
data obyektif pasien belum bisa menggerakkan tangan dan kaki secara
mandiri, kekuatan otot ekstremitas atas 1 dan 2 dan bawah 1 dan 2. Hasil
45
analisa masalah belum teratasi karena kriteria hasil dalam tujuan belum
aktif dan pasif, ajarkan keluarga untuk melakukan alih baring, kolaborasi
mobilitas fisik adalah data subyektif pasien tidak dapat terkaji dan data
obyektif pasien masih belum bisa menggerakkan tangan dan kaki secara
mandiri, kekuatan otot masih sama ekstremitas atas 1 dan 2 dan bawah 1 dan
2. Hasil analisa masalah belum teratasi karena kriteria hasil dalam tujuan
kerusakan integritas kulit adalah data subyektif pasien tidak dapat terkaji dan
menghilang, kulit teraba hangat, tidak ada lecet. Hasil analisa masalah belum
teratasi karena dalam tujuan kriteria hasil tercapai. Lanjutkan intervensi yaitu
adalah kaji keadaan kulit, berikan posisi miring kanan dan miring kiri setiap 2
jam, ajarkan kepada keluarga untuk melakukan alih baring, kolaborasi dengan
pemberian minyak oles atau salep topikal. Evaluasi pada tanggal 17 Maret
2015 masalah resiko kerusakan integritas kulit adalah data subyektif pasien
tidak dapat terkaji dan data obyektifnya kemerahan pada daerah sakrum
sedikit demi sedikit menghilang, kulit teraba hangat, tidak ada lecet. Hasil
analisa masalah teratasi sebagian karena dalam tujuan kriteria hasil sudah
PEMBAHASAN
Bab ini penulis akan membahas tentang hasil dari penerapan posisi miring
kanan dan miring kiri terhadap pencegahan dekubitus pada asuhan keperawatan
A. Pengkajian
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data
nafas dengan tujuan menjaga jalan nafas disertai kontrol servikal, breathing
46
47
sumbatan jalan nafas yaitu sekret. Hasil pengkajian breathing terdengar suara
ronchi (grog-grog), respirasi 34 kali per menit, nafas cepat. Ronchi adalah
nada rendah dan sangat kasar terdengar baik pada inspirasi maupun ekspirasi.
Suara ronchi seperti berisik yang terputus akibat aliran udara melewati cairan,
circulationdidapatkan nadi 102 kali per menit dan tekanan darah 198/110
mmHg. Frekuensi nadi normal antara 60-100 kali per menit. Sedangkan pada
kasus Tn. S 102x per menit. Hasi pengkajian dissability didapatkan hasil suhu
38,5derajat celcius dan kesadaran koma GCS 5 E2V1M2. Koma adalah suatu
keadaan dimana respon verbal motorik tidak bisa dibangunkan dengan cara
respon dari mata, pembicaraan dan motorik. Apabila nilai GCS kurang dari
<7, maka seseorang dikatakan koma (Boncu dkk, 2005). Hasil pengkajian
exposure tidak ada kelainan pada anggota badan lingkungan disekitar pasien
bersih.
mendapatkan data nadi 102 kali per menit, respirasi 34 kali per menit, suhu
dibedakan menjadi dua stroke non hemoragik dan stroke hemoragik. Menurut
yang mengarah ke otak, embolus (kotoran) yang terlepas dari jantung atau
sumbatan di satu atau beberapa arteri intrakranial (arteri yang berada di dalam
subaraknoid yaitu ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan
atas dan pengkajian yang didapat pada Tn. S mengalami stroke hemoragik
seperti merokok dan penyakit keturunan seperti diabetes militus. Hal ini
tungkai atau salah satu sisi tubuh; melemahnya otot (hemiplegia), kaku dan
pada lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh seperti baal, mati rasa
sebelah badan, terasa kesemutan, rasa perih bahkan seperti rasa terbakar di
berbahasa yang ditunjukkan dengan bicara yang tidak jelas (Hernata, 2013).
berbicara dan sulit berbahasa yang ditunjukkan dengan bicara yang tidak
jelas. Hal ini sesuai dengan tanda dan gejala menurut (Hernata, 2013).
ekstrinsik meliputi kebersihan tempat tidur, alat-alat yang kusut dan kotor,
atau peralatan medik yang menyebabkan penderita terfiksasi pada suatu sikap
50
tertentu, duduk yang buruk, posisi yang tidak tepat, perubahan posisi yang
kaki pada setiap ujung kaki pada setiap sistem tubuh yang memberikan
indera peraba. Perkusi adalah pengetukan tubuh dengan ujun-ujung jari guna
bentuk kepala mesochepal, kulit bersih dan rambut kering beruban. Hasil
pengkajian mata palpebra tidak ada oedema, konjungtiva tidak anemis, sklera
tidak ikterik, pupil isokor, diameter kanan kiri sama, tidak menggunakan alat
mulut mukosa bibir lembab, bersih. Pemeriksaan gigi bersih terdapat gigi
serumen. Pemeriksaan leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan tidak
dada kanan kiri sama. Hasil palpasi pasien tidak dapat terkaji. Hasil perkusi
bunyi paru sonor. Suara sonor adalah suara perkusi jaringan paru yang normal
auskultasi terdengar suara ronchi. Ronchi adalah nada rendah yang sangat
Hasil pemeriksaan jantung ictus cordis tidak tampak dan tidak ada jejas.
Hasil palpasi ictus cordis teraba pada SIC V. Ictus cordis adalah denyutan
dinding thorax karena pukulan ventrikel kiri pada dinding thorak (Setiadi,
2012). Hasil perkusi suara jantung pekak, suara pekak adalah suara perkusi
dan 2. Hasil inspeksi abdomen kontur perut datar, tidak ada jejas. Hasil
auskultasi bising usus 15 kali per menit normal bising usus berkisar 5-35 kali
per menit (Setiadi, 2012). Hasil perkusi kuadran 1 pekak kuadran 2-4 timpani.
52
Hasil palpasi pasien tidak dapat terkaji. Pada genetalia terpasang kateter.
Ekstremitas atas didapatkan hasil kekuatan otot kanan kiri 1 dan 2, ROM
kanan tidak ada gerakan dan kiri gerakan otot penuh menentang gravitasi
dengan sokongan. Capillary refill kurang dari 2 detik, tidak ada perubahan
bentuk tulang, dan akral teraba hangat. Ektremitas bagian bawah didapatkan
hasil kekuatan otot kanan dan kiri1 dan 2, ROM kanan tidak ada gerakan dan
refill kurang dari 2 detik, tidak ada perubahan bentuk tulang, dan akral teraba
hangat.
Pasien terlihat aktivitas dibantu orang lain, makan dan minum dengan
menggunakan selang NGT (Naso Gastric Tube). Pola aktivitas pasien makan
dan minum dibantu dengan alat (1), toileting dibantu orang lain dan alat (3),
berpakaian dibantu orang lain (2), mobilitas di tempat tidur dibantu orang lain
(2), berpindah dibantu orang lain (2), ambulasi ROM dibantu orang lain (2).
teraba hangat, tidak terdapat luka tekan, skore resiko dekubitus 11 yaitu
resiko tinggi, karakteristik luka menurut NPUAP grade I, yaitu eritema tidak
pucat pada kulit utuh, lesi luka kulit yang diperbesar. Kulit tidak bewarna,
hangat atau keras juga dapat menjadi indikator (Potter & Perry, 2005).
Hasil pengkajian didapatkan data subyektif pasien tidak terkaji dan data
CT Scan potongan axial; jarak irisan 5/8 mm; tanpa kontras. Tampak lesi
struktura linea mediana; gyri dan sulci normal. Calvaria dan subcutan
normal. Kesan dari hasil CT Scan ICH di cerebellum dan pons, tekanan
darah 198/110 mmHg, nadi 102 kali per menit, suhu 38,5oC dan respirasi
pada tingkat kapiler. Diagnosa ini ditegakkan dapat dilihat dari batasan
Hasil pengkajian data subyektif pasien tidak terkaji dan data obyektif
kanan kiri 1 dan 2, ekstremitas bawah kanan kiri 1 dan 2, skore aktivitas
dan latihan 13, pasien terlihat tidak dapat miring kanan dan kiri secara
adalah keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau satu atau lebih
membolak-balik posisi merupakan salah satu tanda dan gejala dari stroke
kelemahan atau kelumpuhan lengan, tungkai atau salah satu sisi tubuh
dan sakrum, sedikit kemerahan pada daerah sakrum, kulit lembab, akral
kulit yang memburuk. Diagnosa ini ditegakkan dapat dilihat dari batasan
menurunkan resistensi kulit terhadap faktor fisik lain seperti tekanan atau
iskemia. Yang terakhir adalah usia yang ekstrem. Abbras (1998) dalam
Potter & Perry (2005) mencatat bahwa insiden dekubitus yang terbesar
dengan hasil pengkajian dan observasi yang telah dilakukan selama dua hari
melihat dari gawat daruratnya masalah yang paling utama Tn. S. Adanya
perdarahan pada bagian otak dengan melihat dari hasil pemeriksaan CT Scan
perdarahan di dalam otak yang umumnya terjadi pada pasien yang mengalami
57
melihat dari hasil pengkajian Tn. S dalam pola aktivitas dan latihan dibantu
oleh alat dan orang lain. Dikarenakan hasil dari pemeriksaan CT Scan adalah
keempat karena melihat dari faktor terjadinya luka dekubitus pada Tn. S yaitu
58
D. Perencanaan
(Setiadi, 2012).
kesadaran membaik.
risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak teratasi dengan kriteria hasil GCS
normal tekanan darah 130/90 mmHg, respirasi 25x per menit, nadi 60-100x
per menit, suhu 37,5oC. Rencana keperawatan yang diberikan pada Tn. S
vital setiap jam. Setelah itu posisikan kepala ditinggikan 30o tindakan ini
bersihan jalan nafas teratasi dengan kriteria hasil tidak ada bunyi ronchi, tidak
ada sekret, pasien tidak sesak nafas, respirasi 25 kali per menit, pasien tampak
rileks.
hasil tidak ada bunyi ronchi, tidak ada sekret, pasien tidak sesak nafas,
respirasi 25x per menit, pasien tampak rileks (Doenges, 2012). Rencana
keperawatan yang akan diberikan pada Tn. S adalah observasi pola nafas
meningkatkan kekuatan otot ekstremitas atas kanan dan kiri 2/2, ekstremitas
bawah kanan dan kiri 2/2, pasien mampu bergerak, ADL 0 (mandiri).
meningkatkan kekuatan otot ekstremitas atas kanan dan kiri 2/2, ekstremitas
bawah kanan dan kiri 2/2, pasien mampu bergerak, ADL 0 (mandiri).
Rencana asuhan keperawatan yang diberikan pada Tn. S adalah kaji skala
untuk mengatasi risiko kerusakan intregitas kulit dengan tujuan dan kriteria
61
kerusakan intregitas kulit teratasi dengan kriteria hasil tidak ada lesi, tidak
ada infeksi, keutuhan kulit, kulit tidak lembab, resiko luka tekan menurut
diharapkan resiko kerusakan intregitas kulit teratasi dengan kriteria hasil tidak
ada lesi, tidak ada infeksi, keutuhan kulit, kulit tidak lembab, resiko luka
kulit dan resiko terjadi dekubitus. Kemudian berikan posisi miring kanan dan
pada tulang yang menonjol. Selanjutnya ajarkan kepada keluarga alih baring
tersebut.
62
E. Implementasi
posisi miring kanan dan miring kiri sesuai dengan hasil riset yang terdapat
pada tanggal 16-17 Maret 2015. Pemberian posisi miring kanan dan miring
kiri diberikan tiap 2 jam sekali secara bertahap. Dengan dimulai jam 08.00-
10.00 WIB pasien dimiringkan kearah kiri, kemudian jam 10.00-12.00 WIB
Gejala klinis dekubitus pertama kali ditandai dengan kulit eritema atau
kemerahan, terdapat ciri khas dimana bila ditekan jari, tanda eritema akan
lama kembali lagi atau peristen. Kemudian diikuti dengan kulit mengalami
edema, dan temperature di area tersebut meningkat atau bila diraba akan
198/110 mmHg dan nadi 102 kali per menit, respirasi 34 kali per menit, suhu
38,5 derajat celcius. Tanda-tanda vital merupakan bagian dari data dasar yang
koma GCS 5 E2V1M2. Koma adalah kondisi tidak sadar dimana mata tertutup
63
menunjukkan disfungsi otak berat dan koma berarti fungsi otak mengalami
menunjukkan bahwa otak adalah pusat sistim regulasi semua fungsi vital
kepala ditinggikan 30o didapatkan hasil data obyektif pasien hanya diam dan
penurunan kesadaran. Posisi 30o selain menurunkan tekanan arteri juga dapat
37,8oC. Suhu adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh
proses tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar (Potter &
obat antihipertensi didapatkan hasil data obyektif pasien tidak berespon saat
untuk menurunkan tekanan darah tinggi. Pada tanggal 17 Maret 2015 penulis
terapi obat antihipertensi, nadi 100 kali per menit, suhu 37,7 derajat celcius,
data obyektif posisi pasien masih sama sebelumnya dan terlihat lemas.
64
menurun 37,6oC setelah itu kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
34 kali per menit, terdengar suara ronchi, ada suara gargling. Ronchi adalah
suara nada rendah dan sangat kasar terdengar baik pada inspirasi maupun
hasil data obyektif sekret keluar dari selang, berwarna kuning, suction
dilakukan pada klien yang tidak mampu mengeluarkan sekret atau lendir
pasien mengerti apa yang dijelaskan oleh perawat dan data obyektif keluarga
jenis nasal kanul. Aliran oksigen yang diberikan dan konsentrasinya meliputi
1 liter = 24%, 2 liter = 28%, 3 liter = 32%, 4 liter = 36%, 4 liter = 36%, 5 liter
65
= 40% (Brunner & Suddart, 2001). Artinya Tn. S bernafas spontan dari tubuh
sudah keluar maka frekuensi nafas turun menjadi respirasi 28 kali per menit.
data obyektif pasien masih tampak bernafas cepat karena frekuensi nafas
belum dalam batas normal dan masih ada sekret yang tertahan.
Keadaan umum merupakan keadaan pasien yang diamati mulai saat pertama
hasil data obyektif pasien tidak merespon. ROM adalah suatu teknik dasar
yang digunakan untuk menilai gerakan dan untuk gerakan awal ke dalam
suatu program intervensi terapeutik. ROM dibedakan menjadi dua yaitu aktif
dan pasif. ROM aktif adalah jenis gerakan yang mana bantuan diberikan
melalui gaya dari luar apakah secara manual atau mekanik dan ROM pasif
telapak tangan jauh dari kepala dan adduksi adalah menurunkan lengan ke
samping menyilang tubuh sejauh mungkin (Potter & Perry, 2005). Kemudian
data obyektif keluarga bersedia untuk melakukan saran dari perawat. Alih
Tujuannya untuk melatih otot tubuh agar dapat berfungsi secara normal
memberikan ROM pasif didapatkan hasil data obyektif pasien masih tidak
menembus otot sampai mengenai tulang akibat penekanan pada suatu area
2014).
67
darah. Faktor ekstrinsik: kebersihan tempat tidur, alat-alat yang kusut dan
suatu sikap tertentu, duduk yang buruk, posisi yag tidak tepat, perubahan
merubah posisi yaitu dengan miring kanan dan miring kiri setiap 2 jam sekali.
klinis dari dekubitus, kulit teraba keringat pada daerah punggung dan sakrum,
kulit lembab, tidak ada lecet. Kemudian memberikan posisi miring kanan dan
miring kiri setiap 2 jam sekali sesuai dengan tindakan yang dilakukan dalam
jurnal didapatkan hasil data obyektif pasien tidak merespon saat dimiringkan
kepada keluarga untuk melakukan alih baring didapatkan hasil data obyektif
68
dibuktikan menurut Effendi 2011 memposisikan miring kanan dan miring kiri
lecet, kulit teraba hangat, memberikan posisi miring kanan dan miring kiri
setiap 2 jam didapatkan hasil data obyektif pasien tidak merespon saat
E. Evaluasi
antara dasar tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon
perilaku klien yang tampil (Dermawan, 2012). Evaluasi yang akan dilakukan
(Dermawan, 2012).
69
tidak dapat terkaji, data obyektifnya GCS 5 E2V1M2, tekanan darah 198/110
mmHg nadi 102 kali per menit, suhu 37,9 derajat celcius. Hasil analisa
masalah belum teratasi karena kriteria hasil dalam tujuan belum teratasi yaitu
tekanan darah 130/90 mmHg, nadi belum dalam batas normal 60-100 kali per
menit, respirasi belum dalam batas normal 25 kali per menit. Lanjutkan
serebral adalah data subyektifnya pasien tidak dapat terkaji, data obyektifnya
kesadaran masih koma GCS 5 E2V1M2 belum ada peningkatan, tekanan darah
193/100 mmHg, nadi100 kali per menit, suhu 37,8 derajat celcius. Hasil
analisa masalah teratasi sebagian karena kriteria hasil dalam tujuan sebagian
sudah tercapai yaitu GCS belum ada peningkatan, tekanan darahbelum dalam
rentang normal tekanan darah 130/90 mmHg, nadi sudah dalam batas normal
60-100 kali per menit, respirasi belum dalam batas normal 25 kali per menit.
ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah data subyektif pasien tidak dapat
terkaji dan data obyektifnya sekret keluar dari selang, berwarna kuning,
respirasi 29 kali per menit. Hasil analisa masalah belum teratasi karena
70
kriteria hasil dalam tujuan belum tercapai yaitu bersihan jalan nafas belum
teratasi, pasien belum bernafas normal, respirasi belum dalam batas normal
16-20 kali per menit, pasien belum tampak rileks. Lanjutkan intervensi yaitu
kaji pola nafas, berikan tindakan suction, berikan penjelasan kepada keluarga
nafas adalah data subyektif pasien tidak dapat terkaji dan data obyektifnya
pasien masih bernafas cepat, respirasi 28 kali per menit, masih terdengar
grog-grog. Hasil analisa masalah belum teratasi karena kriteria hasil dalam
tujuan belum tercapai yaitu bersihan jalan nafas belum teratasi, pasien belum
bernafas normal, respirasi belum dalam batas normal 16-20 kali per menit,
meninggal dunia.
hambatan mobilitas fisik adalah data subyektif pasien tidak dapat terkaji dan
data obyektif pasien belum bisa menggerakkan tangan dan kaki secara
mandiri, kekuatan otot ekstremitas atas 1 dan 2 dan bawah 1 dan 2. Hasil
analisa masalah belum teratasi karena kriteria hasil dalam tujuan belum
tercapai yaitu kekuatan otot belum 2, pasien belum mampu melakukan ROM,
berikan ROM pasif, ajarkan keluarga untuk melakukan alih baring, kolaborasi
mobilitas fisik adalah data subyektif pasien tidak dapat terkaji dan data
obyektif pasien masih belum bisa menggerakkan tangan dan kaki secara
mandiri, kekuatan otot masih sama ekstremitas atas 1 dan 2 dan bawah 1 dan
2. Hasil analisa masalah belum teratasi karena kriteria hasil dalam tujuan
belum tercapai yaitu kekuatan otot belum 2, pasien belum mampu melakukan
ROM, score aktivitas dan latihan belum 0 (mandiri), pasien belum mampu
dunia.
kerusakan integritas kulit adalah data obyektifnya pasien tidak dapat terkaji
dan data obyektifnya kemerahan pada daerah sakrum masih tetapi mulai
menghilang, kulit teraba hangat, tidak ada lecet. Hasil analisa belum teratasi
sakrum belum menghilang, kulit masih lembab, skore luka tekan belum
posisi miring kanan dan miring kiri setiap 2 jam, ajarkan kepada keluarga
integritas kulit adalah data subyektif pasien tidak dapat terkaji dan data
kulit teraba hangat, tidak ada lecet. Hasil analisa masalah teratasi sebagian
karena dalam tujuan kriteria hasil sudah tercapai yaitu masalah kemerahan di
72
sakrum sedikit menghilang, kulit teraba hangat, skore luka tekan meningkat.
dengan tindakan yang dilakukannya posisi miring kanan dan kiri, (40%)
dan miring kiri. Hasil uji statistik di dapatkan hasil p (value) = 0,045, dimana
p (value) < 0,05 maka ada hubungan yang signifikan antara posisi miring
posisi harus diubah dari posisi kanan dan miring kiri sesuai dengan tingkat
aktivitas, dan harus dilakukan setiap hari oleh karena itu standart perubahan
dekubitus.
Hasil penerapan riset yang sudah penulis lakukan selama dua hari
bertolak belakang, karena dengan diberikan posisi miring kanan dan miring
kiri pada pasien koma akan mencegah terjadinya dekubitus (Effendi, 2011).
Terlihat pada kasus Tn. S setelah diberikan posisi miring kanan dan miring
kiri selama 2 hari dan keluarga dapat melakukan alih baring setiap 2 jam
sekali secara rutin secara mandiri dan pasien tidak mengalami dekubitus.
BAB VI
A. KESIMPULAN
1. Pengkajian
didapatkan hasil ada sumbatan jalan nafas yaitu sekret, hasil pengkajian
cepat, hasil pengkajian sirkulasi didapatkan nadi 102 kali per menit dan
didapatkan hasil kekuatan otot kanan kiri 1 dan 2, ROM kanan tidak ada
2. Diagnosa
73
74
3. Intervensi
antihipertensi.
oksigen 4 liter.
observasi keadaan umum pasien, berikan ROM aktif dan pasif dengan,
fisioterapi.
keadaan kulit dengan, berikan posisi miring kanan dan miring kiri setiap
4. Implementasi
posisi miring kanan dan miring kiri setiap 2 jam dengan rasional
5. Evaluasi
mmHg, nadi 100 kali per menit, suhu 37,8 derajat celcius. Hasil analisa
dalam rentang normal tekanan darah 130/90 mmHg, nadi sudah dalam
batas normal 60-100 kali per menit, respirasi belum dalam batas normal
dunia.
subyektif pasien tidak dapat terkaji dan data obyektif pasien masih belum
bisa menggerakkan tangan dan kaki secara mandiri, kekuatan otot masih
76
sama ekstremitas atas 1 dan 2 dan bawah 1 dan 2. Hasil analisa masalah
belum teratasi karena kriteria hasil dalam tujuan belum tercapai yaitu
meninggal dunia.
Evaluasi diagnosa ketiga dilakukan pada jam 14.00 WIB yaitu data
subyektif pasien tidak dapat terkaji dan data obyektif pasien masih belum
bisa menggerakkan tangan dan kaki secara mandiri, kekuatan otot masih
sama ekstremitas atas 1 dan 2 dan bawah 1 dan 2. Sehingga hasil analisa
masalah belum teratasi karena kriteria hasil dalam tujuan belum tercapai.
pada daerah sakrum sedikit demi sedikit menghilang, kulit teraba hangat,
tidak ada lecet. Sehingga hasil analisa masalah teratasi sebagian karena
pasien meninggal.
6. Analisa data
Hasil analisa pemberian posisi miring kiri dan miring kanan pada
keringat pada daerah punggung dan sakrum, kulit lembab, tidak ada lecet
dan setelah dilakukan pemberian posisi miring selama 2 hari pasien tidak
menghilang, tidak ada lecet. Hasil analisa masalah teratasi karena sudah
sesuai dengan kriteria hasil di dalam tujuan dan sesuai dengan penelitian
B. SARAN
1. Bagi Pasien
dekubitus.
Aplikasi riset ini dapat menjadi bahan referensi bagi institusi pendidikan
tentang penerapan posisi miring kanan dan miring kiri pada pasien
stroke hemoragik.
4. Bagi Penulis
Aziz Alimul Hidayat. 2005. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta: EGC.
Brunner & Suddart. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
Volume 3. Jakarta: EGC.
Harsono. 2009. Kapita Selekta Neurologi Edisi Kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Hernata, Iyan. 2013. Ilmu Kedokteran Lengkap tentang Neurosains. Jakarta: EGC.
Hidayat, Aziz. 2005. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:
EGC.
Irfan, Muhammad. 2012. Fisioterapi Bagi Insan Stroke. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rendy, Clevo & Margareth. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan
Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika
Rosjidi, Harun. 2014. Buku Ajar Peningkatan Tekanan Intrakranial & Gangguan
Peredaran Darah Otak. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Selamat, Effendi. 2011. Hubungan Posisi Miring Kanan dan Miring Kiri
Terhadap Pencegahan Penyakit Dekubitus Pada Pasien Koma. Volume
1 Nomor 1 (diakses tanggal 10 April 2015 pukul 23.10 WIB).
Widodo, Arif. 2007. Uji Kepekaan Instrumen Pengkajian Risiko Dekubitus Dalam
Mendeteksi Dini Risiko Kejadian Dekubitus Di RSIS. Jurnal Penelitian
Sains & Teknologi. Vol. 8, No. 1, 2007: 39 – 54 (diakses tanggal 05 Mei
2015 pukul 17.25 WIB)