Anda di halaman 1dari 5

erdasarkan Visi dan Misi Bulog mendasari fungsi Bulog sebagai perusahaan Umum yang mengemban

tugas sebagai pengendali ketahanan pangan nasional yang berkelanjutan. Namun pada kenyataannya,
Bulog tidak menjalankan fungsinya sesuai dengan visi dan misi yang ditetapkan. Hal tersebut dikarenakan
Bulog tidak menjalankan etika bisnis dan profesi sesuai fungsinya, berikut contoh kasus-kasus
pelanggaran yang dilakukan oleh Bulog :

1) Korupsi Impor Sapi Fiktif Kasus yang terjadi pada tahun 2001 tersebut, menyeret Direktur Utama
Perum Bulog yaitu Widjanarko sebagai tersangka. Handy (2009).

2) Korupsi Subsidi Pangan Rakyat MiskinKasus ini terjadi pada tahun 1999. Menurut Majalah Trust
(2004),Akbar Tandjung merupakan ketua umum DPP Partai Golkar yang dipercaya untuk menyalurkan
subsidi pangan rakyat miskin di Jawa Timur dan Jawa Barat. Hal ini dilakukan karena pada masa itu
terjadi kemarau panjang dan sejumlah orang kekurangan pangan. Sebagai penyalur subsidi, ditunjuklah
Yayasan Raudlatul Jannah yang terletak di bilangan Jakarta Barat. Penyidikan kemudian menyimpulkan
bahwa daerah-daerah yang dikatakan oleh Akbar dibantu dengan dana Bulog itu ternyata tak pernah
menerima apa pun.

3) Keterlambatan Penyaluran Raskin Barak Banten (2011) mengatakan bahwa, Harga kebutuhan pokok
menjelang Hari Raya Idul Fitri sangat menyulitkan ekonomi KeluargaMiskin (Gakin) disebagian wilayah
Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Gambaran ketidakpedulian tersebut, terlihat dari lambannya PerumBulog
Divre Jawa Barat mengalokasikan beras untuk rakyat miskin(Raskin) kepada masyarakat penerima
manfaat.

Kasusu 2 bab 4

A. Karena dalam system ekonomi kapitalis tujuan manusia direndahkan hanya untuk mengejar
kemakmuran ekonomi (fisik) semata dan mengabaikan kekuatan Tuhan. Sistem ekonomi ini juga
melupakan tujuan tertinggi hakikat sebagai manusia, yaitu kebahagiaan di akhirat. Maka tidak heran bila
pertumbuhan ekonomi di negara- negara barat tidak dilandasi oleh asas moralitas dan keTuhanan
sehingga kejahatan marak dilakukan oleh korporasi-korporasi besar di amerika serikat yang menganut
sistem ekonomi kapitalis global.

B. Hal itu juga berlaku pada system ekonomi komunis dan system ekonomi pancasila yang diterapkan di
Indonesia karena pada dasarnya system ekonomi apa pun dapat saja memunculkan banyak persoalan
yang bersifat tidak etis seperti korupsi dan manipulasi lainnya. Etis tidaknya suatu tindakan lebih
disebabkan oleh tingkat kesadaran individual, bukan karena sistem ekonomi tersebut. Karena sistem
pada dasarnya memiliki tujuan yang baik untuk kesejahteraan, hanya saja dalam pelaksanaannya oleh
individu terkadang tidak sesuai dengan tujuan tersebut.

C. Dimensi ekonomi, dari sudut pandang ini kegiatan produktif dengan tujuan memperoleh keuntungan.
Di satu sisi mereka telah memenuhi aspek dimensi ini yaitu dengan memperoleh keuntungan tetapi di
sisi yang lain mereka juga mencemari dimensi ini yaitu mencari keuntungan dengan cara yang salah.l
Dimensi etis, dari sudut pandang ini bisnis masih banyak menimbulkan pro dan kontra karena belum
semua pihak mempunyai pemahaman yang sama tentang pengertian etika dan ukuran yang tepat untuk
menilai etis tidaknya suatu tindakan bisnis. Tetapi dalam kasus ini korporasi-korporasi tersebut telah
melanggar dimensi etis karena sudah berprilaku tidak baik seperti melakukan penipuan, suap dan lain-
lain

Dimensi hukum, dari sudut pandang ini bisnis masih diatur oleh hukum yang mengatur perilaku manusia
dan bila dilanggar akan kena sanksi hukum. Dalam kasus ini korporasi-korporasi tersebut sudah
melanggar dimensi hukum karena sudah melakukan tindakan-tindakan yang melanggar hukum dan
sudah sering mendapatkan sanksi hukum.

Dimensi sosial, dari sudut pandang ini banyak pihak yang merasa dirugikan oleh korporasi yang
sewenang-wenang. Halini tentu menjadi koflik antara perusahaan dan pemegang saham yang harus
diperbaiki.

Dimensi spiritual, dari sudut pandang ini, banyak korporasi yang tidak menegakkan kepercayaannya
kepad Tuhan, mereka lebih berlomba-lomba untuk kesejahteraan diri sendiri, sehingga dampaknya
merugikan lingkungan dan merugikan sesama.

D. Sistem ekonomi di Indonesia tidak salah, hanya saja cara pelaksanaannya yang dilakukan oleh manusia
tidak sesuai dengan nilai yang terdapat dalam ciri-ciri dan prinsip Pancasila. Karena memiliki kekuasaan,
manusia cenderung untuk serakah, berlomba-lomba untuk memperkaya golongan atas. Tanpa
memperhatikan kondisi golongan bawah.

E. Ketidakjeraan itu kembali lagi dengan sifat alami dari manusia, yaitu tidak pernah merasa puas dan
selalu serakah. Manusia tidak pernah merasa apa yang dipunya sudah cukup, mereka cenderung
berlomba-lomba menunjukkan bahwa mereka lebih baik, lebih kaya dan lebih maju, hal-hal yg tidak baik
halal dilakukan.

bab 7 kasus 1

B.1. Pemberian asistensi penyusunan laporan keuangan Pemerintah Daerah dan laporan akuntabilitas
kinerja instansi pemerintah;

2. Pemberian asistensi terhadap pengelolaan keuangan negara/daerah, BUMN/BUMD dan kinerja


Instansi Pemerintah Pusat/Daerah/BUMN/BUMD;

3. Pengawasan terhadap BUMN, badan-badan lain yang didalamnya terdapat kepentingan pemerintah,
dan BUMD atas permintaan pemangku kepentingan, serta kontraktor bagi hasil dan kontrak kerjasama
dan pinjaman/bantuan luar negeri yang diterima pemerintah pusat, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
4. Evaluasi terhadap pelaksanaan tata kelola dan laporan akuntabilitas kinerja pda BUMN, badan badan
lain yang didalamnya terdapat kepentingan pemerintah, dan badan usaha milik daerah atas permintaan
pemangku kepentingan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;;

5. Pelaksanaan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya terhadap
perencanaan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban akuntabilitas penerimaan negara/daerah dan
akuntabilitas pengeluaran keuangan negara/daerah serta pembangunan nasional dan/atau kegiatan lain
yang seluruh atau sebagian keuangannya dibiayai oleh anggaran negara/daerah dan/atau subsidi
termasuk badan usaha dan badan lainnya yang didalamnya terdapat kepentingan keuangan atau
kepentingan lain dari Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah serta akuntabilitas pembiayaan
keuangan negara/daerah;;

6. Pengawasan intern terhadap perencanaan dan pelaksanaan pemanfaatan aset negara/daerah;

7. Pemberian konsultansi terkait dengan manajemen risiko, pengendalian intern, dan tata kelola
terhadap instansi/badan usaha/badan lainnya dan program kebijakan pemerintah yang strategis;

8. Pengawasan terhadap perencanaan dan pelaksanaan program dan/atau kegiatan yang dapat
menghambat kelancaran pembangunan, audit atas penyesuaian harga, audit klaim, audit investigatif
terhadap kasus-kasus penyimpangan yang berindikasi merugikan keuangan negara/daerah, audit
perhitungan kerugian keuangan negara/daerah, pemberian keterangan ahli, dan upaya pencegahan
korupsi;

9. Pengoordinasian dan sinergi penyelenggaran pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan


negara/daerah dan pembangunan nasional bersama-sama dengan aparat pengawasan intern
pemerintah lainnya;

10. Pelaksanaan sosialisasi, pembimbingan dan konsultansi penyelenggaraan sistem pengendalian intern
kepada instansi pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan badan-badan yang didalamnya terdapat
kepentingan keuangan atau kepentingan lain dari Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah;
11. Pelaksanaan kegiatan pengawasan berdasarkan penguasaan Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah
Daerah sesuai Peraturan Perundang-undangan;

12. Pembinaan kapabilitas pengawasan intern pemerintah;

13. Pengolahan data dan informasi hasil pengawasan atas penyelenggaraan akuntabilitas keuangan
negara Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah; dan

14. Pelaksanaan dan Pelayanan administrasi Perwakilan BPKP.

BPKP adalah aparat pengawasan intern pemerintah yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden.
Sebagaimana diamanatkan dalam dalam PP Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP), BPKP melakukan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara atas
kegiatan tertentu yang meliputi:

a. kegiatan yang bersifat lintas sektoral;

b. kegiatan kebendaharaan umum negara berdasarkan penetapan oleh Menteri Keuangan selaku
Bendahara Umum Negara; dan

c. kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 192 Tahun 2014 Tentang Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan (BPKP) menyebutkan bahwa BPKP mempunyai tugas menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pengawasan keuangan negara/daerah dan pembangunan nasional.

BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) adalah lembaga negara yang bertugas untuk memeriksa pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara (UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan).
BPK menyerahkan hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara kepada
DPR, DPD, dan DPRD sesuai dengan kewenangannya.

Anda mungkin juga menyukai