Anda di halaman 1dari 19

KERANGKA ACUAN KERJA

(Term of Reference)

NAMA PEKERJAAN : SURVEY KELAYAKAN PENGEMBANGAN


KERAJINAN TRADISIONAL WAWONII
PENGGUNA ANGGARAN : KEPALA BAPPEDA KABUPATEN KONAWE
KEPULAUAN
LOKASI : KABUPATEN KONAWE KEPULAUAN
TAHUN ANGGARAN : 2016
PAGU : Rp. 180.000.000,- (SERATUS DELAPAN PULUH
JUTA RUPIAH)

Dibuat oleh :

Pengguna Anggaran/
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(BAPPEDA)
Kabupaten Konawe Kepulauan

Langara, Februari 2016


Kerangka Acuan Kerja (KAK)

Kata Pengantar

Puji dan rasa syukur yang seagaung-agungnya kami panjatkan kehadirat Allah SWT
atas segala petunjuk dan pertolongan-Nya yang senantiasa tercurah kepada kita sekalian
dalam melaksanakan tugas-tugas pengabdian kepada bangsa dan negara. Dalam
menyusun kerangka acuan kegiatan (KAK) Survey Kelayakan Pengembangan Kerajinan
Tradisional Wawonii ini, perkenan Allah SWT telah memberikan kemudahan dan
kemampuan kepada kami untuk merampungkan beberapa standar normatif yang diperlukan
dalam mengarahkan pelaksanaan pekerjaan ini.
Meski demikian kami menyadari sepenuhnya bahwa konstruksi dan materi muatan
Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini masih jauh dari harapan semua pihak. Kami sadar bahwa
di dalam KAK yang masih sangat sederhana ini terdapat banyak kekurangan, keterbatasan
dan kelemahan. Untuk itu, kepada semua pihak, kami mengucapkan permohonan maaf
yang sebesar-besarnya. Akan tetapi, kami tetap berharap kiranya Kerangka Acuan kerja
yang masih sederhana ini dapat memuaskan harapan kita semua, khususnya bagi pejabat
pembuat komitmen (PPK) dan PPTK dalam mengawal pelaksanaan pekerjaan Survey
Kelayakan Pengembangan Kerajinan Tradisional Wawonii.. Harapan ini hadir dari sebuah
keyakinan bahwa konstruksi dan materi muatan KAK ini dapat dilaksanakan oleh pelaksana
swakelola dengan baik dan benar untuk membuahkan sebuah dokumen hasil survey
kelayakan yang konprehensif dan aplikatif bagi perumusan kebijakan pengembangan sub
sektor perumahan dan kawasan permukiman di Kabupaten Konawe Kepulauan.
Akhirnya kami senantiasa berharap kiranya hasil pekerjaan yang sederhana ini dapat
memenuhi harapan di atas dan dapat diterima sebagai amal bakti dihadapan Allah SWT.
Kepada Allah SWT juga kami kembalikan segala urusan. Amiiin Ya Rabbal Alamiin.

Langara, Februari 2016

Pengguna Anggaran/
Kepala BAPPEDA
Kabupaten Konawe Kepulauan

(IR. ABD. HALIM, M.Si)


Nip. 19650406 199603 1 003

Swakelola Pekerjaan Survey Kelayakan Pengembangan Kerajinan Tradisional Wawonii -1


Kerangka Acuan Kerja (KAK)

Kerangka Acuan Kerja


Survey Kelayakan Pengembangan Kerajinan Tradisional Wawonii

1. Dasar Pemikiran

Kabupaten Konawe Kepulauan merupakan daerah otonom baru (sebagai hasil


pemekaran dari Kabupaten Konawe) yang berdiri pada tanggal 12 April 2013,
bertepatan dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2013 tentang
Pembentukan Kabupaten Konawe Kepulauan di Provinsi Sulawesi Tenggara. Daerah ini
berada di atas hamparan pulau Wawonii dengan luas wilayah daratan 86,761 km
persegi. Berada diantara gugusan pulau-pulau kecil di perairan laut Banda, selatan
Buton dan Teluk Kendari, Kabupaten Konawe Kepulauan secara administratif meliputi 7
(tujuh) kecamatan yang saat ini memayungi 96 desa/kelurahan. Ketujuh kecamatan
tersebut adalah Kecamatan Wawonii Barat, Wawonii Timur, Wawonii Timur Laut,
Wawonii Tenggara, Wawonii Utara, Wawonii Tengah dan Wawonii Selatan. Daerah ini
dihuni oleh masyarakat asli Wawonii dan masyarakat lainnya yang berlatar belakang
etnik Tolaki, Buton, Muna, Menui, Bajo, Bugis Makassar dan lain-lain.
Sebagai daerah otonom baru, Kabupaten Konawe Kepulauan saat ini tengah
berbenah untuk meletakkan dasar-dasar pembangunan daerah agar dapat keluar dari
belenggu ketertinggalan dan keterbelakangan pada segala sektor kehidupan
masyarakat. Pemerintah Daerah dan masyarakat Konawe Kepulauan dewasa ini tengah
aktif mendorong pemanfaatan berbagai potensi sumberdaya alam dan manusianya
melalui beragam aktifitas perencanaan dan pembangunan. Pada konteks ini, seluruh
sektor yang dipandang strategis untuk menunjang kesejahteraan masyarakat lokal
tengah dikembangkan dan diperkuat melalui berbagai program pembangunan daerah.
Salah satu sektor strategis yang tengah berupaya dikembangkan oleh
Pemerintah Daerah Konawe Kepulauan dewasa ini adalah sektor kebudayaan daerah,
termasuk sub sektor industri kerajinan tradisional. Sub sektor ini diharapkan dapat
memacu pertumbuhan ekonomi daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat oleh
sebab potensi sumberdaya alam dan kearifan tradisional lokal relatif cukup tersedia
secara melimpah. Berbagai tradisi, pengertahuan dan keterampilan khas masyarakat
Wawonii di bidang kerajinan, sesungguhnya merupakan salah satu potensi lokal yang
sangat potensil untuk dikembangkan sebagai bagian dari upaya pengembangan
kebudayaan daerah di satu pihak, dan sebagai bagian dari upaya pengembangkan
potensi sosial ekonomi masyarakat di lain pihak.

Swakelola Pekerjaan Survey Kelayakan Pengembangan Kerajinan Tradisional Wawonii -2


Kerangka Acuan Kerja (KAK)

Secara konseptual, kerajinan tradisional itu sendiri sesungguhnya merupakan


salah satu dari 14 (empat belas) jenis pranata ekonomi kreatif yang terus ditumbuh
kembangkan oleh pemerintah dalam memperkuat basis ekonomi rakyat, sekaligus
mendorong peningkatan promosi wisata dan seni budaya bangsa. Sejak beberapa
dekade terakhir, pranata ekonomi kreatif ini disadari telah menjadi salah satu ruang
ekonomi dan ekspresi sosial budaya bangsa Indonesia dalam mengembangkan
sumber-sumber pendapatan pada sektor ril, sekaligus juga dalam ikut mengembangkan
potensi seni budaya dan pariwisata.
Sejak masa pemerintahan SBY hingga masa pemerintahan Joko Widodo –
Jusuf Kalla dewasa ini, telah terdapat legacy yang baik terkait dengan pengembangan
dan pembangunan ekonomi kreatif di Indonesia. Secara kronologis, kebijakan ekonomi
kreatif dimulai di tanah air sejak munculnya pernyataan Presiden SBY tentang urgensi
peningkatan industri kerajinan dan kreativitas bangsa yang ditandai dengan
terselenggaranya Pekan Produk Budaya Indonesia 2007, kemudian berubah nama
menjadi Pekan Produk Kreatif Indonesia 2009. Selain itu, upaya serius pemerintah
dalam mengembangkan sektor ekonomi kreatif juga ditandai oleh terbitnya Instruksi
Presiden Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif serta
munculnya Perpres Nomor 92 Tahun 2011 yang menjadi dasar hukum terbentuknya
kementerian baru yang mengurusi ekonomi kreatif, yaitu Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif. Pada tingkat kementrian, juga muncul Peraturan Menteri Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif tentang Rencana Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif Tahun 2012-2014. Di dalam rencana strategis itu telah tersusun dengan detail
pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia.
Terkait dengan beberapa jenis kegiatan/pranata ekonomi kreatif di tanah air,
kementrian pariwisata dan ekonomi kreatif RI sejauh ini telah memetakan beberapa
kendala terkait pengembangan ekonomi kreatif, termasuk kegiatan kerajinan, yaitu :

a. Pengembangan industri kreatif belum optimal, terutama disebabkan kurangnya daya


tarik industri, adanya posisi dominan usaha kreatif, model bisnis industri kreatif yang
belum matang, serta risiko usaha yang harus dihadapi;
b. Pengembangan konten, kreasi, dan teknologi kreatif belum optimal, terutama
disebabkan infrastruktur internet belum memadai, infrastruktur gedung pertunjukan
belum memenuhi standar, mahalnya mesin produksi, mahalnya piranti lunak
penghasil produk dan jasa kreatif, kurangnya riset konten, dan kurangnya aktivitas
pengarsipan konten;
c. Kurangnya perluasan dan penetrasi pasar bagi produk dan jasa kreatif di dalam dan
luar negeri, terutama disebabkan oleh kurangnya apresiasi terhadap kreativitas lokal,

Swakelola Pekerjaan Survey Kelayakan Pengembangan Kerajinan Tradisional Wawonii -3


Kerangka Acuan Kerja (KAK)

kurangnya konektivitas jalur distribusi nasional, terkonsentrasinya pasar luar negeri,


tingginya biaya promosi, belum diterapkannya sistem pembayaran online, dan
rendahnya monitoring terhadap royalti, lisensi, hak cipta;
d. Lemahnya institusi industri kreatif, terutama disebabkan oleh belum adanya payung
hukum yang mengatur tata kelola masing-masing subsektor industri kreatif; iklim
usaha belum cukup kondusif, apresiasi yang rendah dan pembajakan yang tinggi,
dan transaksi elektronik belum diregulasi dengan baik;
e. Minimnya akses pembiayaan pelaku sektor ekonomi kreatif, terutama disebabkan
belum sesuainya skema epmbiayaan dengan karakteristik industri kreatif yang
umumnya belum bankable, high risk high return, cash flow yang fluktuatif, serta aset
yang bersifat intangible; dan
f. Pengembangan sumber daya ekonomi kreatif belum optimal, baik sumber daya alam
maupun sumber daya manusia, antara lain masalah kelangkaan bahan baku,
kurangnya riset bahan baku, kesenjangan antara pendidikan dan industri, serta
standardisasi dan sertifikasi yang belum baik.

Kendala-kendala pengembangan ekonomi kreatif sebagaimana dikemukakan


di atas juga hampir seluruhnya terlihat dalam upaya pengembangan potensi beberapa
pranata ekonomi kreatif di Kabupaten Konawe Kepulauan, utamanya pranata kerajinan
tradional rakyat. Sebagai daerah yang mayoritas didiami oleh masyarakat hukum adat
Wawonii, Kabuparen Konawe Kepulauan memiliki warisan seni budaya tradisional khas
yang hingga saat ini masih banyak diminati oleh masyarakat setempat, baik untuk
dikelola sebagai usaha ekonomi berskala rumah tangga, maupun untuk dinikmati
sebagai bagian dari pranata seni budaya lokal. Kebanyakan dari warisan seni budaya
tersebut hadir dalam rupa aneka jenis kerajinan tangan yang memiliki corak dan motif
khas Wawonii.
Pada konteks lokal di Kabupaten Konawe Kepulauan, upaya masyarakat dan
pemerintah daerah setempat dalam mengembangkan kerajinan tradisional setempat
terkendala oleh kurangnya daya tarik industri, lambatnya perkembangan konten, kreasi
dan teknologi kreatif, kurangnya perluasan dan penetrasi pasar, lemahnya payung
hukum yang dapat mendorong tumbuhnya industri kerajinan lokal, serta minimnya akses
pembiayaan pelaku usaha kerajinan.
Beberapa kendala di atas tentu saja tak bisa didiamkan begitu saja. Harus ada
upaya serius dari para pemangku kepentingan strategis (stakeholder) untuk bersama-
sama masyarakat menumbuh-kembangkan usaha kerajinan khas Wawonii tersebut
sebagai bagian dari prana ekonomi kreatif yang dapat memperluas lapangan kerja,
meningkatkan pendapatan masyarakat, serta mendorong upaya pelestarian dan

Swakelola Pekerjaan Survey Kelayakan Pengembangan Kerajinan Tradisional Wawonii -4


Kerangka Acuan Kerja (KAK)

pengembangan warisan seni budaya Wawonii, tidak saja di tingkat Kabupaten Konawe
Kepulauan dan provinsi Sulawesi Tenggara pada khususnya, bahkan hingga ke tingkat
Nasional pada umumnya.

2. Dasar Hukum

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, pasal 32 ayat (1)
yang menyebutkan bahwa : “Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di
tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam
memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya”.
b. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3472) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor
10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3790);
c. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3818);
d. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2001 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4130);
e. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2001 Nomor 110, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4131);
f. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4220);
g. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4866);
h. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4389);

Swakelola Pekerjaan Survey Kelayakan Pengembangan Kerajinan Tradisional Wawonii -5


Kerangka Acuan Kerja (KAK)

i. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian, (Lembaran Negara


Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 212, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5316);
j. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Simpan Pinjam Oleh Koperasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995
Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3591);
k. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun1997 tentang Kemitraan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 91, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3718);
l. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1998 tentang Pembinaan dan
Pengembangan Usaha Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998
Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3743);
m. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 Tentang Kebijakan Industri Nasional;
n. Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif

3. Maksud dan Tujuan

Maksud pelaksanaan pekerjaan survey kelayakan pengembangan kerajinan


tradisional Wawonii ini adalah untuk mendorong tumbuhnya prakarsa/inisiatif ekonomi
masyarakat Konawe Kepulauan, khususnya masyarakat adat Wawonii untuk
mengembangkan unit-unit usaha kerajian tradisional khas Wawonii berskala kecil dan
menegah sebagai lapangan usaha ekonomi kreatif dalam rangka menciptakan
lapangan kerja, sekaligus melestarikan dan mengembangkan khazanah kebudayaan
khas daerah di Kabupaten Konawe Kepulauan. Adapun tujuan yang hendak dicapai
dari pelaksanaan kegiatan ini adalah :
a. Untuk memperoleh gambaran mengenai kondisi, proses produksi serta kelayakan
teknis, keuangan, pemasaran dan sosial-ekonomi dari beberapa unit usaha
kerajinan tradisional khas Wawonii yang saat ini sedang dikelola oleh warga
masyarakat Konawe Kepulauan.
b. Untuk memperoleh gambaran mengenai model pengembangan beberapa jenis
usaha kerajinan khas Wawonii yang prospektif dan layak ditumbuh-kembangkan
sebagai potensi usaha ekonomi kreati di lihat dari aspek-aspek kelayakan teknis,
keuangan, pemasaran dan sosial ekonomi.

Swakelola Pekerjaan Survey Kelayakan Pengembangan Kerajinan Tradisional Wawonii -6


Kerangka Acuan Kerja (KAK)

4. Manfaat

Hasil pelaksanaan proyek/pekerjaan study kelayakan pengembangan usaha


kerajinan tradisional Wawonii ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat
kepada pihak-pihak sebagai berikut :

a. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Konawe Kepulauan, diharapkan dapat


menjadi referensi/bahan pertimbangan dalam penyusunan kebijakan
pengembangan usaha ekonomi kretif di Kabupaten Konawe Kepulauan,
khususnya yang berbasis pada pemanfaatan potensi kerajinan tradisional khas
Wawonii. Selain itu, hasil pekerjaan ini juga diharapkan dapat menjadi bagian dari
upaya pemerintah daerah Kabupaten Konawe Kepulauan dalam melestarikan dan
mengembangan khazanah kebudayaan lokal di daerah ini.
b. Bagi khalayak masyarakat Konawe Kepulauan, diharapkan dapat menjadi
sumber informasi bisnis untuk mengembangkan usaha-usaha kerajinan tradisional
khal Wawonii yang layak dikelola secara komersil sebagai unit-unit usaha kreatif
berskala kecil dan menengah yang dapat menghasilkan pendapatan yang
memadai. Selain itu, masyarakat Konawe Kepulauan lainnya dapat menarik
manfaat dari hasil kegiatan ini sebagai akses memperoleh barang-barang
keperluan seni budaya lokal yang menggambungkan corak tradisional dan standar
teknologi modern.
c. Bagi sektor swasta dan investor lokal, diharapkan dapat menjadi sumber
informasi dan peluang bisnis guna memilih dan mengembangkan investasi usaha
ekonomi kreatif yang berbasis pada potensi masyarakat dan sumberdaya lokal di
Kabupaten Konawe Kepulauan.

5. Sumber Pendanaan

Pendanaan pekerjaan Swakelola Survey Kelayakan Pengembangn Kerajinan


Tradisional Wawonii ini bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) Kabupaten Konawe Kepulauan Tahun Anggaran 2016 yang tercantum dalam
Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) SKPD Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Konawe Kepulauan Tahun Anggaran 2016.

Swakelola Pekerjaan Survey Kelayakan Pengembangan Kerajinan Tradisional Wawonii -7


Kerangka Acuan Kerja (KAK)

6. Lokasi Pelaksanaan

Lokasi pelaksanaan pekerjaan Survey Kelayakan Pengembangn Kerajinan


Tradisional Wawonii ini adalah di dalam wilayah administratif Kabupaten Konawe
Kepulauan.
Gambar 1.
Peta Administrasi Kabupaten Konawe Kepulauan
Provinsi Sulawesi Tenggara

7. Produk/Hasil Pekerjaan

Pekerjaan Survey Kelayakan ini diharapkan akan menghasilkan produk fisik


berupa sebuah dokumen/naskah yang berisi dokumen hasil survey kelayakan
pengembangan kerajinan tradisional Wawonii di Kabupaten Konawe Kepulauan.
Dokumen ini sekurang-kurang berisi materi muatan dengan komposisi isi sebagai
berikut :
Kata Pengantar/Sambutan Kepala Bappeda Kabupaten Konawe Kepulauan
Lembar Pengesahan
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Daftar Lampiran

Swakelola Pekerjaan Survey Kelayakan Pengembangan Kerajinan Tradisional Wawonii -8


Kerangka Acuan Kerja (KAK)

I. Pendahuluan
II. Tinjauan Konseptual dan Teoritis
III. Gambaran Umum Kabupaten Konawe Kepulauan
IV. Aspek Kelayakan Teknis
V. Aspek Kelayakan Pasar dan Pemasaran
VI. Aspek Kelayakan Sosial Ekonomi dan Budaya
VII. Aspek Kelayakan Keuangan
VIII. Aspek Kelayakan Manajemen
IX. Penutup

Daftar Pustaka
Lampiran-Lampiran (peta, sketsa/ desain/foto-foto, dan lain-lain)

8. Metodologi

a. Pendekatan

Pekerjaan survey kelayakan ini menggunakan pendekatan kualitatif dan


kuantitatif dengan jenis kajian deskriptif yang dimaksudkan untuk untuk
memperoleh gambaran atau lukisan keadaan, proyeksi keadaan atau kelayakan
usaha secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antar fenomena sosial-ekonomi dan perdagangan yang terkait dengan
pengembangan usaha kerajinan tradisional Wawonii sebagai bagian dari jenis
usaha ekonomi kreatif. Pendekatan kuantitatif terutama ditujukan pada upaya
penggambaran kondisi usaha yang berkaitan dengan aspek keuangan, khususnya
dalam hal-hal sebagai berikut :

1). Proyeksi Pendapatan dari jenis usaha kerajinan yang ada saat ini dan yang
hendak dikembangkan.
2). Proyeksi Biaya Pengembangan usaha yang hendak dikembangkan
3). Analisa Kelayakan Investasi dari jenis usaha yang hendak dikembangkan,
yang antara antara lain terdiri atas :
a) Analisa perkiraan aliran kas (cash-flow)
b) Analisa kelayakan investasi dengan menggunakan pendekatan Net
Present Vlue (NPV dan Payback Period (PP).

Swakelola Pekerjaan Survey Kelayakan Pengembangan Kerajinan Tradisional Wawonii -9


Kerangka Acuan Kerja (KAK)

b. Batasan Pengertian dan Ruang Lingkup

Beberapa istilah yang digunakan dalam proyek study kelayakan ini diberi batasan
pengertian sebagai berikut :

1) Study Kelayakan dimaksudkan sebagai rangkaian kegiatan pengkajian atau


penilaian sistimatis atas kondisi kelayakan jenis usaha tertentu pada saat ini
atau proyeksi kelayakan kondisi usaha di masa yang mendatang
berdasarkan aspek-aspek penilaian tertentu guna memperoleh gambaran
informatif untuk proses pengambilan keputusan, yakni apakah kondisi usaha
saat ini atau proyeksi kondisi usaha sejenis di masa yang akan datang, layak
dipertahankan, dilanjutkan, dikembangkan atau diperbaiki, ataukah
sebaliknya, yakni apakah kondisi usaha saat ini atau proyeksi kondisi usaha
sejenis di masa yang akan datang itu sebaiknya dihentikan atau dilakukan
peninjauan ulang dengan melakukan perubahan-perubahan seperlunya.
Dalam proyek ini, aspek penilaian tersebut dibatasi pada aspek-aspek
sebagai berikut :
a) Aspek Teknis, dalam hal ini berkaitan erat dengan teknis produksi,
operasional dan teknologi yang digunakan. Penilaian pada aspek ini
dapat membuahkan kalkulasi penaksiran biaya investasi usaha yang
sedang berjalan dan yang akan dikembangkan. Disebutkan pula bahwa
penilaian pada aspek teknis akan mengungkapkan kebutuhan yang
diperlukan serta bagainana secara teknis proses produksi akan
dijalankan, yakni dengan sebelumnya mengkaji kapasitas produksi, jenis
teknologi yang digunakan, pemakaian peralatan dan mesin, lokasi usaha,
dan lain-lain.
b) Aspek Keuangan, berkaitan erat dengan sumber dana yang akan
diperoleh serta proyeksi pengembalian dana, struktur dan sumber
pembiayaan investasi yang sehat, proyeksi pendapatan usaha, proyeksi
biaya pengembangan usaha, serta prospek kemampuan usaha
menghasilkan keuntungan.
c) Aspek Pasar dan Pemasaran, dalam hal ini berkaitan dengan proyeksi
potensi atau peluang pasar (segmen dan pangsa pasar), kekuatan
pesaing produk sejenis, strategi pemasaran serta faktor eksternal lain
yang dapat mempengaruhi permintaan produk sejenis di pasaran.
d) Aspek Sosial Ekonomi dan budaya, dalam hal ini terkait dengan
pengaruh pengembangan usaha terhadap pendapatan daerah,
pendapatan masyarakat, penambahan dan pemerataan kesempatan

Swakelola Pekerjaan Survey Kelayakan Pengembangan Kerajinan Tradisional Wawonii - 10


Kerangka Acuan Kerja (KAK)

kerja, dampak terhadap spirit pelestarian dan pengembangan seni


budaya masyarakat, dan sebagainya.
e) Aspek Manajemen, berkaitan erat dengan pengelolaan usaha dan
operasionalnya, seperti tentang jenis dan jumlah tenaga kerja yang
diperlukan untuk mengelola dan mengoperasikan usaha, serta kualifikasi
tenaga kerja, sumber pengadaan tenaga kerja, program training yang
diperlukan dan dimana program training itu akan dilakukan, serta jenis
dan jumlah nilai balas jasa tenaga kerja.

c. Kerajinan Tradisional Wawonii, diartikan sebagai produk, karya atau buah


tangan kreatif yang dibuat/diproduksi oleh para pengrajin lokal dalam model
desain, corak, motif dan spirit seni-budaya Wawonii yang telah dikenal dan diakui
sebagai bagian dari tradisi khas orang Wawonii secara turun temurun di wilayah-
wilayah persekutuan adat orang Wawonii. Dalam proyek ini, kajian kelayakan
terhadap produk/karya atau buah tangan kreatif berciri khas Wawonii tersebut
diarahkan pada produk-produk tradisional yang berasal dari bahan daun kolosua
dan/atau pandan (agel), rotan, kayu dan bambu.

d. Metode Pengumpulan Data

1). Desk-Study, yakni rangkaian kegiatan penelaahan dan pengkajian data


dokumentatif yang dimiliki oleh instansi pemerintah daerah (utamanya dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Konawe Kepulauan dan Provinsi
Sultra), serta sumber-sumber informasi tertulis lainnya dari buku-buku,
buletin, jurnal dan lain-lain yang diperlukan dalam pekerjaan survey
kelayakan ini.
2). Observasi, yakni rangkaian kegiatan pengamatan, pengukurandan
penelaahan kondisi obyektif beberapa jenis usaha kerajinan tradisional di
Kabupaten Konawe Kepulauan, khususnya terkait dengan dengan
lokasi/tempat dan kapasitas usaha, proses produksi, kegiatan manajerial,
lokasi tempat pemasaran produk hasil kerajinan, dan lain-lain.
3). Wawancara mendalam (indepth interview) dengan para pemilik (produsen
atau pelaku usaha kerajinan tradisional Wawonii, serta para konsumen dan
informan lainnya yang dipandag dapat memberikan informasi berguna yang
terkait dengan maksud dan tujuan pelaksanaan pekerjaan survey kelayakan
ini.

Swakelola Pekerjaan Survey Kelayakan Pengembangan Kerajinan Tradisional Wawonii - 11


Kerangka Acuan Kerja (KAK)

e. Teknik Pengolahan dan Analisa Data

Data/informasi primer maupun sekunder yang diperoleh dari beberapa


teknis pengumpulan data atas, akan dianalisis dengan menggunakan teknik
analisis isi (content analysis) dan teknik analisis investasi. Teknik analisis isi
pada prinsipnya merupakan rangkaian penelaahan, klasifikasi dan kategorisasi
materi muatan dari setiap item data/informasi yang diperoleh, untuk kemudian
diinterpretasikan sesuai dengan keterkaitan (relevansi) dan hubungan-hubungan
tematik dari arah dan sifat materi muatan itu untuk menarik kesimpulan-
kesimpulan yang diperlukan. Sedangkan teknik analisis investgasi dalam hal ini
menggunakan dua formula, yaitu Net Present Value (NPV) dan Payback Period
(PP).
Kedua teknis analisis di atas akan diinterpretasikan secara deskriptif
untuk memberoleh gambaran kuantitatif dan kualitatif secara sistematis dan
konprehensif.

9. Kebutuhan Tenaga Ahli dan Tenaga Pendukung/Penunjang

Kebutuhan tenaga ahli dan tenaga pendukung/penunjang pekerjaan Survey


Kelayakan Pengembangan Kerajinan Tradisional Wawonii dapat dilihat pada tabel 1
dan tabel 2 berikut ini.

Swakelola Pekerjaan Survey Kelayakan Pengembangan Kerajinan Tradisional Wawonii - 12


Kerangka Acuan Kerja (KAK)

Tabel 1
Daftar Kebutuhan Tenaga Ahli Dalam Pekerjaan Survey Kelayakan Pengembangan
Kerajinan Tradisional Wawonii
2016

Kualifikasi Pengalaman
(Tahun)
Tenaga Ahli/
Kulifikasi Pengalaman Pengalaman
No. Bidang Jumlah Waktu
Pendidikan dalam Bekerja Di
Keahlian (Orang) Penugasan
Formal Pekerjaan Lokasi Yang
Yang Sama
Relevan
1 Ahli Kerajinan Minimal S-1 5 1 3 Bulan
semua bidang,
memahami
1
seluk beluk
masalah
kerajinan
1 Ahli Minimal S-1 3 1 2 Bulan
Kebudayaan 1 Bidang
Antropologi
2 Ahli Ekonomi Minimal S-1 3 1 2 Bulan
Mikro Bidang yang
1 terkait dengan
kajian Ekonomi
Mikro
3 Ahli Minimal S-1 3 1 2 Bulan
Manajemen bidang
1
ekonomi
manajemen
Jumlah 4

Tabel 2

Swakelola Pekerjaan Survey Kelayakan Pengembangan Kerajinan Tradisional Wawonii - 13


Kerangka Acuan Kerja (KAK)

Daftar Kebutuhan Tenaga Pendukung/ Penunjang Dalam Pekerjaan Pekerjaan Survey


Kelayakan Pengembangan Kerajinan Tradisional Wawonii
2016

Posisi Pengalaman Waktu


Tenaga Kualifikasi
Dalam Jumlah Kerja Penugasan
No. Pendukung Pendidikan
Tim (Tahun)
1 Sekretaris Anggota 1 Minimal S-1 3 3 Bulan
Segala
Jurusan
2 Surveyor/Data Anggota 3 Minimal 2 2 Bulan
Collector SMA/ S:TA
segala
jurusan
3 Tenaga Anggota 1 Minimal 1 3 Bulan
Administrasi SLTA/
Sederajat
4 Sopir/Driver Anggota 1 Minimal 1 3 Bulan
SLTP

10. Laporan

a. Laporan Pendahuluan Kegiatan (Preliminary Report)


Laporan Pendahuluan (preliminary action report) merupakan laporan yang
menjabarkan kerangka acuan kerja sebagaimana yanag telah disusun pihak
pemberi pekerjaan, yakni mencakup : pendahuluan, latar belakang pekerjaan,
maksud dan tujuan, ruang lingkup pekerjaan, metode dan pendekatan
pelaksanaan pekerjaan, jadwal rencana pelaksanaan kegiatan, maupun
instrument–instrument survei dan wawancara yang akan digunakan di lapangan
pada saat survei lapangan.
Laporan pendahuluan diserahkan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh)
hari sejak tanggal penandatanganan kontrak kegiatan dan Surat Perintah Kerja
(SPK) ditetapkan dan dikeluarkan oleh pengguna jasa dalam hal ini Pejabat
Pembuat Komitmen (PPK) kegiatan, jumlah dokumen laporan pendahuluan
kegiatan sebanyak 10 (sepuluh) rangkap buku dalam format ukuran standar A4,
diserahkan setelah direvisi. Sampul soft cover warna cerah, layout menarik dan
informatif bertuliskan judul laporan dokumen kegiatan dan keterangan pengguna
jasa dan penyusun/pelaksana kegiatan.

Swakelola Pekerjaan Survey Kelayakan Pengembangan Kerajinan Tradisional Wawonii - 14


Kerangka Acuan Kerja (KAK)

b. Laporan Pertengahan Kegiatan (Midterm Report)

Laporan pertengahan (midterm report) merupakan laporan hasil desk study,


wawancara dan survey lapangan, serta kajian dan analisa hasil pekerjaan
lapangan yang dilakukan dalam rangkaian proses penyusunan dokumen hasil
survey kelayakan pengembangan kerajinan tradisional Wawonii. Laporan
pertengahan diserahkan diserahkan selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari
sejak tanggal penandatanganan Kontrak dan Surat Perintah Kerja (SPK)
ditetapkan dan dikeluarkan oleh pengguna jasa dalam hal ini Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK) kegiatan, jumlah dokumen laporan pertengahan kegiatan
(Midterm Report) sebanyak 10 (sepuluh) rangkap buku dalam format ukuran
standar A4. Sampul soft cover warna cerah, layout menarik dan informatif,
bertuliskan judul laporan dokumen kegiatan dan keterangan pengguna jasa dan
penyusun/pelaksana kegiatan.

c. Draft Laporan Akhir

Draft Laporan akhir berisi antara lain materi hasil olahan dan analisis
data/formasi berikut berbagai materi terkait yang tercakup dalam lingkup
pekerjaan. Draft laporan akhir dibuat sebanyak 5 (lima) rangkap dan menjadi
bahan kajian utama dalam kegiatan seminar/konsultasi publik guna memperoleh
koreksi atau masukan konstruktif maupun substantif dari stakeholder yang
menjadi peserta seminar.

d. Laporan Akhir Kegiatan (Final Report)

Laporan Akhir (final report) mengacu pada hasil penyempurnaan konsep


draft laporan akhir yang telah diseminarkan/dikonsultasikan ke publik
sebelumnya dan disetujui oleh tim teknis untuk direvisi/diperbaiki lguna
difinalisasi menjadi laporan akhir (final report). Penyusunan laporan terdiri dari
beberapa tahapan, yakni mulai dari tahap persiapan, inventarisasi data sekunder
dan data primer, kompilasi data, analisa, perumusan alternatif rancangan
pengembangan usaha kerajinan tradisional Wawonii serta rekomendasi-
rekomendasi penyusunan kebijakan di bidang pengembangan kerajinan khas
Wawonii.
Laporan akhir diserahkan diserahkan selambat-lambatnya 90 (sembilan
puluh) hari sejak tanggal penandatanganan Kontrak dan Surat Perintah Kerja
(SPK) yang ditetapkan dan dikeluarkan oleh pengguna jasa, dalam hal ini
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). Jumlah dokumen laporan akhir kegiatan

Swakelola Pekerjaan Survey Kelayakan Pengembangan Kerajinan Tradisional Wawonii - 15


Kerangka Acuan Kerja (KAK)

(Final Report), sebanyak 10 (sepuluh) rangkap buku dalam format ukuran


standar A4. Sampul soft cover warna cerah, layout menarik dan informatif,
bertuliskan judul laporan dokumen kegiatan dan keterangan pengguna jasa dan
penyusun/pelaksana kegiatan.

e. Executive Summary

Laporan berbentuk Executive Summary (ringkasan kegiatan) merupakan


uraian ringkas laporan akhir yang telah mendapatkan penyempurnaan. Executive
Summary diserahkan bersama Laporan Akhir kegiatan dalam format A4 sebanyak
10 (sepuluh) buku dengan sampul soft cover warna cerah, layout menarik dan
bersifat informatif.

f. Dokumentasi Kegiatan

Seluruh proses penyusunan dan foto-foto dokumentasi dari pekerjaan


survey kelayakan pengembangan kerajinan tradisional Wawonii ini
didokumentasikan dalam bentuk backup file (softcopy) berupa wadah Compact-
Disk (CD) berkapasitas minimal 500 Megabyte (MB) sebanyak 1 (satu) buah/unit
lengkap.

1.1. Sumber Dana dan Pagu Anggaran

Pagu Anggaran yang tersedia untuk pelaksanaan pekerjaan swakelola Survey


Kelayakan Pengembangan Kerajinan Tradisional Wawonii ini bersumber dari dana
APBD Kabupaten Konawe Kepulauan Tahun 2016 melalui Daftar Pelaksanaan
Anggaran (DPA) SKPD BAPPEDA Kabupaten Konawe Kepulauan dengan jumlah
pagu anggaran pada DPA sebesar Rp. 180.000.000,- (seratus delapan puluh juta
rupiah), didalamnya sudah termasuk pajak-pajak sesuai ketentuan yang berlaku.

1.2. Waktu dan Rencana Jadwal Pelaksanaan

Waktu pelaksanaan pekerjaan Survey Kelayakan Pengembangan Kerajinan


Tradisional Wawonii ini adalah 3 (tiga) bulan kalender pada Tahun Anggaran 2016,
terhitung sejak tanggal penandatanganan kontrak/perjanjian kerjasama antara Pejabat
Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) dengan Pelaksana Swakelola. Sedangkan

Swakelola Pekerjaan Survey Kelayakan Pengembangan Kerajinan Tradisional Wawonii - 16


Kerangka Acuan Kerja (KAK)

rencana jadwal pelaksanaan pekerjaan Survey Kelayakan ini adalah sebagaimana


tertera pada tabel 3 berikut ini.

Tabel 3
Rencana Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Swakelola Survey Kelayakan
Pengembangan Kerajinan Tradisional Wawonii
2016

Bulan-1 Bulan-2 Bulan-3


No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan (administrasi) dan mobilisasi
1
tim
Koordinasi dan focus group discusi
2
(FGD)
Survey, observasi dan pengumpulan
3 Data dilapangan (data primer dan
sekunder)
Pengolahan/repro data dan analisis
4
data
5 Tahapan proses penyusunan laporan
6 Pelaporan :
a. Laporan Pendahuluan Kegiatan
b. Laporan Pertengahan Kegiatan
c. Draft Laporan Akhir Kegiatan
d. Laporan Akhir Kegiatan
e. Laporan Executive Summary
7 Seminar/Konsultasi Publik
Perbaikan/Penyempurnaan Laporan
8
Akhir
9 Penyerahan Pekerjaan

1.3. P e n u t u p

Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini dirancang untuk menjadi pedoman kerja bagi
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) dan pelaksana swakelola pekerjaan
Survey Kelayakan Pengembangan Kerajinan Tradisional Wawonii Tahun Anggaran
2016. Harapan kami, baik PPK, PPTK maupun Pelaksana Swakelola kelak dapat
mentaati, mematuhi dan mensinkronisasikan seluruh pelaksanaan pekerjaan dengan
materi yang terkandung dalam KAK ini. Konsistensi, kejujuran dan tanggungjawab
PPK, PPTK dan pelaksana swakelola sangat diperlukan untuk menghasilkan outcome

Swakelola Pekerjaan Survey Kelayakan Pengembangan Kerajinan Tradisional Wawonii - 17


Kerangka Acuan Kerja (KAK)

dan produk pekerjaan yang berkualitas dan sesuai dengan harapan dari semua pihak,
terutama harapan para pengambil kebijakan terkait dalam mewujudkan impian
pengembangan potensi kerajinan khas Wawonii di Kabupaten Konawe Kepulauan.
Akhirnya, kepada Allah SWT kami serahkan segala urusan. Semoga usaha
kecil ini dapat mendapat imbalan pahala yang setimpal dari-Nya. Amiiin ya Rabbal
Alamiiin.

Langara, Februari 2016

Pengguna Anggaran/
Kepala BAPPEDA
Kabupaten Konawe Kepulauan

(IR. ABD. HALIM, M.Si)


Nip. 19650406 199603 1 003

Swakelola Pekerjaan Survey Kelayakan Pengembangan Kerajinan Tradisional Wawonii - 18

Anda mungkin juga menyukai