Anda di halaman 1dari 4

SINOPSIS NOVEL

Judul : “Tahta Di Taman Kasih”


Pengarang : Ir.H. Yusran Taridala
Jumlah Halaman :
Kategori : Fiksi
Karakter : Novel Politik
Tahun Penulisan : 2007 s.d. 2008
Keterangan : Tulisan orisinil dan belum pernah diterbitkan atau dipublikasikan

Komentar Penulis :

Novel politik ini disajikan dalam bahasa dan alur cerita yang sederhana dengan
menyisipkan dua instrumen sekaligus, yakni instrumen edukatif (pendidikan politik)
dan instrumen hiburan.

Instrumen edukatif dalam novel ini terlihat pada : (1) beberapa adegan politik praktis
yang dapat dijadikan bahan pelajaran bagi mereka yang ingin terjun dalam dunia
politik yang sesungguhnya, (2) beberapa petikan cerita yang mengkritisi prilaku dan
karakter buruk para politisi hitam di partai politik, di lembaga parlemen dan di
lembaga birokrasi pemerintahan kita selama ini, serta (3) beberapa contoh prilaku
politik yang Islami dan ideal, yang seharusnya diperankan oleh para aktor politik.

Sedangkan instrumen hiburan dalam novel ini terlihat pada fragmen-fragment


romantis tentang ”cinta dan politik”, atau tentang bagaimana ”cinta” yang tulus dan
murni dapat membangkitkan energi-politik untuk menggapai puncak karir politik.

Ringkasan Cerita

Novel ”fiksi” ini menceritakan sepak terjang seorang politisi muda bernama ”Rusdy” (36
tahun) yang memendam obsesi besar merebut jabatan Bupati dalam event pilkada
langsung pertama di sebuah Kabupaten dalam wilayah geo-politik Sumatera bagian timur
yang dalam novel ini diilustrasikan sebagai Kabupaten Futur.

Sepeninggal ayahnya (seorang tua bijak yang sangat dihormati oleh masyarakat
setempat), Rusdy, yang kebetulan sedang menyandang posisi sebagai wakil ketua DPRD
Futur dan juga dikenal sebagai politisi muda yang tampan, cerdas, alim dan piawai
menggunakan berbagai jurus politik praktis itu, mulai meretas jalan panjang dan berliku
untuk menghadapi konstelasi politik menjelang pilkada yang ’panas’ dan kompetitif.
Dalam meretas jalan panjang itu, Rusdy harus melewati masa-masa yang serba sulit,
terutama karena mengaku dirinya ”tak punya apa-apa” dan harus berhadapan dengan
lawan-lawan politik yang lebih senior, berduit tebal, terkadang licik dan memiliki
dukungan mesin politik yang lebih besar. Dalam masa-masa sulit itu, yang paling berat
dirasakan oleh Rusdy adalah : pertama - bagaimana menghadapi Amran Abdullah, calon
bupati incumbent yang masih aktif menjabat sebagai Bupati Futur dan karenanya
memiliki ’segalanya’, serta yang kedua, justru bagaimana menghadapi Sarah, istrinya
sendiri, yang sejak awal memang tak menyukai dan sama sekali tak pernah mendukung
karirnya di dunia politik.
Beberapa kali Rusdy sempat putus asa dan menyatakan hendak mundur dari bursa
pencalonan Bupati. Namun, atas dukungan moril dari sang ibu tercinta dan sahabat-
sahabat terdekatnya, Rusdy tetap berusaha tampil tegar dan menjalani ’segalanya’ dengan
penuh ketabahan, ketenangan, dan selalu berusaha dekat kepada Allah SWT.

Dalam suasana yang serba sulit itu, seberkas harapan tiba-tiba muncul dari seorang gadis
belia (28 tahun) bernama Susan. Sahabat Citra - adik Rusdy ini - ternyata telah sejak lama
mengamati sepak terjang Rusdy di dunia politik. Kebetulan, meski masih muda, Susan
sudah mulai gandrung dengan urusan politik. Ia pingin meneruskan profesi ayahnya, dan
kebetulan juga saat itu ia sedang menjabat sebagai sekretaris partai demokrasi baru
(PDB).

Susan lalu mempertemukan Rusdy dengan ayahnya, Ahmad Darusman, seorang tua kaya
dan mantan politisi senior di tingkat provinsi yang ternyata dikemudian hari juga
diketahui Rusdy sebagai mantan sahabat dekat mendiang ayahnya. Lewat ayah Susan
inilah, Rusdy mendapat banyak pelajaran tambahan tentang politik praktis, dan, yang
lebih penting dari itu, adalah ’akses’ untuk mendapatkan dukungan dana.

Setelah mendapatkan ”energi” yang cukup, Rusdy semakin percaya diri untuk maju
bertarung. Meski begitu, berbagai ujian politik masih terus-menerus dihadapi Rusdy.
Namun, di saat-saat yang paling kritis sekalipun, termasuk di saat penentuan pintu masuk
lewat partai, Susan selalu hadir memberi jalan keluar, meski hal itu tidak pernah
diketahui oleh Rusdy.

Dan, setelah berjuang selama kurang lebih enam bulan, Rusdy akhirnya berhasil meraih
obsesinya menjadi Bupati Futur. Sekitar tiga bulan setelah meraih posisi ini, kesibukan
Rusdy sebagai Bupati membuatnya lupa pada Susan, gadis manis yang telah memberinya
segalanya itu. Suatu ketika, Rusdy mendapat informasi dari Amir, penasihat politiknya,
bahwa sebenarnya, selain berjasa dalam membuka akses memperoleh dukungan dana,
Susan juga telah berjasa besar dalam mendukung Rusdy di saat menghadapi masa-masa
paling kritis menjelang Pilkada lalu. Hanya saja, Susan tidak ingin peranannya diketahui
Rusdy.

Menerima info itu, Rusdy ditimpa rasa menyesal. Ia lalu bertekad untuk membalas semua
kebaikan Susan kepadanya. Dan seperti langkah yang telah diambil Susan sebelumnya,
Rusdy juga tidak ingin Susan mengetahui langkahnya dibelakang layar. Dukungan diam-
diam terhadap Susan pun mulai ia susun. Di tahap awal, Rusdy menyuruh orang-orang
terdekatnya agar turun tangan membantu Susan yang tengah menghadapi event pemilihan
ketua DPC PDB Futur. Alhasil, atas dukungan finansial dari Rusdy, Susan pun terpilih
menjadi ketua partai. Selanjutnya, saat Susan ikut pemilu legislatif, secara diam-diam
Rusdy mengumpulkan seluruh kepala desa dan camat di daerah pemilihan Susan agar
mengarahkan warganya mendukung Susan. Alhasil pula, Susan pun berhasil duduk di
DPRD. Tidak sampai disitu, saat pemilihan ketua DPRD Futur, dengan berbagai skenario
yang dimainkan Rusdy, Susan akhirnya berhasil terpilih menjadi ketua DPRD termuda.

Sayang sekali, dibelakang hari, seluruh skenario yang dimainkan Rusdy untuk
mendukung Susan, diketahui oleh lawan-lawan politik Rusdy. Isu itu pun dimanfaatkan
untuk mulai menggoyang Rusdy dari jabatannya. Dibawah komando Fahrul, anak mantan
Bupati Futur yang ditumbangkan Rusdy dalam pilkada, yang belakangan diketahui
ternyata juga sangat mencintai Susan, prahara politik itu pun datang. Rusdy digoyang
habis-habisan dengan isu korupsi pada pos dana bantuan yang diambil Rusdy untuk
kepentingan mendukung karir politik Susan.

Prahara itu berujung pada proses penon-aktifan Rusdy dari jabatannya sebagai Bupati
setelah sebelumnya sempat dijebloskan ke Rutan dan kasusnya dilimpahkan ke
pengadilan negeri Futur. Berada di dalam tahanan jaksa, Rusdy bahkan semakin diuji
dengan peristiwa yang sangat memilukan. Istrinya - Sarah - yang sejak prahara politik itu
datang menimpa suaminya, ternyata mengalami stroke berat dan akhirnya berujung pada
kematian.

Dalam situasi yang sangat memilukan itu, lagi-lagi Susan hadir memberi jalan keluar.
Gadis manis ketua DPRD Futur yang juga belakangan mengetahui jasa Rusdy terhadap
dirinya itu, kembali hadir untuk mengatur skenario membebaskan Rusdy dari jeratan
vonis di pengadilan, sembari kembali memanfaatkan peran ayahnya untuk ikut membantu
memecahkan masalah dana. Dan alhasil, Rusdy pun pada akhirnya divonis bebas di
pengadilan negeri Futur, dan lalu sebulan kemudian aktif kembali sebagai Bupati seperti
sedia kala.

Jasa besar Susan yang kesekian kalinya itu membuat Rusdy mulai memendam benih
perasaan cinta. Apalagi, dimasa-masa setelah aktif kembali, Rusdy semakin selalu terlihat
bersama-sama Susan menghadiri acara-acara resmi pemerintah. Namun, disaat yang sama
pula, semakin hari Rusdy semakin tampak tak bergairah dalam menjalankan roda
pemerintahan. Di satu sisi, Rusdy masih menyimpan perasaan duka yang cukup dalam
setelah ditinggal Sarah, istrinya. Dan di sisi lain, ia merasa bingung menghadapi perasaan
dirinya sendiri yang tiba-tiba menaruh perasaan cinta pada Susan.

Dan ternyata, tidak sebagaimana Rusdy yang baru saja memendam benih perasaan seperti
itu, Susan justru sebaliknya. Telah sejak lama Susan menaruh perasaan sayang pada diri
Rusdy. Dan itu, dari sorot mata Susan, juga sudah diketahui oleh sang ibu dan sahabat-
sahabat dekat Rusdy sejak lama. Hanya saja, selain karena saat itu telah berkeluarga,
Rusdy juga dianggap sebagai public figur yang harus menjaga citra dirinya dimata orang
banyak.

Alur Pemaparan

Alur pemaparan cerita dalam novel politik ini disusun dalam beberapa fragmen peristiwa
secara terpisah, namun selalu memiliki kaitan alur cerita antara fragmen yang satu
dengan fragmen lainnya. Fragmen-fragmen tersebut dimuat dalam bagian-bagian tulisan
sebagai berikut :

Bagian Pertama, memaparkan setting sosial yang melatar-belakangi, sekaligus


membentuk citra dan karakter khusus para tokoh atau pemeran kunci, yang dalam
novel ini diceritakan memainkan adegan-adegan terpenting dalam berbagai
rangkaian peristiwa politik praktis. Para pemeran kunci tersebut adalah Rusdy,
Susan, Ibunda Rusdy, Ayah Susan, serta sahabat-sahabat terdekat Rusdy, termasuk
Amir, Burhan, Ahmad dan Fatma. Karakter tokoh yang ditonjolkan dalam bagian
pertama ini adalah bagaimana menggambarkan sosok seorang Rusdy selaku tokoh
sentral yang berprofesi sebagai politisi sejati dengan beberapa keunggulan lain,
seperti sangat patuh pada orang tua, paras wajah yang tampan, rendah hati, cerdas
dan alim. Selain sosok Rusdy, dibagian pertama ini juga penulis berusaha
membangun karakter seorang Susan, tokoh penting kedua dalam novel ini yang
digambambarkan sebagai seorang gadis belia yang cantik, penuh pesona, santun,
menyukai dunia politik dan selalu mengidolakan Rusdy.

Bagian Kedua, memaparkan setting situasi pra-konstruksi dimana Rusdy mulai


membangun gerakan politik praktis secara sistematik untuk mengikuti event
Pilkada. Pada situasi ini, Rusdy diceritakan mulai aktif mengatur taktik dan
strategi serta melakukan konsolidasi internal di kalangan sahabat-sahabatnya.
Namun, pada saat yang sama, Rusdy juga digambarkan mulai terperangkap dalam
situasi yang serba sulit, terutama berkaitan dengan ketersediaan dana, fasilitas dan
mesin politik yang serba terbatas.

Di bagian kedua ini, selain membangun image tentang pentingnya arti sahabat
dalam dunia politik, penulis mulai membangun karakter Susan sebagai tokoh
kunci yang memback-up karir politik Rusdy di masa-masa berikutnya. Lewat
peran-peran ’dibelakang layar’ yang dimainkan oleh tokoh Susan, Rusdy berhasil
melewati masa-masa sulit tadi.

Bagian Ketiga, memaparkan setting situasi politik yang makin memanas pada
momentum menjelang penentuan pintu pilkada, kampanye politik, hingga saat-
saat menjelang hari pemungutan dan perhitungan suara. Pada situasi ini, Rusdy
digambarkan telah memiliki rasa percaya diri dan fasilitas yang memadai untuk
membangun pencitraan diri (trust image building), mengamankan pintu pilkada,
mengacaukan konfigurasi politik lawan, melakukan penggalangan di tingkat
basis, melakukan kampanye verbal secara terbuka, dan akhirnya, memenangkan
pertarungan. Rusdy, di bagian ketiga ini, berhasil tampil sebagai Bupati terpilih
menaklukan lawan-lawan politiknya yang tangguh, termasuk calon bupati
incumbent.

Bagian keempat, memaparkan dua setting situasi yang secara paradoks dialami
Rusdy sekaligus, yakni masa-masa puncak dalam perjalanan karir politik sebagai
pemegang tahta tertinggi di pemerintahan Futur, dan masa-masa tersulit ketika
sebuah prahara politik datang mengguncang. Masa-masa puncak digambarkan
sebagai fase ketika Rusdy berhasil menata dan memimpin pemerintahan Futur
dengan baik di satu sisi, dan ketika Rusdy mampu membalas jasa Susan dengan,
secara diam-diam, berhasil mengantar Susan meraih karir politik tertinggi sebagai
ketua DPRD Futur di usia yang masih belia di lain pihak. Sedangkan masa-masa
tersulit digambarkan ketika Rusdy digoncang oleh prahara politik bertajuk
tuduhan korupsi yang lalu membawanya masuk mendekam dalam tahanan jaksa,
dinon-aktifkan dari jabatannya, dan juga harus menerima kenyataan pahit
ditinggalkan Sarah, istrinya.

Pada bagian keempat ini, tokoh Susan sebagai sosok yang selalu hadir membantu
Rusdy di saat-saat yang paling kritis, kembali dirilis oleh penulis. Disini, lagi-lagi
Susan datang membantu Rusdy untuk membebaskannya dari segala tuntutan
hukum, hingga akhirnya Rusdy bebas dan kembali aktif memimpin pemerintahan
Futur.

Bagian Kelima, juga memaparkan dua setting situasi sekaligus yang bersifat
paradoks terhadap tokoh Rusdy, yakni masa-masa tenang dan paling
membahagiakan dalam kehidupan pribadi Rusdy, dan masa-masa surut dalam
perjalanan karir politik Rusdy. Masa-masa tenang dan paling membahagiakan itu
digambarkan dengan adegan romantis ketika Rusdy dan Susan pada akhirnya
menikah dan menggenggam dua kekuasaan sekaligus di bumi Futur, yakni
kekuasaan eksekutif dan kekuasaan legislatif. Sedangkan masa-masa surut
dimaksud digambarkan dengan sebuah adegan tragis ketika dendam politik masa
lalu ”mengakhiri” hidup keduanya secara menggenaskan di sebuah taman indah
yang memang sebelumnya telah dipersiapkan oleh Rusdy sebagai hadiah cintanya
kepada Susan.

Anda mungkin juga menyukai