Anda di halaman 1dari 11

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM KASIH IBU TABANAN

NOMOR :

TENTANG

PELAYANAN DAN ASUHAN PASIEN


DI RSU. KASIH IBU TABANAN

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM KASIH IBU TABANAN

Menimbang :
a. Bahwa dalam mengupayakan pelayanan yang berkualitas, dibutuhkan suatu
standar yang dapat dipakai parameter dan acuan guna terciptanya efektivitas dan
efisiensi pelayanan di rumah sakit;
b. Bahwa untuk memperlancar terlaksananya kegiatan pelayanan pada pasien rawat
jalan dan rawat inap perlu peraturan yang mengarahkan asuhan yang seragam
bagi semua pasien;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan
huruf b perlu menetapkan keputusan Direktur tentang pemberian pelayanan yang
seragam untuk semua pasien di Rumah Sakit Umum Kasih Ibu Tabanan.

Mengingat :
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran ;
2. Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2009, tentang Kesehatan Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
3. Undang – Undang Nomor 44 Tahun 2009, tentang Rumah Sakit (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5072) ;
4. Permenkes RI Nomor 129/Menkes/SK/II/2008, tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :
KESATU : KEPUTUSAN RUMAH SAKIT UMUM KASIH IBU TABANAN
TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN DAN ASUHAN YANG
SERAGAM UNTUK SEMUA PASIEN.

KEDUA : Kebijakan tentang pemberian pelayanan yang seragam untuk semua pasien di
Rumah sakit Umum Kasih Ibu Tabanan sebagaimana tercantum dalam
lampiran keputusan ini.
KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila di kemudian
hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya

Ditetapkan di : Tabanan
Pada tanggal :
Direktur RSU. Kasih Ibu Tabanan

dr. I Ketut Sumiarta, M.Kes

Tembusan disampaikan Kepada Yth :


1. Komisaris Utama PT. Kasih Medikatama
2. Direktur PT. Kasih Medikatama
3. Divisi Yanmed
4. Divisi SDM & Diklat
5. Yang bersangkutan
6. Arsip
Lampiran SK DirekturNomor :
Tentang Pemberian Pelayanan dan Asuhan Pasien Di RSU. Kasih Ibu Tabanan

KEBIJAKAN DIREKTUR TENTANG PELAYANAN DAN ASUHAN PASIEN DI RSU.


KASIH IBU TABANAN

Lampiran Umum:
1. RSU Kasih Ibu Tabanan memberikan asuhan yang seragam kepada seluruh pasien sesuai
dengan perundang-undangan yang berlaku.
2. RSU Kasih Ibu Tabanan menetapkan proses untuk melakukan integrasi serta koordinasi
pelayanan dan asuhan kepada setiap pasien, dimana pelaksanaan asuhan terintegrasi pusatnya
adalah pasien harus mencangkup: pasien dan keluarga dalam proses layanan, DPJP sebagai
ketua team PPA, Perencanaan pemulangan, Asuhan Gizi, dan Manajer Pelayanan pasien
semuanya tercatat dalam Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT)
3. RSU Kasih Ibu Tabanan menetapkan bahwa rencana asuhan individual setiap pasien oleh
DPJP, Perawat, PPA lainnya dibuat dan didokumentasikan dalam rekam medis pasien dalam
waktu 24 jam setelah pasien masuk rawat inap.
4. RSU Kasih Ibu Tabanan menetapkan regulasi yang mengatur metode memberi instruksi.
5. RSU Kasih Ibu Tabanan menetapkan regulasi tindakan klinik dan diagnostik yang diminta,
dilaksanakan dan diterima hasilnya, serta disimpan di berkas rekam medis pasien.
6. RSU Kasih Ibu Tabanan menetapkan bahwa pasien dan keluarga diberi tahu tentang hasil
asuhan dan pengobatan termasuk hasil asuhan yang tidak diharapkan.
7. RSU Kasih Ibu Tabanan menetapkan regulasi bahwa asuhan pasien risiko tinggi dan pemberian
pelayanan risiko tinggi diberikan berdasar atas panduan praktik klinis dan peraturan
perundangan.
8. RSU Kasih Ibu Tabanan memberikan pelatihan kepada staf klinis untuk mendeteksi
(mengenali) perubahan kondisi pasien memburuk dan mampu melakukan tindakan.
9. RSU Kasih Ibu Tabanan memberikan pelayanan resusitasi yang tersedia di seluruh area rumah
sakit.
10. RSU Kasih Ibu Tabanan menetapkan pelayanan darah dan produk darah dilaksanakan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
11. RSU Kasih Ibu Tabanan menetapkanregulasi asuhan pasien yang menggunakan alat bantu
hidup dasar atau pasien koma.
12. RSU Kasih Ibu Tabanan menetapkan regulasi mengarahkan asuhan pasien penyakit menular
dan immuno-suppressed.
13. RSU Kasih Ibu Tabanan Regulasi mengarahkan asuhan pasien dialisis (cuci darah).
14. RSU Kasih Ibu Tabanan menetapkan pelayanan penggunaan alat penghalang (restraint).
15. RSU Kasih Ibu Tabanan memberikan pelayanan khusus terhadap pasien usia lanjut, mereka
yang cacat, anak, serta populasi yang berisiko disiksa dan risiko tinggi lainnya termasuk pasien
dengan risiko bunuh diri.
16. RSU Kasih Ibu Tabanan memberikan pelayanan khusus terhadap pasien yang mendapat
kemoterapi atau pelayanan lain yang berisiko tinggi (misalnya terapi hiperbarik dan pelayanan
radiologi intervensi).
17. RSU Kasih Ibu Tabanan menyediakan berbagai pilihan makanan sesuai dengan status gizi
pasien dan konsisten dengan asuhan klinisnya.
18. RSU Kasih Ibu Tabanan menetapkan pasien dengan risiko nutrisi menerima terapi gizi
terintegrasi.
19. RSU Kasih Ibu Tabanan menetapkan pelayanan pasien untuk mengatasi nyeri
20. RSU Kasih Ibu Tabanan melakukan asesmen dan asesmen ulang terhadap pasien dalam tahap
terminal dan keluarganya sesuai dengan kebutuhan mereka.
21. RSU Kasih Ibu Tabanan memberikan pelayanan pasien dalam tahap terminal dengan
memperhatikan kebutuhan pasien dan keluarga serta mengoptimalkan kenyamanan dan
martabat pasien yang didokumentasikan dalam rekam medis.

Lampiran Khusus:
Kebijakan pelayanan dan asuhan pasien dikembangkan secara kolaboratif dan terefleksi sebagai :
1. Pimpinan unit pelayanan di RS Kasih ibu tabanan bekerja sama dengan rumah sakit
untuk memberikan proses asuhan yang seragam yang mengacu pada peraturan
perundang- undangan yang berlaku. Pelayanan yang seragam tersebut meliputi.
a) Akses untuk asuhan dan pengobatan yang memadai diberikan oleh PPA (Profesional
Pemberi Asuhan) yang kompeten, tidak bergantung pada hari setiap minggu atau waktunya
setiap hari.
 Pada setiap unit pelayanan tersedia jadwal tugas yang mencerminkan jumlah, jenis, atau
kategori serta penentuan penanggung jawab atau coordinator jaga pada setiap hari dan shift
jaga.
 Diluar jam kerja kantor dan hari libur ada petugas (dokter, perawat, petugas lainnya) yang
tersedia dipanggil untuk menangani pasien dan kebutuhannya.
 Diluar jam kerja kantor dan hari libur ada petugas sebagai Duty Officer (MOD) yang
bekerja untuk mengkoordinasikan semua kegiatan dan menjamin proses pelayanan tetap
berjalan baik.

b) Penggunaan alokasi sumber daya yang sama antara lain staf klinis dan pemeriksaan
diagnostic untuk memenuhi kebutuhan pasien pada populasi yang sama.
 Semua pasien yang datang ke Unit Emergency harus melalui Triage untuk menentukan
tingkat kegawatan dan pemberian pelayanan sesuai kategori pasien.
 Pada setiap kategori ketergantungan pasien tersedia fasilitas / sumber daya yang sesuai.
 Penentuan petugas yang menangani pasien berdasarkan kompetensi yang dimiliki dan
tingkat ketergantungan pasien.

c) Pemberian asuhan yang diberikan kepada pasien sama disemua unit pelayanan di rumah
sakit.Akses, ketepatan pelayanan dan pengobatan tidak tergantungpada kemampuan pasien
untuk membayar atau sumber pembiayaannya.
 Semua pasien yang datang ke unit emergency harus melalui triage dan segera diberikan
pertolongan pertama tanpa membedakan suku, agama dan status sosial ekonomi.
 Setiap pasien yang datang berobat ke unit emergency dengan kasus gawat maupun tidak
gawat, harus diberikan pelayanan yang cepat, tepat dan efisien.
 Terhadap pasien yang gawat dilakukan perawatan, tindakan dan observasi kegawatan
secara intensif oleh dokter dan perawat sampai dengan kondisi klinis pasien stabil tanpa
mempertimbangkan biaya dan sumber pembiayaannya.
 Pada pasien yang sudah dalam perawatan namun mengalami kesulitan dalam pembiayaan
perawatannya, maka yang bersangkutan dianjurkan untuk berkonsultasi dengan bagian
keuangan rumah sakit. Pada kondisi demikian , perawatan, tindakan dan observasi yang
diberikan kepada pasien tetap sama seperti kepada pasien lainnya.

Ketergantungan kondisi pasien menentukan sumber daya yang dialokasikan untuk


memenuhi kebutuhan pasien.Tingkat pelayanan yang diberikan kepada pasien adalah sama
diseluruh RS.
 Tersedia sistem dan prosedur yang berlaku sama diseluruh unit pelayanan di RS.
 Semua pasien yang masuk ke rumah sakit untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang
sesuai dengan kebutuhannya dan sesuai dengan cakupan pelayanan yang disediakan oleh
rumah sakit.
 Semua order pemeriksaan dan penunjang lain yang diorder untuk pasien harus dituliskan
oleh dokter (mengacu pada kebijakan Rekam Medis).
 Pada pasien yang memerlukan tindakan pelayanan anestesi mendapat perlakukan yang
sama.
 Proses asuhan pada pasien ditetapkan dengan pengkajian hingga evaluasi. Proses
perencanaan dibuat berdasarkan pengkajian data awal yang dibuat berdasarkan kebutuhan
pasien. Perencanaan asuhan dibuat tidak lebih dar 24 jam setelah pasien masuk perawatan.
 Dalam pelayanan medis, pemantauan dilakukan oleh Case Manager antara lain :
Diagnosa harus ditegakkan paling lama 72 jam setelah pasien masuk rawat.
Menyarankan dilakukannya peninjauan kasus (Case Review) pada pasien yang telah
dirawat > 7 hari. Case Review tersebut akan dihadiri:
a. DPJP
b. Dokter lain yang terlibat
c. Sub Komite Mutu – Komite Medik
d. Manager Medik
e. DPJP harus membuat rencana perawatan (care plan) untuk setiap pasien yang dirawat
 DPJP harus melakukan pengkajian ulang (re-assessment) pada pasien rawat inap sesuai
dengan Kebijakan Pengkajian & Pengkajian Ulang Pasien.
 Perkembangan asuhan pasien dievaluasi dan direvisi sesuai dengan pengkajian ulang yang
dilakukan oleh setiap tenagakesehatan yang memberikan pelayanan.

d) Pasien dengan kebutuhan asuhan keperawatan yang sama menerima asuhan keperawatan
yang setara diseluruh rumah sakit.
 Petugas dalam memberikan pelayanan Keperawatan menghargai harkat dan martabat
manusia, keunikan klien dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan,
warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama yang dianut serta kedudukan
sosial.
 Tersedia standar pelayanan medik dan standar asuhan keperawatan yang sama diseluruh
unit pelayanan keperawatan.
 Semua pelayanan yang diberikan kepada pasien baik pelayanan medis maupun pelayanan
perawatan terintegrasi dan didokumentasikan dalam medical record pasien yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan.

e) Regulasi layanan dan asuhan pasien di RSU Kasih Ibu Tabanan menggunakan asesmen
IAR (Informasi, Analisis, Rencana), Form asesmen awal- asesmen ulang, panduan praktik
klinis (PPK), alur klinis terintegrasi/Clinical pathway, pedoman managemen nyeri, dan
regulasi untuk berbagai tindakan medis tertentu.

2. Pelayanan dan asuhan di RSU Kasih Ibu Tabanan terintegrasi di dan antar berbagai unit
pelayanan. Pelaksanaan asuhan pasien terintegrasi pusatnya adalah pasien dan
mencakupelemen sebagai berikut:
a) Asuhan pasien di RSU Kasih Ibu Tabanan melibatkan dan memberdayakan pasien dan
keluarga dimana DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pasien) sebagai ketua tim PPA
(Profesional Pemberi Asuhan).
b) PPA bekerja sebagai tim interdisiplin dengan kolaborasi inter professional antara lain
memakai panduan praktik klinis, panduan asuhan PPA lain disertai alur klinis terintegrasi
(clinical pathway) dan Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi/CPPT.
c) Pengintegrasian pelayanan dilakukan oleh Case Maneger (Maneger Pelayanan Pasien).
d) Asuhan palayanan pasien juga meliputi perencanaan pemulangan pasien dan asuhan gizi
teritegrasi.
e) Diperlukan komunikasi yang efektif antara PPA dan didokumentasikan didalam rekam
medis.

3. Asuhan untuk setiap pasien di RSU Kasih Ibu Tabanan direncanakan oleh DPJP,
Perawat dan PPA lainnya dalam waktu 24 jam sesudah pasien masuk rawat inap.
Rencana asuhan tersebut dilaksanakan dengan metode IAR. Dimana:
a) Rencana asuhan dibuat untuk setiap pasien dan dicatat oleh PPA yang memberikan asuhan
di rekamedis pasien.
b) Rencana asuhan pasien terintegrasi dibuat dengan sasaran berdasarkan data assessment
awal dan kebutuhan pasien.
c) Rencana asuhan dievaluasi secara berkala sesuai dengan kondisi pasien dimutahirkan,
direvisi oleh tim PPA berdasar assessment ulang.
d) Perkembangan tiap pasien dievaluasi berkala dan dibuat catatan pada CPPT oleh DPJP
sesuai dengan kebutuhan dan diverivikasi harian oleh DPJP.

4. Tatacara pemberian instruksi dilakukan oleh PPA/ oleh mereka yang bekompeten dan
yang berwenang.
a) Permintaan untuk pemeriksaan laboratorium dan diagnostic imaging harus disertai indikasi
klinis apabila meminta hasilnya berupa intepretasi.
b) Instruksi yang diberikan didokumentasikan dalam CPPT.

5. Segala tindakan klinis dan diagnostic di RSU Kasih Ibu Tabanan dilakukan pencatatan
dalam rekamedis. Dengan rincian sebagai berikut:
a) Staf yang meminta tindakan klinis dan diagnostic beserta apa alasan rencana tindakan
tersebut dicatat di rekamedis.
b) Hasil tindakan yang didapat dicatat di rekam medis
c) Pada pasien rawat jalan bila dilakukan tindakan diagnostic invasive/ beresiko harus
dilakukan assessment dan dicatat di rekam medis
6. RSU Kasih Ibu Tabanan menetapkan bahwa pasien dan keluarga dierikan informasi
tentang hasil asuhan dan pengobatan, begitupun pasien dan keluarga diberikan
informasi tentang hasil asuhan dan pengobatan yang tidak diharapkan.

7. Proses identifikasi pasien risiko tinggi dan pelayanan risiko tinggi di Rumah Sakit Umum
Kasih Ibu sesuai dengan populasi pasiennya serta penetapan risiko tambahan yang
mungkin berpengaruh pada pasien risiko tinggi dan pelayanan risiko tinggi.
a) Rumah sakit menetapkan dan melaksanakan regulasi untuk pasien risiko tinggi dan
pelayanan risiko tinggi.
 Untuk pasien risiko tinggi meliputi :
1) Pasien emergensi;
2) Pasien dengan penyakit menular
3) Pasien koma
4) Pasien dengan alat bantuan hidup dasar
5) Pasien “immuno-suppressed”
6) Pasien dialisis
7) Pasien dengan restrain
8) Pasien dengan risiko bunuh diri
9) Pasien yang menerima kemoterapi
10) Populasi pasien rentan, lansia, anak-anak, dan pasien berisiko tindak kekerasan atau
diterlantarkan
11) Pasien risiko tinggi lainnya

 Untuk pelayanan risiko tinggi meliputi


1) pelayanan pasien dengan penyakit menular
2) pelayanan pasien yang menerima dialisis
3) pelayanan pasien yang menerima kemoterapi
4) pelayanan pasien yang menerima radioterapi
5) pelayanan pasien risiko tinggi lainnya (misalnya terapi hiperbarik dan pelayanan
radiologi intervensi)
b) Rumah sakit memberikan pelatihan tentang pemberian pelayanan pasien resiko tinggi dan
pelayanan risiko tinggi.
c) Rumah sakit juga menetapkan risiko tambahan sebagai hasil tindakan atau rencana asuhan
(contoh, kebutuhan mencegah trombosis vena dalam, luka dekubitus, infeksi terkait
penggunaan ventilator pada pasien, cedera neurologis dan pembuluh darah pada pasien
restrain, infeksi melalui pembuluh darah pada pasien dialisis, infeksi saluran/slang sentral,
dan pasien jatuh.

8. (PAP 3.1) Pelaksanaan early warning system(EWS) di Rumah Sakit Umum Kasih Ibu
dilakukan menggunakan sistem skor yang di lakukan oleh semua staf klinis.
a) Semua staf dilatih untuk menggunakan early warning system(EWS).
b) Penerapan early warning system(EWS) membuat staf mampu mengidentifikasi keadaan
pasien memburuk sedini-dininya dan bila perlu mencari bantuan staf yang kompeten.

9. Pelayanan resusitasi yang tersedia di Rumah Sakit Umum Kasih Ibu dan diberikan
selama 24 jam setiap hari di seluruh area rumah sakit, serta peralatan medis untuk
resusitasi dan obat untuk bantuan hidup dasar terstandar sesuai dengan kebutuhan
populasi pasien.
a) Bantuan hidup dasar harus dilakukan secepatnya saat diketahui ada tanda henti jantung-
paru dan proses pemberian bantuan hidup kurang dari 5 (lima) menit.
b) Pelaksanaan resusitasi dilakukan oleh staf yang telah mendapatkan pelatihan resusitasi.

10. Rumah Sakit Umum Kasih Ibu memutuskan secara khusus untuk kelompok pasien yang
berisiko atau pelayanan yang berisiko tinggi agar tepat dan efektif dalam mengurangi
risiko terkait.
a) Sangatlah penting bahwa regulasi mengatur hal tersebut.
 Bagaimana perencanaan dibuat termasuk identifikasi perbedaan pasien dewasa dengan
anak atau keadaan khusus lain.
 Dokumentasi yang diperlukan oleh pelayanan secara tim untuk bekerja dan
berkomunikasi secara efektif Pertimbangan persetujuan khusus bila diperlukan.
 Persyaratan pemantauan pasien.
 Kompetensi atau keterampilan yang khusus staf yg terlibat dalam proses asuhan.
 Ketersediaan dan penggunaan peralatan khusu
b) Pelayanan darah dan produk darah di Rumah Sakit Umum Kasih Ibu diberikan sesuai
dengan peraturan perundang-perundangan meliputi antara lain
 Pemberian persetujuan (informed consent);
 Pengadaan darah;
 Identifikasi pasien;
 Pemberian darah;
 Monitoring pasien;
 Identifikasi dan respons terhadap reaksi transfuse.
c) Rumah Sakit Umum Kasih Ibu memiliki staf kompeten dan berwenang melaksanakan
pelayanan darah dan produk darah serta melakukan monitoring dan evaluasi.

11. Rumah Sakit Umum Kasih Ibu memberikan asuhan pasien alat bantu hidup dasar atau
pasien koma.
a) Pelaksanaan asuhan pasien koma terdokumentasi dalam rekam medis yang dilaksanakan
oleh PPA dan staf klinis.
b) Pelaksanaan asuhan pasien dengan alat bantuan hidup terdokumentasi dalam rekam medis
yang dilaksanakan oleh PPA dan staf klinis.

12. Rumah Sakit Umum Kasih Ibu memberikan asuhan pasien penyakit menular dan
immuno-suppressed.
a) Pelaksanaan asuhan pasien pemyakit menular terdokuemntasi dalam rekam medis yang
dilaksanakan oleh staf klinis, PPA, DAN IPCN/IPCLN..
b) Pelaksanaan asuhan pasien immuno-suppressed terdokumentasi dalam rekam medis yang
dilaksanakan oleh staf klinis PPA, DAN IPCN/IPCLN.

13. Rumah Sakit Umum Kasih Ibu memberikan asuhan pasien dialisis .
a) Pelaksanaan asuhan pasien dialsis terdokumentasi dalam rekam medis yang yang
dilaksanakan oleh PPA dan staf klinis..
b) Pelaksanaan evaluasi kondisi pasien secara berkala yang dilaksanakan oleh PPA dan staf
klinis dan terdokumentasi dalam rekam medis

14. Rumah Sakit Umum Kasih Ibu memberikan pelayanan penggunaan alat penghalang
(restraint), termasuk tentang informed consentnya dan evaluasi pasien secara berkala.
a) Pelaksanaan pelayanan penggunaan alat penghalang (restraint) dilakukan oleh staf klinis
dan terdokumentasi dalam rekam medis pasien.
b) Pelaksanaan evaluasi kondisi pasien secara berkala terdokumentasi dalam rekam medis
yang dilakukan oleh staf klinis

15. Pelayanan khusus di Rumah Sakit Umum Kasih Ibu terhadap pasien yang lemah, lanjut
usia, anak, dan yang dengan ketergantungan bantuan, serta populasi yang berisiko
disiksa dan risiko tinggi lainnya termasuk pasien dengan risiko bunuh diri.
a) Pelaksanaan asuhan pasien yang lemah dan lanjut usia yang tidak mandiri menerima
asuhan sesuai dengan kebijakan yang dilakukan oleh PPA dan staf klinis dan
terdokumentasi dalam rekam medis.
b) Pelaksanaan asuhan pasien anak dan anak dengan ketergantungan sesuai dengan kebijakan
dan terdokumentasi dalam rekam medis yang dilakukan oleh PPA dan staf klinis.
c) Pelaksanaan asuhan terhadap populasi pasien dengan risiko kekerasan dan risiko tinggi
lainnya termasuk pasien dengan risiko bunuh diri sesuai dengan kebijakan dan
terdokumentasi dalam rekam medis yang dilakukan oleh PPA dan staf klinis.

16. Pelayanan khusus Rumah Sakit Umum Kasih Ibu terhadap pasien yang mendapat
kemoterapi atau pelayanan lain yang berisiko tinggi.
a) Pelaksanaan pelayanan risiko tinggi lain (misalnya terapi hiperbarik dan pelayanan
radiologi intervensi) sesuai dengan kebijakan yang di lakukan oleh PPA dan staf klinis dan
terdokumentasi dalam rekam medis.
b) Pelaksanaan pelayanan pasien yang mendapat kemoterapi dilakukan oleh PPA dan staf
klinis sesuai dengan kebijakan dan terdokumentasi dalam rekam medis.

17. RSU Kasih Ibu Tabanan menetapkan setiap pasien yg berada di RSU Kasih Ibu
Tabanan diberikan berbagai pilihan makanan sesuai dengan status gizi pasien dan
konsisten dengan asuhan klinisnya, dengan elemen – elemen sebagai berikut :
a) Dalam proses pemesanan makanan, di cantumkan bukti pemesanan pasien sesuai dengan
status gizi dan kebutuhan pasien serta dicatat di rekam medis pasien RSU Kasih Ibu
Tabanan.
b) Makanan yang disiapkan dan disimpan di tempat yang disediakan oleh RSU Kasih Ibu
Tabanan, bertujuan mengurangi risiko kontaminasi dan pembusukan makanan.
c) Distribusi makanan di RSU Kasih Ibu Tabanan di laksanakan tepat waktu sesuai dengan
kebutuhan.
d) Keluarga yang membawa makanan bagi pasien, mereka diberi edukasi tentang pembatasan
diet pasien, untuk menghindari kontaminasi dan risiko terjadinya pembusukan pada
makanan
e) Keluarga yang membawa makanan atau makanan yang di bawa oleh pengunjung untuk
pasien, di berikan edukasi agar makanan dapat di simpan secara benar dan mngurangi
kontaminasi.
18. Pasien di RSU Kasih Ibu Tabanan diberikan asesmen awal dan diskrining untuk
mengetahui risiko nutrisi yang dialami. RSU Kasih Ibu Tabanan menetapkan regulasi
untuk pasien dengan risiko nutrisi dan menerima terapi gizi terintegrasi dengan elemen
– elemen sebagai berikut :
a) Dalam pemberian terapi gizi terintegrasi pada pasien risiko nutrisi di cantumkan bukti
pemberian terapi
b) Asuhan gizi terintegrasi mencakup rencana, pemberian, dan monitor terapi gizi.Evaluasi
dan monitoring terapi gizi pada pasien ,dicatat di rekam medis pasien

19. RSU Kasih Ibu Tabanan menetapkan pelayanan pasien untuk mengatasi nyeri meliputi:
a) RSU Kasih Ibu Tabanan menetapkan proses untuk melakukan skrining, asesmen, dan
pelayanan untuk mengatasi nyeri meliputi :
1. Identifikasi pasien untuk rasa nyeri pada asesmen awal dan asesmen ulang.
2. Memberi informasi kepada pasien bahwa nyeri dapat disebabkan oleh tindakan atau
pemeriksaan.
3. Melaksanakan pelayanan untuk mengatasi nyeri terlepas dari mana nyeri itu berasal.
4. Melakukan komunikasi dan edukasi kepada pasien dan keluarga perihal pelayanan
untuk mengatasi nyeri sesuai dengan latar belakang agama, budaya, nilai-nilai
pasien, dan keluarga.
5. Melatih PPA tentang asesmen dan pelayanan untuk mengatasi nyeri.
b) Pasien nyeri menerima pelayanan untuk mengatasi nyeri sesuai dengan kebutuhan.
c) Pasien dan keluarga diberikan edukasi tentang pelayanan untuk mengatasi nyeri sesuai
dengan latar belakang agama, budaya, nilai-nilai pasien, dan keluarga.
d) Pasien dan keluarga diberikan edukasi tentang kemungkinan timbulnya nyeri akibat
tindakan yang terencana, prosedur pemeriksaan, dan pilihan yang tersedia untuk mengatasi
nyeri.
e) RSU Kasih Ibu Tabanan melaksanakan pelatihan pelayanan mengatasi nyeri untuk staf.

20. RSU Kasih Ibu Tabanan menetapkan asesmen awal dan asesmen ulang pada pasien
tahap terminal dan keluarganya harus menilai kondisi pasien seperti :
a) Gejalan mual dan kesulitan bernapas
b) Factor yang memperparah gejala fisik
c) Manajemen gejala sekarang dan respon pasien
d) Orientasi spiritual pasien dan keluarga serta keterlibatan dalam kelompok agama tertentu
e) Keperihatinan spiritual pasien dan keluarga seperti putus asa,penderitaan dan rasa bersalah
f) Status psikososial pasien dan keluarganya seperti kekerabatan,kelayakan
perumahan,pemeliharaan lingkungan,cara mengatasi,serta reaksi pasien dan keluarganya
menghadapi penyakit
g) Kebutuhan bantuan atau penundaan layanan untuk pasien dan keluarganya
h) Kebutuhan alternative layanan atau tingkat layanan
i) Factor risiko bagi yang ditinggalkan dalam hal cara mengatasi dan potensi reaksi
patologis atas kesedihan.
j) RSU Kasih Ibu Tabanan mempunyai bukti skrining yang dilakukan pada pasien yang
diputuskan dengan kondisi harapan hidup yang kecil sesuai dengan regulasi .
k) RSU Kasih Ibu Tabanan menetapkan hasil asesmen untuk menentukan asuhan dan
layanan yang diberikan.
l) RSU Kasih Ibu Tabanan memberikan asuhan dalam tahap terminal dengan
memperhatikan rasa nyeri pasien (lihat juga HPK2.2)
21. RSU Kasih Ibu Tabanan menetapkan proses untuk mengelola asuhan pasien dalam
tahap terminal,diman proses ini meliputi :
a) Intervensi pelayanan pasien untuk mengatasi nyeri
b) Memberikan pengobatan sesuai dengan gejala dan mempertimbangkan keinginan pasien
dan keluarga
c) Menyampaikan secara hati-hati soal sensitive seperti autopsy atau donasi organ
d) Menghormati nilai,agama,serta budaya pasien dan keluarga
e) Mengajak pasien dan keluarga dalam semua aspek asuhan
f) Memperhatikan keprihatinan psikologis,emosional,spiritual serta budaya pasien dan
keluarga.
g) RSU Kasih Ibu Tabanan melakukan edukasi tentang kebutuhan unik pasien dalam tahap
terminal
h) RSU Kasih Ibu Tabanan menetapkan pelayanan pasien dalam tahap terminal dengan
memperhatikan gejala,kondisi,dan kebutuhan kesehatan atas hasil asesmen ( lihat PAP
1.7).
i) Pada pelayanan pasien dalam tahap terminal memperhatikan kebutuhan biopsiko-
sosial,emosional,budaya,dan spiritual
j) pasien dan keluarga dilibatkan dalam keputusan asuhan termasuk keputusan do not
resuscitate/DNR ( hpk 2) .

Ditetapkan di : Tabanan
Pada tanggal :
Direktur RSU. Kasih Ibu Tabanan

dr. I Ketut Sumiarta, M.Kes

Anda mungkin juga menyukai