Anda di halaman 1dari 15

Resume

Hipertensi Dalam Kehamilan

Disusun Oleh :

Nama : Siti Yuriah


Nim : 1810104364
Kelas : F
Mata Kuliah : Tutorial Kegawatdaruratan

UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA


JURUSAN SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
TAHUN AJARAN
2018/2019
A. Definisi Kehamilan
Hipertensi dalam pada kehamilan adalah hipertensi yang terjadi
saat kehamilan berlangsung dan biasanya pada bulan terakhir kehamilan atau
lebih setelah 20 minggu usia kehamilan pada wanita yang sebelumnya
normotensif, tekanan darah mencapai nilai 140/90 mmHg, atau kenaikan
tekanan sistolik 30 mmHg dan tekanan diastolik 15 mmHg di atas nilai normal
(Junaidi, 2010).
Secara umum Hipertensi dalam Kehamilan dapat didefinisikan
sebagai kenaikan tenganan darah sistolik 140mmHg keatas dan tekanan
darah sistolik > 90 mmHg yang diukur paling kurang 6 jam pada saat
yang berbeda (Nur, 2013).

B. Faktor Penyebab
Menurut Nur, 2013 banyak teori telah dikemukakan tentang
terjadinya hipertensi dalam kehamilan, tetapi tidak ada satupun teori
tersebut yang dianggap mutlak benar.
Teori-teori yang sekarang banyak dianut adalah :
1. Teori kelainan vaskularisasi plasenta
Pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas
pada sel-sel trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan
matriks sekitarnya. Lapisan otot arteri spiralis menjadi tetap kaku dan keras
sehingga lumen arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami distensi
dan vasodilatasi. Akibatnya, arteri spiralis relative mengalami vasokontriksi,
dan terjadi kegagalan “remodeling arteri spiralis”, sehingga aliran darah
uteroplasenta menurun, dan terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta.
2. Teori iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel
a) Iskemia plasenta dan pembentukan oksidan/radikal bebas
Sebagaimana dijelaskan pada teori invasi trofoblas, pada hipertensi
dalam kehamilan terjadi kegagalan “remodeling arteri spiralis”,
dengan akibat plasenta mengalami iskemia. Plasenta yang mengalami
iskemia dan hipoksia akan menghasilkan oksidan (disebut juga radikal
bebas). Oksidan atau radikal bebas adalah
Sampai dengan saat ini etiologi pasti dari hipertensi,
preeklampsia/eklampsi masih belum diketahui. Ada beberapa teori
mencoba menjelaskan perkiraan etiologi dari kelainan tersebut di atas,
sehingga kelainan ini sering dikenal sebagai the diseases of theory.
Adapun teori teori tersebut antara lain:Peran Prostasiklin dan
Tromboksan senyawa penerima electron atau atom/molekul yang
mempunyai electron yang tidak berpasangan. Salah satu oksidan penting
yang dihasilkan plasenta iskemia adalah radikal hidroksil yang sangat
toksis, khususnya terhadap membran sel endotel pembuluh darah.
b) Peroksida lemak sebagai oksidan pada hipertensi dalam kehamilan
Pada hipertensi dalam kehamilan telah terbukti bahwa kadar oksidan,
khususnya peroksida lemak meningkat, sedangkan antioksidan, missal
vitamin E pada hipertensi dalam kehamilan menurun, sehingga
terjadi dominasi kadar oksidan peroksida lemak yang relative tinggi.
Perksidan lemak sebagai oksidan/radikal bebas yang sangat toksis ini
akan beredar diseuruh tubuh daam aliran darah dan akan merusak
membran sel endotel. Membran sel endotel lebih mudah mengalami
kerusakan oleh
3. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin
Pada plasenta hipertensi dalam kehamilan, terjadi penurunan ekspresi
HLA-G. Berkurangnya HLA-G di desidua daerah plasenta,
menghambat invasi trofoblas ke dalam desidua. Invasi trofoblas sangat
penting agar jaringan desidua menjadi lunak, dan gembur sehingga
memudahkan terjadinaya reaksi inflamasi.
4. Teori adaptasi kardiovaskular
Pada hipertensi dalam kehamilan kehilangan daya refrakter terhadap
bahan vasokonstriktor, dan ternyata terjadi peningkatan kepekaan
terhadap bahan-bahan vasopresor. Artinya daya refrakter pembuluh
darah terhadap bahan vasopresor hilang sehinggapembuluh darah
menjadi sangat peka terhadap bahan-bahan vasopresor pada hipert ensi
dalam kehamilan sudah terjadi pada trimester I (pertama). Peningkatan
kepekaan pada kehamilan yang akan menjadi hipertensi dalam
kehamilan, sudah dapat ditemukan pada kehamilan dua puluh minggu.
Fakta ini dapat dipakai sebagai prediksi akan terjadinya hipertensi
dalam kehamilan.
5. Teori defisiensi gizi
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kekurangan defisiensi
gizi berperan dalam terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Penelitian
yang penting yang pernah dilakukan di inggris ialah penelitian tentang
pengaruh diet pada preeklampsia beberapa waktu sebelum pecahnya
Perang Dunia ke II. Suasana serba sulit mendapat gizi yang cukup
dalam persiapan perang menimbulkan kenaikan insiden hipertensi
dalam kehamilan. Penelitian terakhir membuktikan bahwa konsumsi
minyak ikan, termaksud minyak hati halibut dapat mengurangi risiko
preeclampsia.
6. Teori inflamasi
Teori ini berdasarkan fakta bahwa lepasnya debris trofoblas di
dalam sirkulasi darah merupakan rangsangan utama terjadinya proses
inflamasi. Pada kehamilan normal, jumlah debris trofoblas masih dalam
batas wajar, sehingga reaksi inflamasi juga msih dalam batas
normal.
Berbeda dengan proses apoptosis pada preeklampsia, dimana ada
preeklampsia terjadi peningkatan stresoksidatif, sehingga produksi
debris apoptosis dan nekrotik trofoblas juga meningkat. Makin banyak
sel trofoblas plasenta, misalnya pada plasenta besar, pada hamil ganda,
maka reaksi stress oksidatif kan sangat meningkat, sehingga jumlah sisa
debris trofobls juga makin meningkat. Keadaan ini menimbulkan beban
reaksi inflamasi dalam darah ibu menjadi juh lebih besar, dibanding
reaksi inflamsi pada kehamilan normal. Respons inflamasi ini akan
mengaktifasi sel endotel, dan sel-sel makrofag/granulosit, yang lebih
besar pula, sehingga terjadi reaksi sistemik inflamasi yang
menimbulkan gejala-gejala pada preeklampsia pada ibu.

Menurut Sarwono (2015), penyebab hipertensi dalam kehamilan:


1. Peran Faktor Imunologis
2. Peran Faktor Genetik/Familial
3. Faktor nutrisi
4. Faktor predisposisi
a. Ibu primigravida terutama yang berusia < 19 atau > 40 tahun
b. Primipaternitas (kehamilan pertama pada pasangan)
c. > 4 tahun dari kelahiran terakhir
d. Ada riwayat sebelumnya
e. Ada riwayat dari keluarga
f. Kehamilan ganda
(Sarwono, 2015).
1. Paritas
Menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI), paritas adalah
keadaan kelahiran (partus) atau jumlah anak yang dilahirkan baik lahir hidup,
lahir mati,maupun abortus sampai saat hamil terakhir. Paritas adalah jumlah
berapa kali seorang wanita mengalami kehamilan.
Kira-kira 85% hipertensi terjadi pada kehamilan pertama. Paritas 2-3
merupakan paritas paling aman ditinjau dari kejadian hipertensi dan resiko
meningkat lagi pada grandemultigravida (Bobak, 2014). Selain itu primitusa,
lama perkawinan ≥ 4 tahun juga dapat beresiko tinggi timbul hipertensi
(Rochjati, 2015).
Persalinan yang berulang-ulang akan mempunyai banyak resiko
terhadap kehamilan, telah terbukti bahwa persalinan kedua dan ketiga adalah
persalinan yang paling aman. Pada The New England Journal of Medicine
tercatat bahwa pada kehamilan pertama resiko terjadi hipertensi 3,9%,
kehamilan kedua 1,7% dan kehamilan ketiga 1,8%. (Cuningham dan Leveno,
2015).
Primigravida mempunyai resiko lebih besar terjadinya hipertensi
dalam kehamilan jika dibandingkan dengan multigravida (Surwono, 2015).
2. Umur
Usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 23-35 tahun.
Kematian maternal pada wanita hamil dan bersalin pada usia dibawah 25
tahun dan setelah usia 35 tahun meningkat, karena wanita yang memiliki usia
kurang dari 25 tahun dan lebih dari 35 tahun di anggap lebih rentan terhadap
terjadinya hipertensi (Cunningham, 2015).
Selain itu ibu hamil yang berusia ≥ 35 tahun telah terjadi perubahan
pada jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi sehingga
lebih berisiko untuk terjadi hipertensi (Rochjati, 2015).
Faktor usia berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi, pre-eklamsia
dan eklampsia. Usia wanita remaja pada kehamilan pertama atau nulipara
umur belasan tahun (usia muda kurang dari 20 tahun). Studi di RS Neutra di
Colombia, Porapakkhan di Bangkok, Efiong di Lagos dan Wadhawan dan
lainnya di Zambia, cenderung terlihat insiden cukup tinggi. Hubungan
peningkatan usia terhadap hipertensi, pre eklamsia dan eklampsia adalah sama
dan meningkat lagi pada wanita hamil yang berusia diatas 35 tahun. Usia 25-
35 tahun adalah periode paling aman untuk melahirkan, akan tetapi di negara
berkembang sekitar 10% sampai 20% bayi dilahirkan dari ibu remaja yang
sedikit lebih besar dari anak-anak.
Pada wanita diatas usia 40 tahun, insiden hipertensi kerena kehamilan
meningkat tiga kali lipat (9,6 lawan 2,7% ) dibandingkan dengan wanita
kontrol yang berusia 25-35 tahun. Hansen meninjau beberapa penelitian dan
melaporkan peningkatan insiden hipertensi sebesar 2-3 kali lipat (Spellacy
dkk, 2015).

C. Gejala
Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan
darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina,
seperti perdarahan, eksudat, penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat
dapat ditemukan edema pupil (edema pada diskus optikus). Menurut Price,
gejala hipertensi antara lain sakit kepala bagian belakang, kaku kuduk, sulit
tidur, gelisah, kepala pusing, dada berdebar-debar, lemas, sesak nafas,
berkeringat dan pusing (Price, 2005).
Gejala-gejala penyakit yang biasa terjadi baik pada penderita
hipertensi maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal hipertensi
yaitu sakit kepala, gelisah, jantung berdebar, perdarahan hidung, sulit tidur, sesak
nafas, cepat marah, telinga berdenging, tekuk terasa berat, berdebar dan
sering kencing di malam hari. Gejala akibat komplikasi hipertensi yang
pernah dijumpai meliputi gangguan penglihatan, saraf, jantung, fungsi ginjal dan
gangguan serebral (otak) yang mengakibatkan kejang dan pendarahan
pembuluh darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan dan gangguan
kesadaran hingga koma (Cahyono, 2008).
D. Klasifikasi Hipertensi dalam Kehamilan
Untuk mempermudah pemahaman, gangguan hipertensi pada kehamilan
diuraikan berdasarkan klasifikasi berikut:
1. Hipertensi Esensial
Sekitar 5% ibu hamil terdiagnosis mengalami hipertensi pada kunjungan
pertama mereka di klinik antenatal (Soydemirs & Kenny, 2010). Hipertensi
dapat merupakan kondisi yang telah terdiagnosis sebelumnya atau merupakan
kondisi yang pertama kali teridentifikasi. Hipertensi pre-existing di kenal
dengan hipertensi kronis atau esensial. Selain pada kehamilan, hipertensi
esensial lebih umum terjadi pada lansia, ibu multipara dan dapat terjadi
sekunder terhadap penyakit ginjal atau proses penyakit lainnya, seperti lupus
eritematosus sistemik. Penggunaan obat antihipertensi secara umum tidak
diketahui dapat menjadi teragenik, namun beberapa obat tersebut sebaiknya
dilanjutkan pada awal kehamilan hanya jika manfaat yang diharapkan lebih
besar dari potensi resikonya (Magee, 2015).
1. Tanda dan gejala
a. Tekanan diastolik > 90 mmHg pada kehamilan < 20 minggu
b. Nyeri kepala berulang-ulang
c. Perdarahan hidung
2. Diagnosis
Hipertensi esensial dapat sulit didiagnosis pada awal kehamilan karena
terjadi perubahan hipotensi normal pada awal kehamilan. Akan tetapi,
tekanan darah umumnya mencapai 140/90 mmHg atau lebih, tetapi
biasanya tidak disertai edema atau proteinuria. Hipertensi esensial
biasanya tidak berhubungan dengan angka kematian yang buruk kecuali
jika kondisi tersebut menyebabkan insufisiensi plasenta, solusio plasenta
atau superimposed PIH atau pre-eklamsia (Linda Wylie, 2015).
2. Hipertensi Esensial Disertai Superimposed Pregnancy-Induced
Hypertension
Superimposed pregnancy-induced atau pre-eklamsi dapat terjadi.
Komplikasi serius dari hipertensi esensial tersebut diindikasikan oleh
ketidakmampuan tubuh untuk secara adekuat mengompensasi patologi
penyebab hipertensi yang menghambat darah menyuplai gas dan nutrient
kejaringan dan organ tubuh. Prognosis kondisi tersebut cenderung buruk.
Bahasan ini akan diperdalam di bagian berikutnya. Komplikasi lain yang
mungkin timbul adalah gagal ginjal, serangan vascular serebral (stroke), atau
esefalopati, meski jarang terjadi (Linda Wylie, 2015).
Tanda dan gejala
1. Tekanan diastolik 90-110 mmHg pada kehamilan, 20 minggu
2. Protein < ++
3. Hipertensi Diinduksi Kehamilan
Hipertensi diinduksi kehamilan pregnancy-induced hypertension
(PIH) adalah kondisi peningkatan tekanan darah setelah minggu ke 20
kehamilan. Proteinuria tidak ditemukan. Peningkatan tekanan darah sebelum
minggu ke 20 kehamilan diindikasikan sebagai hipertensi esensial, seperti
yang telah dibahas sebelumnya.
1. Penyebab
Penyebab PIH belum diketahui. Akan tetapi, penyebab telah
dihubungkan dengan kasus pembesaran plasenta, seperti molahidatidosa
atau kehamilan ganda, atau pada kasus gangguan sirkulasi plasenta seperti
pada diabetes. Akan tetapi, pada kebanyakan kasus, penyebab hipertensi
tersebut tidak diketahui pasti. Insidens hipertensi tersebut beragam menurut
ras dan wilayahnya dan lebih sering terjadi seiring bertambahnya usia.
Karena tekanan darah meningkat tanpa menjadi indikasi bahwa tubuh tidak
lagi mampu mengompensasi patologi sirkulasi yang berhubungan dengan
hipertensi esensial dengan vaskularisasi tambahan ke plasenta dan janin.
2. Tanda dan gejala
a. Tekanan diastolik 90-110 mmHg (2 kali Pengukuran berjarak 4 jam)
pada kehamilan > 20 minggu
b. Protein
3. Diagnosis
Bila tekanan darah diastolik > 110 mmHg pada setiap pemeriksaan
atau > 90 mmHg pada dua kali atau lebih pemeriksaan, atau selang 4 jam,
diagnosis dapat ditegakkan. Tidak ditemukan adanya proteinuria.
4. Pre-eklamsia
Pre-eklamsia dan komplikasinya adalah kondisi paling serius yang
memengaruhi ibu hamil dan bayi dan penyebab kematian tiga sampai lima ibu
sekitar 500 dan 600 bayi di Inggris setiap tahun menurut Confidental
Enquiries into Maternal and Child Health.
a. Tanda dan gejala
1. Tekanan diastolic 90-110 mmHg pada kehamilan > 20 minggu
2. Protein sampai ++
3. Nyeri kepala
4. Penglihatan kabur
5. Oliguria
6. Nyeri abdomen
7. Odema Paru (Ai Yeyeh, 2015)
5. Eklamsia
Eklamsia adalah kondisi mirip konvulsi epilepsi grandmal dialami ibu,
baik tanpa atau disertai diagnosis satu gangguan hipertensi. Eklamsia dapat
terjadi pada 1 dari 2000-3000 kelahiran di Negara berkembang (Mattar &
sibai).
Tanda dan gejala
1. Kejang
2. Tekanan diastolik > 90 mmHg pada kehamilan 20 minggu
3. Protein > ++
4. Koma
(Ai Yeyeh, 2015).

E. Penanganan
Penanganan bidan yang dilakukan pada ibu hamil dengan Hipertensi
dalam kehamilan (Rukiyah, 2010)
1. Menganjurkan ibu untuk tidak banyak fikiran dan memberi dukungan
sosial/moral pada ibu. Ibu dan keluarga mengerti atas anjuran yang diberikan.
2. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, jangan terlalu banyak
aktivitas agar kerja jantung tidak berat. Ibu mengerti dan akan melakukan
anjuran yang diberikan.
3. Mengajurkan ibu untuk mengurangi asupan natrium seperti garam yang
berlebih karena dapat meningkatkan tekanan darah. Ibu mengerti atas
anjuran yang diberikan dan akan melaksanakannya.
4. Menganjurkan ibu untuk memperbanyak asupan kalium seperti buah-
buahan (semangka, alpukat, melon) dan sayuran (mentimun) karena dapat
membantu penurunan tekanan darah. Ibu mengerti atas anjuran yang
diberikan dan akan melakukannya.
5. Mengatasi kecemasan ibu dengan mengatakan bahwa ibu tidak perlu
khawatir karena kehamilannya akan dipantau secara berkala. Ibu mengerti.
6. Memberitahu ibu tentang tanda-tanda bahaya kehamilan seperti pandangan
kabur, bengkak pada wajah, tangan, dan kaki, perdarahan pervaginam,
demam tinggi, nyeri perut yang hebat.
7. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang. Menganjurkan ibu
untuk datang kembali 2 minggu kemudian. ibu mengerti dan akan
melaksanakannya.
Menurut Cunningham G, 2013:
1. Perawatan selama kehamilan
Jika tekanan darah diastolik >110 mmHg, berikan obat antihipertensi
sampai tekanan darah diastolik diantara 90-100 mmHg. Obat pilihan
antihipertensi adalah hidralazin y ang diberikan 5 mg IV pelan-pelan
selama 5 menit sampai tekanan darah turun. Jika hidralazin tidak
tersedia, dapat diberikan nifedipin 5 mg sublingual dan tambahkan 5
mg sublingual jika respon tidak membaik setelah 10 menit. Selain itu
labetolol juga dapat diberikan sebagai alternatif hidralazin. Dosis labetolol
adalah10 mg, jika respon tidak baik setelah 10 menit, berikan
lagi labetolol 20 mg. Pasang infus Ringer Laktat dengan jarum besar (16
gauge atau lebih). Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai overload.
Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda edema paru. Adanya
krepitasi menunjukkan edema paru, maka pemberian cairan
dihentikan. Perlu kateterisasi urin untuk pengeluaran volume dan proteinuria.
Jika jumlah urin <30 ml per jam, infus cairan dipertahankan sampai 1
jam dan pantau kemungkinan edema paru. Observasi tanda-tanda vital ibu
dan denyut jantung janin dilakukan setiap jam (Cunningham G, 2013).
Untuk hipertensi dalam kehamilan yang disertai kejang, dapat diberikan
Magnesium sulfat (MgSO4). MgSO4 merupakan obat pilihan untuk
mencegah dan menangani kejang pada preeklampsi dan eklampsi. Cara
pemberian MgSO4 pada preeklampsi dan eklampsi adalah (Cunningham G,
2013) :

a. Dosis awal
Berikan MgSO4 4 gram I V sebagai larutan 20% selama 5 menit.
Diikuti dengan MgSO4 (50%) 5 gr IM dengan 1 ml lignokain 2%
(dalam semprit yang sama). Pasien akan merasa agak panas saat
pemberian MgSO4
b. Dosis pemeliharaan
MgSO4 (50%) 5 gr + 1 ml lignokain 2 % IM setiap 4 jam.
Pemberian tersebut dilanjutkan sampai 24 jam postpartum atau kejang
terakhir. Sebelum pemberian MgSO4, periksa frekuensi nafas minimal
16 kali/menit, refleks patella positif dan urin minimal 30 ml/jam
dalam 4 jam terakhir. Pemberian MgSO4 dihentikan jika frekuensi
nafas <16 kali/menit, refleks patella negatif dan urin <30 ml/jam.
Siapkan antidotum glukonat dan ventilator jika terjadi henti nafas.
Dosis glukonat adalah 2 gr (20 ml dalam larutan 10%) IV secara
perlahan sampai pernafasan membaik
c. Perawatan persalinan
Pada preeklampsi berat, persalinan harus terjadi dalam 24 jam,
sedang pada eklampsi dalam 12 jam sejak gejala eklampsi timbul.
Jika terdapat gawat janin, atau persalinan tidak terjadi dalam 12 jam
pada eklampsi, lakukan seksio sesarea (Mustafa R et al.,2012).
d. Perawatan pospartum
Antikonvulsan diteruskan sampai 24 jam postpartum atau kejang
terakhir. Teruskan pemberian obat antihipertensi jika tekanan darah
diastolik masih >110 mmHg dan pemantauan urin (Mustafa R et al.,
2012)
F. Indikasi
G. Pencegahan
Strategi yang dilakukan guna mencegah hipertensi dalam
kehamilan meliputi upaya nonfarmakologi dan farmakologi. Upaya
nonfarmakologi meliputi edukasi, deteksi prenatal dini dan manipulasi diet.
Sedangkan upaya farmakologi mencakup pemberian aspirin dosis rendah dan
antioksidan (Cunningham G, 2013).
1. Penyuluhan untuk kehamilan berikutnya
Wanita yang mengalami hipertensi selama kehamilan harus dievaluasi
pada masa postpartum dini dan diberi penyuluhan mengenai kehamilan
mendatang serta risiko kardiovaskular mereka pada masa yang akan
datang. Wanita yang mengalami preeklampsi-eklampsia lebih rentan
mengalami penyulit hipertensi pada kehamilan berikutnya (James R dan
Catherine N, 2004).
Edukasi mengenai beberapa faktor risiko yang memperberat kehamilan
dan pemberian antioksidan vitamin C pada wanita berisiko tinggi dapat
menurunkan angka morbiditas hipertensi dalam kehamilan (Cunningham G,
2013).
2. Deteksi pranatal dini
Selama kehamilan, waktu pemeriksaan pranatal dijadwalkan 1 kali saat
trimester pertama, 1 kali saat trimester kedua dan 2 kali pada trimester
ketiga. Kunjungan dapat ditambah tergantung pada kondisi maternal.
Dengan adanya pemeriksaan secara rutin selama kehamilan dapat
dilakukan deteksi dini hipertensi dalam kehamilan. Wanita dengan
hipertensi y ang nyata (≥140/90mmHg) sering dirawat inapkan selama 2
sampai 3 hari untuk dievaluasi keparahan hipertensi kehamilannya yang
baru muncul. Meskipun pemilihan pemeriksaan laboratorium dan tindakan
tambahan tergantung pada sifat keluhan utama dan biasanya merupakan
bagian rencana diagnostik, pemeriksaan sel darah lengkap dengan asupan
darah, urinalisis serta golongan darah dan rhesus menjadi tiga tes dasar
yang memberikan data objektif untuk evaluasi sebenarnya pada setiap
kedaruratan obstetri ginekologi. Hal tersebut berlaku pada hipertensi
dalam kehamilan, urinalisis menjadi pemeriksaan utama yang dapat
menegakkan diagnosis dini pada preeklampsi (Cunningham G, 2013).
3. Manipulasi diet
Salah satu usaha awal yang ditujukan untuk mencegah hipertensi sebagai
penyulit kehamilan adalah pembatasan asupan garam. Diet tinggi kalsium
dan pemberian kapsul dengan kandungan minyak ikan dapat
menyebabkan penurunan bermakna tekanan darah serta mencegah
hipertensi dalam kehamilan (Cunningham G, 2013).
4. Aspirin dosis rendah
Penelitian pada tahun 1986, melaporkan bahwa pemberian aspirin60 mg
atau placebo pada wanita primigravida mampu menurunkan kejadian
preeklampsi. Hal tersebut disebabkan karena supresi selektif sintesis
tromboksan oleh trombosit serta tidak terganggunya produksi
prostasiklin (Cunningham G, 2013).
5. Antioksidan
Terapi antioksidan secara bermakna menurunkan aktivasi sel endotel dan
mengis yaratkan bahwa terapi semacam ini bermanfaat dalam pencegahan
hipertensi kehamilan, terutama preeklampsi. Antioksidan tersebut dapat
berupa vitamin C dan E (Cunningham
G, 2013).

H. Wewenang Bidan
Menurut Keputusan menteri kesehatan republik indonesia nomor
369/menkes/sk/iii/2007. Standar 7 : pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan

Tujuan
Mengenali dan menemukan secara dini hipertensi pada kehamilan dan
melakukan tindakan yang diperlukan
Pernyataan standar
Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan
dan mengenali tanda serta gejala preeklamsi lainnya serta mengambil tindakan
yang tepat dan merujuknya
Hasil
· Ibu hamil dengan tanda preeklamsia mendapat perawatan yang memadai dan
tepat waktu
· Penurunan angka kesakitan dan kematian akibat eklamsia
PRASYARAT
1. Bidan melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur, pengukuran tekanan
darah
Bidan mampu :
a. mengukur tekanan darah dengan benar
b. mengenali tanda-tanda preeklamsia
c. mendeteksi hipetensi pada kehamilan,, dan melakukan tindakan lanjut sesuai
dengan ketentuan
d. tersedianya tensimeter air raksa dan stetoskop brfungsi dengan baik
e. menggunakan KMS Ibu Hamil/ buku KIA, Kartu Ibu
f. alat pemeriksaan protein urine
PROSES
Bidan harus :
1. Memeriksa tekanan darah secara tepat pada setiap pemeriksaan kehamilan,
termasuk pengukuran tekanan darah dengan teknik yang benar
2. Melakukan pemeriksaan setiap pagi
3. Ukur tekanan darah pada lengan kiri. Posisi ibu hamil duduk atau berbaring
dengan posisi yang sama pada tiap kali pengukuran
4. Catat tekanan darah
5. Jika tekanan darah di atas 140/90 mmHgatau peningkatan diastole 15 mmHg
lebih (sebelum 20 mingu ), ulangi pengukuran darah dalam 1 jam. Bila tetap,
maka terjadi kenikan tekanan darah. Periksa adanay edema, terutm pada wajah
atau tungkai bawah/ tulang kering dan daerah sacral (pembengkakan jari dan
pergelangann kaki mungkin bersifat fisiologis, terutama karena cuaca terlalu
panasatau karena berjalan/ berdiri terlalu lama
6. Bila ditemukan hipertensi pada kehamilan, lakukan pemeriksaan urine terhadap
albumin pada setiap kali kunjungan
8. Segera rujuk ibu hamil ke rumah sakit jika : bahas lagi :
9. tekanan darah sangat tinggi (missal di atas 160/110 mmHg ), atau lebih
10. kenaikan tekanan darah terjadi secara tiba-tiba, atau
11. berkurangnya air seni (sedikit dan berwarna gelap), atau
7.4 edema berat yang timbul mendadak, khususnya pada wajah/ daerah skral/
punggung bawah atau proteinuria
Catatan : jika ibu tidak dirujuk berikan bolus MgSO4 2 g IV dilanjutkan dengan
MgSO4 4 g IM setiap 4 jam da nifedipin 1o mg peroral dilanjutkan 10 mg setiap 4
jam
8. jika tekanan darah naik namun tidak ada edema, sedangkan dokter tidak
mudah dicapau, maka pantaulah tekanan darah, periksa urine terhadap proteinuria dan
denyut jantung janin dengan seksama pada keesokan harinya atau sesudah 6 jam
istirahat
9. jika tekanan darah tetap naik, rujuk untuk pemeriksaan lanjutan, walaupun
tidak ada edema atau proteinuria
10. jika tekanan darah kembali normal, atau kenaikannya kurang dari 15 mmHg :
10.1 beri penjelasan pada ibu hamil, suami/ keluarganya tentang tanda-tanda
eklamsia yang mengancam, khususnya sakit kepala, pandangan kabur, nyeri ulu hati,
dan pembengkakan mendadak pada kaki punggung/ wajah
10.2 jika tanda tersebut ditemukan, segera rujuk ke rumah sakit
11. bicarakan seluruh temuan dengan ibu hamil dan suami/ keluarganya
12. catat semua temuan pada KMS Ibu Hamil/ buku KIA, Kartu Ibu

Anda mungkin juga menyukai