Etik ditujukan utk mengukur perilaku yg diharapkan dari mns atau kelompoktertentu/pro
fesi tertentu seperti profesi keperawatan, maka aturannya mrpk suatukesepakatan
dari klp tersebut yg disebut kode etik.
Autonomy
Berkaitan dg hak sso utk membuat keputusan bagi dirinya misalnya seorg pasien yg akan
mengalami suatu tindakan seperti pembedahan, keputusan hrs diputuskan oleh pasie
nitu sendiri, tetapi tenaga kesehatan berkewajiban memberikan informasi yg rinci s
hgpasien membuat keputusan scr benar.
Veracity (jujur).
Kewajiban menyampaikan atau mengatakan sesuatu dengan benar, tidak berbohong apal
agimenipu. Perawat berbicara benar, terbuka shg dapat dipercaya.
Justice (adil).
Kewajiban berlaku adil kpd semua org. Perawat berlaku adil, tdk membeda-
bedakan pasientg dirawat baik aspek sosial, agama, suku dll.
Fidelity (komitmen).
Kewajiban utk setia atau loyal
dg kesepakatan atau tanggung jwb scr bersungguh2 thdtugas bebannya.
Perawat bertanggung jwb dan bertanggung gugat thd setiap tindakan dan pengambilankep
utusa keperawatan.
Perawat berpartisipasi dlm upaya profesi utk melaksanakan dan meningkatkan standarprofes
i serta meningkatkan mutu pelayanan.
Perawat berpartisipasi dlm upaya profesi utk melindungi masyarakat thd mis informasiserta
mempertahankan integritas keperawatan.
Kondisi klien menyebabkan klien tdk mampu mengambil keputusan utk tindakan
kesnya.
Penggunaan bertehnologi tinggi dan kondisi klien yg kritis sering membuat asuha
nyg diberikan berfokus kpd perbaikan kondisi fisik shg kurang melakukan :
- penghargaan terhadap klien sbg manusia (dehumanisasi).
Kecelakaan dan musibah serta bencana dapat menimpa siapa saja tidak pandang bulu, orang
kaya, miskin, pejabat, politisi, artis dan lain sebagainya, oleh sebab itu kehadiran institusi pelayanan
kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit sakit dan LSM LSM yang peduli terhadap pelayanan kesehatan,
khususnya pelayanan kesehatan gawat darurat dan bencana mempunyai peran yang penting dan strategis
dalam menolong orang orang yang tertimpa musibah, baik akibat kecelakaan maupun akibat bencana.
Kegawatan suatu yang menimpa seseorang yang dapat menimbulkan proses mengancam jiwa,
dalam arti pertolongan tepat, cermat dan cepat bila tidak dapat menyebabkan seseorang meninggal atau
cacat ( Seri PPGD/GELS, Materi Tekhnis Medis Standar Depkes 2003).
Sedangkan kedaruratan adalah sebuah tindakan atau aksi secara darurat yang dilakukan oleh
seorang petugas yang mempunyai keterampilan untuk memberikan pertolongan agar seseorang dapat
diselamatkan jiwanya dan terhindar dari kecacatan.
Sejak tahun 2000 Kementerian Kesehatan RI telah mengembangkan konsep Sistem
Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) memadukan penanganan gawat darurat mulai dari
tingkat pra rumah sakit sampai tingkat rumah sakit dan rujukan antara rumah sakitdengan
pendekatan lintas program dan multisektoral. Penanggulangan gawat darurat menekankan respon cepat
dan tepat dengan prinsip Time Saving is Life and Limb Saving. Public Safety Care (PSC) sebagai ujung
tombak safe community adalah sarana publik/masyarakat yang merupakan perpaduan dari unsur
pelayanan ambulans gawat darurat, unsur pengamanan (kepolisian) dan unsur penyelamatan. PSC
merupakan penanganan pertama kegawatdaruratan yang membantu memperbaiki pelayanan pra RS
untuk menjamin respons cepat dan tepat untuk menyelamatkan nyawa dan mencegah kecacatan, sebelum
dirujuk ke Rumah Sakit yang dituju. (Sumber : http://buk.depkes.go.id-dalam-sistem-penanggulangan-
gawat-darurat-terpadu-spgdt-dan-bencana,02-10-2012).
Undang undang penanggulangan bencana nomor 24 tahun 2007 dalam Bab I Tentang ketentuan
umum Pasal 1 Ayat (10),”Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan
segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan yang meliputi
kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan
pengurusan pengungsi, serta pemulihan sarana dan pra sarana”.
Undang undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 Pasal 32 Ayat (1) Dalam keadaan darurat
fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta wajib memberikan pelayanan
kesehatan bagi penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan kecacatan terlebih dahulu. Ayat (2) Dalam
keadaan darurat Fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah dan swasta dilarang menolak pasien
dan/atau meminta uang muka.
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dalam Bab II Pasal 4, setiap orang
berhak atas kesehatan, dalam penjelasannya hak untuk memperoleh kesehatan dari fasilitas pelayanan
kesehatan, agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Pasal ini mengatakan
setiap individu dan masyarakat berhak atas nilai nilai kesehatan serta mendapatkan pelayanan kesehatan
yang optimal dan paripurna.
Dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pada pembukaan poin (b)
bahwa “setiap kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip prinsip non diskriminatif,partisipatif, dan
berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumber daya manusia Indonesia serta peningkatan ketahanan
dan daya saing bangsa bagi pembangunan nasional”.
Profesi kesehatan (tenaga kesehatan) seperti perawat dan dokter dan profesi kesehatan lainnya
mempunyai tanggung jawab moral untuk memberikan pertolongan pada kasus kasus kegawatan darurat
dan bencana, Yang disebut Tenaga Kesehatan dalam Undang-undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009
Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 Ayat (6) : “Setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk
jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan”. Pasal ini mempertegas bahwa
petugas kesehatan wajib melakukan upaya kesehatan termasuk dalam pelayanan gawat darurat yang
terjadi baik dalam keadaan sehari hari maupun dalam kedaaan bencana.
Orang yang tiba tiba menjadi gawat baik akibat penyakit atau trauma kecelakaan tentu saja
memerlukan tindakan darurat agar terhindar dari kematian dan kecacatan serta dapat dirujuk untuk
mendapatkan perawatan dan pengobatan secara definitif, apabila tidak atau terlambat mendapatkan
tindakan darurat atau pertolongan akan dapat menimbulkan kematian dan kecacatan, oleh sebab itu peran
tenaga kesehatan khusus perawat dan dokter mempunyai peran penting dalam memberikan pelayanan
gawat darurat secara holistik.
Dalam Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia , Nomor 36 Tahun 1996 tentang TENAGA
KESEHATAN dalam Bab II Pasal 2 :
1. Tenaga medis (dokter, dokter gigi)
2. Tenaga keperawatan (Perawat, Bidan)
3. Tenaga kefarmasian ( Apoteker, analis farmasi)
4. Tenaga kesehatan masyarakat ( Epidomologi, Entomolog Kesehatan, Mikrobilogi
Kesehatan, Penyuluh kesehatan, administrasi kesehatan, sanitarian.
5. Tenaga gizi (nutrisionist)
6. Tenaga kesehatan keterapian fisik ( fisio terapis )
7. Tekhnisi elektromedis.
Dalam pelayanan gawat darurat dikenal prinsip cepat dan tepat, khususnya dalam kasus gawat
darurat dalam proses tindakan ini aspek hukum bagi tenaga kesehatan dan penderita sangat penting untuk
dipahami, untuk menghindari konflik dan kesalah pahaman yang dapat berakibat terjadinya tuntutan hukum
bagi pihak yang dirugikan.
B.Landasan Hukum Pelayanan Gawat Darurat
a) UU NO 9 Tahun 1960 Pokok Kesehatan
b) UU NO 6 Tahun 1963 Tenaga Kesehatan
c) UU NO 29 Tahun 2004 Praktik Kedokteran
d) UU NO 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana
e) UU NO 36 Tahun 2009 Kesehatan
f) UU NO 44 TAHUN 2009 Rumah sakit
g) PP NO 32 TAHUN 1996 Tenaga Kesehatan
h) PP NO 51 Tahun 2009 Pekerjaan Kefarmasian
i) Berbagai Peraturan Menteri Kesehatan
C.Aspek aspek Hukum dan perlindungan hukum Pelayanan Gawat Darurat oleh profesi
keperawatan.
Dalam Undang undang Rumah Sakit Nomor 44 tahun 2009 Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 Ayat
(1) Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat Inap, Rawat Jalan dan Rawat Darurat. Ini membuktikan bahwa rumah sakit wajib
memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien atau penderita dengan arti kata setiap rumah sakit
wajib memiliki sarana, pra sarana dan SDM dalam pengelolaan pelayanan gawat darurat, ini membuktikan
adanya kepastian hukum dalam pelayanan gawat darurat di rumah sakit”.
Gawat darurat adalah suatu kondisi klinik yang memerlukan pelayanan medis. Gawat
Darurat medis adalah suatu kondisi dalam pandangan penderita, keluarga, atau siapapun yang
bertanggung jawab dalam membawa penderita ke rumah sakit memerlukan pelayanan medis segera.
Penderita gawat darurat memerlukan pelayanan yang cepat, tepat, bermutu dan terjangkau. (Etika dan
Hukum Kesehatan, Prof.Dr.Soekijo Notoatmojo 2010).
Kepmenkes RI Nomor 1239/Menkes/SK/XI/2001 Tentang Registrasi dan Praktik
Keperawatan, Pasal 20, Dalam darurat yang mengancam jiwa seseorang/pasien, perawat berwenang
untuk melakukan pelayanan kesehatan diluar kewenangannya sebagaimana dimaksud dalam pasal 15,
Pelayanan dalam keadaan darurat sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 ditujukan untuk penyelamatan
jiwa.
Permenkes Nomor RI HK.02.02.MENKES/148/2010, tentang regitrasi dn izin praktik
keperawatan Pasal 10 Ayat (1), Dalam darurat yang mengancam jiwa seseorang/pasien, perawat
berwenang untuk melakukan pelayanan kesehatan diluar kewenangannya sebagaimana dimaksud dalam
pasal 8, Pasal 11 poin (a) Perawat berhak Memperoleh perlindungan hukum.
Permenkes Nomor 152/Menkes/Per/IV/2007 Tentang Izin dan penyelenggaran Praktik
Kedokteraan dan kedokteran Gigi, BAB III Pasal 15 Ayat (I), Dokter dan dokter Gigi dapat memberilan
pelimpahan suatu tindakan kedokteran dan tindakan kedokteran gigi , kepada perawat, bidan atau
tenaga kesehatn lainnya secara tertulis.
Tingkat pasien gawat darurat :
1. Kelompok dengan cedera ringan yang tanpa pelayanan medis tidak akan mengancam
nyawanya.
2. Kelompok dengan cedera sedang/berat yang jika diberi pertolongan akan dapat
menyelamatkan jiwanya.
3. Kelompok dengan cedera sangat berat atau parah yang walau diberi pertolongan tidak
akan menyelamatkan jiwanya (Etika dan Hukum Kesehatan, Prof.Dr.Soekijo Notoatmojo 2010).
C.1. Definisi Pelayanan Gawat Darurat
1. Pasien gawat darurat
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam
nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya.
2. Pasien gawat tidak darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat, misalnya kanker
stadium lanjut.
3. Pasien darurat tidak gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba, tetapi tidak mengancam jiwa dan anggota badannya,
misal : luka sayat dangkal.
4. Pasien tidak gawat tidak darurat
Misalnya pasien TBC kulit
5. Kecelakaan (accident)
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datangnya mendadak, tidak
dikehendaki sehingga menimbulkan cedera (fisik, mental, sosial)
6. Cedera
Masalah kesehatan yang didapat/dialami sebagai akibat kecelakaan.
7. Bencana
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau manusia yang
mengakibatkan korban dan penderita manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan
sarana dan prasarana umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan
masyarakat dan pembangunan nasional yang memerlukan pertolongan dan bantuan.(http://nurse-
carewithlove.blogspot.com/2011/08/konsep-pelayanan-gawat-darurat.html )
C.2. Dalam undang undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009 Pasal 27 :
1. Tenaga kesehatan berhak mendapatkan imbalan dan pelindungan hukum dalam
melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.
2. Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban mengembangkan dan
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.
3. Ketentuan mengenai hak dan kewajiban tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Disamping wajib dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi profesi kesehatan juga
mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan profesinya, dan diwajibkan juga untuk
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dalam meningkatkan profesionalisme dalam
melaksanakan pelayanan kesehatan secara maksimal, bagi perawat tanggap darurat tentu saja diharuskan
memiliki keterampilan kegawat-daruratan, semisalnya pelatihan bantuan hidup dasar (BHD), pelatihan
Penanggulangan Penderita Gawat Darurat, Nursing Emergency, General Emergency Life Support dan lain
sebagainya, sebagai bagian dari kompetensi perawat tanggap darurat.
Bayangkan apabila perawat tidak pernah dinas di Instalasi Gawat Darurat, dan juga tidak pernah
mengikuti pelatihan yang berkaitan dengan gawat darurat, apabila ditugaskan sebagai tim tanggap darurat
kemungkinan tidak akan maksimal dalam memberikan pelayanan tanggap gawat darurat bersifat khusus
dan spesifik dan memerlukan keterampilan khusus di samping itu juga waktu tindakan juga sangat penting
dalam penyelamatan pasien gawat darurat.
Di sisi lain dari aspek hukum pelayanan gawat darurat seperti standar operasi prosedur, petunjuk
pelaksanaaan, kebijakan dan aturan aturan dalam sistem pelayanan gawat darurat harus dijadikan
pedoman, sertifikat atau kompetensi petugas sangat penting dimiliki dan dipahami oleh tim tanggap darurat
agar pelayanan gawat darurat mempunyai kepastian hukum, sehingga sinkronisasi dan koordinasi yang
bersifat holistik dalam pelayanan gawat darurat akan mampu melahirkan sikap profesional dan
bertanggung jawab sebagai bentuk kepedulian terhadap keselamatan umat manusia
Bagi profesi keperawatan pelatihan kegawatan daruratan, dapat juga dijadikan sebagai aspek
legalitas dan kompetensi dalam melaksanakan pelayanan keperawatan gawat daruratan yang tujuannya
antara lain :
Memberikan perlindungan kepada masyarakat terhadap pelayanan keperawatan gawat
darurat yang diberikan
Menginformasikan kepada masyarakat tentang pelayanan keperawatan gawat daruratyang
diberikan dan tanggung jawab secara profesional
Memelihara kualitas / mutu pelayanan keperawatan yang diberikan
Menjamin adanya perlindungan hukum bagi perawat
Memotivasi pengembangan profesi
Meningkatkan profesionalisme tenaga keperawatan.
Undang undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, pelayanan kesehatan,Pelayanan
Kesehatan Pada Bencana :
Pasal 82
1. Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat bertanggung jawab atas ketersediaan
sumber daya, fasilitas, dan pelaksanaan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan
berkesinambungan pada bencana.
2. Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pelayanan kesehatan
pada tanggap darurat dan pascabencana.
3. Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencakup pelayanan
kegawatdaruratan yang bertujuan untuk menyelamatkan nyawa dan mencegah kecacatan lebih
lanjut.
4. Pemerintah menjamin pembiayaan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1).
5. Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) bersumber dari anggaran pendapatan
dan belanja Negara (APBN), anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD), atau bantuan
masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 83
(1) Setiap orang yang memberikan pelayanan kesehatan pada bencana harus ditujukan untuk penyelamatan
nyawa, pencegahan kecacatan lebih lanjut, dan kepentingan terbaik bagi pasien.
(2) Pemerintah menjamin perlindungan hukum bagi setiap orang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki
C.3.Fungsi aspek hukum dan legalitas pelayanan gawat darurat bagi perawat :
1. Hukum Menyediakan kerangka kerja untuk menetapkan tindakan asuhan keperawatan
gawat darurat agar diterima oleh etik dan hukum, sehingga menimbulkan adanya kepastian hukum.
2. Hukum juga memberikan penjelasan tentang tanggung jawab perawat gawat darurat
yang berbeda dari tanggung jawab tenaga kesehatan lainnya
3. Hukum dapat membantu perawat gawat darurat menetapkan batas batas
tindakankeperawatan mandiri (otonomi profesi)
4. Hukum membantu keperawatan dalam menjaga standar asuhan keperawatan yang
dibuat oleh profesi keperawatan.
Aspek etika dan hukum dalam pelayanan gawat darurat sangat penting dilaksanakan sebagai
pedoman agar pelayanan yang diberikan tidak melanggar norma atau hukum yang dapat merugikan profesi
keperawatan atau masyarakat yang berakibat pada konflik.
D.Kesimpulan
Dalam kegiatan kegawatan daruratan sehari hari dan bencana peran perawat sangat signifikan
oleh sebab itu pengembangan pengetahuan dan keterampilan keperawatan khususnya tentang gawat
darurat dan bencana harus terus menerus dikembangkan, disisi lain tuntutan akan kepastian hukum
legalitas perawat profesional juga harus ditempatkan secara proporsional dengan arti kata adanya
keseimbangan antara hak dan kewajiban.
Disamping wajib dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi profesi kesehatan juga
mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan profesinya, dan diwajibkan juga
untukmengembangkan pengetahuan dan keterampilan dalam meningkatkan profesionalisme dalam
melaksanakan pelayanan kesehatan secara maksimal, bagi perawat tanggap darurat tentu saja diharuskan
memiliki keterampilan kegawat-daruratan, semisalnya pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD), pelatihan
Penanggulangan Penderita Gawat Darurat, Nursing Emergency, General Emergency Life Support,
Manajemen Bencana, simulasi tanggap darurat dan lain sebagainya, sebagai bagian dari kompetensi
perawat tanggap darurat. (Materi dari berbagai sumber).
------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sekilas tentang Penulis :
Adzanri, AMK., SS., MH, bertugas di Komite Etik dan Hukum RSUP Dr M Djamil. Sebelumnya
Kepala Instalasi Humas dan Promosi Kesehatan RSUP Dr M Djamil Padang dan lama bertugas di Instalasi
Gawat Darurat, Sekretaris PPNI Sumatera Barat, pernah menjadi pengurus KNPI Sumatera Barat, Ketua
Himpunan Perawat Kamar Bedah Indonesia Sumatera Barat, sering mengikuti seminar dan pelatihan
tentang kesehatan, hukum dan tanggap darurat, pemberi materi tentang hukum kesehatan dan tanggap
darurat dibeberapa rumah sakit baik pemerintah maupun maupun swasta, juga menulis di harian
Singgalang, Haluan, Media Indonesia dan juga Jurnal Ilmiah Law Reform UBH.
GAWATDARURAT
A. PENDAHULUAN
Sebagai suatu profesi , keperawatan memiliki unsur – unsur penting yang bertujuan
mengarahkan kegiatan keperawatan yang dilakukan yaitu respon manusia sebagai fokus telaahan,
kebutuhan dasar manusia sebagai lingkup garapan keperawatan dan kurang perawatan diri
merupakan basis intervensi keperawatan baik akibat tuntutan akan kemandirian atau kurangnya
kemampuan.
Keperawatan juga merupakan serangkaian kegiatan yang bersifat terapeutik atau kegiatan
praktik keperawatan yang memiliki efek penyembuhan terhadap kesehatan (Susan, 1994 :
80).Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan
keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan
(UU Kesehatan No. 23, 1992).
Menurut Effendy (1995), perawatan adalah pelayanan essensial yang diberikan oleh perawat
terhadap individu, keluarga dan masyarakat. Pelayanan yang diberikan adalah upaya mencapai
derajat kesehatan semaksimal mungkin sesuai dengan potensi yang dimiliki dalam menjalankan
kegiatan di bidang promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan menggunakan proses
keperawatan.
Merawat mempunyai suatu posisi sentral. Merawat merupakan suatu kegiatan dalam ruang
lingkup yang luas yang dapat menyangkut diri kita sendiri, menyangkut sesuatu yang lain dan
menyangkut lingkungan. Jika kita merawat sesuatu, kita menginginkan hasil yang dicapai akan
memuaskan. Jadi kita akan selalu berusaha untuk mencapai sesuatu keseimbangan antara
keinginan kita dan hasil yang akan diperoleh.
Gawat adalah suatu kondisi dimana korban harus segera ditolong apabila tidak segera di
tolong akan mengalami kecacatan atau kematian. Sedangkan, darurat adalah suatu kondisi dimana
korban harus segera di tolong tapi penundaan pertolongan tidak akan menyebabkan kematian /
kecacatan. Sehingga. Effendy (1995), mendefinisikan perawatan kegawat daruratan adalah
pelayanan profesioanal keperawatan yang di berikan pada pasien dengan kebutuhan urgen dan
kritis.
1. KONSEP-KONSEP KUNCI
a. Keparawatan gawat darurat
b. Peran Perawat Dalam Kegawat Daruratan
c. Fungsi Perawat Dalam Kegawat Daruratan
d. Tujuan Perawatan Kegawat Daruratan
e. Filosofi Dasar Perawatan Kegawat Daruratan
f. Prinsip Perawatan Kegawat Daruratan
g. Lingkup PPGD (Penanggulangan Penderita Gawat Darurat)
h. Aspek Hukum Dalam KGD (Kegawat Daruratan)
2. PETUNJUK
a. Pelajari BAB II Etika dan Hukum Dalam Keperawatan Gawatdarurat dengan seksama
b. Penyajian setiap bab meliputi : judul bab dan konsep-konsep kunci, petunjuk, tujuan pembelajaran
secara umum dan khusus, paparan materi, tugas dan latihan, rangkuman dan soal-soal di akhir bab
yang dilengkapi dengan kunci jawaban.
c. Kerjakan setiap soal dengan tekun dan lakukan evaluasi disetiap soalnya.
d. Carilah sumber-sumber pendukung yang memperdalam pengetahuan tentang kegawatdaruratan
e. Ikuti, simak dan pahami penyajian di setiap tahap.
3. TUJUAN PEMBELAJARAN
a. Tujuan Pembelajaran Umum
Memahami prioritas masalah di masyarakat dan keperawatangawatdarurat, guna meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.
b. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti perkuliahan ini, mahasiswa diharapkan:
1. Memahami konsep dasar kegawatdaruratan.
2. Mampu menjelaskan peran dan fungsi perawat dalam kegawat daruratan.
3. Memahami fungsi, tujuan, filosofi, dan prinsip perawatan kegawat daruratan
4. Mampu mengidentifikasi aspek hukum dalam kgd (kegawat daruratan).
B. PENYAJIAN MATERI
Keparawatan gawat darurat adalah pelayanan profesioanal keperawatan yang di berikan pada
pasien dengan kebutuhan urgen dan kritis. Namun UGD dan klinik kedaruratan sering di gunakan
untuk masalah yang tidak urgen. Yang kemudian filosopi tentang keperawatan gawat darurat
menjadi luas, kedaruratan yaitu apapun yang di alami pasien atau keluarga harus di pertimbangkan
sebagai Kedaruratan.
a. kolaborator
b. koordinator
c. educator
d. advokat klien
2. Fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi dari perawat lain
sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan adalah fungsi perawat secara . . . ?
a. Fungsi Independen
b. Fungsi Dependen
c. Fungsi Interdependen
d. Fungsi Advokasi
e. Fungsi Koordinator
3. Salah satu kiat seorang perawat agar dapat membuat klien nyaman adalah accepting, yang
artinya ?
a. perawat harus dapat menerima dirinya sendiri sebelum menerima orang lain
b. perawat dapat menerima, merasakan, dan memahami perasaan duka , senang, frustasi dan rasa
puas klien
a. Mencegah kematian dan kecacatan (to save life and limb) pada penderita gawat darurat, hingga
dapat hidup dan berfungsi kembali dalam masyarakat sebagaimana mestinya.
b. Merujuk penderita . gawat darurat melalui sistem rujukan untuk memperoleh penanganan yang
Iebih memadai.
d. Semua benar
e. Semua salah
5. Salah satu dari tiga filosofi dasar perawatan kegawat daruratan adalah .. ?
a. Universal
b. Tranfersal
c. Mengkhusus
d. Sebagian
e. Unitranversal
6. “Caring memiliki sepuluh faktor dalam unsur – unsur karatif yaitu : nilai – nilai humanistic –
altruistik, menanamkan semangat dan harapan, menumbuhkan kepekaan terhadap diri dan orang
lain, mengembangkan ikap saling tolong menolong, mendorong dan menerima pengalaman
ataupun perasaan baik atau buruk, mampu memecahkan masalah dan mandiri dalam pengambilan
keputusan, prinsip belajar – mengajar, mendorong melindungi dan memperbaiki kondisi baik fisik,
mental , sosiokultural dan spiritual, memenuhi kebutuhan dasar manusia, dan tanggap dalam
menghadapi setiap perubahan yang terjadi”. Merupakan pernyataan dari siapa . . ?
a. Watson (1979)
b. Leninger (1977)
c. Roger (1979)
d. Virginia (1982)
e. Darmawan (1984)
7. Apa saja kah prinsip keperawatan kegawatdaruratan ?
a. Kuat dan cepat
e. Terarah
8. Apa tujuan dari memahami aspek hukum dan etika dalam keperawatan kegawatdaruratan ?
e. Semua salah
9. Permasalahan etik dan hukum KGD merupakan isu yang juga terjadi pada etika dan hukum
dalam kegawatdaruratan medik yaitu, kecuali ?
a. Diagnosis keadaan gawat darurat
d. Semua benar
e. Semua salah
10. Saat perawat siap membantu dengan asuhan keperawatannya dimanapun dan kapanpun, berarti
perawat telah menerapkan prinsip perawat sebagai apa ?
a. Helping
b. Touching
c. Laughing
d. Crying
e. Believing in others.
D. PENUTUP
1. Rangkuman
Keparawatan gawat darurat adalah pelayanan profesioanal keperawatan yang di berikan pada
pasien dengan kebutuhan urgen dan kritis. Namun UGD dan klinik kedaruratan sering di gunakan
untuk masalah yang tidak urgen. Yang kemudian filosopi tentang keperawatan gawat darurat
menjadi luas, kedaruratan yaitu apapun yang di alami pasien atau keluarga harus di pertimbangkan
sebagai Kedaruratan.
I. Peran Perawat Dalam Kegawat Daruratan
Menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 peran perawat terdiri dari :
1. Sebagai pemberi asuhan keperawatan
2. Sebagai advokat klien
3. Sebagai educator
4. Sebagai koordinator
5. Sebagai kolaborator
6. Sebagai konsultan
7. Sebagai pembaharu
II. Fungsi Perawat Dalam Kegawat Daruratan
1. Fungsi Independen
2. Fungsi Dependen
3. Fungsi Interdependen
III. Tujuan Perawatan Kegawat Daruratan
1. Mencegah kematian dan kecacatan (to save life and limb) pada penderita gawat darurat, hingga
dapat hidup dan berfungsi kembali dalam masyarakat sebagaimana mestinya.
2. Merujuk penderita . gawat darurat melalui sistem rujukan untuk memperoleh penanganan yang
Iebih memadai.
3. Menanggulangi korban bencana.
IV. Filosofi Dasar Perawatan Kegawat Daruratan
1. Universal
2. Penanganan oleh siapa saja
3. Penyelesaian berdasarkan masalah
V. Prinsip Perawatan Kegawat Daruratan
1. Penanganan cepat dan tepat
2. Pertolongan segera diberikan oleh siapa saja yang menemukan pasien tersebut
VI. Lingkup PPGD (Penanggulangan Penderita Gawat Darurat)
1. Melakukan Primary Survey, tanpa dukungan alat bantu diagnostik kemudian dilanjutkan dengan
Secondary Survey
2. Menggunakan tahapan ABCDE
3. Resusitasi pada kasus dengan henti napas dan henti jantung
VII. Aspek Hukum Dalam KGD (Kegawat Daruratan)
Tuntutan hukum dalam praktek KGD biasanya berasal dari :
1. Kegagalan komunikasi
2. Ketidakmampuan mengatasi dillema dalam profesi
Permasalahan etik dan hukum KGD merupakan isu yang juga terjadi pada etika dan hukum dalam
kegawatdaruratan medik yaitu :
1. Diagnosis keadaan gawat darurat
2. Standar Operating Procedure
3. Kualifikasi tenaga medis
4. Hak otonomi pasien : informed consent (dewasa, anak)
5. Kewajiban untuk mencegah cedera atau bahaya pada pasien
6. Kewajiban untuk memberikan kebaikan pada pasien (rasa sakit, menyelamatkan)
7. Kewajiban untuk merahasiakan (etika >< hukum)
8. Prinsip keadilan dan fairness
9. Kelalaian
10. Malpraktek akibat salah diagnosis, tulisan yang buruk dan kesalahan terapi : salah obat, salah dosis
11. Diagnosis kematian
12. Surat Keterangan Kematian
13. Penyidikan medikolegal untuk forensik klinik : kejahatan susila, child abuse, aborsi dan
kerahasiaan informasi pasien
a. Kolaborator
b. Coordinator
c. Educator
d. Advokat klien
2. Fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi dari perawat lain
sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan adalah fungsi perawat secara . . . ?
a. Fungsi Independen
b. Fungsi Dependen
c. Fungsi Interdependen
d. Fungsi Advokasi
e. Fungsi Koordinator
3. Salah satu kiat seorang perawat agar dapat membuat klien nyaman adalah accepting, yang artinya
?
a. perawat harus dapat menerima dirinya sendiri sebelum menerima orang lain
b. perawat dapat menerima, merasakan, dan memahami perasaan duka , senang, frustasi dan rasa
puas klien
d. memperlihatkan rasa hormat dan penghargaan terhadap orang lain dengan menjaga kerahasiaan
klien kepada yang tidak berhak mengetahuinya.
a. Mencegah kematian dan kecacatan (to save life and limb) pada penderita gawat darurat, hingga
dapat hidup dan berfungsi kembali dalam masyarakat sebagaimana mestinya.
b. Merujuk penderita . gawat darurat melalui sistem rujukan untuk memperoleh penanganan yang
Iebih memadai.
d. Semua benar
e. Semua salah
5. Salah satu dari tiga filosofi dasar perawatan kegawat daruratan adalah .. ?
a. Universal
b. Tranfersal
c. Mengkhusus
d. Sebagian
e. Unitranversal
6. “Caring memiliki sepuluh faktor dalam unsur – unsur karatif yaitu : nilai – nilai humanistic –
altruistik, menanamkan semangat dan harapan, menumbuhkan kepekaan terhadap diri dan orang
lain, mengembangkan ikap saling tolong menolong, mendorong dan menerima pengalaman
ataupun perasaan baik atau buruk, mampu memecahkan masalah dan mandiri dalam pengambilan
keputusan, prinsip belajar – mengajar, mendorong melindungi dan memperbaiki kondisi baik fisik,
mental , sosiokultural dan spiritual, memenuhi kebutuhan dasar manusia, dan tanggap dalam
menghadapi setiap perubahan yang terjadi”. Merupakan pernyataan dari siapa . . ?
a. Watson (1979)
b. Leninger (1977)
c. Roger (1979)
d. Virginia (1982)
e. Darmawan (1984)
7. Apa saja kah prinsip keperawatan kegawatdaruratan ?
e. Terarah
8. Apa tujuan dari memahami aspek hukum dan etika dalam keperawatan kegawatdaruratan ?
a. Meningkatkan kualitas penanganan pasien dan menjamin keamanan serta keselamatan pasien.
e. Semua salah
9. Permasalahan etik dan hukum KGD merupakan isu yang juga terjadi pada etika dan hukum dalam
kegawatdaruratan medik yaitu, kecuali ?
a. Diagnosis keadaan gawat darurat
b. Standar Operating Procedure
d. Semua benar
e. Semua salah
10. Saat perawat siap membantu dengan asuhan keperawatannya dimanapun dan kapanpun, berarti
perawat telah menerapkan prinsip perawat sebagai apa ?
a. Helping
b. Touching
c. Laughing
d. Crying
e. Believing in others.
b. Kunci Jawaban
1. D
2. B
3. A
4. E
5. A
6. A
7. C
8. A
9. E
10. A
DAFTAR PUSTAKA