Anda di halaman 1dari 53

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

OKSIGENASI PADA NY. Y DI RUANG BAROKAH


PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Ujian Komprehensif


Jenjang Pendidikan Diploma III Keperawatan

Disusun Oleh :
Lulu Mustafidhoh
A01301785

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
2016
LE卜 lBAR PENGESAHAN PE》 IBl1/1BING

Laporan Hadl ttian Komprehensiftdah Diterima dan Disetlliui oleh

Pembimbing Karya Tulis 1lmiah Diploma lll Keperawttan STIKES


Muhammadiyah Gombong padal

Hari/Tanggal :Ka“ is′ 25 uli Zθ ′ι


Mパ Dlγ ハ1l εο gο Nc
Tempat i STIKじ S M “
r以
∫ ・


ゞ詈



¨¨

L

ASUHAN KEPERAⅥ FATAN PE■ /1ENUHAN ttBUTUⅡ AN
OKSIGENASI PADA NY.Y DI RIIAN(]BAROKAH
PKU PIIUIIAMⅣ IADⅣ AⅡ GOⅣ lBONG
yang dipersiapkan dan disusun oleh

Lulu MItJstaidhoh

A01301785
Telah dipertahankan didepaniDewan Pengり Jl

Pada tangga1 05札 ustuS 2016

Susunan Dewan Peng呵 i


04

咎亀 亀


Studi DiIi Kepera

.Kep.lis, M.Sc)
Program Studi DIII Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
KTI, Agustus 2016
Lulu Mustafidhoh1, Hendri Tamara Yuda2, M.Kep. Ns

ABSTRAK
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
OKSIGENASI PADA NY. Y DI RUANG BAROKAH PKU
MUHAMMADIYAH GOMBONG

Latar belakang: Asma adalah penyakit inflamasi kronik pada jalan nafas
yang dikarakteristikkan dengan hiperresponsivitas, edema mukosa dan
produksi mukus. Pada klien asma memiliki masalah ketidakefektifan
bersihan jalan nafas untuk menyelesaikan masalah ini dilakukan pemberian
nebulizer.
Tujuan penulisan: memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan
dengan pemenuhan oksigenasi.
Pembahasan: saat dikaji pada tanggal 09 juni 2016 klien mengatakan sesak
nafas, batuk, pilek, keluar lendir berwarna kuning kehijauan, ketika bangun
tidur merasa sesak nafas dan ketika berjalan ke kamar mandi merasa sesak
nafas. Klien sudah masuk Rumah Sakit yang keempat kalinya dengan
diagnosa yang muncul adalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas.
Intervensi dan implementasi yang dilakukan adalah monitor respirasi dan
status oksigen, posisikan klien dalam posisi semi fowler, auskultasi suara
nafas, keluarkan sekret dengan batuk efektif, berikan nebulizer dan
kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat bronkoilator.
Hasil evaluasi hari ketiga klien tampak sesak nafas berkurang, batuk
berkurang, pilek berkurang, keluar sekret dan pernafasan 25x/menit.
Kesimpulan: Pemberian nebulizer bermanfaat untuk mengencerkan sekresi,
menjaga kelembaban selaput lendir dan mengobati peradangan pada saluran
nafas.

Kata kunci : asuhan keperawatan, ketidakefektifan bersihan jalan nafas,


asma

1. Mahasiswa DIII Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan


Muhammadiyah Gombong.
2. Dosen DIII Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Gombong.

iv
Diploma III Of Nursing Program
Muhammadiyah Health Science Institute Of Gombong
Nursing Care Report, August 2016
Lulu Mustafidhoh1, Hendri Tamara Yuda2, S.Kep.Ns, M.Kep

ABSTRACT
NURSING CARE OF FULFILLING OXYGENATION NEED TO
Mrs. Y IN BAROKAH WARD, PKU MUHAMMADIYAH
HOSPITAL OF GOMBONG
Background: Asthma is a chronic inflammatory disease of the airway
characterized by hyperresponsiveness, mucosal edema and mucus
production. On the client with asthma have problems ineffective airway
clearance to resolve this issue be giving nenulizer.
The purpose of writing: provides an overview of nursing care to the
fulfillment of oxygenation.
Discussion: when examined on 09 June 2016 the client says shortness of
breath, cough, runny nose, yellow-green mucus out, when you wake up
feeling shortness of breath and when walking into the bathroom to feel
shortness of breath. Clients have entered the fourth hospital with the
diagnosis that emerges is ineffective airway clearance. Intervention and
implementation do is monitor respiration and oxygen status, position clients
in semi-Fowler position, auscultation of breath sounds, remove secretions
by coughing effectively, provide nebulizer and collaboration with doctors in
drug delivery bronchodilators.
The results of the evaluation of the third day of the client looks
breathlessness, cough diminished, reduced colds, secretions out and
respiratory rate 25x/minutes.
Conclusion: Providing helpful nebulizer to thin secretions, keeping
moisture and treat mucous membrane inflammation of the airways.

Keywords: nursing care, ineffective airway clearance, asthma

1. University student Diploma III of Nursing Muhammadiyah Health


Science Institute of Gombong.
2. Lecturer Diploma III of Nursing Muhammadiyah Health Science
Institute of Gombong.

v
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahhi Wabarakatuh


Alhamdulillah, penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi pada Ny. Y Di Ruang Barokah PKU
Muhammadiyah Gombong” dengan lancar.
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu penulis selama ini :
1. Bapak M. Madkhan Anis, S.Kep.Ns, selaku Kepala Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah Gombong, yang telah memberikan izin dalam
tugas Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Bapak Sawiji, S.Kep.Ns, M.Sc, selaku Ketua Program studi DIII
Keperawatan dan dewan penguji yang telah telah mengizinkan pembuatan
Tugas Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Bapak Hendri Tamara Yuda, S.Kep.Ns, M.Kep, selaku dosen pembimbing
dan penguji dalam Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Ibu Ike Mardiati Agustin, M.Kep.Sp.Kep.J, selaku dosen pembimbing
akademik yang telah membantu dan memotivasi penulis selama ini.
5. Kepala dan staff PKU Muhammadiyah Gombong yang telah mengizinkan
penulis untuk melakukan praktik keperawatan.
6. Segenap Keluarga Besar Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
Gombong yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini.
7. Ayah (Chadirin) dan ibu (Maryatun) yang telah mendukung penulis dalam
membuat Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Saudaraku (Aprilia Putriana dan Arif Mustofa) yang telah mendukung
penulis dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
9. Teman-teman DIII Keperawatan yang telah mendukung penulis dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

vi
10. Ny. Y beserta Keluarga yang telah bekerjasama dengan penulis.
Penulis berharap Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk
menambah wawasan. Penulis mengharap saran dan kritik untuk meningkatkan
pengetahuan dan pengalaman.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Gombong, Agustus 2016

(Lulu Mustafidhoh)

vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ......................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI .................................................. iii
ABSTRAK.............................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ............................................................................ vi
DAFTAR ISI .......................................................................................... viii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Tujuan ..................................................................................... 6
C. Manfaat Penelitian ................................................................... 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi .......................................... 8
B. Fisiologi Oksigenasi................................................................. 11
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi dalam Oksigenasi .............. 12
D. Gangguan Pada Fungsi Pernafasan ........................................... 15
E. Pemberian nebulizer ................................................................. 17
BAB III. RESUME KEPERAWATAN
A. Pengkajian ............................................................................... 25
B. Analisa Data ............................................................................ 28
C. Intervensi, Implementasi dan Evaluasi ..................................... 29
BAB IV. PEMBAHASAN
A. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas ..................................... 35
B. Ketidakefektifan Pola Nafas .................................................... 39
C. Ansietas ................................................................................... 43
D. Analisa Tindakan Keperawatan ................................................ 46
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 49
B. Saran........................................................................................ 50
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) 2010
penderita asma di dunia diperkirakan sejumlah 100 sampai 150 juta orang.
Diperkirakan akan meningkat menjadi 180.000 orang tiap tahun. Keadaan
ini dapat terjadi di semua negara, baik negara berkembang maupun negara
maju. Penyakit asma masuk dalam urutan 5 besar penyebab kematian di
dunia, yaitu 17,4%. David, dkk (2010) mengatakan penyakit asma
menyerang Eropa dan Amerika Utara sebanyak 5 sampai 7%.
Pada tahun 2014, The Global Asthma Report mengemukakan bahwa
jumlah penderita asma di seluruh dunia diperkirakan 334 juta orang dan
akan meningkat tahun 2025 menjadi 400 juta orang. Diperkirakan jumlah
penderita asma akan terus meningkat. Peningkatan ini dapat terjadi di
semua negara, baik di negara berkembang maupun di negara maju (Global
Asthma Network, 2014).
Dari tahun ke tahun penderita penyakit asma semakin meningkat.
Pada tahun 2010 penderita asma sebanyak 355 orang dan tahun 2014
sebanyak 542 orang. Dalam 4 tahun terakhir meningkat hampir dua kali
lipat (Dinkes Kalteng, 2015).
Dari hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2013 jumlah
penderita asma di Indonesia mencapai 4,5%. Prevalensi penyakit asma di
Provinsi Kalimantan Tengah 5,7% lebih tinggi 1,2% dari prevalensi
penyakit asma di tingkat nasional (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
Pada tahun 2010 penyakit asma di Indonesia diperkirakan mencapai
6,4%. Di provinsi Jawa Tengah tahun 2010 sejumlah 1,09%, tahun 2011
sejumlah 0,69%, tahun 2012 sejumlah 0,68% dan tahun 2013 sejumlah
0,58% (John, 2010).
Dari hasil rekam medis Rumah Sakit Tk. II Dr. A. K Gani
Palembang 2014 bahwa penderita asma bronkial yang di rawat inap tahun
2012 sebanyak 199 orang. Sedangkan tahun 2013 penderita asma bronkial

1
2

yang di rawat inap sebanyak 213 orang. Angka kejadian asma bronkial
tiap 2 tahun terakhir sejak 2012 sampai 2013 semakin bertambah (Profil
RS, 2103).
Menurut Clark (2013) asma biasanya dikenal sebagai suatu
penyakit yang ditandai dengan adanya wheezing (mengi) sebagai respon
yang terjadi karena zat iritan atau alergen. Secara fisiologis asma
merupakan kaskade kompleks kondisi dan interaksi yang dapat
mengakibatkan obstruksi aliran udara akut, meningkatkan produksi
mukus, hiperreaktivitas bronkus dan inflamasi jalan nafas. Masing-masing
interaksi tersebut dan gejala klinis yang muncul dapat sedikit berbeda
antara satu individu dengan lainnya dan derajat keparahannya dapat
bervariasi pada individu yang sama akibat perbedaan lingkungan fisiologis
internal dan eksternal. Interaksi fisiologis inilah yang mengakibatkan
timbulnya wheezing dan kesulitan bernafas yang dialami oleh penderita
dan disebut asma.
Brunner & Suddarth (2013) mengatakan asma adalah penyakit
inflamasi kronik pada jalan nafas yang dikarakteristikkan dengan
hiperresponsivitas, edema mukosa dan produksi mukus. Inflamasi ini
berkembang menjadi episode gejala asma yang berulang, seperti batuk,
sesak dada, mengi dan dispnea. Pasien asma mungkin mengalami periode
bebas gejala bergantian dengan eksaserbasi akut yang berlangsung dalam
hitungan menit, jam sampai hari. Faktor risiko untuk asma mencakup
riwayat kesehatan keluarga, alergi (faktor paling kuat), dan terpapar zat
iritan atau alergen dalam waktu yang lama seperti rumput, serbuk sari,
jamur, debu dan binatang. Pencetus yang paling sering memunculkan
gejala asma dan eksaserbasi mencakup iritan jalan nafas (seperti polutan,
suhu dingin, panas, bau menyengat, asap dan parfum), latihan fisik, stres
atau perasaan marah, rhinosinusitis dengan postnasal drip, obat-obatan,
infeksi virus pada jalan nafas dan refluks gastroesofageal.
Corwin (2007) mengatakan asma adalah penyakit pernafasan
obstruktif yang ditandai adanya peradangan pada saluran nafas dan nyeri
3

akut otot polos bronkiolus. Kondisi ini menyebabkan kondisi mukus yang
berlebihan dan menumpuk yang menyebabkan sumbatan aliran udara dan
ventilasi alveolus menurun.
Corwin (2009) mengatakan asma dapat terjadi pada individu tertentu
yang berespon agresif terhadap iritan di jalan nafas. Faktor risiko pada
salah satu dari jenis gangguan hiperresponsif ini adalah riwayat asma atau
alergi dalam keluarga yang mengisyaratkan adanya kecenderungan suatu
genetik. Pajanan yang berulang terhadap beberapa rangsangan iritan.
Kemungkinan pada masa perkembangan bisa meningkatkan risiko
terjadinya penyakit ini. Meskipun kebanyakan penyakit asma didiagnosis
pada masa kanak-kanak, pada saat dewasa dapat menderita asma tanpa
riwayat penyakit sebelumnya. Stimulasi asma awitan dewasa seringkali
terjadi dikaitkan dengan riwayat alergi yang memburuk. Infeksi
pernapasan atas yang berulang juga memicu pada asma awitan dewasa,
seperti yang dapat terjadi karena pajanan dari okupasional ke debu
didalam lingkungan kerja.
Individu yang mengalami asma kemungkinan memiliki eosinofil
yang berlebihan atau kemungkinan sel-mast yang berespon berlebihan
untuk merangsang awal terjadinya degranulasi. Antibodi IgE
bertanggungjawab untuk serangan alergi yang bereaksi secara berlebihan
dalam merespon suatu antigen asing dengan pengaktifan peradangan
kaskade. Dari sumber hipersensitivitas (sensitivitas yang berlebihan), hasil
akhirnya adalah bronkospasme (nyeri bronkus), produksi dan akumulasi
sekret, radang dan produksi aliran udara. Infeksi pada virus, alergi dan
refluks memicu respon sensitivitas dengan cara mengiritasi jalan napas.
Olahraga atau latihan fisik seseorang menjadi iritan dikarenakan aliran
yang keluar masuk udara ke paru-paru dalam jumlah besar dan cepat.
Penatalaksanaan asma sebagai berikut istirahat yang meliputi
diberikan oksigen dosis tinggi 4-6 liter/menit, apabila pasien mengalami
dehidrasi berikan Ringer Laktat serta bila ada asidosis diberikan natrium
bikarbonat. Pasien diberikan obat yang meliputi obat bronkodilator yaitu
4

inhalasi agoni B-2 dosis tinggi, salbutamol 2,5-5 mg secara nebulisasi,


dapat diulang setiap 20 menit atau disemprot 4-8 kali diulang setiap 20
menit dalam 1 jam; simpatikomimetik yaitu injeksi agonis B-2 salbutamol,
terbutalin atau oksiprenalin 0,5-1 ml subkutan diulangi setelah 30 menit,
adrenalin larutan 0,001 subkutan 0,2-0,5 ml (0,3 ml), dapat diulang 2-3
kali setiap 30-60 menit, tidak diberikan pada hipertensi, hipertiroid,
kelainan jantung, usia lanjut dan umur >40 tahun; aminofilin injeksi 5-6
mg/kg/BB diencerkan kedalam larutan dekstrose 5% melalui IV bolus
perlahan-lahan dalam waktu 10-15 menit atau dalam infuse 100 ml
dektrose 5% atau NaCL 0,9% dalam waktu 20 menit. Bila 12 jam
sebelumnya sudah mendapatkan aminofilin, dosis yang diberikan hanya
setengahnya. Antikolinergik yaitu ipratropium bromid tersendiri atau
kombinasi agonis B-2 dengan nebulasi. Kortikosteroid yaitu kortikosteroid
bekerja cepat harus diberikan segera dalam dosis tinggi, hidrokortison 200
mg IV atau metilprednison injeksi atau tablet 30-60 mg. Obat alternatif
yaitu mukolitik dan ekspektorans, antibiotik bila ada tanda-tanda infeksi
seperti demam, sputum purulen dan lekositosis. Fisioterapi dada yaitu
drainase postural dan dada ditepuk-tepuk (Halim, 2009).
Menurut Clark (2013) tujuan terapi asma adalah untuk
mendapatkan kontrol, mengurangi kerusakan dan risiko eksaserbasi,
meminimalisasi efek samping obat dan mempertahankan hasil uji fungsi
paru yang normal atau mendekati normal sebisa mungkin. Obat asma
dikategorikan kedalam dua kelas umum, yaitu obat pelega yang digunakan
untuk mengatasi gejala akut dan eksaserbasi serta obat pengontrol jangka
panjang untuk menjaga kontrol asma persisten. Kortikosteroid sistemik
biasanya dapat digunakan untuk mengontrol asma jangka panjang jika
digunakan untuk memfasilitasi penyembuhan dari serangan asma.
Menurut Corwin (2009) langkah pertama dalam pengobatan adalah
mengevaluasi derajat asma yang diderita individu. Asma dibagi dalam
empat stadium, stadium ini tergantung frekuensi gejala dan frekuensi
penggunaan obat yang dibutuhkan untuk meredakan gejala. Stadium asma,
5

yaitu stadium ringan dan intermiten, stadium ringan dan persisten,


moderat atau sedang, dan berat. Terapi sesuai dengan stadium asma yang
dialami pasien.
Bernapas adalah memasukkan udara dari lingkungan di luar
kedalam tubuh (O2). Lalu dari proses penggunaan udara ada yang didalam
tubuh akan dikeluarkan sebagai udara sisa (CO2). Pernapasan merupakan
kinerja tubuh yang secara otomatis, bahkan ketika sedang tidur,
pernapasan terus berjalan sesuai dengan prosesnya, karena sistem
pernapasan dipengaruhi oleh saraf otonom (Mumpuni, 2013).
Oksigen adalah kebutuhan dasar manusia yang dapat digunakan
untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan dan aktivitas
organ atau sel (Carpenito, 2006). Oksigen sangat dibutuhkan oleh semua
makhluk hidup. Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital
dalam sistem metabolisme (Sigalingging, 2012). Oksigen adalah salah satu
komponen gas unsur vital dalam proses metabolisme untuk
mempertahankan kelangsungan hidup se-sel tubuh. Hal ini diperoleh
dengan mengirup oksigen ketika bernapas (Wartonah, 2006).
Sistem pernapasan diperlukan untuk pertukaran antara oksigen dan
karbondioksida. Oksigen bermanfaat untuk menghasilkan energi bagi sel-
sel. Karbondioksida diperoleh dari sel-sel yang membentuk asam untuk
dibuang dari tubuh. Pertukaran gas terjadi dikarenakan proses antara
sistem pernapasan dan sistem kardiovaskuler. Sistem kardiovaskuler
melakukan suatu proses perfusi darah melalui paru-paru, sedangkan sistem
pernapasan melakukan ventilasi dan respirasi.
Dalam keadaan normal, proses oksigenasi terjadi tanpa disertai
pemikiran serius mengenai apa yang terjadi. Namun ketika tubuh
kekurangan oksigen, seseorang dapat merasakan efeknya. Gangguan
oksigenasi memengaruhi sistem dalam tubuh. Sistem tubuh terdiri dari
organ-organ, organ terdiri atas jaringan dan jaringan tersusun atas sel-sel
yang bergantung pada oksigen untuk melaksanakan tugasnya. Misalnya,
kekurangan oksigen di otak dapat menyebabkan gangguan status mental.
6

Jika otak kekurangan oksigen untuk waktu yang lama, kerusakan dapat
semakin parah dan permanen, seperti stroke, cacat dan koma.
Pada asuhan keperawatan klien dengan diagnosa medis asma akan
muncul masalah keperawatan berupa bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan bronkospasme, gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan spasme bronkus dan ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dyspneu (Magenta,
2011). Menurut Vaughans (2013) pada asma akan muncul masalah
keperawatan berupa masalah gangguan pertukaran gas, masalah bersihan
jalan napas tidak efektif dan masalah perfusi jaringan tidak efektif.
Berdasarkan hal diatas penulis akan membuat karya tulis ilmiah
yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi
Pada Ny. Y Di Ruang Barokah PKU Muhammadiyah Gombong”.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum karya tulis ilmiah ini adalah untuk menjelaskan asuhan
keperawatan yang diberikan pada klien dengan asma.
2. Tujuan Khusus
a. Memaparkan hasil pengkajian pada kasus asma.
b. Memaparkan hasil analisa data pada kasus asma.
c. Memaparkan hasil diagnosa keperawatan pada kasus asma.
d. Memaparkan hasil intervensi keperawatan pada kasus as.ma.
e. Memaparkan hasil implementasi keperawatan pada kasus asma.
f. Memaparkan evaluasi keperawatan pada kasus asma.
g. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada kasus asma.
h. Menganalisis tindakan yang sudah diberikan pada kasus asma.
C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat keilmuan
a. Manfaat untuk institusi
7

b. Memberikan bahan bacaan untuk menambah wawasan dan


pengetahuan dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi
khususnya asma.
c. Manfaat untuk rumah sakit
Meningkatkan kualitas dalam melaksanakan asuhan keperawatan
gangguan pemenuhan oksigenasi khususnya asma.
2. Manfaat aplikatif
a. Manfaat untuk klien
Memberikan kebutuhan dasar kepada klien dan memberikan
pelayanan kesehatan, sehingga kebutuhan dasar klien terpenuhi dan
mengetahui manfaat dari pelayanan kesehatan yang diberikan.
b. Manfaat untuk keluarga klien
Mengetahui kebutuhan dasar klien dan pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada klien, sehingga pengetahuan klien dan keluarga
bertambah.
DAFTAR PUSTAKA
Ang, S, dkk. (2012). Mucolitic Ambroxol Versus Hypertonic Saline Nebulizer
Induction: For Increasing Sputum Volume And Finding Acid-Fast Bacilli.
Vol. 02. No. 1.
Brunner & Suddarth. (2013). Keperawatan Medikal Bedah.. Jakarta: EGC.
Clark, M.A. (2013). Asma: Panduan Penatalaksanaan Klinis. Jakarta: EGC.
Corwin, E.J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta:EGC.
Digiulio, M.et al. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Rapha
Publishing.
Halim, M.A. (2009). Panduan Praktis Kedaruratan Penyakit Dalam Diagnosis
dan Terapi. Jakarta: EGC.
Herdman, T.H. (2015). Nanda International Inc. Diagnosis keperawatan: definisi
& klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.
Idrus, I.S, dkk. (2012). Perbandingan Efek Salbutamol dengan Salbutamol yang
Diencerkan dengan NaCL 0,9% pada Pasien Dewasa dengan Asma Akut
Sedang di RS Persahabatan. Vol. 32. No.3.
Kusyati, E, et al. (2012). Keterampilan & Prosedur Laboratorium Keperawatan
Dasar (2nd ed). Jakarta: EGC.
Morton, P.G.et al. (2011). Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan Holistik.
Jakarta: EGC.
Mubarok, W.I, & Nurul, C. (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: Teori
dan aplikasi dalam praktik. Jakarta: EGC.
Mumpuni, Y, & Ari, W. (2013). Cara Jitu Mengatasi Asma Pada Anak dan
Dewasa. Yogyakarta: Rapha Publishing.
Musai, M, & Muzakkir. (2010). Efektivitas Penambahan Magnesium sulfat
terhadap Nebulisasi Salbutamol dalam Penatalaksanaan Serangan Asma.
Majalah Kedokteran Indonesia, Vol. 60.
Muttaqin, A. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.
Rosdahl, and Mary T. (2014). Textbook of Basic Nursing. Jakarta: EGC.
Rotta, E.T, dkk. (2007). Determination of plasma salbutamol concentrations after
nebulization in a pediatric emergency departement. Vol. 83. No. 5.
Saryono & Anggriyana, T.W. (2011). Catatan Kuliah Kebutuhan Dasar Manusia
(KDM) (2nd ed.). Yogyakarta: Nuha Medika.
Sigalingging, G, et al. (2012). Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta: EGC.
Susanty, E.et al. (2011). Diagnosa keperawatan aplikasi nanda dan nic noc.
Yogyakarta: Modya Karya.
Vaughans, and Bennita W. (2013). Keperawatan Dasar. Yogyakarta: Rapha
Publishing.
Yuliana, A.R, dkk. (2014). Pemberian Nebulizer Dengan Bysolvon Dan Ventolin
Dalam Mengatasi Gangguan Pernafasan Pada An.K Dengan
Bronkopneumonia Di Ruang Sa’ad Rumah Sakit Islam Sunan Kudus. Vol.
1. No. 1.
LAPORAN PENDAHULUAN
ASMA

Disusun Oleh :
Lulu Mustafidhoh (A01301785)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
2016
A. PENGERTIAN
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas yang
mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila terangsang oleh
factor risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat
karena konstriksi bronkus, sumbatan mukus, dan meningkatnya proses radang
(Almazini, 2012)
Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan
karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan
peradangan, penyempitan ini bersifat sementara. Asma dapat terjadi pada siapa
saja dan dapat timbul di segala usia, tetapi umumnya asma lebih sering terjadi
pada anak-anak usia di bawah 5 tahun dan orang dewasa pada usia sekitar 30
tahunan (Saheb, 2011)
Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan
banyak sel dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan
hiperresponsivitas saluran napas yang menimbulkan gejala episodik berulang
berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, batuk terutama malam hari dan atau
dini hari. Episodik tersebut berhubungan dengan obstruksi saluran napas yang
luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan
(Boushey, 2005; Bousquet, 2008)
Asma adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh keadaan saluran nafas yang
sangat peka terhadap berbagai rangsangan, baik dari dalam maupun luar tubuh.
Akibat dari kepekaan yang berlebihan ini terjadilah penyempitan saluran nafas
secara menyeluruh (Abidin, 2002).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa asma adalah suatu kondisi
dimana saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap
rangsangan tertentu, baik dari dalam maupun luar tubuh.
B. KLASIFIKASI
Berdasarkan kegawatan asma, maka asma dapat dibagi menjadi :
1. Asma bronkhiale
Asma Bronkiale merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan adanya
respon yang berlebihan dari trakea dan bronkus terhadap bebagai macam
rangsangan, yang mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang tersebar
luas diseluruh paru dan derajatnya dapat berubah secara sepontan atau setelah
mendapat pengobatan
2. Status asmatikus
Yakni suatu asma yang refraktor terhadap obat-obatan yang konvensional
(Smeltzer, 2001). status asmatikus merupakan keadaan emergensi dan tidak
langsung memberikan respon terhadap dosis umum bronkodilator (Depkes RI,
2007).
Status Asmatikus yang dialami penderita asma dapat berupa pernapasan
wheezing, ronchi ketika bernapas (adanya suara bising ketika bernapas),
kemudian bisa berlanjut menjadi pernapasan labored (perpanjangan ekshalasi),
pembesaran vena leher, hipoksemia, respirasi alkalosis, respirasi sianosis,
dyspnea dan kemudian berakhir dengan tachypnea. Namun makin besarnya
obstruksi di bronkus maka suara wheezing dapat hilang dan biasanya menjadi
pertanda bahaya gagal pernapasan (Brunner & Suddarth, 2001).
3. Asthmatic Emergency
Yakni asma yang dapat menyebabkan kematian

Klasifikasi asma yaitu (Hartantyo, 1997, cit Purnomo 2008)


1. Asma ekstrinsik
Asma ekstrinsik adalah bentuk asma paling umum yang disebabkan karena
reaksi alergi penderita terhadap allergen dan tidak membawa pengaruh apa-
apa terhadap orang yang sehat.
2. Asma intrinsik
Asma intrinsik adalah asma yang tidak responsif terhadap pemicu yang berasal
dari allergen. Asma ini disebabkan oleh stres, infeksi dan kodisi lingkungan
yang buruk seperti klembaban, suhu, polusi udara dan aktivitas olahraga yang
berlebihan.
Menurut Global Initiative for Asthma (GINA) (2006) penggolongan asma
berdasarkan beratnya penyakit dibagi 4 (empat) yaitu:
1. Asma Intermiten (asma jarang)
a.) gejala kurang dari seminggu
b.) serangan singkat dan gejala pada malam hari < 2 kali dalam sebulan
c.) FEV 1 atau PEV > 80%
d.) PEF atau FEV 1 variabilitas 20% – 30%
2. Asma mild persistent (asma persisten ringan)
a.) gejala lebih dari sekali seminggu
b.) serangan mengganggu aktivitas dan tidur
c.) gejala pada malam hari > 2 kali sebulan
d.) FEV 1 atau PEV > 80%
e.) PEF atau FEV 1 variabilitas < 20% – 30%
3. Asma moderate persistent (asma persisten sedang)
a.) gejala setiap hari dan serangan mengganggu aktivitas dan tidur
b.) gejala pada malam hari > 1 dalam seminggu
c.) FEV 1 tau PEV 60% – 80%
d.) PEF atau FEV 1 variabilitas > 30%
4. Asma severe persistent (asma persisten berat)
a.) gejala setiap hari dan serangan terus menerus
b.) gejala pada malam hari setiap hari
c.) terjadi pembatasan aktivitas fisik
d.) FEV 1 atau PEF = 60%
e.) PEF atau FEV variabilitas > 30%

Selain berdasarkan gejala klinis di atas, asma dapat diklasifikasikan


berdasarkan derajat serangan asma yaitu: (GINA, 2006)
1. Serangan asma ringan dengan aktivitas masih dapat berjalan, bicara satu
kalimat, bisa berbaring, tidak ada sianosis dan mengi kadang hanya pada akhir
ekspirasi.
2. Serangan asma sedang dengan pengurangan aktivitas, bicara memenggal
kalimat, lebih suka duduk, tidak ada sianosis, mengi nyaring sepanjang
ekspirasi dan kadang -kadang terdengar pada saat inspirasi,
3. Serangan asma berat dengan aktivitas hanya istirahat dengan posisi duduk
bertopang lengan, bicara kata demi kata, mulai ada sianosis dan mengi sangat
nyaring terdengar tanpa stetoskop,
4. Serangan asma dengan ancaman henti nafas, tampak kebingunan, sudah tidak
terdengar mengi dan timbul bradikardi.
5. Perlu dibedakan derajat klinis asma harian dan derajat serangan asma. Seorang
penderita asma persisten (asma berat) dapat mengalami serangan asma ringan.
Sedangkan asma ringan dapat mengalami serangan asma berat, bahkan
serangan asma berat yang mengancam terjadi henti nafas yang dapat
menyebabkan kematian
C. PENYEBAB
Adapun rangsangan atau faktor pencetus yang sering menimbulkan Asma
adalah: (Smeltzer & Bare, 2002).
1. Faktor ekstrinsik (alergik) : reaksi alergik yang disebabkan oleh alergen atau
alergen yang dikenal seperti debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang.
2. Faktor intrinsik(non-alergik) : tidak berhubungan dengan alergen, seperti
common cold, infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi, dan polutan
lingkungan dapat mencetuskan serangan.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari
bentuk alergik dan non-alergik

Sedangkan Lewis et al. (2000) tidak membagi pencetus asma secara spesifik.
Menurut mereka, secara umum pemicu asma adalah:
1. Faktor predisposisi
Genetik
Faktor yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi
biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena
adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit Asma
Bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersensitivitas
saluran pernapasannya juga bisa diturunkan.
2. Faktor presipitasi
a.) Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
1.) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan seperti debu, bulu
binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
2.) Ingestan, yang masuk melalui mulut yaitu makanan (seperti buah-
buahan dan anggur yang mengandung sodium metabisulfide) dan obat-
obatan (seperti aspirin, epinefrin, ACE- inhibitor, kromolin).
3.) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contoh :
perhiasan, logam dan jam tangan
4.) Pada beberapa orang yang menderita asma respon terhadap Ig E jelas
merupakan alergen utama yang berasal dari debu, serbuk tanaman atau
bulu binatang. Alergen ini menstimulasi reseptor Ig E pada sel mast
sehingga pemaparan terhadap faktor pencetus alergen ini dapat
mengakibatkan degranulasi sel mast. Degranulasi sel mast seperti
histamin dan protease sehingga berakibat respon alergen berupa asma.
b.) Olahraga
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan
aktivitas jasmani atau olahraga yang berat. Serangan asma karena aktifitas
biasanya terjadi segera setelah selesai beraktifitas. Asma dapat diinduksi
oleh adanya kegiatan fisik atau latihan yang disebut sebagai Exercise
Induced Asthma (EIA) yang biasanya terjadi beberapa saat setelah
latihan.misalnya: jogging, aerobik, berjalan cepat, ataupun naik tangga dan
dikarakteristikkan oleh adanya bronkospasme, nafas pendek, batuk dan
wheezing. Penderita asma seharusnya melakukan pemanasan selama 2-3
menit sebelum latihan.
c.) Infeksi bakteri pada saluran napas
Infeksi bakteri pada saluran napas kecuali sinusitis mengakibatkan
eksaserbasi pada asma. Infeksi ini menyebabkan perubahan inflamasi pada
sistem trakeo bronkial dan mengubah mekanisme mukosilia. Oleh karena
itu terjadi peningkatan hiperresponsif pada sistem bronkial.
d.) Stres
Stres / gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu
juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Penderita diberikan
motivasi untuk mengatasi masalah pribadinya, karena jika stresnya belum
diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
e.) Gangguan pada sinus
Hampir 30% kasus asma disebabkan oleh gangguan pada sinus, misalnya
rhinitis alergik dan polip pada hidung. Kedua gangguan ini menyebabkan
inflamasi membran mukus.
f.) Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi
Asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu
terjadinya serangan Asma. Kadangkadang serangan berhubungan dengan
musim, seperti musim hujan, musim kemarau.
D. PATOFISIOLOGI
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma
tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi
mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal
dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan
antigen spesifikasinya.
Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat
pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus
kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut
mmeningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast
dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya
histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient),
faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-
faktor ini akan menghasilkan adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil
maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot
polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat
meningkat. Pada asma , diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi
daripada selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama ekspirasi
paksa 3 menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat
sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang
menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi.
Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan
adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea.
Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat
selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru.
Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.

E. MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klasik penderita asma berupa sesak nafas, batuk-batuk dan
mengi (whezzing) telah dikenal oleh umum dan tidak sulit untuk diketahui. Batuk-
batuk kronis dapat merupakan satu-satunya gejala asma dan demikian pula rasa
sesak dan berat didada.
Tetapi untuk melihat tanda dan gejala asma sendiri dapat digolongkan
menjadi :
1. Asma tingkat I
Yaitu penderita asma yang secara klinis normal tanpa tanda dan gejala
asma atau keluhan khusus baik dalam pemeriksaan fisik maupun fungsi paru.
Asma akan muncul bila penderita terpapar faktor pencetus atau saat dilakukan
tes provokasi bronchial di laboratorium.
2. Asma tingkat II
Yaitu penderita asma yang secara klinis maupun pemeriksaan fisik tidak ada
kelainan, tetapi dengan tes fungsi paru nampak adanya obstruksi saluran
pernafasan. Biasanya terjadi setelah sembuh dari serangan asma.
3. Asma tingkat III
Yaitu penderita asma yang tidak memiliki keluhan tetapi pada pemeriksaan
fisik dan tes fungsi paru memiliki tanda-tanda obstruksi. Biasanya penderita
merasa tidak sakit tetapi bila pengobatan dihentikan asma akan kambuh.
4. Asma tingkat IV
Yaitu penderita asma yang sering kita jumpai di klinik atau rumah sakit yaitu
dengan keluhan sesak nafas, batuk atau nafas berbunyi.
Pada serangan asma ini dapat dilihat yang berat dengan gejala-gejala yang
makin banyak antara lain :
a.) Kontraksi otot-otot bantu pernafasan, terutama sternokliedo mastoideus
b.) Sianosis
c.) Silent Chest
d.) Gangguan kesadaran
e.) Tampak lelah
f.) Hiperinflasi thoraks dan takhikardi
5. Asma tingkat V
Yaitu status asmatikus yang merupakan suatu keadaan darurat medis beberapa
serangan asma yang berat bersifat refrakter sementara terhadap pengobatan
yang lazim dipakai. Karena pada dasarnya asma bersifat reversible maka
dalam kondisi apapun diusahakan untuk mengembalikan nafas ke kondisi
normal
F. PATHWAY KEPERAWATAN
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan sputum
Pada pemeriksaan sputum ditemukan :
a.) Kristal –kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal
eosinofil.
b.) Terdapatnya Spiral Curschman, yakni spiral yang merupakan silinder sel-
sel cabang-cabang bronkus
c.) Terdapatnya Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus
d.) Terdapatnya neutrofil eosinofil
2. Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil meninggi, sedangkan
leukosit dapat meninggi atau normal, walaupun terdapat komplikasi asma
a.) Gas analisa darah
b.) Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bila terdapat
peninggian PaCO2 maupun penurunan pH menunjukkan prognosis yang
buruk
c.) Kadang –kadang pada darah terdapat SGOT dan LDH yang meninggi
d.) Hiponatremi 15.000/mm3 menandakan terdapat infeksi
e.) Pada pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE yang meninggi pada waktu
seranggan, dan menurun pada waktu penderita bebas dari serangan.
f.) Pemeriksaan tes kulit untuk mencari faktor alergi dengan berbagai
alergennya dapat menimbulkan reaksi yang positif pada tipe asma atopik.
3. Foto rontgen
Pada umumnya, pemeriksaan foto rontgen pada asma normal. Pada serangan
asma, gambaran ini menunjukkan hiperinflasi paru berupa rradiolusen yang
bertambah, dan pelebaran rongga interkostal serta diagfragma yang menurun.
Akan tetapi bila terdapat komplikasi, kelainan yang terjadi adalah:
a.) Bila disertai dengan bronkhitis, bercakan hilus akan bertambah
b.) Bila terdapat komplikasi emfisema (COPD) menimbulkan gambaran yang
bertambah.
c.) Bila terdapat komplikasi pneumonia maka terdapat gambaran infiltrat pada
paru
4. Pemeriksaan faal paru
a.) Bila FEV1 lebih kecil dari 40%, 2/3 penderita menujukkan penurunan
tekanan sistolenya dan bila lebih rendah dari 20%, seluruh pasien
menunjukkan penurunan tekanan sistolik.
b.) Terjadi penambahan volume paru yang meliputi RV hampi terjadi pada
seluruh asma, FRC selalu menurun, sedangan penurunan TRC sering
terjadi pada asma yang berat.
5. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi selama terjadi serangan asma dapat dibagi atas
tiga bagian dan disesuaikan dengan gambaran emfisema paru, yakni :
a.) Perubahan aksis jantung pada umumnya terjadi deviasi aksis ke kanan dan
rotasi searah jarum jam
b.) Terdapatnya tanda-tanda hipertrofi jantung, yakni tedapat RBBB
c.) Tanda-tanda hipoksemia yakni terdapat sinus takikardi, SVES, dan VES
atau terjadinya relatif ST depresi.

H. PENATALAKSANAAN
Pengobatan asma secara garis besar dibagi dalam pengobatan non
farmakologik dan pengobatan farmakologik.
1. Pengobatan non farmakologik
a.) Penyuluhan
Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien tentang
penyakit asthma sehinggan klien secara sadar menghindari faktor-faktor
pencetus, serta menggunakan obat secara benar dan berkonsoltasi pada tim
kesehatan.
b.) Menghindari faktor pencetus
Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asthma yang ada
pada lingkungannya, serta diajarkan cara menghindari dan mengurangi
faktor pencetus, termasuk pemasukan cairan yang cukup bagi klien.
c.) Fisioterapi
Fisioterpi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus. Ini
dapat dilakukan dengan drainage postural, perkusi dan fibrasi dada.
2. Pengobatan farmakologik
a.) Agonis beta
Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberika 3-4 kali semprot dan jarak
antara semprotan pertama dan kedua adalan 10 menit. Yang termasuk obat
ini adalah metaproterenol ( Alupent, metrapel ).
b.) Metil Xantin
Golongan metil xantin adalan aminophilin dan teopilin, obat ini diberikan
bila golongan beta agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan. Pada
orang dewasa diberikan 125-200 mg empatkali sehari.
c.) Kortikosteroid
Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan respon yang baik,
harus diberikan kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol (
beclometason dipropinate ) dengan disis 800 empat kali semprot tiap hari.
Karena pemberian steroid yang lama mempunyai efek samping maka yang
mendapat steroid jangka lama harus diawasi dengan ketat.
d.) Kromolin
Kromolin merupakan obat pencegah asthma, khususnya anak-anak .
Dosisnya berkisar 1-2 kapsul empat kali sehari.
e.) Ketotifen
Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1 mg perhari.
Keuntunganya dapat diberikan secara oral.
f.) Iprutropioum bromide (Atroven)
Atroven adalah antikolenergik, diberikan dalam bentuk aerosol dan
bersifat bronkodilator.
3. Pengobatan selama serangan status asthmatikus
a.) Infus RL : D5 = 3 : 1 tiap 24 jam
b.) Pemberian oksigen 4 liter/menit melalui nasal kanul
c.) Aminophilin bolus 5 mg / kg bb diberikan pelan-pelan selama 20 menit
dilanjutka drip Rlatau D5 mentenence (20 tetes/menit) dengan dosis 20
mg/kg bb/24 jam.
d.) Terbutalin 0,25 mg/6 jam secara sub kutan.
e.) Dexamatason 10-20 mg/6jam secara intra vena.
f.) Antibiotik spektrum luas.
I. FOKUS PENGKAJIAN
1. Anamnesis
Anamnesis pada penderita asma sangat penting, berguna untuk
mengumpulkan berbagai informasi yang diperlukan untuk menyusun strategi
pengobatan. Gejala asma sangat bervariasi baik antar individu maupun pada
diri individu itu sendiri (pada saat berbeda), dari tidak ada gejala sama sekali
sampai kepada sesak yang hebat yang disertai gangguan kesadaran.
Keluhan dan gejala tergantung berat ringannya pada waktu serangan.
Pada serangan asma bronkial yang ringan dan tanpa adanya komplikasi,
keluhan dan gejala tak ada yang khas. Keluhan yang paling umum ialah :
Napas berbunyi, Sesak, Batuk, yang timbul secara tiba-tiba dan dapat hilang
segera dengan spontan atau dengan pengobatan, meskipun ada yang
berlangsung terus untuk waktu yang lama.
2. Pemeriksaan Fisik
Berguna selain untuk menemukan tanda-tanda fisik yang mendukung
diagnosis asma dan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain, juga berguna
untuk mengetahui penyakit yang mungkin menyertai asma, meliputi
pemeriksaan :
a.) Status kesehatan umum
Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah, kelemahan suara
bicara, tekanan darah nadi, frekuensi pernapasan yang meningkatan,
penggunaan otot-otot pembantu pernapasan sianosis batuk dengan lendir
dan posisi istirahat klien.
b.) Integumen
Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi, turgor
kulit, kelembapan, mengelupas atau bersisik, perdarahan, pruritus, ensim,
serta adanya bekas atau tanda urtikaria atau dermatitis pada rambut di kaji
warna rambut, kelembaban dan kusam.
c.) Thorak
1.) Inspeksi
Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan kesemetrisan adanya
peningkatan diameter anteroposterior, retraksi otot-otot Interkostalis,
sifat dan irama pernafasan serta frekwensi peranfasan.
2.) Palpasi.
Pada palpasi di kaji tentang kosimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus.
3.) Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan
diafragma menjadi datar dan rendah.
4.) Auskultasi.
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan expirasi lebih
dari 4 detik atau lebih dari 3x inspirasi, dengan bunyi pernafasan dan
Wheezing.
3. Sistem pernafasan
a.) Batuk mula-mula kering tidak produktif kemudian makin keras dan
seterusnya menjadi produktif yang mula-mula encer kemudian menjadi
kental. Warna dahak jernih atau putih tetapi juga bisa kekuningan atau
kehijauan terutama kalau terjadi infeksi sekunder.
b.) Frekuensi pernapasan meningkat
c.) Otot-otot bantu pernapasan hipertrofi.
d.) Bunyi pernapasan mungkin melemah dengan ekspirasi yang memanjang
disertai ronchi kering dan wheezing.
e.) Ekspirasi lebih daripada 4 detik atau 3x lebih panjang daripada inspirasi
bahkan mungkin lebih.
f.) Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
1.) Hiperinflasi paru yang terlihat dengan peningkatan diameter
anteroposterior rongga dada yang pada perkusi terdengar hipersonor.
2.) Pernapasan makin cepat dan susah, ditandai dengan pengaktifan otot-
otot bantu napas (antar iga, sternokleidomastoideus), sehingga tampak
retraksi suprasternal, supraclavikula dan sela iga serta pernapasan
cuping hidung.
3.) Pada keadaan yang lebih berat dapat ditemukan pernapasan cepat dan
dangkal dengan bunyi pernapasan dan wheezing tidak terdengar(silent
chest), sianosis.
J. PENANGANAN ASMA DI RUMAH
Ada sejumlah perawatan yang dapat membantu mengontrol kondisi asma secara
efektif . Pengobatan penyakit asma didasarkan pada 2 tujuan penting, yaitu:
1. Meredakan gejala asma
2. Mencegah efek jangka panjang agar asma tidak berkembang (kambuh) lagi
Penanganan asma meliputi:
- Mengidentifikasi penyebab asma
- Mengkombinasikan obat-obatan
- Menghindari yang dapat memicu asma
- Memperbaiki gaya hidup
K. INTERVENSI
No Diagnosa Tujuan dan criteria Intervensi (NIC)
keperawatan hasil (NOC)
1 Bersihan jalan Setelah dilakukan - Buka jalan nafas, guanakan
nafas tidak tindakan keperawatan teknik chin lift atau jaw thrust
efektif selama 3 x 7 jam, pasien bila perlu
berhubungan mampu : - Posisikan pasien untuk
dengan - Respiratory status : memaksimalkan ventilasi
tachipnea, Ventilation - Identifikasi pasien perlunya
peningkatan - Respiratory status : pemasangan alat jalan nafas
produksi Airway patency buatan
mukus, - Aspiration Control. - Pasang mayo bila perlu
kekentalan - Lakukan fisioterapi dada jika
sekresi dan Dengan kriteria hasil : perlu
bronchospasm - Mendemonstrasikan - Keluarkan sekret dengan batuk
e. batuk efektif dan atau suction
suara nafas yang - Auskultasi suara nafas, catat
bersih, tidak ada adanya suara tambahan
sianosis dan dyspneu - Lakukan suction pada mayo
(mampu - Berikan bronkodilator bila
mengeluarkan perlu
sputum, mampu - Berikan pelembab udara Kassa
bernafas dengan basah NaCl Lembab
mudah, tidak ada - Atur intake untuk cairan
pursed lips) mengoptimalkan
- Menunjukkan jalan keseimbangan.
nafas yang paten - Monitor respirasi dan status O2
(klien tidak merasa
tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan
dalam rentang
normal, tidak ada
suara nafas
abnormal)
- Mampu
mengidentifikasikan
dan mencegah factor
yang dapat
menghambat jalan
nafas
2 Kerusakan Setelah dilakukan - Buka jalan nafas, guanakan
pertukaran tindakan keperawatan teknik chin lift atau jaw thrust
gas selama 3 x 7 jam, pasien bila perlu
berhubungan mampu : - Posisikan pasien untuk
dengan - Respiratory Status : memaksimalkan ventilasi
perubahan Gas exchange - Identifikasi pasien perlunya
membran - Respiratory Status : pemasangan alat jalan nafas
kapiler – ventilation buatan
alveolar - Vital Sign Status - Pasang mayo bila perlu
- Lakukan fisioterapi dada jika
Dengan kriteria hasil : perlu
- Mendemonstrasikan - Monitor rata – rata, kedalaman,
peningkatan ventilasi irama dan usaha respirasi
dan oksigenasi yang - Catat pergerakan dada,amati
adekuat kesimetrisan, penggunaan otot
- Memelihara tambahan, retraksi otot
kebersihan paru paru supraclavicular dan intercostal
dan bebas dari tanda - Monitor suara nafas, seperti
tanda distress dengkur
pernafasan - Monitor pola nafas : bradipena,
- Mendemonstrasikan takipenia, kussmaul,
batuk efektif dan hiperventilasi, cheyne stokes,
suara nafas yang biot
bersih, tidak ada - Catat lokasi trakea
sianosis dan dyspneu - Monitor kelelahan otot
(mampu diagfragma (gerakan
mengeluarkan paradoksis)
sputum, mampu - Auskultasi suara nafas, catat
bernafas dengan area penurunan / tidak adanya
mudah, tidak ada ventilasi dan suara tambahan
pursed lips) - Tentukan kebutuhan suction
- Tanda tanda vital dengan mengauskultasi crakles
dalam rentang dan ronkhi pada jalan napas
normal utama
- Auskultasi suara paru setelah
tindakan untuk mengetahui
hasilnya
3 Ansietas b.d Setelah dilakukan - Gunakan pendekatan yang
status tindakan keperawatan menenangkan
kesehatan selama 3 x 7 jam, pasien - Nyatakan dengan jelas harapan
mampu : terhadap pelaku pasien
- Anxiety control - Jelaskan semua prosedur dan
- Coping apa yang dirasakan selama
- Impulse control prosedur
- Pahami prespektif pasien
Dengan Kriteria Hasil : terhadap situasi stres
- Klien mampu - Temani pasien untuk
mengidentifikasi dan memberikan keamanan dan
mengungkapkan mengurangi takut
gejala cemas - Berikan informasi faktual
- Mengidentifikasi, mengenai diagnosis, tindakan
mengungkapkan dan prognosis
menunjukkan tehnik - Dorong keluarga untuk
untuk mengontol menemani anak
cemas - Lakukan back / neck rub
- Vital sign dalam - Dengarkan dengan penuh
batas normal perhatian
- Postur tubuh, - Identifikasi tingkat kecemasan
ekspresi wajah, - Bantu pasien mengenal situasi
bahasa tubuh dan yang menimbulkan kecemasan
tingkat aktivitas - Dorong pasien untuk
menunjukkan mengungkapkan perasaan,
berkurangnya ketakutan, persepsi
kecemasan - Instruksikan pasien
menggunakan teknik relaksasi
- Barikan obat untuk
mengurangi kecemasan
4 Gangguan Setelah dilakukan - Pantau keadaan umum pasien
pola tidur b.d tindakan keperawatan dan TTV
ansietas selama 3 x 7 jam, pasien - Kaji Pola Tidur.
mampu : - Kaji faktor yang menyebabkan
- Sleep gangguan tidur (nyeri, takut,
Dengan Kriteria Hasil : stress, ansietas, imobilitas,
- Melaporkan istirahat gangguan eliminasi seperti
tidur malam yang sering berkemih, gangguan
optimal. metabolisme, gangguan
- Tidak menunjukan transportasi, lingkungan yang
perilaku gelisah. asing, temperature, aktivitas
- Wajah tidak pucat dan yang tidak adekuat).
konjungtiva mata tidak - Catat tindakan kemampuan
anemis karena kurang untuk mengurangi kegelisahan.
tidur malam. - Kurangi atau hilangkan
- Mempertahankan (atau distraksi lingkungan dan
membentuk) pola tidur gangguan tidur.
yang memberikan - Gunakan alat bantu tidur
energi yang cukup (misal; air hangat untuk
untuk menjalani kompres rilaksasi otot, bahan
aktivitas sehari-hari. bacaan, pijatan di punggung,
music yang lembut, dll).

L. DAFTAR PUSTAKA
Almazini, P. 2012. Bronchial Thermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk Asma Berat.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6.
Jakarta: EGC

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.

Linda Jual Carpenito, 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 . Jakarta: EGC

Saheb, A. 2011. Penyakit Asma. Bandung: CV medika

Sundaru H. 2006 Apa yang Diketahui Tentang Asma, Jakarta : Departemen Ilmu
Penyakit Dalam, FKUI/RSCM
ヴ、
た」
ハタリHハ N だ PEMWハ ¶ N Mら ハ 晦 `Y Dε ∼6ハ ヽ/
CN6GVIlN SISTEM PI?NAFASAN I A\IPIA
Dt BuANC B0P0f/+t{ As PEU ltlut+l4rvHAaNAu GDtqB0NG

Narna : lLllu Muslap'dlnol"


θt3 0ヽ マSヽ
'浩

Peg6er+u sruDr Drfl FFP8RAwAtAM


,e,zDLAH TlrY66r tLMv kESEHATAN/ Mu(+AMM A D I ylR
CD屑 30Ⅳ 6
2θ lあ


じε Bハ R P3ドCCSハ H4ド

“ Y D e.nqon ]onlgwan giste*


svhan Knpu.6^.,at6.n ?ado, NV.
>sr-napas&'^:
fisrno, d; Rronq Ba.roko,l. P9 ?kU MuL^a*^oofu'yol^

"

fe,laL cl)'sqaLEan
Fみ d♭ モ

N z^qz{ohv,


″′
缶よおk′ b∂ cが ただん 1`
Dol or, [AwLtnbt
Fし

.8ち


〔) [〕
´1」ぶ卜。S
・ ヒИ
│.1減 Qn3キ σs Fi・ Qい

N′ ″ I NЧ ・Y

{rlo.pu : 7tz10a
Uwvr : zS t9ゝ u吟

]o-'rr'5 6btmin
fi lanol lc りう m
sわ 卜 , l″ ωfbム
免 たυ ' -buso,

?e,l,dtdlron SD
lbu ruynor. ton
fan,lal yndsul< fumol" Sal+i( : zotv
08-CIb- 01.70 wlB
■ 4づ 9α l p019た 。)lb4 : θ9 Dら ‐2016 θヽ
′ lダ "1多

DF島 レも ,^九 ノも :. Agma


,´ 1洪 ´
tt・ 、 i a'''n''ata

Nou, l Th・ L
Uwur : YD Lcrhun

)anir kP-lanin し 層 ―した i

麟灘
ハ cIク

PИ よまし n : 5)
?Q炒 ハ
ioグ リ 1 6U″ ゝ
(-fub, d"a kh'a- . Suar,rri
^ryA
3,陽 の
"qbiも
I klvlno" uloila
Vlio. ,nrrqoLoLon ,oJ ar( rloFat.
kaga-laolon sQ*oro,
'w場 θ ″
口 iQ「 び。tonqた 陽 )ヽ 7Fυ Mυ ん "″ 」 【 。 あじ
つ P。 あ レ n99al θじ i″ ′ 子911孵 三 二

O1-zo wt7 )u^qan po-[vLa- ge-Sok no;os- Flrcn sogak rofoe dirasa'La' t7',

z hai 5a-foJvrn k[ie- lvqo retrrytvL bollrk Npk 1 lnoi se!e[v,'r', t,nos1]'4
vnosvk furvtah Sokfl
?vnyln ilLi+) baWL diso-ryi g-nqduoro,^ lzndir Lzruprra pvninq La-h;iouo^ 6lo^ p;(al{ s4'
l″ I%脅 u レ ο ηo laに 、
熊αプ 。θ ハu″υ ″ レ錫「た,お。″″ ω″″シ 薇リタゝん“`ff fr_型 型二重聖∠
』反激σハ ψ:し Ⅳ↑
D″ ,′ 。tr′ 占 1/2′ ЫЪ Fレ ο
仁ィン「 ィ
ゥ ´ソ んだ
烈モ
2fL7l5na,etr\oa*olt1fl1r0a,ron;hdinz|9m1,},lakvtto,..tronv-8.1!t,y@ "パ
brpnclrthsl HoSrt arq.ie-it taon b^&,-lo^da *r,'tot: ID
(0/a0 *-k, t't: lZDx funrL, S 3L,?oC 2

?E :d\l*";V do" fuOL nF 9rt &t"'y' vsd. $n gqal pq rrri zotL p,tkul tz"tt
at7 lL0;Q4

臓メ qよ ル ″θSレ scs激 っ FOS′ ムαれた, Pfi`と υa´ r句 卜 ″ 。s「 ぁ と ,″ 燿 ■_及 ″9ο わ

(on vd&iL berwarna れル│ o^. l/[t'e- 2ル ム た ↓′0

goSd/ naFa, do^ h-.jol-. fu- l.ornor vnartdt rnecvfu SeSak nofo S

1餃 Ciら のハ ゃμ lレ ´ル ィレ117D′ !"∼ ″ ら′v illれ 生豊皇笙笠


ガ“
メル ド
t″

_⑮

S fur ta:4at kn-sol^ ol, ^ da lrv tu
lch'et, rmqatolran pzrno^h' hro*o+ oli pvruoh falrr't A^ grn
ん4
ク均 t/2Й 9レ 錫′ ι
″ど 141 9ぅ θ´ッ。た 3X'Ь こ6こ 砂p・ 6υ ′
ヶ名義ォ喫り潔臼 b ハρけにぶ ら23 a bvb^ ♭し ,

\" ?iwa'aaL l-psehola- ELI


Vliv^ y*utcac*ak- a,,^, d;dob M Lilrog a lcfi n-^ ad, nuntl;A
lzripcrkrsi , Vofl:u クレ たり麟 あИ ″│″ 力 ′ 伊∂θ υ夕″
y^ir* I l,lr, yrqokl w_ntlo,r, Sa+ofh レ ly//5si都 ′ クん メ♭" ク√←ム

印 み

lb九 「
一 │′ た

Pet<wpvan :9hlvs perkowimout


"


′ ) : Vlea , Slofuy lpfu rur.- -

gantmp V

oたギ9eノ οsi

Sa-Lc-tr.r m Sak''t :σ たoぃ r Ytgr-'nol, h'dc,l


(owi lo-\d<- t drn Laful" - '
先組しかた。 1「
Lolron tLsak 力″υル あ2訪 ムα′′
Zマ ト/ИttЙ「し′
b,Pota rvLn'si
Soiolv,',, >ak{t , Llio, rbanqLsLo, mokom 3r eo[^aa 0r1 bDfit' SOh-/
tinq kobis ha--stqvno&sn noil, laulr- boulc /r, So
ffa^ /ri'/vw yL,oi L I 書レ θ錫 │

たら2И
%a, )lka; : )tlian rt cvlrup boik r vnoLou')
rnzng a{aho^ noFsv moLa
′ `
ぅに 妥恥ぶ んれ 90ぃ ,θ si 3/7わ ム∫ぶ こsい ドノ撃 ←ッ α
「t' -air-
d,ibuuVo ^ Pt,wih 9o'ki El.ia-n wtlr'rv v1,, i qeJos pu-{1l,r

Vliun 6&L rlival d+^ r.av n{ol^,


ε
_る b cll″ 漱θ s↑

!oL'{ , Llt'e, wottqaatukon 9fr8 t)< yc-L,ed du^qrn k-o,r)t\ h^U


b-belv ^
⑩ /ヽ
l, war-r1a lutnt たみ。 多/之 あ√あ ,、

応ガ メ ルの ′ あ′も :υ sl 碑高ル ル ′ ルレ リ θ勺 `こ

タ鐵
/ク

t沸 ヒ
s。。 ο)1 与′お
Qの η
四と9洲 bた ο" │ あクロ' でlu熱
′, メ
′ 3/g ル ハ β″た ら/ろ
"flrrqo, furti.t1 &n Lav
doi lor k4nrisf'erasi Yqhq /.hat
姉J降 S
,お la σ

敷うdu″ sab・ : v yt{ok-u)<a^ alc$"vi(es ge-ho.t'- lnan
SL-{roqc, ibu rurv'al^ b-gqu, seca(a uond''n Ca^ p-o-nTvruJ
ortol, n
t -tat,q\ahon
gaaL di*a1i Et'|r^ k[v^ n^atltPv nz[aLult-a n vL-h'r,{e3
dil^ eatiap fr-rgin k)^tr" la- I"ar"a't vua^ol; c/''ban
kcrena lqnol,si t" b, t" ted^^ sa /o'(.
b rstr'rat"of

ゞあごυ レ 洗ο4
"レ ` hdu. yno{aw 1 1a^ do^ )t'dng z ftr'tzr- kli"^ hdek

レ″ a ホソt/合 、
SooL 1.iko\i : Ltia^ vtznqito)tcr susa l^ hCur ksr-tma sosaL nafo

ん Иgレ わ た″
協 ひ a viα タ ルト ′,α″
「 卿レ Й響 7´ ,

に僣
ぃ θレタ │`
レ ↓1カ ト′
´らし

Sgkjv,^ 9ak,/,. , lr)e* OWbu tv,OMt'rt dAlA u,n br Da Lat"a 11
t/t

%暉ギ い鉤4Pυ `ん ♭ ′曖_″ 中 ι わ
" 烈」りaィ ρ′ ″


“ に
,401ぃ ル体 お LalDn-
%a+ dit aii ク40b" あわ″ αあ わ ね がしa″ 移
p[ir Iaw'pak fardt^g ra?i ,lo la* Lerpa,Laia, kar<no

い 凰 す「 レ ムリス sa&rq sa/,;t'
v-%lo- ^an'loga svln.^“{ubv)^
a斤
$)selvou 二 与 た。И み ら

ん 颯 処[な e-gtolo-s
^ ヽ
t fuliaa a
ね たθ″ たd与 ′

Sだ し
4 処 ■ たひ Ytt{- ?Lq o-a<a k0n レ″ 賜 ′

{c" DLr 5o a't al
salot '. )rlloa wanqa{ako-n wandi zr seko n' wen77u*a
gdtbun , ef l,al i z-Y szho n dan Ltrarno:
多t somi′ 99υ .
こ′ ″9′ ″ υ ttθ ″
huat a,rut .

gaaL dtl^"); , k[i'r^ ynqngalctkon u^rvv\Pv gLa geeara monplin


t* 5clnoi ‐ ト
わ i tK stkan, ,

l. Pol, rnongln;"dar doo Lo[nr,to.


S■ あ ″ t `チ 澪管 YΨ ηダ物 機 .に 昨 ,a.腋 401´ 卒 %。 た ι あ ■お
"″
: Y"lian aLa[an ga r^0.g .#'de-r,
sah't,t ノ ″αノ¬〔'9 L′

6na\ drro,-&+ 3X do-ngo- pong oLtt Vo+g Sot,l.a.


tc. ko mun ik osi
9e-lx-tv^ )okit; bl'o,, krtro^vn{l<6 si .t\a-/\ggvrtoLotnt Lohoso, Jowo don
lnfurrosto 6!z^9a- suo r-a S dor', a*4a L, J, pah-,,,-,r'
bol d,ta,; : )Llz- furf.o'nurtkasi unDLl<.av^ baJ.osa Jaata "'hn
爆 「ο 浸り。ひ4 S」θ
レノο ″ ム )C扱 り 4 ″ 場 (井 キ
" 'ダ `力 `診
i´ ひο
々 l

sぁ duふ り之
fい μlし aLo).O ^ yyv--tt", {o^J.orn ska[a{ s @6t{w
y'r, yw.wLaca At'Qrrto-
gauL J;v; わ わ れ らどじ″ ″″ c/ ´uノ?′ (o ot ko.

sム ο b[∫ 秘クルし メa" μの物ム2の fr l -q v rtavt , LD r-<n q


sak'l'
bta &lcreo>r
爆 「u″ 5θがし
:/hc" Lokon tada i Le-rsr*o Lp-tua
以′わ た [,;L^a k-on
税χン
t ノiに ュ ″∽ レ2た 0ハ :(9し 友 La. * nc, kan L rsq
1「
`レ "Cuo
rut'denaoy\ θ 泌´力 あもQ
`1吻
M・
ろし あ
2に C「 │

k-[.rr^ gaVil t 1c[t'o-,', fiCItnpvi ,'ru(AW kO^


)eLo. - t"ai seLaqai iLu ru"mo)n eo
9rr{ lた Iみ に の θぃ たしぃ ら ごり ムなa ″とぁた。た0ね
/r',Ldyi
"
ygl^sn"- hir; , br'<-?.o 5ndon7 Sok,'L.
N' [o[a be-to

S畿 1鮨 ぃ た1(lだ ′

Gぃ lσ たび4 キ。あぃ れぃ毎 ´ h iLn a′ ノ
に〉/マ

f
^o,L
iraw aL 3y se$dvrn
,ク ´キ lokqn ムぃ にパo
*.{vn o.rr.h Jt'ra ,u, o L 3x
.rl.Saor,

V\ UYN\JW │のフム

),6soda-on 5manfi'9

′し
ぐ′

l eЧ νιvs
'" tzo 180 YwY)

1‐
ll:)

: tlzx fu_niV
:3θ ′

c
: 2BY
/r"e-r,l
' rowbvL lurvs, h,Vorn, Lzr{k
MvL, 1'だ ″,F も` あた α」α ら″ たqδ ′υた.
Ma[a -'Cutvr^,Chv^ onor\evnis, gglq-a aniJckr;k. t<fkk pvpil v16rrhol, S'ne-+n'

: ((〔 ::i::i〕 〕
〕 )

L―
一 ― 一 ―
あたよ 夕
も 吻 ぃ
,И И ♭わ
レ4・ メ
9ル α り
ら 祀
′″′99ν ′♂之 α
α″ 励 彦ん
,だ

レ 911仇 叫.ム ニ
“ 11,
4,r)"^q ' lsJ\t f,d*t' ad, pwrbqar-a-^ kr-lw1r. pobp d-a ^ fias-n7
o4in"m l;noral futnul 2 lrk n
A4uLul- , Mvl*oso- b;lr,v Le-n^oj, h'dot^ odo cdt/')'r-t n,ji, hd.at ado Sfuoh"h2
ぬ 人 おあた 部ひ い「
Ttll^7co I sine$n) , h*k Wf*k wvwlr/t
Trnqqvon , Lvsile $obl. d+
2ν 版 フθヮ れ ル И もれ た 仰 物 物 μ〃αん ″ ′/′ 各勿 ″朽 ρ″ メ 鞣′ %
Lol"rn ' 'v,ff/o L ds paot bosar7 "r )a-b-ny- tt nt rC

Dんに
/a*-pr.t ]:*paur{apoF rs+ftrl"ii din,ding JaC, Cr, w-"?*nolart o6o(
bau l- D o-rrlaf ui CI rl
p' Voe( pr<n,iyv [.;rt' saw@t , h'dok uda ^yu, PL-o^.
7:L如
A: W|az*n,
-}y*u-lLo : }.I lrhr,.s ,o|45 \'t'dotl,< lanfvlt
P t [.ly+ co rrli t 1<-raf, "y
′「′あ 茨
ft , 9, ,lo
^ 9z r<qulzr.
ル 為 烈L′ ′フやあ鳴 、
場 ,ス ォ″ (

ヵ′
メ)ム ξ v「 P‐
5わ lφ 後 12∼ た ガし

f: rdJL ,J^ *^fA \e-kon)


甲 4タ
‐電 杯
1″^が「 奮
'ヽ

0

6し、こゎヽひヽ ♭υゝfレ f

海 l )″ a″α ゞ c" 佛
ll‐
勺 (ル ク
で たガ御

6 P"*r-;Lgo a, Ve-rtv i1o ^1
/


´ ン ク ムουお汀υ″ ,ι だアン 06し てDlι 1を BIよ ′ヴ′
∂ β

TurenkScg"' Jest t I g*"a, ν″クノ ″ο′


77ク ノ
T
l― la″ つιθιl
ノ丁
ι多こ
Lul"oS;L り 121ζ 2 ゎめぅ
ん と Y-8O - to' Bo

ερic"「 キ ソ′
″ θなんと ソ′ZO― ∫ ´ツ∂

夕′滅Z θ ′ ご /ク
[yrrogloLi ^ サ
:;,ι ,フ ′

′業物αわたあ千 多7 % 多ワー /了
ευ タフ72 ′ム ′ ―免7′ わ
η′
ζノ

Aa cD 3沙 ′ z ′タ
Z7/′ ′∂



´
,μ L 多多′θ ― 3770

l0'3luL 1ダθ ― Ч5り

$rLun, prl5
0ル ー │′ θ

Ec.s invftl TtD -


Y,0
NttrDFII ∫フ ′0 -フ 0′ り

&r′ θ ―ソθ′ o
夕f tt C7-マ ′0

ら,お ?-y1 thoqz x


1 10g_Oι _2olら V
θ9″ ι u"P
, bronch,h g
be-sar cor 'normal
ι、σκQ
οg´ θι′Zク lι D7・ 3θ ″ ′g

1#si\ Sir tr S ritrnz

―│ン P NS 2o しP″°
- {onib'di", zX 9 o
- MsLhqlpre.)nisbl7/, z f 6z,c w
- Cup +n 0f b^ I x ?- qrol/\^
―ドしリ リ
υわ│レ ィiび D褥 グ 3
' (4wrinoy2l^;l;^ * eG YY1

-)olbuLcwo( 3 FY /T
- /qdhq(p6.fat5e[s ^ oro I 5卜 Ⅵ

C,fina[sa doLq
Lhologi P/り 31こ ″
Dala pokvg

De'- klie, ov1 vnosik guSak nq fa.!, . 0 fst ruksi )a la'r


-41い tσ k oハ o中k
ム nafa; (tn''vkvs
―た
h鮎 o"r @rdt- p1asil^
kO k al. do,.
lzolu(lrhVa SoJit it t.nrorvla funinq Lahilauon
* Vfisn rnonq*okon p;trk
一たに n均 ぃ 。い kσ ハ 山 たひ И9υ И ♂ U「 刀α
こ Lcメ
午生望El
9e-gak rlaFas.
klio^ wrwLakon k&'kd, kriala^ fu karno-
- rru1l
vt\era \a Seg a k na Fat

DO: - kfl,on l6o7pok, sosol nafas , Lohrk dqr'' pil<t .

―だ│!を ハ ハ
,oム
―≦
為り in
" b,oheez
?P'.. z?x lwun.i't
LkoaoV , brPnch,'
D!:- Ffi'en wwnqoL.oLart sesok
'VllE-" ,.v-znqataLo-. LLtL^ borqr^ *dt-'n- wqrasq
sq-s64k

p9, - l.{ic-, La ,. sO-gak nqFa|.


- lJtu^ Layn>ak fl-nqqunoan oto{ banlu WmFlgan
* klte-^ hidr,-
t rnqFoSo^
- 9vor-aP6ir r,uhe-ezrn
―箸ほ 露x/四″ルノ つ′ 12ι
力′ tβ ″〃9′ ∼ 売
,ち sぉ ι′
8で '″

95:-l4te.t mBlqoLaLo^ &rnaS dtryan gLrtnqa, koranct /n sielas


L^ drr'e,wot 3tr dP-roo, oqravolo'(
―/1温 凰И9。 モ 。とM ttSOム [」 υ υ 物′ οふ ムoぃ vq
「′t7」「
\ ia r,tr don gbrtq ha
―Zlli77 oLakon [..obts ka
^ vnaksn &
tcrs t :/Y t"o,big do" rnt't4Y1vY1 , θlト 場 .

)い 一麟tnも cllttaム ,

- Vho^ towpok le-ynsl


´ μulプ を lcri

一つ liZOん 0ん 7.Nll,zバ │“ │`′ ι


´♂`
ε′P'オ 礫 ″

l■ s,ζ

D.D' Lepr-rawOLo'.t

卜鶴 ∂0火 cFeた もPカ ムび sド ムaИ ン2′ α オ S 営οゞ レ レス υ∫ ZにFμ 2渉 ′
あ てダ οЬ9し υたsi }ッ lθ の ″。ノ
" /χ 解 「
z. F<-Ldc,k<se-kh t b.cf hipenenblal
3.fnsteto,5 b-d p4r.1561)non Le-sar (c{ol-,rs FzsobaLon)
じ プこ′Si w otorl
Tuiッ ク n あゎ た や再。 レOg′ ′
「ず IИ し(2_“ ノ
2″ ,t

ιⅣoc ( NtcJ
5el.lol^ dt(akvkon Lindakon ktSu-awaLc, n
9x"? ',art" diLorapkon l*rSik5,n ja[an rOFaS l, Nonitor r<spiresi dan
だに蛤 年にたも 働 ♭sOて .

|KliL.n^ has I I 月た
,たο
z,λ ゝ に "∂
♭19″ ρ
οs慶 可

fir *oy paknc


Pgpi.rlory sfcrfus . ft;r
r.f ugftultosi sua ra r1aFae

T;dok lrdawLw' kaco{rtasoYl t7


[o-(uo,rko^ >et r<t dzn
lrana nala\ Sr9uoi de-rqon ttolq dl, おしたヽ 儡脇ド
[raluorrS; *rna1oion gosuoi funpn 5,fiznkan raLulizzr
L.Kobbrosi d,argqn olot k-
dalo* w-r'vtbsnom obo{
「│ク 物
Bs$ar dc,n' suata nlFa\ lavYtb oha^ 「
9e{ebh dilay"[an hdapoo lreperoutotom s<faYa
09-6'70 ?t<-I \or,1 dthamp).an yob ncrFos L|u efe-Lb' I' W;tor reSpir-oSi o(arr

rvbvlizer-
Krilena lnasill Esrli,ton ル 診蒻

Bzspiaatq-V Stdh/s' \lu$[6lis6 szmi frotlzr


t'nd;kriW 〃θ4高 bメあ ― [″ ル サ′犠

ftdabnort irngpiragi FAvsbullosi >rto ra naFaJ


fivrnqTa) nvdal^ b Felwrkon so*xt dtn
‰α Qtt a「 αm spVも Ptta b′ D′

Ti&f. didaoaLkc,n suaFa nqFas tanlahorr ヽ
ハlσ ちの S√ ι逸脅′´ ん た夜

Tdat &hprtk"^ /,spnuu &{o* “poilbonon oLa{
St/arり ′qFし, sとSuaイ ン,´ 9`″ ち″′々 'fσ
oが わ

gztrJah Cibl.rt r^ h' "dcr/-o' byrot'':ob't se-(o'nq ln*ia4, Poluc$'on'-
3xt 1aw /,hotopkon ylion h&k manqllawi ortsta i. ld"ric;toasi +1,

trntcia hasilr .Ba*fu p.l;an v-p.vlrenoi si(uqt


Awlctg CuLrot, vazn irtt bv tk O n ttc < rrt o

Mon tlor i,nlc-nsibas,lreerno San L-a n pnrasoon, kL fok-u tort,


kLnik relatsasi unbrk
vl\LnufiJnLOn We-wg50- │デ
/″ ゝゞ
力α し″
4ル ル
"ル `
orLort l*na-Avhzn h'dvr odzLysl 之ο′ セル″′
た メLlaた ,ar「

体i,あ わb ttQ幽 クの 9'Earikctn oboL vntuk


l,le{aporla^ p:ruNnon J,.,rpst' dri 2qpfttd\,.
d,.,rpSt' dor, lztCttrOSa-

`
eh^ c-l1 toS i fTwilaw

lwple ruuznl6s;

ft4e^qlra,i; yliur, S:Vlt"a mzrtqotol.ctn watiln ge-Sa/. napa),


ruynonitor r<SPiro Si bak)r. l.n-d;- masil^ Lronvol do- Iafi
do, slolvs 02. >edtY;L beru)ar.1a kun t kn[ri)auon
12た ,た 事プ
ギ ン ι h"drr y^e-reta Y"
6,y, b"h"la Lu-iolon Jq- k-awor tzfu|
iALret A fesaL
g: ]tlrtn fonpaL scsaL nafas, Latuk, p[t?1'.

tawpol qJ,trh, L DAnqo LLnA-An


ohL bantu pe-r-nofoSo4. tornpal
物 οκ )Sa"ご υ
`
Aidvnq gua ra na,
whee-zinr. ho-sil お。ηκ′ι″だんづ、
ι /

川崎 │プ メ
勧L.Fiたο s)′ │た ∽ _η θぁたοnに笏0∫ 及″ ,んじ
hntkat L<cernasan karetto g-,rnd,. )r"owat 3r"れ
d-e-ngan
cu s ah h'dv q," t;dur'7D

a \ iam don sio"rq t 厖慮



Иル 9oハ ρい i移 ル Zlゝ あ り
"降
vn\ltvw y qe[oS aa"r puh"l^.

Ltr u Looy,Dol, q.[)rah, la-ma S, nUlvl


b-nnq r-rD'. f ′
′ ご
″喝′∼ブ′Z` /銭 狛:筆

舞ζ 」辟εミ′Pっ 。卜い ,

1, ttL ) ro 'lo l\4erulpsis\fua n seni pwb S; Pl|nn yvr',qatolran se-Sa l. oq\as


lror/ur-ang, masih batvL, lc-ndir
″ ス ル saム σ月ッヵ′″´ ρ 「と
"洗
“ Larnlt,k ialraL naF6s bu.rlru
g, Ehan

♭oれ′
を′P'La■ ′ ′slあ 夕aル 50ム ′モ
θ″″θ乏

vnaan oW Lant" pa*rflo7asot1,

1協 ″た
usbultosi suara naFas
D:9u6s7 rla Fr,s oheezt'^ しι
ノ│

ly'emoni to, tc,n&-tanda vl+al


0: In) t^o /Boilm NttlZY-/tYwnif ,
zBYfw-nil, 5: 36rBoC
W', 昴 │口 │

MeML€.rtLc'n nebulize.r 9\ Flie". yerqotota,l tegak naFAf


レ′│を,メ トた
edid( kruana "レ Svlu
11 Elren [anpol. sesol r-taf}9 Lrsl.
drn n6,il^ bottk,
17′ │′ ′
2 Ir4emonilpr ftspirosi don ; fzfi'z^ rrungetoko- 9e@k ryF05
f勧 ∫ θ2 bertursnq, Lafuk
lud;r b,\a [eluor *11;L;L
Vvnirrq klniiavart, bhka Lo,
lbん「 み“ お け}abめ とた次 ″
nssth r^a-rar^ S?SaL ,opo9, dan
ibk berlv
0'Vlien k Eo-*rk n61pos
Lobk. p,VL bzrkura
e:[soL Lo-rl..u 毛θ″

わ:あ ρレ
naO´ ο
b″ san cuPirl q l"td
/4awba,,,t" llie-n Wngenol 19:
plio-n y*-aqa+okon na-ro9a c"rroj
s;luoSi qnq rnutwbvlkon , det,gr^ gqk;tnyo, apalaqi ke*ke
lacen't os011 lmenqabrn; ysok nqPoj don
0, klie, \en p ok
lon le-rnsl^


〃α"ム C/7′ りめ θあοを /
aリ

マ2
ル 1し Oθ SI―

glbvtctnol 3r q gi Plron toM Dal.- rnzmrnv m obot ιt/ι 1/

″ヽ 2 : 1-7-0D l'4ernon,lor londa-Wt S,_ /′


vib l D:fD : tt71B0 m-Hg, Nt 10X/r,,e-rti{, PptZGrl*nn1 μ
S'多 ιrsPC u vltl

tl′ 場乞 lo・ 00 Ylulbznkan Plran na-enqotoLon 9e-9ok napS h-rlurO,


S'. ノィ


vq-bvlizzr b+ut Latf.vranq, Erdir kelvor sadikit /公
bc-futama l-vnl rtq lathtiavon, pi[e,[ I Lulu
0' Pl;* toiWt icsol, *frt La-rlu'a^7, ││


nL-,t1. berlcvr-anq I pilsk $<-rlrur-a
l,z ,%bW,
lz' l,21勁 らし′ Ma″ υ′iあ raSPiraSi
Muvnonitor

9tl'k'e. nznqotakon segaL naFas
バυ

U-AVzOtb clan staful ba|.l]" bwLumnq, p,lek ;lek btr*v ranq, la-nJii ρ
btrlrvmnT,
07・ 3θ fu)w. rnasih sedilciL be-'rwarnan kvnt Lulu
la-hliatlot'1 | Loh'La ba,'ryr^ hdur fu"t
bu.ic,la, kl-iamar nandn' szgak '0F)
bwLa.a nt

0: Ellu +ak NSat naFa5 Lzc-lcur-uq


;lalc krkum49, LaLvt Le-dcur-a
[r'SoJ" Lerl.v r-arg, tann pa k
οゎし ら α´わ ρこ夕 η α4′ わ″″ 人
「 Faゞ
napasotn Cupiaq kidu,
13_ 1 07・ 5 1MC"豚Иわ た″
Ч その s,μ lぃ 物 ゎス が あ 雄υ _%朦ハ /.バ

"[θdon “
sa-9dt nq&s Lalvk LerLvra 燿 (
sxan, kdoVuh l?4a>i ft-llon vfosiL, com6e funyal.ituyq ″ ′υ

t : drtn ptrsCp> i alcan panful" I

:E[itn @vnpak ,elisat< 4r,4 bnos


ら,30 1Mぃ 反nわ ヵ
θ 型 生 熱
││ ruLult'ze-r don pilek beikvr-q ιノ│レ

O'. Lltu Lampsk scsak ra1at &n pi{al,


Ja-rlru rA^
15 │
′,∞
'uarkor. sc,tr-et : k[r'e, '*r6oLoko^ Wdt. bzluo r $erutornq /ぃ 1

晟のが bレた 弊t171 トリrl角 貶h)a υ οリノ%′ たりF′ sル 4あ ″ /潟


慶rレ wa4。 バ Lttl,t
αだ[し tσ協 Sこ 5θ ク ゎ Psル ´ あ わ

反 た解η "力
υ ′レ ″ン ない た″ノrぃ
「 「
Llun ,i"q"ht"" Gmo'l [zrlvra, 〃/
フフ

│し ll.θ 0 Nqr,Lr,rl',,' Llto-n S,


rnunqqunakur' lzLn'k fun', yurasa q6k {tnonq . /′劉
,で 安
セル∫
ン αSド o: kt;o-^ lorupoL 4.ttso,t" hn lemos レlヴ

la\'l.a sQ.waS bw Luto n q


2慾 ン

30
12・
+anda viVat D: rD : lz) [n w,nlf; ,
t". g1,l\c.
N : g br fr.wnrt, pp: zsx/qat{ ffi
Lulu


6-Euatuosi bo

Uθ lt/′ Sr

s:― を
′ル Lakan, ge-Sal. r1a1CIt barlur'e,
-4o たan ″りS「 ム あαわ た
―た,こ Lokan ,nqSi h oilz*
"
´Fll● b。 しわ′│ぃ ノ ″ ,お よ 町 ′ 笏′ vダ ブ`
"勁 「
dan b(uar- ssclrkt'L f,eragrna h.tnrrtg /rehilDuan
- lr-tto-n ,uznqcrLO)-an kzhLo, L*qg h"du- we-reso sosak naFa;
* [tlre-n b kornor' manpli vru-raSe
^unqatoLo n kehta buralm
>e5ai, nqFas
g.-trha-", Lons Lerkv 実Sθ ル
― И物ルト
θ Ⅲあ ら
た勿θ
/‐ lれ ,し た
-kltu^ {*t r.nas;k prkk
^k h
- kt'r^ b*D^k masr qLlti7h
' 9uara rlaFas yu heez
- 7rz ',28Y irr,e_ni+
―│力 SIIめ ′を Lhora>: Lro nckth5

β〕
〃σsabム たぎ渓
θ た
時に右 わ″わИttFの ルん綱よにメガ
け ο
Pハ あ
a: LAnlvlVan tnLer-Vensi '力

│ │_ rhr r<-Sp,r'l,; Co, s[o{vs 0,


―鰤Цり は ′ 」 「とtモ ノ Lat n tL ef. k+i

- lznLc,,n nabulrzen-
-l+faLoasi desq^ daltzr- d^[a* pr-nttbonan obal LanLodi-
rabc
sI― に
片おゎ ge-So j( m berlura
- klin n nw)aohko n Lth'ka' fotnq u n hCu - m.sra 5o ksa* nafzzJ
θ μ″:―2И わ勿Pσ た,こ sル ´ αF´ ∫ ♭ ばた り「
- Pbe-n Lo npak panqqu naon od L""L *rno Fc,Son
―に1た メ θた ス,J
S轟 腋 婚 cJ
Fa,″ な
Tneni[,
-TD: lzo /{O w,nilq, N: lfzF, PP : il , s'.36, B oC.
2$f.7/nzn

んИぷaみ ム 感 浅ルc〆 た 卜
οゎ ρ
Dみ 4` ″Fの あ
ごυ ″ ο静ゴ
=は
Pt Lai\lva, ln{ersqy13 i
―μ si d^^ sta|,ts 0e

- NorriLoa fu,nda-tanda viLa{


* Feivarfran gLLruL ヽ
ムカ ′ η畝 手
*
B*ka ^r'ob.tlibs"
′%bム 。αなiど ¢
′9。 4 び
したよ ι′
「ι a″ Dこ ″3‐
"1 0ら
ο[
レo42)よ bも


$:-llion m"nqaLakon (zma5 6lo*qo^ 96)c,'{nya, kdreno 7>ernal,
jiro-waL 「モ
θん

-Ehe- yrtzrtqololcan 9usal. h'dvr,- h'"Tun wro aw I

daq gionq kr^


-Hir^ 6^ro+okon rrenqkaL*Lan molcan &oqo, por-ri
7
1, [noLis- dc, ^ rn invi s ve[os a ir pu h' /.
, - lcho-n Larn p o k aelga 1,,

-
- Ltk-^ Lam p ok (eYna[n

- klulu| ba-n'n
ル,μ ″abλ θ4sl● 物ゞ Ьι な 綺フレ5′ lフ

F:あ ガυを ひ M(121F tノ こな′


{り


-%^nt- Lllan rn nqe"tal sifuasr' qanct wantnbulkc,nt kzcQrnaso4
―)。 ⑦燿9μ ル.C′
u4わ た ぃに49u η 力fρ
bの Pana″ θ 々′ノ υttν %
"ノ

''ln5Lrutcs,ika^ t [ie^ vna4qqsnakan @knil r< bJ,sasi


´多げた ′ エク を urわ た ス 亀η げltrヵ 9「 ムO CCわ ′5″ の
1rs,'blr (.'9:- P{ju. rt^.omqsLaLan ge-gak rlafat bzrLvr'an
- Flfa., wc-iqatal.on La+uL Lc.rkurorg don Ladanq -t'oda'q
- Vtie-,. *iroVt ; bad"ir L;s^ t6[u - s"-l;/','t L...*ira uu/u
iyta keht"1 au Uv1

―Fん ″ Pan pr'leA f,as-kvra


" ″ -hd"
'Elfnv noiqaLa2on 'k^hka ba,nqu't 'nosfh nlt.-rasal

nd ,etd).
'″
│ ´ だ′
たИ 動の角atOわ め た
C皓 ん
姉 lο にあ ″´ ″今"F/・
ハ た ぶ入
I 「
, t:lte-rzcga. *Sal. ,qFog
g^. - lrh'an tanpoL 9.e9dk. r)DtFas Lef-/.ur-a
´4ヒ ´ tattρ αル ム グlノ た らを之υ
- Eh-on Low >ok p,lek [e-rkurv
一イカ`
ぃ も α θた αιゝ
ルθム あ2「 シ
t/″
"か
´β′:2♭ メん 物 :ι
A : Vagotah Letidoke FakTrc,^ J er-s i hor', i a lar natro) lu lu *-
teratosi
? t i-onivLLan irtl<-rve-its,
- Nonitor rcsprrasi do^ I t-afus 0.
- ta-laarLan eckre| ムθtt// cヽ Cユ t/〕

―らι所と a′ の こЬ ヴ oこ │ド

'hlaLarosi 6{onqon 「
Jolter- datorn pe-rnle-n'a'n o6o{
bra nLsdi(ator

((〔
::':1!,))
9r * pft"ert ma-nqaLalro n
Se-SoL nd FaS be:-J"v(y11
-yrtas
- l.fia-n rn@q.qlaLan bq-Liko, Lanqu^ h'du- i h yna{--asq
sc sの た ′α

0\ - Elie-n tampof. sogal i.la lorkura


- E tian lowpok pqnqqunaon oto* Lantu p>e-rnotFa-ran
- lr lian taw,o o k pzr iapasa n Cu p inq vn

/n,'d
・ご
「 つ 1/θ んθ″″け9′ ″'″ θメ//縮 の 心′F「 の だ ゞ
′ S:3ι ′
'2ι ψ
a ″名ρ´S ムdυ 〃
cFcた tiハ θハpο ′
ル:溜 ひ5al´ ス にIdο ル tけa tts'
?'. La"ivtkon 1nferve.n91'
- 14onrtor- resDi--ast' cla^ s*alus tz
- Mor',,tor LonCa-tanCa uilal
'FefrtarLon SeEreL d あaιヴた こFQた
`li
―Zcriた つ玲 ′αム」「 ′2こ

- k[aLoroSi sle-ngon dot {zr- datarn pzmLzrtan oLat
bnor',l.od;laLar
9'.' P[i"r. rno-nqotakan n4a-fasa 6o-mO 9 dznq on o ).itn ya,
"
apalaqi keht o rnQ-nqd lami sesok naFa 9 clon
0,- Fteu Lawr*k た ク elf` sο あ

一た「cJ4 1b餃 │ク4′ 久

A'. )4asabh 6nsizLas klurr tzt-otosi

P: l-anjvLk on
itttervensi
- Doaorq plie-," r'.rr^tv), rlto-nqvr\q )eopfug ta DL(Ttoon , Le-to l"',lto n
dctr

- lngtrvVsikon L.lie"n Fenqqvxsp.sn lelnik retakgegi


- kripo" obAL, u,atuL moAqvranq\ keCemctsart
S: * Flia,n y^e._n I<-on sa-rok f,erLuran
11‐ Oι
-2υ * Vho-"' toLan Lotv[. berkvra
´′‖ い に |.a,,-t ple-L f,zr pvr-on
- t)io-n yno-nqaLaks-n lsndir lu-luor Leru-orrv funirrq Lubipwn
―たICり 脅Q"9。 bb" 馘蠍b b4。 υ4 書∂ ur gcθ た,9"∫ ふFた υ ″
- blio- no-nqotokan l&fiLr^ tooioi"" Le-komar mrrd,' S<9ak
5 cr"

び`4CLM ok sosaP rwps 6er-!urc*
- Vlio^" torrpok bo+uJ. befl^tro
- Flsat'
rr I
\anpok '
iに た
―たlicぃ 。 に │りθ tに 4cli「

- F[u LonpzP sa L ba-rkura
- Pp', zerlrw<it
tl{ar+rlak ,kz€do/.urokl.wn bors;1"r" iaton naSar belu* tera[asi


l: L-aniv*Lon lrfaruc-rr5i
- {Yorr{or respirasi do* s}otus
'paluark-an Ee}rat `
ムatuル 暉 たも
- Baq-i kan rteb ulizar
一為♭ら
ο θとゎθゎ ゝ ば ん レ″ 解
ο だοわ θム。(
"ゴ

"農
bnnkodiiohr
9t- P[toY' m Sc-9ol- natras {arkuran
t//p-r1

ンたlic4 ″唸´。0し た。n た」賓たo ムοη9υ 4 も` ノυ scttθ た ″θ′″



Wrkuro
‐降ド
θ、 ●_4 し。み″た 9答 ´人 ヵθ ′αs ム⊂たし卜α″タ
* Iclia-n Lo* Pol. pc-nqqvnaav) atoL Lanfu pn-rnaSalor)
- ?lle n La,n rrof. hidu
TD:′ F)2&∼ ル ηC′ 泌 ′ s σ
20/7θ 瘤 ′ N13ι 卜 /悩 ン ち fζ 77′ ε
"晦
'


' Mosolah be-hdoLel&6fo^ pola naFa\ Lzt'ton teratasi
?' Loiyl.Lo" lnfsrve?a5i
- Monilor sa5piroS i dan stc'tvs 0?
″/70′ itor bρ ノο―
モoゎ びひ υltθ l

- kclr-,arko^ 5gret 4 ムめ た
'kakon rta bvlr'>zr
* bolaboras, /e-npn doLter dalarn pe-wLer-ion ob a4
るご││。 し
Ьrひ ´り o「

St- FI'o, rneztqs{5tp.on Le-fl,4as berkvro<nq. Larerca scsaA


θ6‐ メ あれた 姉 静 49´ ・た七αρ「 たん互 ,sIあ ごくノタ
2'∫%ど

"ap,あ "ン
││″

"lι
ムι ok-an Latubu h laq,
'こ
lan rrp-rasa dL
4 ′n {an6
0,' Fh"o^ Lampal. qulisal" L"rl-u
- ltio^ Lawtpok [e-Ynog bur)'vrart
te R毛っ∫′

β'μ 体メ∂ン ′″Sに し
たりsi
´θИ I′ tC「 し
Fi bれ │ひ と
ktrol,r vy?tvk LobLo. parOsoa,rt, pe-tOkvtan
aa/1
―ル史υ bハ ルlに い ′ t峰 た にlaた ∫
99υ //tた ク ο,1'
““ "′
"は
- hakA, Obczt vn+\tlc twrtQsr-anli F@.ca-rnoSo,-t
LEⅣ IBAR KONSUL BIⅣ IBINGAN KTI

ⅣIAHASISNWA PRODI D ⅡI KEPERAWATAN

STIKES MUHAR/1PIADIYAH GOMBONG

Nama Mahasis、 va :Lulu市lustandhoh

NIM :2へ 01301785

Pelllbimbing :Hcndri Talllara Yuda,M.Kcp.Ns

No HailTanggal Topik Bimbingan Keterangan Paraf


Pembimbing

t
%し に′ 財ハらI f7ofl+)il( fUrur p.,
ン,つ uni l毛 htaaUrl al"l-f
of ,:U.7 Jula ' t ヽ
」肝
-l,vut'L VwV.
d* b<4 .

多 uu
ク アヽ5 ゥ}ヽ

0粋 澤 υ 3uЧ
い﹂

It 2"c te J― L九 し


絆 ‐ 、 レ ノ

カl   f

%Tし 0腕 山
7っ “
・%、 t
児 ウ 晦 o_1/

は ― S―
_

4与 に 4卜
(し ´_´ 、
)
No HariiTanggal Topik Keterangan Paraf
Hubungan Pembimbing

L 1
"!lc
"'/ wy f+"---**-

+ a^
(-\/
l\1 ,

t2 q
ALL:t h
r/
g 0L?19 _ lb fir"v {t^^i
) Lx- fE - tu
XL L , L^^^.

Anda mungkin juga menyukai