Anda di halaman 1dari 9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN MATEMATIKA
Menurut Albert Einstein dalam (Zainal, 2009:10), matematika
sebenarnya menawarkan pengukuran pasti kepada pengetahuan alam, tanpa
matematika kesemuannya itu tidak akan diperoleh.
Menurut Ariesandy (2007:45) urutan pengenalan matematika yang baik
pada anak-anak adalah:
1. Belajar menggunakan benda konkret atau nyata.
2. Belajar membuat bayangan dipikiran.
3. Belajar menggunakan simbol atau lambang.
Matematika adalah ilmu pengetahuan struktur dan hubungan-
hubungannya, simbol-simbol diperlukan, matematika berkenaan dengan ide-
ide abstrak yang tersusun secara hirakis dan penalarannya deduktif (Hudoyo,
1988: 3).
Matematika memiliki karakteristik yang berbeda dengan ilmu
pengetahuan yang lain. Soedjadi (2007:42) menyatakan karakteristik
matematika, yaitu:
1. Memiliki objek kajian abstrak
2. Bertumpu pada kesepakatan
3. Berpola pikir deduktif
4. Memiliki simbol yang kosong dari arti
5. Memperhatikan semesta pembicaraan
6. Konsisten dalam sistemnya
Dari keenam karakteristik matematika diantaranya adalah memiliki
objek yang abstrak. Dalam hal ini belajar matematika harus dipahami
konsepnya, tidak cukup dihafal saja. Sebab hafal konsep belum tentu dapat
menyelesaikan masalah matematika. Selain itu, dalam mempelajari
matematika kita juga dituntut untuk melatih ketrampilan dengan banyak

6
7

latihan mengerjakan soal serta mengaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-


hari.

B. PENGERTIAN BELAJAR
Menurut Hamalik (2009:36), belajar adalah merupakan suatu proses
suatu kegiatan dan bukan hasil atau tujuan.
Menurut Sumiati dan Asra (2007:38), secara umum belajar dapat
diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan
lingkungannya. Jadi perubahan perilaku adalah hasil belajar, artinya
seseorang dikatakan telah belajar, jika ia dapat melakukan sesuatu yang tidak
dapat dilakukan sebelumnya.
Prinsip-prinsip belajar adalah:
a. Belajar dapat terjadi dengan proses mengalami.
b. Belajar merupakan transaksi aktif.
c. Belajar secara aktif memerlukan kegiatan yang bersifat vital, sehingga
dapat berupaya mencapi tujuan dan memenuhi kebutuhan pribadinya.
d. Belajar terjadi melalui proses mengatasi masalah sehingga mencapai
pemecahan atau tujuan.
(Sumiati & Asra, 2007:43)
Peristiwa belajar yang disertai dengan proses pembelajaran akan lebih
terarah dan sistematik daripada belajar yang hanya semata-mata dari
pengalaman dalam kehidupan social dan masyarakat. Belajar dengan proses
pembelajaran ada peran guru, bahan ajar, dan lingkungan yang kondusif yang
sengaja diciptakan.
Belajar dan pembelajaran merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan
dengan kehidupan sehari-hari. Dengan belajar manusia dapat
mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya dan sebaliknya jika tanpa
belajar manusia tidak mungkin dapat memenuhi kebutuhannya.
Sedangkan Slameto (2003:2) beranggapan bahwa belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
8

tingkah laku dalam aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap. Bila


tanpa perubahan tingkah laku, maka belajar dikatakan tidak berhasil.
Selanjutnya Muhibbin Syah (1999:68) mengemukakan bahwa belajar
dapat dipahami sebagai tahapan perubahan tingkah laku individu yang relatif
menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang
melibatkan proses kognitif.
Dari uraian beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah suatu usaha atau proses yang bertujuan untuk mencapai suatu
perubahan dari tidak bisa menjadi bisa melaui serangkaian proses dalam
waktu yang relatif lama sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan
lingkungannya. Perubahan tersebut adalah perubahan pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, sikap dan tingkah laku yang bersifat menetap atau
permanen.

C. PENGERTIAN HASIL BELAJAR


Hasil belajar menurut Anni (2004:4) merupakan perilaku yang
diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Perilaku dari hasil
belajar tersebut akan muncul setelah seseorang mengalami serentetan proses
belajar, yaitu berupa kemampuan atau keterampilan uang dimiliki siswa
setelah siswa mengalami aktivitas belajar misalnya, perilaku saling
bekerjasama dengan individu yang lain, menghargai pendapat orang lain dan
rasa solidaritas dengan yang lain.
Hasil belajar menurut Sudjana dalam (Fitri Haryatiningsih, 2007:11)
adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman
belajarnya. Gagne mengungkapkan ada lima kategori hasil belajar, yakni:
informasi verbal, kecakapan intelektual, strategi kognitif, sikap dan
keterampilan. Sedangkan Bloom mengungkapkan tiga tujuan pengajaran yang
merupakan kemampuan seseorang yang harus dicapai dan merupakan hasil
belajar yaitu: kognitif, afektif dan psikomotorik. (Dimyati dan Mudjiono,
1999:11)
9

Hasil belajar menurut Sudjana dalam (Fitri Haryatiningsih, 2007:11)


melaui proses belajar mengajar yang optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri
sebagai berikut:
a. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar
intrinsik pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang
rendah dan ia akan berjuang lebih keras lagi untuk memperbaikinya atau
mencapai setidaknya mempertahankan apa yang telah tercapai.
b. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu
kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi tidak kalah
dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya.
c. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama
diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain,
kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan
kreativitasnya.
d. Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh yakni mencakup
ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranah
psikomotorik, keterampilan atau perilaku.
e. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri
terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan
mengendalikan proses dan usaha belajarnya.
Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir
dari proses pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang serta akan
tersimpan dalam jangka waktu yang lama atau bahkan tidak akan hilang
selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam mebentuk pribadi
individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik sehingga akan
merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.

D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL BELAJAR


Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa hasil belajar adalah
suatu usaha atau proses yang bertujuan untuk mecapai suatu perubahan dari
tidak bisa melalui serangkaian proses dalam waktu yang relatif lama sebagai
10

hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya, dengan kata lain


berhasil tidaknya kegiatan belajar itu tergantung faktor yang mempengaruhi
sehingga siswa dapat membedakan mana yang mendorong dan mana yang
menghambat. Menurut Muhibbin Syah (2002:145) faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar antara lain:
1. Faktor internal
Factor internal adalah faktor yang berasal dari siswa itu sendiri, faktor ini
meliputi:
a. Faktor fisiologis yaitu faktor yang berhubungan dengan kondidi fisik
individu yang bersangkutan.
b. Faktor psikologis
Apabila kita bicara masalah psikologis, maka kita akan berbicara
masalah gejala jiwa manusia. Gejala jiwa merupakan pernyataan
kehidupan rohani manusia yang meliputi intelegensi atau IQ, sikap,
minat, bakat dan motivasi.
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa yang
meliputi faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.
3. Faktor pendekatan belajar
Pendekatam belajar atau strategi belajar dalam hal ini berarti seperangkat
langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk
memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu.

E. HAKEKAT, FUNGSI DAN TUJUAN PEMBELAJARAN


MATEMATIKA
Dengan melihat bagaimana peran matematika sebagai alat dalam
membantu berpikir logis, kritis, kreatif, serta efisien, maka sebagai guru yang
mengajar matematika tentunya harus dapat menyakinkan siswa dan
masyarakat, mengapa matematika itu perlu untuk diajarkan pada setiap
tingkat sekolah. Dengan demikian, maka perlu ditinjau lebih lanjut tentang
kegunaan dari matematika di sekolah.
11

Menurut Rusefendi dalam Mustofa (2010:5) memberi batasan


mengenai matematika di sekolah, yaitu mengenai fungsi dan tujuannya.
1. Fungsi matematika di sekolah
a. Meningkatkan ketajaman penalaran siswa yang dapat membantu
memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan
sehari-hari.
b. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan
bilanagan dan simbol-simbol.
2. Tujuan utama diberikannya matematika di sekolah
a. Mempersiapkan siswa agar menghadapi perubahan keadaan di dalam
kehidupan di dunia yang selalu berkembang serta melatih bertindak
atas dasar pemikiran yang logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif
dan efiseien.
b. Mempersiapkan siswa dapat menggunakan matematika dan pola pikir
matematika dalam kehidupan sehari-hari dalam mempelajari berbagai
ilmu.
Lain dari hal tersebut, amtematika juga memerlukan siasat,
pendekatan, metode atau karakteristik yang bermacam-macam dengan alasan:
a. Guru dan siswa sebagai manusia, mempunyai unsur-unsur manusiawi
yang berbeda antara satu dengan yang lain.
b. Materi matematika sekolah yang satu dengan yang lain juga mempunyai
ciri-ciri yang berbeda.

F. STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF DALAM PEMBELAJARAN


MATEMATIKA
Startegi merupakan istilah lain dari pendekatan, metode atau cara. Di
dalam kepustakaan pendidikan istilah-istilah tersebut di atas sering digunakan
secara bergantian. Sedengkan strategi pembelajaran diartikan sebagai urutan
langkah atau prosedur yang digunakan guru untuk membawa siswa dalam
suasana tertentu untuk mencapai tujuan belajarnya.
12

Belajar aktif adalah salah satu cara mengikat informasi yang baru
kemudian menyimpannya dalam otak. Pembelajaran aktif menurut Zaini
(1999:14) adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk
belajar secara aktif. Ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka
yang mendominasi aktifitas pembelajaran. dengan ini mereka secara aktif
menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari pelajaran yang
diterima, memcahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa yang mereka baru
pelajari ke dalam satu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata.

G. SNOW BALLING
1. Pengertian Snow Balling
Snow balling berasal dari bahasa Inggris yaitu snow (salju) dan ball
(bola). Maka strategi Snow Balling adalah suatu metode pelatihan
partisipatori, yang dimulai dari kelompok kecil tetapi menjadi membesar
(seperti bola salju).
Snow Balling digunakan untuk mendapat jawaban yang dihasilkan
dari diskusi siswa secara bertingkat yang dimulai dari kelompok kecil
kemudian dilanjutkan dengan kelompok yang lebih besar sehingga
akhirnya akan memunculkan dua atau tiga jawaban yang telah disepakati
oleh siswa secara kelompok. Model ini berjalan baik jika materi yang
dipelajari menuntut pemikiran yang mendalam atau menuntut siswa
berpikir analisis bahkan sintesis. Materi-materi yang bersifat faktual, yang
jawabannya sudah ada dalam buku teks mungkin tidak tepat diajarkan
dengan startegi ini. Dengan kata lain Snow Balling adalah termasuk
pembelajaran aktif, dimana kegiatan belajar sering diaktifkan dengan
pengalaman belajar anak setiap hari di sekolah dan di rumah. Hubungan
ini membantu untuk mengingat apa yang mereka pelajari, kemudian
menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Langkah-langkah pembelajaran Snow Balling
a. Bentuk siswa secara berkelompok, setiap siswa terdiri dari 2 orang
saja.
13

b. Setelah itu, minta siswa memahami materi yang akan dipelajari


melalui ubku paket yang telah disediakan.
c. Apabila siswa sudah paham, beri setiap kelompok satu soal untuk
dikerjakan. Soal setiap kelompok sama.
d. Apabila siswa yang bekerja berpasangan tadi mendapat jawaban,
pasangan tadi digabung dengan pasangan lainnya. Dengan demikian
terbentuk kelompok yang beranggotakan 4 orang.
e. Kelompok berempat ini bekerja mengerjakan soal pertama, seperti
dalam kelompok 2 orang. Soal ini dapat dilakukan dengan
membandingkan jawaban kelompok sebelumnya. Dalam kegiatan ini
perlu dipertegas bahwa jawaban harus disepakati oleh semua anggota
kelompok yang baru. Setelah itu baru diberi soal lagi untuk
diselesaikan secara kelompok.
f. Setelah kelompok berempat ini selesai mengerjakan soal, setiap
kelompok digabung lagi dengan kelompok berempat lainnya. Dengan
demikian sekarang setiap kelompok beranggotakan 8 orang.
g. Yang dikerjakan pada kelompok baru sama dengan soal pada langkah
ke-5 di atas.
h. Langkah ini dapat dilanjutkan sesuai dengan jumlah siswa dan waktu
yang tersedia.
i. Masing-masing kelompok diminta menyampaikan hasil diskusinya di
depan kelas.
j. Guru akan membandingkan hasil dari masing-masing kelompok
kemudian menberikan ulasan-ulasan yang dianggap perlu.
3. Kelebihan pembelajaran Snow Balling
a. Mendidik siswa untuk belajar mengemukakan pikiran atau pendapat
b. Memberi kesempatan kepada siswa memperoleh penjelasan-
penjelasan dari berbagai sumber data.
c. Memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati pembaharuan
suatu problem bersama-sama.
14

d. Merangsang siswa untuk ikut mengemukakan pendapat sendiri,


menyetujui atau menentang pendapat teman-temannya.
e. Membina suatu perasaan tanggung jawab mengenai suatu pendapat,
kesimpulan, atau keputusan yang akan atau telah diambil.
f. Mengembangkan rasa solidaritas/toleransi terhadap pendapat yang
bervariasi atau mungkin bertentangan sama sekali.
g. Membina siswa untuk berpikir matang-matang sebelum berbicara.
h. Dengan mendengarkan semua keterangan yang dikemukakan oleh
pembicara, pengetahuan dan pandanagn siswa mengenai suatu
problem akan bertambah luas.
4. Kelemahan pembelajaran Snow Balling
a. Siswa dapat melakukan penipuan terhadap tugas yang diberikan
dengan menjiplak karya orang lain.
b. Bila tugas terlalu banyak diberikan, siswa dapat mengalami kejenuhan
atau kesukaran. Dan ahal ini menjadikan pembelajarn menjadi tidak
bermakna.
c. Pemberian tugas cenderung memakan waktu dan tenaga yang cukup
banyak.

Anda mungkin juga menyukai