Anda di halaman 1dari 8

Pengaruh Pembelajaran Role Playing Dalam Meningkatkan

Minat Dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Ikatan Kimia

DISUSUN OLEH :
HARY ABDURRAHMAN
[E1M 016 025]

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM

2019
BAB I

PENDAHULUAN

Pendidikan bukanlah sesuatu yang statis melainkan sesuatu yang dinamis, sehingga
menuntut adanya suatu perbaikan yang terus-menerus untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 40 huruf a menyebutkan bahwa
pendidikan dan tenaga kependidikan berkewajiban untuk menciptakan suasana pendidikan yang
bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis. Pembelajaran akan lebih bermakna jika
siswa diberi kesempatan untuk tahu dan terlibat secara aktif dalam menemukan konsep dari
fakta-fakta yang terlihat dari lingkungan dengan bimbingan guru (Trianto, 2010).
Dengan metode yang bervariasi, siswa akan tertarik sehingga tugas guru dalam
menyampaikan materi menjadi lebih mudah, dan tujuan pembelajaran dapat dicapai (Suhargati,
2009). Pada model role playing siswa dapat belajar sambil bermain sehingga suasana
pembelajaran lebih menyenangkan. Menurut Anang Prasetyo (2001) dengan melakukan peran
suatu kasus pada materi pelajaran yang sedang dibahas, siswa dapat menghayati kejadian yang
sedang diperankan sehingga pemahaman mereka pun dapat meningkat. Sejalan dengan itu,
Imansyah Alipandie (1984) mengatakan bahwa pembelajaran menggunakan model role playing
atau bermain peran lebih menekankan pada keikutsertaan para murid.
Hasil penelitian oleh Tien Kartini (2007) diketahui bahwa siswa tidak tertarik untuk
mendengarkan dan bertanya pada guru saat proses pembelajaran karena siswa tidak senang
terhadap pembelajaran kimia. Sebagian besar siswa tidak menyenangi kimia dikarenakan cara
mengajar guru yang tidak bervariasi, hanya dengan metode ceramah. Selain itu juga pelajaran
kimia yang siswa anggap sulit menjadi salah satu faktor siswa tidak senang dalam belajar kimia.
Rendahnya minat siswa dalam belajar kimia juga berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa.
Sehingga guru perlu membangkitkan minat siswa agar pelajaran yang diberikan mudah
dimengerti dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil wawancara terhadap guru mata
pelajaran kimia di SMA Negeri 4 Pontianak oleh Tika Aprilianti, salah satu materi kimia yang
dianggap sulit oleh siswa adalah materi ikatan kimia. Informasi dari guru kimia diketahui bahwa
penyebab ketidaktuntasan siswa kelas X SMA Negeri 4 Pontianak terhadap materi ikatan kimia,
khususnya sub materi ikatan ion karena siswa lupa dengan konfigurasi elektron dan elektron
valensi sehingga mengakibatkan siswa bingung dan tidak bisa menjelaskan proses terbentuknya
ikatan ion. Karakteristik materi ikatan kimia yang abstrak yaitu dari konsep yang sederhana
hingga kompleks menjadi salah satu faktor penyebab kesulitan siswa dalam memahami ikatan
ion.
Berdasarkan fakta di atas maka perlu dicari solusi yaitu dengan cara mengubah model
pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru dengan model pembelajaran yang menarik, salah
satu alternatifnya adalah model pembelajaran role playing yang dapat digunakan untuk
menyampaikan materi ikatan ion. Materi ikatan ion adalah salah satu materi yang bersifat abstrak
sehingga dengan menggunakan model role playing siswa dapat melihat pelepasan dan
penangkapan elektron dari suatu atom sehingga terjadi serah terima elektron untuk membentuk
ikatan ion. Model role playing ini dipilih karena siswa merasa bosan dengan suasana belajar
yang selama ini tidak menarik sehingga siswa menjadi tidak berminat untuk belajar.
Keberhasilan dari model role playing ditunjukkan pada penelitian Faiza (2013) terhadap
hasil belajar koloid kelas XI IPA SMA Negeri 1 Rawalo menunjukan bahwa dengan
pembelajaran role playing terjadi peningkatan hasil belajar siswa sebesar 48,58%. Selain itu hasil
penelitian yang dilakukan Petronius Hendri (2016) terhadap siswa kelas X SMA Santo
Fransiskus Asisi Pontianak menunjukan bahwa dengan pembelajaran role playing pada materi
hidrokarbon memberikan pengaruh sebesar 32,89% terhadap peningkatan hasil belajar siswa
dengan harga effect size sebesar 0,95 yang dikategorikan sangat tinggi dan respon siswa positif
terhadap pembelajaran role playing (76,93%). Berdasarkan pemaparan masalah diatas, maka
peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh model role playing terhadap minat dan hasil belajar
siswa kelas X SMK negeri 2 Pontianak pada materi ikatan kimia.
Berdasarkan hal tersebut rumusan masalah dari penelitian ini adalah “Adakah pengaruh
pembelajaran model role playing dalam meningkatkan minat dan hasil belajar siswa pada materi
ikatan kimia ?”. Dengan demikian tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh
pembelajaran model role playing dalam meningkatkan minat dan hasil belajar siswa pada materi
ikatan kimia.
Berdasarkan tinjauan pustaka yang dipaparkan diatas, maka frame worknya adalah :

Role playing minat Hasil belajar


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Hasil belajar

Matlin berpendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang relatif
permanen sebagai hasil dari pengalaman. Selanjutnya dalam konteks sekolah, belajar adalah
suatu proses usaha yang dilakukan siswa untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman siswa sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya
(Akbar & Hawadi, 2004).

Secara umum dapat didefenisikan bahwa hasil belajar merupakan penilaian diri siswa,
dan perubahan yang dapat diamati, dibuktikan, dan terukur dalam kemampuan atau prestasi yang
dialami oleh siswa sebagai hasil dari pengalaman belajar (Nemeth & Long, 2012).

Proits mengungkapkan bahwa hasil belajar dapat menggambarkan kemampuan siswa


setelah apa yang mereka ketahui dan pelajari (Molstad & Karseth, 2016). Selanjutnya Robert
Gagne berpendapat bahwa hasil belajar siswa terbagi menjadi lima kategori yaitu informasi
verbal, keterampilan intelektual, keterampilan motorik, sikap dan strategi kognitif (Djiwandono,
2002).

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal
siswa. Faktor internal siswa diantaranya meliputi gangguan kesehatan, cacat tubuh, faktor
psikologis (intelegensi, minat belajar, perhatian, bakat, motivasi, kematangan dan kesiapan
peserta didik), dan faktor kelelahan. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi proses dan
hasil belajar siswa meliputi faktor keluarga, sekolah dan masyarakat (Majid, 2008).

Minat belajar

Defenisi minat adalah suatu rasa lebih suka, rasa ketertarikan, perhatian, fokus,
ketekunan, usaha, pengetahuan, keterampilan, motivas, pengatur perilaku, dan hasil interaksi
seseorang atau individu dengan konten atau kegiatan tertentu (Schiefele, 2001).
Di awal abad 20, Dewey pada tahun 1913 membahas pentingnya minat dan mengusulkan
dua faktor dalam membangun minat: identifikasi dan pengaplikasian. Dewey berargumen bahwa
jika siswa mengakui dan mengidentifikasi dirinya dengan kegiatan belajar, ia akan mencurahkan
seluruh perhatiannya untuk proses pembelajaran. Oleh karena itu, Dewey mengusulkan bahwa
cara yang lebih baik untuk mengajarkan adalah membangkitkan minat peserta didik bukan
memaksa peserta didik untuk bekerja keras. Meskipun kita mungkin semua setuju bahwa
memicu minat seseorang untuk membaca novel lebih besar dari pada memicu minat untuk
belajar matematika. Terlebih lagi minat adalah karakteristik dari kepribadian seseorang.

Minat memberikan pengaruh positif terhadap pembelajaran akademik, domain


pengetahuan dan bidang studi tertentu bagi individu. minat belajar adalah sikap ketaatan pada
kegiatan belajar, baik menyangkut perencanaan jadwal belajar maupun inisiatif melakukan usaha
tersebut dengan sungguh-sungguh

Ketertarikan untuk belajar diartikan apabila seseorang yang berminat terhadap suatu
pelajaran maka ia akan memiliki perasaan ketertarikan terhadap pelajaran tersebut. Ia akan rajin
belajar dan terus memahami semua ilmu yang berhubungan dengan bidang tersebut, ia akan
mengikuti pelajaran dengan penuh antusias dan tanpa ada beban dalam dirinya. Perhatian
merupakan konsentrasi atau aktivitas jiwa seseorang terhadap pengamatan, pengertian ataupun
yang lainnya dengan mengesampingkan hal lain dari pada itu. Jadi siswa akan mempunyai
perhatian dalam belajar, jika jiwa dan pikirannya terfokus dengan apa yang ia pelajari. Motivasi
merupakan suatu usaha atau pendorong yang dilakukan secara sadar untuk melakukan tindakan
belajar dan mewujudkan perilaku yang terarah demi pencapaian tujuan yang diharapkan dalam
situasi interaksi belajar. Pengetahuan diartikan bahwa jika seseorang yang berminat terhadap
suatu pelajaran maka akan mempunyai pengetahuan yang luas tentang pelajaran tersebut serta
bagaimana manfaat belajar dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran berbasis Etnosains

Etnosains merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang mengangkat budaya atau


kearifan lokal untuk dijadikan suatu objek pembelajaran sains. Pembelajaran sains yang
dikembangkan dari perspektif budaya setempat dan kearifan lokal secara terorganisir terkait
dengan fenomena dan kejadian alam tertentu akan menambah minat siswa terhadap sains dan
akan lebih mudah dipahami oleh siswa.

Etnosains sebagai sebuah pengetahuan yang terakumulasi dari pengalaman masing-


masing etnik, bukan sebagai bentuk fisik. Kajian etnosain lebih kepada kajian perilaku manusia
terhadap lingkungan yang berupa benda yang di pandang melalui aspek budaya dan persepsi
masyarakat lokal dengan menggunakan Bahasa lokal.

Pendapat lain dikemukakan oleh W.H Goodenough dalam Ahimsa (1964) tentang
definisi konsep Etnosains, yakni konsep etnosains mengacu pada paradigma kebudayaan yang
menyatakan bahwa kebudayaan tidak berwujud fisik tapi berupa pengetahuan yang ada pada
manah manusia. Etnosains banyak mengkaji klasifikasi untuk mengetahui struktur yang
digunakan untuk mengatur lingkungan dan apa yang dianggap penting oleh suatu etnik,
penduduk suatu kebudayaan. Setiap suku bangsa membuat klasisfikasi yang beda atas
lingkungan nya dan hal ini tercermin pula pada katakata atau leksikonyang mengacu benda, hal,
kegiatan bahkan juga struktur sintaksis yang diperlukan untuk memprensentasikan pengalaman
yang berbeda, unik.
BAB III

METODELOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di salah satu SMA di NTB dengan siswa kelas X IPA sebagai
subyeknya. Instrumen penelitian terdiri dari penggalan silabus yang disesuaikan dengan sekolah,
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk kelas kontrol dan kelas eksperimen (MPKBE),
kisi-kisi, handout, kuesioner untuk mengukur persepsi responden mengenai minat belajar yang
diukur melalui indikator ketertarikan untuk belajar, perhatian dalam belajar, motivasi belajar dan
pengetahuan. Kuesioner tersebut berjumlah 11 item,dan soal tes yaitu soal pretes-postes untuk
penilaian kognitif sebagai hasil belajar siswa. Statistik deskriptif menggunakan skor rata-rata
yang digunakan untuk gambaran tingkat persepsi responden mengenai minat belajar.Data pretes
dan postes dijadikan dasar penghitungan N-Gain. Untuk mengetahui pengaruh MPKBE terhadap
kemampuan kognitif siswa berdasarkan model pembelajaran, data postes diuji dengan
menggunakan uji t. Untuk mengetahui kontribusi pembelajaran terhadap hasil belajar siswa.
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai