Tanda tangan:
LAPORAN KASUS
Keratitis Bakteri
Pembimbing :
dr. Moch. Soewandi, Sp.M
Disusun Oleh :
Yohana Anggreini Inangele
11.2016.231
1
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
LEMBAR PENILAIAN
Komentar penilai
HALAMAN PENGESAHAN
2
Laporan Kasus dengan judul:
Keratitis Bakteri
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan kepanitraan klinik
Ilmu Penyakit Mata RSAU Dr. Esnawan Antariksa periode 29 April – 01 Juni 2019
Disusun Oleh:
Yohana A Inangele
112016231
Telah diterima dan disetujui oleh dr. Moch. Soewandi, Sp.M selaku dokter pembimbing Departement
Mata RSAU Dr.Esnawan Antariksa
dr. Moch. Soewandi, Sp.M
DAFTAR ISI
3
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)
Jl. Terusan Arjuna No. 6 Kebon Jeruk – Jakarta Barat
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Hari / Tanggal Ujian / Presentasi Kasus : Mei 2019
SMF ILMU PENAKIT MATA
RSAU dr. Esnawan Antariksa
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Corneles M Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 33 thn Agama: K. Protestan
Pekerjaan : Karyawan No. Rekam Medik : 188912
Pendidikan : SMK Tgl Pemeriksaan: 07 Mei 2019
II. ANAMNESIS
Diambil dari: Auto anamnesis pasien Tanggal: 07 Mei 2019 Jam: 10.30 WIB
4
Pasien datang dengan keluhan mata kanan merah sejak 6 bulan yang lalu sebelum ke Poliklinik
Mata RSAU dr.Esnawan Antariksa. Pasien juga mengeluh mata sebelah kanan sering berair, nyeri dan
buram. Mata kanan pasien silau jika terkena sinar matahari, dan juga matanya sakit pada saat
menunduk, dan kadang keluar sekret dari mata kanannya. Tidak ada keluhan demam, pusing dan mual
muntah. Pasien sudah menggunakan obat tetes mata Cendo Xitrol ed tapi tidak membaik.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengaku belum pernah mengalami keluhan seperti ini. Pasien bekerja disalah satu
kantor yang dimana bertugas sebagai karyawan/juru ketik, dan disela-sela bekerja jika mata pasien
berair pasien mengatakan hanya mengucak mata dengan kedua tangannya atau dengan menggunakan
baju yang dikenakannya.
Pasien mengaku tidak ada riwayat alergi, dan riwayat trauma pada mata.
5
STATUS OPHTALMOLOGIS
OS OD
KETERANGAN OD OS
1. VISUS
Visus 0.8 1.0
Koreksi - -
Addisi - -
Distansi pupil - -
Kacamata Lama - -
6
Hiperemis Ada Tidak ada
Krepitasi Tidak ada Tidak ada
Folikel Tidak ada Tidak ada
Papil Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Hordeolum Tidak ada Tidak ada
Kalazion Tidak ada Tidak ada
Korpus alienum Tidak ada Tidak ada
5. KONJUNGTIVA BULBI
Sekret Tidak ada Tidak ada
Injeksi Konjungtiva Tidak ada Tidak ada
Injeksi Siliar Ada Tidak ada
Pendarahan Subkonjungtiva Tidak ada Tidak ada
Pterigium Tidak ada Tidak ada
Pinguekula Tidak ada Tidak ada
Nevus Pigmentosus Tidak ada Tidak ada
Kista Dermoid Tidak ada Tidak ada
6. SKLERA
Warna Merah Putih
Ikterik Tidak Ada Tidak ada
7. KORNEA
Kejernihan Jernih Jernih
Permukaan Rata Rata
Ukuran 11 mm 11 mm
Sensibilitas Normal Normal
Infiltrat Ada Tidak ada
Keratik Presipitat Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Ulkus Tidak ada Tidak ada
Perforasi Tidak ada Tidak ada
Arcus senilis Tidak ada Tidak ada
Edema Tidak ada Tidak ada
7
Hifema Tidak ada Tidak ada
Hipopion Tidak ada Tidak ada
9. IRIS
Warna Coklat Coklat
Kripte Jelas Jelas
Sinekia Tidak ada Tidak ada
Koloboma Tidak ada Tidak ada
10. PUPIL
Letak Ditengah Ditengah
Bentuk Bulat Bulat
Ukuran 3 mm 3 mm
Refleks Cahaya Langsung + +
Refleks Cahaya Tak Langsung + +
11. LENSA
Kejernihan Jernih Jernih
Letak Di tengah Di tengah
Shadow test Tidak dilakukan Tidak dilakukan
14. PALPASI
8
Nyeri Tekan Tidak ada Tidak ada
Massa Tumor Tidak ada Tidak ada
Tensi Okuli Normal/palpasi Normal/palpasi
Tonometri Schiotz Tidak dilakukan Tidak dilakukan
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Slitlamp.
- Uji fluoresein
IV. Resume
Pasien perempuan berumur 46 tahun datang dengan keluhan kedua mata berair dan gatal sejak 3
hari sebelum ke Poliklinik Mata RSAU dr.Esnawan Antariksa. Pasien juga mengeluh kedua mata
mengeluarkan sekret berwarna hijau sejak 1 hari yang lalu lebih banyak pagi tadi. Penglihatan kabur
pada kedua bola mata disangkal pasienTidak ada keluhan demam, pusing dan mual muntah. Pasien
sudah menggunakan obat tetes mata Cendo Xytrol tapi tidak membaik. Pasien juga mengatakan bahwa
kedua mata sering di cuci menggunakan r3ebusan air daun sirih apabila mengalami keluhan berair dan
gatal. Tidak ada riwayat trauma pada keduamatanya.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan visus pasien OD 6/6 OS 6/6 dengan menggunakan kacamata OD: S
-0.50 dan OS: S -0.50, secret konjungtiva buli +/+.
V. Diagnosis kerja
OD : Keratitis bakterial
Dasar Diagnosis:
- Mata berair
- Mencuci mata dengan air rebusan daun sirih
- Sekret konjungtiva +/+
9
VII. Penatalaksanaan
Non medika mentosa: pijat pangkal mata dan pangkal hidung
Medika Mentosa:
- LFX 6 dd gtt 1 ODS
- Polygram ed 6 dd gtt1 ODS
- Na Diclofenac 2 dd 1
Edukasi:
Pemakaian obat yang teratur.
VIII. Prognosis
OD OS
Ad Vitam : ad bonam ad bonam
Ad Functionam : ad bonam ad bonam
Ad Sanationam : ad bonam ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
KERATITIS
A. ANATOMI KORNEA
Kornea (Latin Cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian mata yang tembus
cahaya. Kornea disisipkan ke dalam sklera pada limbus, lekukan melingkar pada sambungan ini
disebut sulcus scleralis.
Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar ke dalam :1
1. Epitel
Terdiri dari sel epitel squamos yang bertingkat, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak
bertanduk yang saling tumpang tindih; sel poligonal dan sel gepeng. Tebal lapisan epitel kira-
10
kira 5 % (0,05 mm) dari total seluruh lapisan kornea. Epitel dan film air mata merupakan
lapisan permukaan dari media penglihatan. Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel
muda ini terdorong ke depan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel
gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal di sampingnya dan sel poligonal di
sampingnya melalui desmosom dan makula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air,
elektrolit dan glukosa melalui barrier. Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat
erat kepadanya.
2. Membran bowman
Membran yang jernih dan aselular, Terletak di bawah membran basal dari epitel.
Merupakan lapisan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari epitel
bagian depan stroma. Lapisan ini tidak mempunyai daya generasi.
3. Stroma
Lapisan ini mencakup sekitar 90% dari ketebalan kornea. Merupakan lapisan tengah
pada kornea. Bagian ini terdiri atas lamel fibril-fibril kolagen dengan lebar sekitar 1 µm yang
saling menjalin yang hampir mencakup seluruh diameter kornea, pada permukaan terlihat
anyaman yang teratur sedang di bagian perifer serta kolagen ini bercabang; terbentuknya
kembali serat kolagen memakan waktu lama, dan kadang sampai 15 bulan.
4. Membran Descemet
Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea
yang dihasilkan oleh endotel. Bersifat sangat elastis dan jernih yang tampak amorf pada
pemeriksaan mikroskop elektron, membran ini berkembang terus seumur hidup dan mempunyai
tebal +40 mm.
5. Endotel
Berasal dari mesotelium, terdiri atas satu lapis sel berbentuk heksagonal, tebal antara 20-
40 mm melekat erat pada membran descemet melalui taut. Endotel dari kornea ini dibasahi oleh
humor aqueous. Lapisan endotel berbeda dengan lapisan epitel karena tidak mempunyai daya
regenerasi, sebaliknya endotel mengkompensasi sel-sel yang mati dengan mengurangi
kepadatan seluruh endotel dan memberikan dampak pada regulasi cairan, jika endotel tidak lagi
dapat menjaga keseimbangan cairan yang tepat akibat gangguan sistem pompa endotel, stroma
bengkak karena kelebihan cairan (edema kornea) dan kemudian hilangnya transparansi
(kekeruhan) akan terjadi. Permeabilitas dari kornea ditentukan oleh epitel dan endotel yang
merupakan membrane semipermeabel, kedua lapisan ini mempertahankan kejernihan daripada
11
kornea, jika terdapat kerusakan pada lapisan ini maka akan terjadi edema kornea dan kekeruhan
pada kornea.
Kornea dipersarafi oleh saraf sensoris yang terutama berasal dari n.siliaris longus, cabang
n.nasosiliaris (n.V/1). Kornea tidak mengandung pembuluh darah oleh karena sebagai media refrakta,
akan tetapi di limbus kornea terdapat arteri ciliaris anterior yang membawa nutrisi untuk kornea.
Nutrisi yang lain didapat dari humor aquos di camera okuli anterior dengan cara difusi dari endotel.
Fungsi dari kornea adalah sebagai media refrakta dan sebagai bagian mata dengan pembiasan sinar
terkuat. 40 dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar yang masuk dibiaskan oleh kornea.1
Fisiologi Kornea
Kornea mempunyai dua fungsi utama yaitu sebagai medium refraksi dan untuk memproteksi lensa
intraokular. Kornea menjalankan dua fungsi utama ini dengan cara mempertahankan sifat transparansi
kornea dan pergantian dari jaringannya. Sifat tembus cahayanya disebabkan strukturnya yang uniform,
avaskuler dan deturgenes. Deturgenes, atau keadaan dehidrasi relative jaringan kornea dipertahankan
oleh pompa bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel. Seperti halnya
lensa, sklera dan badan vitreous, kornea merupakan struktur jaringan yang braditrofik, metabolismenya
lambat dimana ini berarti penyembuhannya juga lambat. Metabolisme kornea (asam amino dan
glukosa) diperoleh dari 3 sumber, yaitu :
Difusi dari kapiler – kapiler disekitarnya
Difusi dari humor aquous
12
Difusi dari film air mata
Tiga lapisan film air mata prekornea memastikan bahwa kornea tetap lembut dan membantu nutrisi
kornea. Tanpa film air mata, permukaan epitel akan kasar dan pasien akan melihat gambaran yang
kabur. Enzim lisosom yang terdapat pada film air mata juga melindungi mata dari infeksi.2
Endotel lebih penting daripada epitel dalam mekanisme dehidrasi dan cidera kimiawi atau fisik
pada endotel jauh lebih berat daripada cedera pada epitel. Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan
edema kornea dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya cedera pada epitel hanya menyebabkan
edema lokal stroma kornea sesaat yang akan menghilang bila sel-sel epitel itu telah beregenerasi.
Penguapan air dari film air mata prakornea akan mengkibatkan film air mata akan menjadi hipertonik;
proses itu dan penguapan langsung adalah faktor-faktor yang yang menarik air dari stroma kornea
superfisialis untuk mempertahankan keadaan dehidrasi .
Penetrasi kornea utuh oleh obat bersifat bifasik. Substansi larut lemak dapat melalui epitel utuh, dan
substansi larut air dapat melalui stroma yang utuh. Karenanya agar dapat melalui kornea, obat harus
larut lemak dan larut air sekaligus.2,3
Definisi Keratitis
Keratitis adalah kelainan akibat terjadinya infiltrasi sel radang pada kornea yang akan
mengakibatkan kornea menjadi keruh. Keratitis dapat terjadi pada anak-anak maupun orang
dewasa. Bakteri umumnya tidak dapat menyerang kornea yang sehat, namun beberapa kondisi
dapat menyebabkan kornea terinfeksi. Mata yang sangat kering juga dapat menurunkan mekanisme
pertahanan kornea.
Epidemiologi
Secara global, insidensi keratitis bakteri bervariasi secara luas, di mana negara dengan
industrialisasi yang rendah menunjukkan angka pemakaian softlens yang rendahm sehingga bila
dihubungkan dengan pemakai softlens dan terjadinya infeksi menunjukkan hasil penderita yang
rendah juga.4
Klasifikasi
Menurut lapisan kornea yang terkena, keratitis dapat dibagi menjadi keratitis superfisialis
apabila mengenai lapisan epitel atau membrane Bowman dan keratitis profunda atau interstisialis
(atau disebut juga keratitis parenkimatosa) apabila mengenai lapisan stroma.2
13
Pungtata
Herpes Simplek
EPITEL Herpes Zoster
SUPERFISIALI -Numularis
SUBEPITEL
S -Disiformis
KERATITIS
Neuroparalitik
STROMA Lagoptalmus
INTERSTISIAL
PROFUNDA DISIFORMIS
SKLEROTIKA
N
Keratitis Superfisial
- Keratitis Pungtata
- Keratitis Herpetik
14
Keratitis herpetic disebabkan oleh herpes simpleks dan herpes zoster.Yang
disebabkan herpes simpleks dibagi dalam 2 bentuk yaitu epithelial dan stroma.Hal yang
murni epithelial adalah dendritik dan stromal adalah disiformis.Biasanya infeksi herpes
simpleks ini berupa campuran epitel dan stroma.Perbedaan ini akibat mekanisme
kerusakannya berbeda. Pada yang epitelialkerusakan yang terjadi akibat pembelahan
virus didalam sel epitel yang akan mengakibatkan kerusakan sel dan membentuk ulcus
kornea superficial. Stromal diakibatkan reaksi imunologik tubuh pasien sendiri terhadap
virus yang menyerang.Antigen dan antibody bereaksi didalam stroma kornea dan
menarik sel leukosit dan sel radang lainnya. Sel ini juga mengeluarkan bahan proteolitik
untuk merusak antigen yang juga akan merusak jaringan stromal disekitarnya. Hal ini
sangat berkaitan dengan pengobatan dimana pada yang epithelial dilakukan terhadap
virus dan pembelahan dirinya sedang pada keratitis stromal dilakukan pengobatan
menyerang virus dan reaksi radangnya. Pasien akan mengeluhkan gejala ringan seperti
fotofobia, kelilipan, tajam penglihatan menurun, konjungtiva hyperemia disertai dengan
sensibilitas kornea yang hipestesia.
Virus herpes zoster dapat memberikan infeksi pada ganglion gaseri saraf
trigeminus.Bila yang terkena ganglion cabang oftalmik maka akan terlihat gejala-gejala
herpes zoster pada mata. Gejala ini tidak melampaui garis median kepala.
Gejala yang terlihat pada mata adalah rasa sakit pada daerah yang terkena dan
badan terasa hangat.Penglihatan berkurang dan merah.
Pada kelopak mata akan terlihat vesikel dan infiltrate pada kornea. Vesikel
tersebar sesuai dengan dermatom yang dipersarafi saraf trigeminus yang dapat progresif
dengan terbentuknya jaringan parut. Bila telah terdapat vesikel diujung hidung, berarti n.
nasosiliaris terkena, maka biasanya akan timbul kelainan dikornea, dimana
sensibilitasnya menurun tetapi penderita menderita sakit. Keadaan ini disebut anesthesia
dolorosa.Pada kornea tampak infiltrate yang bulat, letak subepitel, disertai injeksi
perikornea. Infiltrate ini dapat mengalami ulserasi yang sukar sembuh. Kadang-kadang
15
infiltrate ini dapat bersatu membentuk keratitis disiformis. Kadang juga tampak edema
kornea disertai lipatan-lipatan dari membrane Descement.5,7
a. Keratitis Neuroparalitik
Pasien akan mengeluhkan tajam penglihatan menurun, silau dan tidak nyeri.
Mata akan memberikan gejala jarang berkedip, karena hilangnya refleks mengedip,
injeksi siliar, permukaan kornea keruh, infiltrate dan vesikel pada kornea. Dapat terlihat
terbentuknya deskuamasi epitel seluruh permukaan kornea yang dimulai pada bagian
tengah dan meninggalkan sedikit lapisan epitel kornea yang sehat didekat limbus.
b. Keratitis Lagoftalmus
16
Keratitis yang terjadi akibat adanya lagoftalmus dimana kelopak tidak dapat
menutup sempurna sehingga terdapat kekeringan kornea. Lagoftalmus akan
mengakibatkan mata terpapar sehingga terjadi trauma pada konjungtiva dan kornea
menjadi kering dan terjadi infeksi. Infeksi ini dapat dalam bentuk konjungtivitis atau
keratitis.
1. Keratitis Interstisial
Keratitis yang ditemukan pada jaringan kornea yang lebih dalam. Pada keratitis
interstisial akibat lues congenital didapatkan neovaskularisasi dalam, yang terlihat pada usia
5-20 tahun pada 80% pasien lues. Keratitis interstisial dapat terjadi akibat alergi atau infeksi
spiroket kedalam stroma kornea dan akibat tuberculosis.
2. Keratitis Sklerotikans
3. Keratitis Disiformis
17
Keratitis membentuk kekeruhan infiltrate yang bulat atau lonjong didalam jaringan
kornea. Biasanya merupakan keratitis profunda superficial, terjadi akibat infeksi virus
simpleks.Sering diduga keratitis disiformis merupakan reaksi alergi ataupun imunologik
terhadap infeksi virus herpes simpleks pada permukaan kornea.
1. Keratitis Bakterialis
2. Keratitis Jamur
Keluhan baru timbul setelah 5 hari rudapaksa atau 3 minggu kemudian. Pasien akan
mengeluhkan sakit mata yang hebat, berair dan silau. Pada mata akan terlihat infiltrate kelabu,
disertai hipopion, peradangan, ulserasi superficial dan satelit bila terletak didalam stroma.
Biasanya disertai dengan cincin endotel dengan plaque tampak bercabang-cabang, dengan
endothelium plaque, gambaran satelit pada kornea dan lipatan Descement.
3. Keratitis Virus
Keratitis ini memberikan gambaran seperti infiltrate halus bertitik-titik pada dataran
depan kornea yang dapat terjadi pada penyakit seperti herpes simpleks, herpes zoster, infeksi
virus, vaksinia dan trakoma. Keratitis yang terkumpul didaerah membrane Bowman.Pada
keratitis ini biasanya terdapat bilateral dan berjalan kronis tanpa terlihatnya gejala kelainan
konjungtiva, ataupun tanda akut.6,9
PATOFISIOLOGI
18
Permukaan mata secara regular terpajan lingkungan luar dan mudah mengalami trauma,
infesi, dan reaksi alergi yang merupakan sebagian besar penyakit pada jaringan ini.Kelainan kornea
sering menjadi penyebab timbyulnya gejala pada mata. Keratitis merupakan kelainan akibat
terjadinya infiltrate sel radang pada kornea yang akan mengakibatkan kornea menjadi keruh.
Kornea disarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf siliar longus. Trauma
atau penyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan system pompa endotel terganggu
sehingga dekompensasi endotel dan terjadi edema kornea. Kornea merupakan bagian mata yang
tembus cahaya dan menutup bola mata disebelah depan. Karena kornea avaskular, maka pertahanan
sewaktu peradangan tak dapat segera dating. Maka badan kornea, sel-sel yang terdapat didalam
stroma segera nekerja sebagai makrofag baru kemudian disusul oleh pembuluh darah yang terdapat
dilimbus dan tampak sebagai injeksi perikornea. Sesudahnya beru terjadi infiltrate, yang tampak
sebagai bercak berwarna kelabu, keruh, dan permukaan yang licin. Kemudian dapat terjadi
kerusakan epitel dan timbul ulkus kornea yang dapat menyebar ke permukaan dalam stroma.
Pada peradangan yang hebat, toksin dari kornea dapat menyebar ke iris dan badan siliar
dengan melalui membrane descement dan endotel kornea.Dengan demikian iris dan badan siliar
meradang dan timbullah kekeruhan di cairan COA, disusul dengan terbentuknya hipopion.Bila
peradangan terus mendalam, tetapi tidak mengenai membrane Descement dapat timbul tonjolan
membrane Descement yang disebut descementocele.Peradangan dipermukaan dapat berlangsung
sembuh tanpa pembentukan jaringan parut.Pada peradangan dilapisan dalam penyembuhannya
berakhir dengan terbentuknya jaringan parut yang dapat berupa nebula, macula, atau leukoma.Bila
ulkusnya lebih mendalam lagi dapat timbul perforasi yang dapat mengakibatkan endoftalmitis.
Gejala Klinik
Pasien dengan keratitis pungtata superficial biasanya datang dengan keluhan iritasi
ringan, adanya sensasi benda asing, mata berair, penglihatan yang sedikit kabur, dan silau
(fotofobia).Lesi pungtata pada kornea dapat dimana saja tapi biasanya pada daerah
sentral.Daerah lesi biasanya meninggi dan berisi titik-titik abu-abu yang kecil.Keratitis
epithelial sekunder terhadap blefarokonjungtivitis stafilococcus dapat dibedakan dari keratitis
pungtata superficial karena mengenai sepertiga kornea bagian bawah.Keratitis epithelial pada
trakoma dapat disingkirkan karena lokasinya dibagian sepertiga kornea bagian atas dan ada
19
pannus. Banyak diantara keratitis yang mengenai kornea bagian superficial bersifat unilateral
atau dapat disingkirkan berdasarkan riwayatnya.1
Penderita akan mengeluhkan sakit pada mata karena kornea memiliki banyak serabut
saraf nyeri, sehingga amat sensitive. Kebanyakan lesi kornea superfisialis maupun profunda
menimbulkan rasa sakit dan fotofobia.Rasa sakit diperberat oleh kuman kornea bergesekan
dengan palpebra. Karena kornea berfungsi sebagai media untuk refraksi sinar dan merupakan
media pembiasan terhadap sinar yang masuk ke mata maka lesi pada kornea umumnya akan
mengaburkan penglihatan terutama apabila lesi terletak sentral pada kornea.
Fotofobia yang terjadi biasanya terutama disebabkan oleh kontraksi iris yang
meradang.Dilatasi pembuluh darah iris adalah fenomena refleks yang disebabkan iritasi pada
ujung serabut saraf pada kornea.Pasien biasanya juga mengeluhkan mata berair namun tidak
disertai dengan pembentukan kotoran mata yang banyak kecuali pada ulkus kornea yang
purulen. KPS ini juga akan memberikan gejala mata merah, silau, merasa kelilipan dan
penglihatan kabur.10
i. Diagnosis
Subjektif : Anamnesis
2. Fotofobia
3. Blefarospasme karena rasa sakit yang diperhebat oleh gesekan palpebra superior
4. Penglihatan menurun karena kornea keruh akibat infiltrasi sel radang dan mengganggu
20
5. Mengganjal / terasa ada benda asing dikornea banyak saraf sensible
1. Pada keratitis karena bakteri biasanya keluar eksudat purulent. Sedangkan pada keratitis
2. Keratitis pungtata superficial: letak infiltrate di superficial sentral atau para sentral
Gejala : mata merah (injeksi siliar), fotofobia, mata berair, gangguan penglihatan
Tanda :
9. Disiformis
Pemeriksaan Oftalmologi
X. Tes Placido
21
Yang diperhatikan adalah gambaran sirkuler yang direfleksikan pada permukaan kornea
pertanda permukaan kornea baik.Kalau gambaran sirkulernya tidak teratur, placid (+)
Untuk melihat lebar dan dalamnya ulkus pada kornea, yaitu dengan memasukkan kertas
yang mengandung fluoresin steril kedalam sakus konjungtiva inferior setelah terlebih
dahulu diberi anestesi local, kemudian penderita disuruh mengedip beberapa waktu dan
kertas fluresinnya dicabut.Pemeriksaan ini dapat juga menggunakan fluoresin tetes. Pada
meningkat diduga akibat virus, bila leukosit meningkat diduga akibat bakteri, bila eosinofil
meningkat menunjukkan radang akibat alergi, dan bila limfosit meningkat terdapat radang
yang kronis.
ii. Penatalaksanaan
sesuai dengan etiologi.Untuk virus dapat diberikan idoxuridin,trifluridin atau asiklovir. Untuk
bakteri gram positif pilihan pertama adalahcafazolin, penisilin G atau vancomisin dan bakteri
22
gram negatif dapat diberikantobramisin, gentamisin atau polimixin B. Pemberian antibiotik juga
ataufluconazol.
Selain terapi berdasarkan etiologi, pada keratitis pungtata superfisial inisebaiknya juga
diberikan terapi simptomatisnya agar dapat memberikan rasanyaman seperti air mata buatan,
iii. Komplikasi
Komplikasi yang paling ditakuti adalah perforasi kornea yang dapat mengakibatkan
iv. Prognosis
Prognosis bergantung pada virulensi organisme, lokasi dan perluasan perforasi kornea,
vaskularisasi dan deposit kolagen, diagnosis awal dan terapi tepat dapat membantu mengurangi
tanpa pengobatan.Imunitas tubuh merupakan hal yang penting dalam kasus ini karena reaksi
imunologis tubuh pasien yang memberikan respon terhadap virus ataupun bakteri.
3.1 Kesimpulan
Keratitis pungtata superfisial merupakan penyakit mata bilateral rekuren, dapat mengenai siapa
saja tanpa melihat umur dan jenis kelamin. Penyakit ini memberikan gambaran seperti infiltrat
halus bertitik-titik pada permukaan kornea. pada uji flouresein akan menampakkan bintik-bintik
pungtata pasien akan mengeluh sakit, silau, mata merah dan rasa kelilipan. Terapi yang
23
diberikan yaitu sesuai dengan etiologinya dan simptomatis. Jika keratitis atau peradangan pada
kornea mata tidak diobati dengan benar dapat menyebabkan timbulnya ulkus kornea yang dapat
Daftar Pustaka
1. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. Edisi keempat. Balai Penerbit FKUI. Jakarta: 2011.
2. Vaughan, Deaniel. Ofthalmology Umum. Edisi 14 Cetakan Pertama. Widya Medika Jakarta, 2000:
hlm. 4-6
3. Srinivasan M, et al. Distinguishing infectious versus non infectious keratitis. INDIAN Journal of
2003.
5. Thygeson, P., 1950. Superficial Punctate Keratitis. Journal of the American Medical Association.
Science Course. Cornea and external eye disease. Vol 8. San Francisco: American Academy of
Ophthalmology; 2009-2010:25-30.
7. G.Lang. Flexybook Ophtalmology. 2nd edition. New York. Thieme. 2006. p.115, 125, 130.
8. Kanski JJ.Clinical Ophthalmology 7 th edition. Edinburg: Elsevier Publishers Ltd. 2011.
9. Khurana A.K. Comphrehensive Ophtalmology Fourth Edition. New Delhi. 2007. hal 89 – 100.
10. Edelstein SL, Wichiensin P, Huang AJ. Bacterial keratitis. In: Krachmer JH, Mannis MJ, Holland
EJ, eds. Cornea. Vol 1. 3rd ed. San Francisco: Mosby; 2011:919-940.
24