Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu factor resiko yang
mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Selain itu bayi
berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang
selanjutnya, sehingga membutahkan biaya perawatan yang tinggi.

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah salah satu hasil dari ibu hamil yang menderita energy
kronis dan akan mempunyai status gizi buruk. BBLR berkaitan dengan tingginya angka
kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius pada kualitas generasi mendatang,
yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan perkambangan anak, serta berpengaruh pada
penurunan kecerdasan.

Salah satu indicator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah angka kematian
bayi (AKB). Angka kematian bayi di Indonesia saat ini masih tergolong tinggi, maka
kematian bayi di Indonesia tercatat 510 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2003. Ini
memang bukan gambaran yang indah karena masih tergolong tinggi bila di bandingkan
dengan Negara-negara di ASEAN. Penyebab kematian bayi terbanyak karena kelahiran bayi
berat lahir rendah (BBLR), sementara itu prevalensi BBLR pada saat ini diperkirakan 7-14%
yaitu sekitar 459.200-900.000 bayi ( depkes RI 2005)

Menurut perkiraan WHO, pada tahun 1995 hampir semua 98% dari 5 juta kematian neonatal
di Negara berkembang atau berpenghasilan rendah. Lebih dari 2/3 kematian adalah BBLR
yaitu berat badan kurang dari 2500 gram. Secara global diperkirakan terdapat 25 juta
persalinan per tahun dimana 17% diantaranya adalah BBLR dan hampir semua terjadi di
Negara berkembang.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan BBLR ?


2. Apa etiologi BBLR ?
3. Bagaimana tanda – tanda klinis BBLR ?
4. Apa saja komplikasi pada BBLR ?
5. Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada BBLR ?
6. Bagaimana penatalaksanaan pada BBLR ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan BBLR


2. Untuk mengetahui etiologi BBLR
3. Untuk mengetahui tanda – tanda klinis BBLR
4. Untuk mengetahui komplikasi pada BBLR
5. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik pada BBLR
6. Untuk megetahui pentalaksanaan pada BBLR
DEFINISI

Bayi berat lahir rendah ( BBLR ) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram (
berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir).

Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada
waktu lahir.

BBLR adalah bayi baru lahir dengan BB 2500 gram/ lebih rendah (WHO 1961)

Ada dua macam BBLR yaitu :

1. Prematuritas murni / Bayi yang kurang bulan ( KB / SMK ): bayi yang dilahirkan
dengan umur kurang dari 37 minggu dengan berat badan sesuai.
2. Dismaturitas / Retardasi pertumbuhan janin intra uterin (IUGR)/Bayi kecil masa
kehamilan ( KMK ) : bayi yang dilahirkan dengan berat badan lahir kurang dari
persentie ke-10 kurva pertumbuhan janin dan tidak sesuai dengan usia kehamilan..
Sedangkan Bayi dengan berat lahir kurang dari 1500 gram disebut bayi berat lahir
sangat rendah ( BBLSR ).

Penggolongan derajat prematuritas bayi

1. Bayi yang sangat prematur (extremly prematur).

1. 24 – 30 mg gestasi
2. Masa gestasi 24-27 mg masih sukar hidup terutama dinegara yang blm maju.
3. Masa gestasi 28-30 mg mgk dapat hidup dengan perawatan intensif yang memerlukan
alat-alat canggih untuk mencapai hasil yang optimum
4. BB 500-1400 gram
5. 0,8% seluruh kelahiran hidup
6. Hampir seluruh kematian neonatal dan defisit neurologis tidak disebabkan oleh defek
atau trauma lahir
7. Penampilan: kecil, tidak memiliki lemak, kulit sangat tipis

1. Bayi dengan derajat prematur sedang (moderatly prematur).

1. Gestasi 31-36 mg
2. Kesanggupan hidup jauh lebih baik dari yang pertama
3. Gejala sisa yang dihadapi kemudian hari ringan bila pengelolaan bayi intensif
4. BB >1500 gram – 2500 gram
5. 6%-7% seluruh kelahiran hidup
6. Penampilan: kulit tipis, lipatan pada kaki lebih sedikit, banyak rambut halus, genetalia
kurang berkembang
7. Masa gestasi 37mg
8. Mempunyai sifat prematur dan matur
9. Biasanya berat seperti bayi matur dan dikelola seperti bayi matur
10. Kadang timbul problem yang dialami seperti bayi prematur seperti sindroma gawat
napas, hiperbilirubinemia, refleks isap lemah
11. Perlu penanganan lebih seksama
12. Borderline prematur
13. Prosentase Kematian
14. Gestasi kurang dari 24 mg : umumnya meninggal
15. Gestasi 27-28 minggu: survive 50%
16. Gestasi 29 minggu: survive 80%
17. Gestasi 30 minggu: survive 85%

2.2 ETIOLOGI

 Penyebab bayi lahir premature :

1. Faktor Ibu :

Faktor penyakit (toksemia gravidarum, trauma fisik,DM,infeksi akut, psikologis dll)

Umur ibu pada dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun dan pada multigravida Jarak kelahian
terlalu dekat

Social ekonomi : Malnutrisi dan antenatal yang kurang

1. Faktor janin

Hydroamnion

Kehamilan multiple/ganda

 Penyebab bayi lahir dismature :

Faktor ibu

1. penyakit jantung, penyakit ginjal kronis, hipertensi


2. Ibu DM berat
3. Hipoksia ibu (penyakit paru kronis, hemoglobinopat, tinggal di pegunungan)
4. Malnutrisi
5. Bahan teratogonik ( alcohol, radiasi, obat )

 Faktor uterus dan plasentak: kelainan pembuluh darah, insersi tali pusat yang tidak
normal, sebagian plasenta lepas, infark plasenta dll
 Faktor janin: kehamilan ganda, kelainan kromosom, infeksi dalam kandungan
(TORCH)
 Faktor sosial ekonomi

2.3 TANDA–TANDA KLINIS

Gambaran klinis BBLR secara umum adalah :

1. Prematuritas murni
2. BB < 2500 gram, PB < 45 cm, LK < 33 cm, LD < 30 cm
3. Masa gestasi < 37 minggu
4. Kepala lebih besar dari pada badan, kulit tipis transparan, mengkilap dan licin
5. Lanugo banyak terdapat terutama pada daerah dahi, pelipis, telinga dan lengan, lemak
subkutan kurang, ubun-ubun dan sutura lebar
6. Genetalia belum sempurna, pada wanita labia minora belum tertutup oleh labia
mayora, pada laki-laki testis belum turun.
7. Tulang rawan telinga belum sempurna, wajah tangan belum sempurna
8. Pembuluh darah kulit banyak terlihat, peristaltik usus dapat terlihat
9. Rambut tipis, halus, teranyam, puting susu belum terbentuk dengan baik
10. Bayi kecil, posisi masih posisi fetal, pergerakan kurang dan lemah
11. Banyak tidur, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering mengalami apnea,
otot masih hipotonik
12. Reflek tonus leher lemah, reflek menghisap, menelan dan batuk belum sempurna

1. b) Dismaturitas
2. Kulit berselubung verniks kaseosa tipis/tak ada,
3. Kulit pucat bernoda mekonium, kering, keriput, tipis
4. Jaringan lemak di bawah kulit tipis, bayi tampak gesit, aktif dan kuat
5. Tali pusat berwarna kuning kehijauan

Dengan kurang sempurnanya alat-alat dalam tubuhnya baik anatomis maupun fisiologis maka
mudah timbul beberapa kelainan seperti berikut ini :

1. Suhu tubuh yang tidak stabil oleh karena kesulitan mempertahankan suhu tubuh yang
disebabkan oleh penguapan yag bertambah akibat dari kurangnya jaringan lemak
dibawah kulit, permukaan tubuh relatif lebih luas dibandingkan dengan berat badan,
otot yang tidak aktif,produksi panas yang berkurang oleh karena lemak coklat (brown
fat) yang belum cukup serta pusat pengaturan suhu yang belum berfungsi
sebagaimana mestinya.
2. Gangguan pernafasan yang sering menimbulkan penyakit berat pada BBLR. Hal ini
disebabkan kekurangan surfactan(rasio lesitin/sfingomielin kurang dari 2),
pertumbuhan dan pengembangan paru yang belum sempurna, otot pernafasan yang
masih lemah yang tulang iga yang mudah melengkung(pliable thorak)
3. Penyakit gangguan pernafasan yang sering pada bayi BBLR adalah penyakit
membran hialin dan aspirasi pneumoni.
4. Gangguan alat pencernaan dan problema nutrisi, distensi abdomen akibat dari
motilitas usus berkurang, volume lambung berkurang sehingga waktu pengosongan
lambung bertambah, daya untuk mencernakan dan mengabsorbsi lemak,
laktosa,vitamin yang larut dalam lemakdan bebberapa mineral tertentu berkurang.
Kerja dari sfingter kardio esofagus yang belum sempurna memudahkan terjadinya
regurgitasi isi lambung ke esofagus dan mudah terjadi asspirasi.
5. Immatur hati memudahkan terjadinya hiperbilirubinemia dan defisiensi vitamin K.
6. Ginjal yang immatur baik secara anatomis maupun fungsinya. Produksi urine yang
sedikit, urea clearence yang rendah, tidak sanggup mengurangi kelebihan airtubuh dan
elektrolit dari badan dengan akibat mudah terjadi edema dan asidosis metabolik.
7. Perdarahan mudahbterjadi karena pembuluh darah yang rapuh(fragile), kekurangan
faktor pembekuan seperti protrombine, faktor VII dan faktor christmas.
8. Gangguan imunologok, daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahya
kadar Ig G gamma globulin. Bayi prematur relatif belum sanggup membentuk
antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap infeksi masih belum baik
9. Perdarahan intraventrikuler, lebih dari 50% bayi prematur menderita perdarahan
intraventrikuler. Hal ini disebabkan oleh karena bayi BBLR sering menderita
apnea,asfuksia berat dan sindroma gangguan pernafasan. Luasnya perdarahan
intraventrikuler
10. Retrolental Fibroplasia : dengan menggunakan oksigen dengan konsentrasi
tinggi(PaO2 lebih dari 115 mmHg : 15 kPa) maka akan terjadi vasokonstriksi
pembuluh darah retina yang diikuti oleh proliferasi kapiler-kapiler baru kedaerah yang
iskemi sehingga terjadi perdarahan, fibrosis, distorsi dan parut retina sehingga bayi
menjadi buta. Untuk menghindari retrolental fibroplasia maka oksigen yang diberikan
pada bayi prematur tidak boleh lebih dati 40%. Hal ini dapat dicapai dengan
memberikan oksigen dengan kecepatan 2 liter permenit.

 PATOFISIOLOGI

1. P ATOFISIOLOGI

Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan
atau prematur, disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya, bayi lahir cukup bulan
(usia kehamilan 38 minggu), tapi BB lahirnya lebih kecil ketimbang kehamilannya, yaitu
tidak mencapai 2500 gram.

Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam
kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi,
hipertensi, dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi
berkurang.Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak
mengalami hambatan dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal.

Dengan kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan
tidak ada gangguan gizi pada masa prahamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi
lebih besar daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebailknya, ibu dengan kondisi
kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan
kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderitaanemia.

Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin
baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin di dalam
kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini dapat
mengakibatkan morbiditas dan mortilitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih
tinggi.

Pada ibu hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko morbiditas ibu dan
bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih besar

Pada saat ini harapan hidup bayi dengan berat 1501- 2500 gram adalah 95 %, tetapi berat
bayi kurang dari 1500 gram masih mempunyai angka kematian yang tinggi. Kematian diduga
karena displasia bronkhopulmonal, enterokolitis nekrotikans, atau infeksi sekunder.

BBLR yang tidak mempunyai cacat bawaan selama 2 tahun pertama akan mengalami
pertumbuhan fisik yang mendekati bayi cukup bulan dengan berat sesuai masa gestasi. Pada
BBLR , makin imatur dan makin rendah berat lahir bayi, makin besar kemungkinan terjadi
kecerdasan berkurang dan gangguan neurologik.
2.5 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. a) Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia


2. b) Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan
3. c) Titer Torch sesuai indikasi
4. d) Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi
5. e) Pemantauan elektrolit
6. f) Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan ( missal : foto thorax )

2.7 PENATALAKSANAAN

1. a) Penanganan bayi

Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar perawatan yang
diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi
harus dilakukan didalam incubator

1. b) Pelestarian suhu tubuh

Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam mempertahankan suhu tubuh.
Bayi akan berkembang secara memuaskan, asal suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d
37,0 C.

Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana suhu normal tubuhnya
dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal.

Bayi berat rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan
pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu perawatan harus diatas 25 0 C, bagi bayi
yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai 300 C untuk bayi dengan berat kurang dari 2000
gram

1. c) Inkubator

Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur perawatan dapat
dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“. Sebelum memasukkan bayi kedalam
incubator, incubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan
berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang,
hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian,
observasi terhadap pernafasan lebih mudah.

1. d) Pemberian oksigen

Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm BBLR, akibat tidak
adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O2 yang diberikan sekitar 30- 35 % dengan
menggunakan head box, konsentrasi O2 yang tinggi dalam masa yang panjang akan
menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan

1. e) Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang kurang berkembang,
ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi. Untuk mencegah
infeksi, perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat
bayi, memakai masker, gunakan gaun/jas, lepaskan semua asessoris dan tidak boleh masuk
kekamar bayi dalam keadaan infeksi dan sakit kulit.

1. f) Pemberian makanan

Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah terjadinya


hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan pertama, dapat diberikan melalui
kateter ( sonde ), terutama pada bayi yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi berat
lahir rendah secara relative memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan dengan bayi
preterm.

g)Memulangkan Bayi

Sebelum pulang bayi sudah harus mampu minum sendiri, baik dengan botol maupum putting
susu ibu. Selain itu kenaikan berat badan berkisar antara 10 – 30 gram / hari dan suhu tubuh
tetap normal diruang biasa. Biasanya bayi dipulangkan dengan berat badan lebih dari 2000
gram dan semua masalah berat sudah teratasi.

KoNSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
2. Anamnesis
3. Riwayat Maternal
4. Umur ibu dalam resiko kehamilan ( < 16 thn atau > 35 thn)
5. Kehamilan ganda ( gemeli)
6. Status ekonomi rendah, malnutrisi dan ANC kurang
7. Adanya riwayat kelahiran prematur sebelumnya
8. Infeksi: TORCH, penyakit kelamin dll
9. Kondisi kehamilan: toksemia gravidarum, KPD, plasenta previa dll
10. Penggunaan Narkoba, alkohol, rokok
11. Riwayat Kelahiran
12. Gestasi : 24- 37 minggu
13. BB : < 2500 gram, TB : , LD
14. APGAR SKORE
15. Appearance (warna kulit)

0 — Seluruh tubuh bayi berwarna kebiru-biruan atau pucat

1 — Warna kulit tubuh normal, tetapi tangan dan kaki berwarna kebiruan

2 — Warna kulit seluruh tubuh normal

2. Pulse (denyut jantung)

0 — Denyut jantung tidak ada

1 — Denyut jantung kurang dari 100 kali per menit


2 — Denyut jantung lebih atau diatas 100 kali per menti

3. Grimace (respon refleks)

0 — Tidak ada respon terhadap stimulasi

1 — Wajah meringis saat distimulasi

2 — Meringis, menarik, batuk, atau bersin saat stimulasi

4. Activity (tonus otot)

0 — Lemah, tidak ada gerakan

1 — Lengan dan kaki dalam posisi fleksi dengan sedikit gerakan

2 — Bergerak aktif dan spontan

5. Respiration (pernapasan)

0 — Tidak bernapas

1 — Menangis lemah, terdengar seperti merintih, pernapasan lambat dan tidak teratur

 — Menangis kuat, pernapasan baik dan teratur

1. PEMERIKSAAN FISIK (Head to toe)

1. Reflek moro :
2. Reflek menggenggam : positif, lemah.
3. Reflek menghisap : positif, namun masih lemah.
4. Tonus otot/aktifitas :
5. Kekuatan menangis :
6. Keadaan umum : menangis kuat, lemah.
7. Tanda-tanda vital : HR= 140x/mnt, RR= 38x/mnt, suhu= 36,5oC.
8. Kepala dan wajah : LK= 32 cm, rambut tipis, terdapat lanugo, tidak ada cephal
hematom, fontanella tidak menonjol.
9. Mata : mengeluarkan sekret banyak, terutama mata kiri, berkedip bila terpapar
cahaya.
10. Telinga : reflek terkejut positif.
11. Hidung : dapat bersin
12. Mulut : mukosa kering.
13. Tenggorokan : tidak ada kelainan.
14. Leher : tidak ada kelainan.
15. Dada : LD= 30 cm.

4. Sistem kardiovaskuler
5. HR : 120-160 x/menit
6. Saat lahir mungkin terdapat murmur: indikasi adanya shunt ke kiri dan tekanan paru
yang masih tinggi atau adanya atelektasis
7. Sistem gastrointestinal
8. Abdomen menonjol
9. Pengeluaran mekonium: 12-24 jam
10. Refleks hisap lemah, koordinasi mengisap dan menelan lemah
11. Anus: paten, jika tidak pertanda kelainan kongenital
12. Berat badan kurang 2500
13. Sistem integumen
14. Kulit: pucat, sianosis, ikterik, kutis marmorata atau kemerahan
15. Kulit tipis, transparan, halus dan licin
16. Verniks caseosa sedikit dengan lanugo banyak
17. Terdapat edema umum atau lokal
18. Kuku pendek
19. Rambut sedikit dan halus
20. Garis tangan sedikit dan halus
21. Sistem muskuloskeletal
22. Tulang rawan telinga (Cartilago ear) belum berkembang, telinga halus dan lunak
23. Tulang kepala dan tulang rusuk lunak
24. Reflek kurang dan letargi
25. Neurosensori
26. Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut. Ukuran kepala besar dalam
hubungannya dengan tubuh, sutura mungkin mudah digerakan, fontanel mungkin
besar atau terbuka lebar. Edema kelopak mata umum terjadi, mata mungkin
merapat(tergantung usia gestasi).
27. Refleks tergantung pada usia gestasi ;

rooting terjadi dengan baik pada gestasi minggu 32; koordinasi refleks untuk menghisap,
menelan, dan bernafas biasanya terbentuk pada gestasi minggu ke 32; komponen pertama
dari refleks Moro(ekstensi lateral dari ekstremitas atas dengan membuka tangan)tampak pada
gestasi minggu ke 28; komponen keduaa(fleksi anterior dan menangis yang dapat didengar)
tampak pada gestasi minggu ke 32. Pemeriksaan Dubowitz menandakan usia gestasi antara
minggu 24 dan 37.

9. Pernafasan

Skor apgar mungkin rendah. Pernafasan mungkin dangkal, tidak teratur; pernafasan
diafragmatik intermiten atau periodik(40-60x/mt). Mengorok, pernafasan cuping hidung,
retraksi suprasternal dan substernal, atau berbagai derajat sianosis mungkin ada. Adanya
bunyi “ampelas” pada auskultasi, menandakan adaya sindrom distress pernafasan (RDS).

10. Keamanan

Suhu berfluktuasi dengan mudah. Menangis mungkin lemah.Wajah mungkin memar,


mungkin ada kaput suksedoneum. Kulit kemerahan atau tembus pandang, warna mungkin
merah. muda/kebiruan, akrosianosis, atau sianosis/pucat. Lanugo terdistribusi secara luas
diseluruh tubuh.

Ekstremitas mungkin tampak edema. Garis telapak kaki mungkin tidak ada pada semua atau
sebagian telapak. Kuku mungkin pendek.

11. Seksualitas
Genetalia : Labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia mayora, dengan klitoris
menonjol ; testis pria mungkin tidak turun, rugae mungkin banyak atau tidak ada pada
skrotum.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Tidak efektifnya pola nafas b.d imaturitas fungsi paru dan neomuskular
2. Tidak efektifnya termoregulasi b.d imaturitas control dan pengatur suhu tubuh dan
berkurangnya lemak subcutan dalam tubuh
3. Resiko infeksi b.d defisiensi pertahanan tubuh (imunologi)
4. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidakmampuan tubuh untuk
mencerna nutrisi (imaturitas saluran cerna)
5. Resiko gangguan integritas kulit b.d tipisnya jaringan kulit, imobilisasi
6. Kecemasan orang tua b.d situasi krisis, kurang pengetahuan

INTERVENSI

Dx 1): Tidak efektifnya pola nafas b.d imaturitas fungsi paru dan neomuskular

NOC:

1. Pola nafas efektif,


2. RR 30–60 x/menit,
3. sianosis (-),
4. sesak (-),
5. ronkhi (-),
6. wheezing (-).

NIC:

1. Observasi pola nafas


2. Observasi frekuensi dan bunyi nafas
3. Observasi adanya sianosis
4. Monitor dengan teliti hasil px. Gas darah
5. Atur ventilasi ruangan tempat perawatan klien
6. Kolaborasi

Dx II: Tidak efektifnya termoregulasi b.d imaturitas control dan pengatur suhu tubuh dan
berkurangnya lemak subcutan dalam tubuh

NOC:

1. Suhu tubuh normal suhu 36-37 C


2. kulit hangat
3. sianosis (-)
4. ekstrimitas hangat

NIC:

1. Observasi tanda2 vital


2. Tempatkan bayi pada inkubator
3. Kontrol temperatur dalam inkubator sesuai kebutuhan
4. Hindari bayi dari pengaruh yg dapat menurunkan suhu tubuh
5. Monitor tanda2 hipertermi
6. Ganti pakaian setiap basah
7. Observasi adanya sianosis

Dx III: Resiko infeksi b.d defisiensi pertahanan tubuh (imunologi)

NOC:

1. Tidak terjadi infeksi


2. suhu 36-37 C
3. tidak ada tanda infeksi
4. leukosit 5000 – 10.000

NIC:

1. Kaji tanda2 infeksi


2. Isolasi bayi dengan bayi lain
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi
4. Gunakan masker setiap kali kontak dengan bayi
5. Cegah kontak dengan orang yang terinfeksi
6. Pastikan semua perawatan yang kontak dengan bayi dalam keadaan bersih/steril

Dx IV: Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidakmampuan tubuh untuk
mencerna nutrisi (imaturitas saluran cerna)

NOC:

1. Nutrisi terpenuhi
2. refleks hisap dan menelan baik
3. muntah (-)
4. kembung (-)
5. BAB lancar
6. BB meningkat 15 gr/hr
7. turgor elastis

NIC:

1. Observasi intake dan output


2. Observasi refleks hisap dan menelan
3. Beri minum sesuai program
4. Pasang NGT bila refleks menghisap dan menelan tidak ada
5. Monitor tanda2 intoleransi terhadap nutrisi parenteral
6. Kaji kesiapan ibu untuk menyusu
7. Timbang BB setiap hari

Dx V: Resiko gangguan integritas kulit b.d tipisnya jaringan kulit, imobilisasi


NOC:

1. Gangguan integritas kulit tidak terjadi


2. tidak ada lecet atau kemerahan pada kulit
3. tanda2 infeksi (-).

NIC:

1. Observasi vital sign


2. Observasi tekstur dan warna kulit
3. Lakukan tindakan secara aseptic dan antiseptic
4. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi
5. Jaga kebersihan kulit bayi
6. Ganti pakaian setiap basah
7. Jaga kebersihan tempat tidur
8. Lakukan mobilisasi tiap 2 jam
9. Monitor suhu dalam inkubator
DAFTAR PUSTAKA

1. Mochtar, Rustam.1998, synopsis obstetric. Jakarta :EGC


2. Yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo, 2007. Buku acuan nasional pelayanan
kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta
3. Wong, donna,L.2004 . Pedoman klinis keperawatan pediatric. Jakarta : EGC
4. http://fajarnoverdi.blogspot.com/2012/03/berat-badan-lahir-rendah-bblr.html
5. 17. http://www.Medicine and linux.com
6. 18. www. Pediatric.com
7. http://holisoh.wordpress.com/2010/07/28/laporan-pendahuluan-bblr/

Anda mungkin juga menyukai