Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM
PENDIDIKAN BERBASIS BUDAYA LOKAL YOGYAKARTA
DI ERA MODERN SEBAGAI BENTUK KEKHASAN
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BIDANG KEGIATAN:
PKM PENELITIAN SOSIAL HUMANIORA

Diusulkan oleh:
Achid Ihsan Maulana NIM. 18105244006 Angkatan 2108

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


YOGYAKARTA
2019
PENGESAHAN PROPOSAL PKM-PENELITIAN
1. Judul Kegiatan : ..........................

2. Bidang Kegiatan : PKM-P


3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : .........................
b. NIM : .........................
c. Jurusan : .........................
d. Universitas : Universitas Negeri Yogyakarta
e. Alamat Rumah dan No Tel./HP : .........................
f. Email : .........................
4. Anggota Pelaksana Kegiatan : ......................... orang
5. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar : .........................
b. NIDN (BUKAN NIP) : .........................
c. Alamat Rumah dan No Tel./HP : .........................
6. Biaya Kegiatan Total
a. Kemristekdikti : Rp ...................
b. Sumber lain(Sebutkan..) : Rp ...................
7. Jangka Waktu Pelaksanaan :......................... bulan

Yogyakarta, -- Oktober 2018


Menyetujui

Wakil Dekan III Ketua Pelaksana Kegiatan,


Fakultas ______________
Universitas Negeri Yogyakarta

(Ir. Suhandoyo, M. Si.) (Handy Riantana)


NIP. 19611221 198601 1 001 NIM. 14307141010

Wakil Rektor III Dosen Pendamping,


Universitas Negeri Yogyakarta,

(Prof. Dr. Sumaryanto, M.Kes) (Sigit Yatmono, M.T)


NIP. 19650301 199001 1 001 NIDN. 15416241008(BUKAN NIP)

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Disahkannya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang
Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta, memiliki dampak pada berbagai
aspek, seperi social budaya, politik, dan juga pendidikan. Tantangan terbesar
untuk saat ini adalah bagaimana mempertahankan budya lokal yang ada di
Yogyakarta. Mengingat saat ini telah memasuki era modern dimana segala
sesuatu telah banyak dipengaruhi oleh teknologi, dan saat ini banyak orang
yang tau tentang budaya lokal yang ada di Yogyakarta karena dianggap telah
ketinggalan zaman.
Tanpa disadari budaya-budaya yang ada di Yogyakarta telah digeser oleh
modernisasi. Budaya lokal telah banyak dilupakan padahal sejatinya budaya
itu adalah salah satu unsur penting dari peradaban suatu bangsa. Dimana
budaya berpengaruh penting mengatur hubungan social antar individu, menata
sistem pemerintahan, hingga dalam pendidikan. Meski budaya tidak berperan
secara langsung dalam pelaksanaan pendidikan namun budaya bisa menjadi
sarana untuk belajar. Seperti pendidikan karakter dan moral yang dapat
dipelajari dari sebuah budaya.
Saat ini budaya sudah banyak ditinggalkan sehingga nilai-nilai yang ada
dalam budaya itu sendiri semakin lama semakin pudar, anak muda zaman
sekarang enggan belajar budaya padahal dengan mempelajari budaya akan
membantu menjaga kekhasan Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai kota yang
terkenal sebagai salah satu peradaban budaya jawa yang masih ada sampai saat
ini. Karena jika dipelajari lebih dalam kebudayaan di daerah Yogyakarta itu
sangat beragam dan memiliki nilai-nilai yang tinggi.
Maka dari itu untuk tetap menjaga eksistensi Yogyakarta sebagai daerah
istimewa yang menjadi salah satu bagian dari sejarah peradaban jawa, perlu
dikembangakan sebuah pendidikan yang berbasis budaya lokal untuk menjaga
dan melestarikan budaya di era modern ini. Hal tersebut juga akan sejalan
dengan predikat Yogyakarta yang disebut sebagai kota pendidikan, dimana
predikat tersebut sudah didapat sebelum Yogyakarta ada secara administrative.
Menyebut kota pendidikan bagi Yogyakarta tidak dibatasi oleh wilayah
administratif kota Yogyakarta semata. Cakupannya lebih luas, seperti wilayah
historis, wilayah ideologis, dan wilayah filosofis.
Daerah Istimewa Yogyakarta dalam predikat kota pendidikan harus
memilki esensi bahwa pendidikan yang ada di Yogyakarta tetap menjaga dan
melestarikan budaya lokal yang ada di Yogyakarta. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan mengembangkan pendidikan berbasis budaya lokal
Yogyakarta sebagai bentuk kekhasan Daerah Istimewa Yogyakarta. Melalui
pendidikan berbasis budaya ini juga diharapkan akan membentuk karakter dan

1
moral. Sehingga nantinya nilai-nilai yang terkandung dalam budaya tersebut
akan dapat diimplementasikan dengan baik.

1.2 Perumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan budaya lokal dan apa saja budaya lokal yang
ada di Daerah Istimewa Yogyakarta?
2. Bagimana cara menjaga dan melestarikan budaya lokal Yogyakarta di era
modern
3. Apa yang dimaksud dengan pendidikan berbasis budaya lokal
4. Bagaimana penerapan pendidikan berbasis budaya lokal Yogyakarta
diterapkan di era modern ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan budaya lokal dan apa saja
budaya lokal yang terdapat di Yogyakarta
2. Untuk mengetahi bagaimana cara menjaga dan melestarikan budaya lokal
Yogyakarta di era modern
3. Untuk mengetahui apa itu pendidikan berbasis budaya lokal
4. Untuk menegtahui penerapan pendidikan berebasis budaya lokal di era
modern
1.4 Luaran yang Diharapkan
Dari penelitian ini diharapkan kita sebagai anak muda yang hidup di era
modern tidak melupakan budaya lokal yang kita miliki. Mau menjaga dan
melestarikan budaya lokal sehingga eksistensi Daerah Istimewa Yogyakarta
sebagai daerah istimewa dan juga sebagai salah satu dari sejarah peradaban
budaya jawa. Dan dengan pendidikan berbasis budaya lokal yang diterapkan
di era modern kita dapat meningkatkan karakter dan moral kita sebagai anak
muda. Sehingga tetap memegang nilai-nilai budaya yang ada tanpa harus
takut ketinggalan zaman.

1.5 Manfaat
Penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut
1. Bagi peneliti
Menambah pengetahuan tentang bagaimana perkembangan budaya
lokal di era modern, dan tau bagaimana bagaimana penerapan
pendididkan berbasis budaya lokal di era modern harus dilakukan.
2. Bagi pembaca
Penenlitian ini dapat dijadikan salah satu pandangan atau referesnsi
dalam upaya plestarian budaya lokal khususanya di daerah
Yogyakarta, karena dalam penelitain ini mambahas bagiaman
menjaga eksistensi budaya lokal di era modern seperti saat ini.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian teori
1. Hakikat Budaya
a. Pengertian Budaya
Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal adanya “budaya”. Istilah
tersebut sendiri berasal dari kata sansekerta“buddhatah”sebagai
bentuk jamak dari budhi yang berarti “budi” atau “akal”. Maka,
kebudayaan dapat diartikan hal-hal yang bersngkutan dengan budi dan
akal. Sedangkan dalam bahasa Inggrisnya adalah culture yang berasal
dari kata latin colore artinya “mengolah, mengerjakan” atau “sebagai
segala daya dan usaha manusia mengubah alam.”
Berdasarkan pengertian ini dapat ditarik suatu definisi umum yang
luas bahwa kebudayan adalah seluruh cara hidup suatu masyarakat,
tidak hanya mengenai cara hidup yang dianggap lebih tinggi atau
diinginkan. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk
sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian,
bangunan dan karya seni.Komunikasi antar budaya adalah komunikasi
antar orang-orang berbeda budaya (baik dalam arti ras, etnik, atau
perbedaan-perbedaan sosio ekonomi)
b. Karakteristik Budaya
1) Culture is an adaptive mechanism (Adaptif)

kebudayaan adalah mekanisme dalam mempertahankan pola


kehidupan manusia. Kebudayaan adalah suatu mekansime yang
dapat menyesuaikan diri. kebudayaan adalah sebuah keberhasilan
mekanisme bagi spesis manusia. Kebudayaan memberikan kita
sebuah keuntungan selektif yang besar dalam kompetisi bertahan
hidup terhadap bentuk kehidupan yang lain.
2) Culture is learned (Dipelajari)

kebudayaan didapat dari proses pembelajaran untuk


berbudaya, karena secara naluriah saja manusia akan hidup tanpa
sebuah kebudayaan. Budaya bukanlah suatu hal yang naluriah,
dimana kita telah terprogram untuk mengetahui fakta-fakta dari
budaya tersebut. Oleh karena itu salah satu dari karakteristik
budaya adalah diperoleh dari hasil pembelajaran.
3) Cultures change (Berubah)
kebudayaan berkembang sesuai dengan berjalanya waktu
dan dinamis setiap saat, tergantung waktu dan tempat
berlangsungnya kebudayaan. Kebudayaan bukan sesuatu yang
terus-menerus tetap dan bertumpuk. Pada waktu yang sama

3
dimana suatu kebudayaan ada, terdapat tanda-tanda kebudayaan
baru. Tanda-tanda dari kebudayaan itu bisa sebagai tambahan
(addition) atau pengurangan (subtraction). Tanda-tanda ini
menyebabkan perubahan kebudayaan.

4) People usually are not aware of their culture (Tidak


disadari oleh masyarakatnya)

Artinya, bahwa kebudayaan berkembang dan dinamis setiap


saat, tergantung waktu dan tempat berlangsungnya
kebudayaan.Cara kita bergaul dan melakukan segala sesuatu
dalam keseharian kita terkesan berjalan dengan alami atau
natural.
Kebanyakan dari kita sebagai manusia tidak sadar akan
budaya. Hal itu disebabkan oleh manusia yang pada dasarnya
sangat dekat dengan kebudayaan itu dan mengetahuinya dengan
sangat baik. Manusia merasakan bahwa semuanya seolah-olah
terjadi begitu saja (mewarisi secara biologis).

5) We do not know all of our own country (Tidak diketahui


secara keseluruhan)

Artinya, bahwa semua masyarakat tidak ada yang


mengetahui secara keseluruhan suatu kebudayaan yang ada
dalam lingkup daerahnya, hanya saja yang diketahui berupa
fakta-fakta sosial.Tidak ada satupun orang yang bisa
mengetahui budaya mereka secara keseluruhan. Dalam
masyarakat, terdapat pengetahuan tentang budaya yang terbatas
terhadap fakta-fakta kelas sosial, pekerjaan, agama, dan
perkumpulan-perkumpulan lain. Dari hal ini dapat disimpulkan
bahwa sejatinya kebudayaan tidak dapat diketahui secara
keseluruhan.

6) Culture gives us a range of permissible behavior


patterns (memberikan dan membatasi pola tingkah laku)

kebudayaan memberikan jarak dalam interaksi dan


membatasi pola tingkah laku masyarakatnya.Kebudayaan
umumnya memberikan jarak dalam cara bagaimana laki-laki
sebagai laki-laki, wanita sebagai wanita. Kebudayaan juga
memberikan gambaran bagaimana perbedaan aktivitas yang
seharusnya ada dan tidak ada, seperti bagaimana seorang suami
bertindak sebagai suami, bagaimana seorang istri bertindak
sebagai seorang sebagai istri, dan sebagainya.

4
7) Cultures no longer exist in isolation (Tidak bertahan lama
disuatu daerah terpencil)

Artinya kebudayaan tidak akan bertahan lama dalam suatu


wilayah atau daerah terpencil. Apabila suatu kebudayaan baru
memasuki wilayah tersebut, maka secara alamiah masyarakat
disana akan berkembang dan mulai beradaotasi dengan
kebudayaan-kebudayaan baru.

8) Culture is shared (Dibagikan)

kebudayaan merupakan kumpulan prinsip dan keyakinan


baik, sehingga manusia tersebut akan berusaha melestarikan
dengan cara menyebarkan ke manusia lain. Suatu kebudayaan
dimiliki secara bersama-sama oleh sekelompok orang.
Berdasarkan wilayah, kondisi iklim, dan warisan sejarah,
mereka tumbuh dan berkembang di dalamnya. Setiap
masyarakat memiliki suatu nilai dan keyakinan, dimana
kumpulan-kumpulan prinsip/asas/dasar nilai dan keyakinan ini
akan membentuk kebudayaan mereka.
c. Nilai-nilai budaya
Nilai-nilai budaya merupakan nilai-nilai yang disepakati dan
tertanam dalam suatu masyarakat, lingkup organisasi, lingkup
masyarakat, yang mengakar pada suatu kebiasaan kepercayaan
(belive), symbol-simbol, dengan karakteristik tertentu yang dapat
dibedakan satu dengan lainya sebagai acuan perilaku dan tanggapan
atas apa yang terjadi atau sedang terjadi.
Ada tiga hal yang terkait nilai-nilai budaya, yaitu :
1. Symbol-simbil, slogan atau hal lain yang terlihat kasat mata (jelas)
2. Sikap, tingkah laku, gerak gerik yang muncul akibat slogan, moto
tersebut.
3. Kepercayaan yang tertananm (belive system) yang mengakar dan
menjadi kerangka acuan dalam bertindak dan berperilaku (tidak
terlihat).
2. Pendidikan berbasis budaya
Konsep pendidikan berbasis budaya adalah pendidikan yang
diselenggarakan untuk memenuhi standar nasional pendidikan yang
diperkaya dengan keunggulan komparatif dan kompetitif berdasar
nilai-nilai luhur budaya agar peserta didik secara aktif dapat
mengembangkan potensi diri sehingga menjadi manusia yang unggul,
cerdas, visioner, peka terhadap lingkungan dan keberagaman budaya
serta tanggap terhadap perkembangan dunia.

5
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mendorong pemerintah
daerah mengimplementasikan pendidikan berbasis budaya daerah di
sekolah sebagai sarana melestarikan kearifan lokal serta membentuk
karakter bangsa. Menurut Sri Hartini, Direktur Kepercayaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi Kemdikbud dalam Kongres Bahasa
Jawa VI di Yogyakarta, Rabu, 9 November 2016 bahwa budaya daerah
dari para leluhur kita memiliki nilai yang sangat fundamental dan harus
diwariskan ke generasi berikutnya. Menurutnya, selain di sekolah,
pelestarian budaya daerah bisa diperkuat melalui ekosistem yang lebih
kecil, yaitu keluarga.

Konsep pendidikan budaya lokal akan mempersiapkan generasi


muda agar lebih siap dalam menghadapi tantangan perkembangan
teknologi di masa yang akan datang. Sebagaimana Sri Sultan HB X
menegaskan, pendidikan yang bermuatan lokal memiliki hubungan
yang sangat dekat dengan masyarakat dan berada di tengah-tengah
masyarakat, sehingga lebih mudah diterima oleh masyarakat.
Pendidikan berbasis budaya lokal dapat dengan mudah terinjeksi pada
masyarakat sebagai pelaku utama perkembangan pendidikan. Dengan
budaya sebagai pilar pendidikan, karakter yang diharapkan dalam
perkembangan bangsa diyakini dapat berhasil ditanam. Diharapkan,
seluruh elemen pendidikan ikut andil sebagai pelaku budaya lokal
dalam menginternalisasikan nilai-nilai luhur budaya lokal masing-
masing daerah untuk membentuk suatu model pendidikan karakter
yang khas bagi setiap daerah.

6
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif Metode ini memiliki sebuah tujuan untuk bisa mengumpulkan data
secara detail, mendalam dan juga actual. Di dalam sebuah penelitian biasanya
akan di jelaskan mengenai gejala-gejala yang sudah ada misalnya tentang
masalah serta meneliti kondisi yang tetap berlaku. Penelitian ini juga
menjadikan perbandingan tentang apa yang bisa di lakukan untuk
menentukan sebuah solusi dalam menghadapi sebuah permasalahan.
3.2 Prosedur penelitian
Penelitian dilakukan dengan mengambil sempel dari pelajar, mahasiswa dam
masyarakat umum, hal itu dilakukan untuk memperoleh data yang akurat
mengenai pemahaman mereka tentang pentignya melestarikan budaya lokal
dan cara melastarikan budaya. Tidak hanya mengambil sampel namun juga
dilakukan pencarian sumber berupa buku dan artikel terkait permaslahan
tersebut.

3.3 Subjek Penelitian


1. Masyarakt umum
2. Pelajar
3. mahasiswa

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan
menggunakan teknik wawancara dan observasi. Penggunaan teknik ini
ditujukan untuk mengetahui hasil lapangan yang sebenarnya. Data didapat
dari memeberikan pertanyaan kepada responden. Nantinya dari jawan
responden akan ditarik satu kesimpulan untuk menyelsaikan masalah yang
diteliti. Pengambilan data juga dilakukan dengan observasi atau mendatangi
langsung tempat tempat yang mempuntai pengaruh penting terhadap
permasalahan yang diteliti. Hal ini akan membuat hasil penelitian sesuai
dengan realita saat ini sehingga nantinya penelitian ini dapat digunakan
sebagai sumber atau referensi.

7
BAB 5
DAFTAR PUSTAKA
Subagya. S. (2017) Pendidikan Berbasis Budaya Di Daerah Istimewa
Yogyakarta:Pendidikan, Pembelajaran, Dan Budi Pekerti.

Dinul islam. (2017). Esensi budaya dalam kehidupan.


http://www.dinulislamnews.com/2017/08/esensi-budaya-dalam-kehidupan.html.
18 Mei 2019

Badria. Y. (2017). 8 Karakteristik Kebudayaan Lengkap.


https://ilmuseni.com/seni-budaya/karakteristik-kebudayaan. 18 Mei 2019.

Aprilia. F. (2011). Penegrtian Budaya, Nilai-nilai Budaya, dan Karakteristik


budaya. http://fransiska-aprilia-fib13.web.unair.ac.id/artikel_detail-104292-
Psikologi%20Pelayanan%20Kelas%20A-
Pengertian%20Budaya,%20Nilainilai%20Budaya%20dan%20Karakteristik%20B
udaya.html. 18 Mei 2019.

Ngaderi. T. B. (2017). Pendidikan Berbasis Budaya.


https://www.kompasiana.com/m.trimanto/5893efcbf692733a1bf67257/pendidikan
-berbasis-budaya?page=all. 18 Mei 2019.

Heriyanto. D. S. N. (2011). Perda pendidikan Berbasis Budaya Jawa


Ngayogyakarta. https://dodiksetiawan.wordpress.com/2011/06/16/perda-
pendidikan-berbasis-budaya-jawa-ngayogyakarta/. 18 Mei 2019.

http://jdih.jogjaprov.go.id/storage/1472011655pergub68-2012.pdf. 18 Mei 2019

Marfuah. S. (2016). Implementasi Kebijakan Kurikulum Pendidikan


Berbasis Budaya Di Sma Negeri 11 Yogyakarta. 7:746.

muslimat NU. (2017).


https://krjogja.com/web/news/read/49267/Muslimat_NU_DIY_Kembangkan_Pen
didikan_Berbasis_Budaya. 19 Mei 2019.

Warsiti. (2015). Pembelajaran Berbasis Budaya Lokal dalam Membentuk


Karakter Toleransi Pada Anak Kelompok B di TK Negeri Pembina Kabupaten
Purbalingga. http://lib.unnes.ac.id/28913/1/1601411032.pdf. 19 Mei 2019

Anda mungkin juga menyukai