Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH PRESENTASI KELOMPOK

LEUKIMIA

DISUSUN OLEH:

YUNI NOVITA ( 1901200535)

DHORA PUTRI MERYDA (1901200516)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

2019
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR..................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang........................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Definisi ........................................................................................................ 3
2.2. Etiologi ........................................................................................................ 3
2.3. Gambaran klinis .......................................................................................... 7
2.4. Klasifikasi.................................................................................................... 7
2.5. Asuhan Keperawatan................................................................................... 9

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan................................................................................................. 12
3.2. Saran........................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah yang telah melimpahkan berkatNya sehingga penulis
dapat

menyelesaikan laporan makalah dengan judul “PEMBAHASAN LEUKIMIA”.


Makalah ini disusun sebagai syarat penugasan Program Studi S1 Keperawatan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah kasus ini


masih banyak kekurangan, baik dari segi penulisan maupun isi laporan. Untuk
itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun bagi perbaikan
kedepannya. Dan semoga makalah kasus ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
pembaca.

Malang, 4 April 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Leukemia, kanker pada jaringan pembentuk darah pada masa kanak-kanak
yang paling sering ditemukan, penyakit ini merupakan penyakit ganas dari sum
sum tulang dan sistem limfatik ( Hockbenberry, 2005 ). Leukemia limfosit akut
atau disebut LLA adalah bentuk leukemia yang paling lazim dijumpai pada anak,
penyakit ini merupakan penyakit keganasan masa anak yang paling sering
ditemukan.Insiden LLA adalah 1/60.000 orang pertahun, dengan 75% pasien
berusia kurang 15 tahun. Insiden puncaknya usia 3-5 tahun (Hoffbrand, 2012 ).
Dijepang mencapai 2.76 / 100.000 anak dan diperkirakan tiap tahun terjadi 1000
kasus baru (Permono, 2010). Di Amirika Serikat, Insiden tahunan penyakit
leukemia pada anak yang berumur dibawah 15 tahun adalah sekitar 4 per
100.0000. Anak-anak dari semua golongan umur terkena. Pada LLA, puncak usia
timbulnya penyakit adalah antara umur 3 dan 5 tahun ( Rudolph, 2007). Menurut
yayasan Onkologi anak Indonesia ( 2012 ) setiap tahun di temukan 11.000 kasus
kanker baru pada anak diseluruh Indonesia, sebanyak 70% merupakan leukemia /
kanker darah. Di Indonesia leukemia menduduki peringkat 1 kasus kanker pada
anak. Umumnya pasien kanker yang menderita leukemia datang kerumah sakit
dalam keadaan status gizi yang kurang 2 Perawatan di rumah sakit atau
hospitalisasi adalah saat masuknya seorang penderita ke dalam suatu rumah sakit
(Dorlan, 2012). Setelah memastikan diagnosa leukemia, anak akan mendapat
pengobatan untuk menghilangkan gejala klinis dan hematologi leukemia. Saat
dilakukan program pengobatan anak harus dirawat inap. Strategi dasar untuk
pengobatan leukemia harus menjalani terapi yang berkesinambungan selama 2-3
tahun untuk meneruskan penghancuran sel leukemia (Rudolph, 2007). Jika anak
positip menderita ALL anak harus dilakukan terapi pemeliharaan yang cukup
panjang, mungkin pula diperlukan satu jangka waktu yang panjang atau suatu
periode dengan kemoterapi yang intensif. Sehingga anak harus mengalami
hospitalisasi berulang (Jones, 2003).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan beberapa
permasalahan tentang bagaimana terjadinya penyakit leukemia dan bagaimana
penatalaksanaannya serta bagaimana proses asuhan keperawatan yang diberikan
pada pasien dengan penyakit leukemia.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Leukimia

Leukemia adalah poliferasi tak teratur atau akumulasi sel-sel darah putih dan
sumsum tulang, menggantikan elemen-elemen sum-sum normal (Keperawatan
Medikal Bedah Brunner dan Suddarth edisi 2 hal 336)
Leukemia adalah penyakit neoplastik yang ditandai oleh poliferasi abnormal dari
sel-sel nematopoietik (Patofisiologi edisi 4 Sylvia A . Price hal 248)
Leukemia adalah nama kelompok penyakit yang di karakteristikkan oleh perubahan
kualitatif dan kuantitatif dalam leukosit sirkulasi (Patofisiologi untuk keperawatan
dr. Jan Tamboyan hal 80)
Dari pengertian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa leukemia adalah suatu
poliferasi abnormal dari sel-sel leukosit yang menyebabkan terjadinya kanker pada
alat pembentuk darah.

2.2 Etiologi Leukimia

Penyebab leukemia masih belum diketahui secara pasti hingga kini. Menurut hasil
penelitian, orang dengan faktor risiko tertentu lebih meningkatkan risiko timbulnya
penyakit leukemia.
1. Host
a. Umur, jenis kelamin, ras
Insiden leukemia secara keseluruhan bervariasi menurut umur. Leukemia
Limfositik Akut merupakan leukemia paling sering ditemukan pada anak-anak,
dengan puncak insiden antara usia 3-7 tahun, Leukemia Mielositik Akut terdapat
pada umur 15-39 tahun, sedangkan Leukemia Mielositik Kronik banyak ditemukan
antara umur 30-50 tahun. Leukemia Limfositik Kronik merupakan kelainan pada
orang tua (umur rata-rata 60 tahun). Insiden leukemia lebih tinggi pada pria
dibandingkan pada wanita. Tingkat insiden yang lebih tinggi terlihat di antara
Kaukasia (kulit putih) dibandingkan dengan kelompok kulit hitam.
Leukemia menyumbang sekitar 2% dari semua jenis kanker. Menyerang 9 dari
setiap 100.000 orang di Amerika Serikat setiap tahun. Orang dewasa 10 kali
kemungkinan terserang leukemia daripada anak-anak. Leukemia terjadi paling
sering pada orang tua. Ketika leukemia terjadi pada anak-anak, hal itu terjadi paling
sering sebelum usia 4 tahun.
Penelitian Lee at all (2009) dengan desain kohort di The Los Angeles County-
University of Southern California (LAC+USC) Medical Centre melaporkan bahwa
penderita leukemia menurut etnis terbanyak yaitu hispanik (60,9%) yang
mencerminkan keseluruhan populasi yang dilayani oleh LCA + USA Medical
Center. Dari pasien non-hispanik yang umum berikutnya yaitu Asia (23,0%),
Amerika Afrika (11,5%), dan Kaukasia (4,6%).
b. Faktor Genetik
Insiden leukemia pada anak-anak penderita sindrom down adalah 20 kali lebih
banyak daripada normal. Kelainan pada kromosom 21 dapat menyebabkan
leukemia akut. Insiden leukemia akut juga meningkat pada penderita dengan
kelainan kongenital misalnya agranulositosis kongenital, sindrom Ellis Van
Creveld, penyakit seliak, sindrom Bloom, anemia Fanconi, sindrom Wiskott
Aldrich, sindrom Kleinefelter dan sindrom trisomi D.
Pada sebagian penderita dengan leukemia, insiden leukemia meningkat dalam
keluarga. Kemungkinan untuk mendapat leukemia pada saudara kandung penderita
naik 2-4 kali. Selain itu, leukemia juga dapat terjadi pada kembar identik.
Berdasarkan penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control
menunjukkan bahwa orang yang memiliki riwayat keluarga positif leukemia
berisiko untuk menderita Leukemia Limfositik Akut (OR=3,75 ; CI=1,32-10,99)
artinya orang yang menderita leukemia kemungkinan 3,75 kali memiliki riwayat
keluarga positif leukemia dibandingkan dengan orang yang tidak menderita
leukemia.
2. Agent
a. Virus
Beberapa virus tertentu sudah dibuktikan menyebabkan leukemia pada binatang.
Ada beberapa hasil penelitian yang mendukung teori virus sebagai salah satu
penyebab leukemia yaitu enzyme reserve transcriptase ditemukan dalam darah
penderita leukemia. Seperti diketahui enzim ini ditemukan di dalam virus
onkogenik seperti retrovirus tipe C yaitu jenis RNA yang menyebabkan leukemia
pada binatang.
Pada manusia, terdapat bukti kuat bahwa virus merupakan etiologi terjadinya
leukemia. HTLV (virus leukemia T manusia) dan retrovirus jenis cRNA, telah
ditunjukkan oleh mikroskop elektron dan kultur pada sel pasien dengan jenis khusus
leukemia/limfoma sel T yang umum pada propinsi tertentu di Jepang dan sporadis
di tempat lain, khususnya di antara Negro Karibia dan Amerika Serikat.
b. Sinar Radioaktif
Sinar radioaktif merupakan faktor eksternal yang paling jelas dapat menyebabkan
leukemia. Angka kejadian Leukemia Mielositik Akut dan Leukemia Granulositik
Kronik jelas sekali meningkat setelah sinar radioaktif digunakan. Sebelum proteksi
terhadap sinar radioaktif rutin dilakukan, ahli radiologi mempunyai risiko
menderita leukemia 10 kali lebih besar dibandingkan yang tidak bekerja di bagian
tersebut. Penduduk Hirosima dan Nagasaki yang hidup setelah ledakan bom atom
tahun 1945 mempunyai insidensi Leukemia Mielositik Akut dan Leukemia
Granulositik Kronik sampai 20 kali lebih banyak. Leukemia timbul terbanyak 5
sampai 7 tahun setelah ledakan tersebut terjadi. Begitu juga dengan penderita
ankylosing spondylitis yang diobati dengan sinar lebih dari 2000 rads mempunyai
insidens 14 kali lebih banyak.
c. Zat Kimia
Zat-zat kimia (misal benzene, arsen, pestisida, kloramfenikol, fenilbutazon)
diduga dapat meningkatkan risiko terkena leukemia.18 Sebagian besar obat-obatan
dapat menjadi penyebab leukemia (misalnya Benzene), pada orang dewasa menjadi
leukemia nonlimfoblastik akut.
Penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control menunjukkan
bahwa orang yang terpapar benzene dapat meningkatkan risiko terkena leukemia
terutama Leukemia Mielositik Akut (OR=2,26 dan CI=1,17-4,37) artinya orang
yang menderita leukemia kemungkinan 2,26 kali terpapar benzene dibandingkan
dengan yang tidak menderita leukemia.
d. Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor risiko untuk berkembangnya leukemia.
Rokok mengandung leukemogen yang potensial untuk menderita leukemia
terutama Leukemia Mielositik Akut.
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa merokok meningkatkan risiko
Leukemia Mielositik Akut. Penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case
control memperlihatkan bahwa merokok lebih dari 10 tahun meningkatkan risiko
kejadian Leukemia Mielositik Akut (OR=3,81; CI=1,37-10,48) artinya orang yang
menderita Leukemia Mielositik Akut kemungkinan 3,81 kali merokok lebih dari 10
tahun dibanding dengan orang yang tidak menderita Leukemia Mielositik Akut.
Penelitian di Los Angles (2002), menunjukkan adanya hubungan antara Leukemia
Mielositik Akut dengan kebiasaan merokok. Penelitian lain di Canada oleh Kasim
menyebutkan bahwa perokok berat dapat meningkatkan risiko Leukemia Mielositik
Akut. Faktor risiko terjadinya leukemia pada orang yang merokok tergantung pada
frekuensi, banyaknya, dan lamanya merokok.
e. Lingkungan
Banyak penelitian menyatakan adanya hubungan antara pajanan pekerjaan dengan
kejadian leukemia. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Jepang, sebagian
besar kasus berasal dari rumah tangga dan kelompok petani. Hadi, et al (2008) di
Iran dengan desain case control meneliti hubungan ini, pasien termasuk mahasiswa,
pegawai, ibu rumah tangga, petani dan pekerja di bidang lain. Di antara pasien
tersebut, 26% adalah mahasiswa, 19% adalah ibu rumah tangga, dan 17% adalah
petani. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa orang yang bekerja di
pertanian atau peternakan mempunyai risiko tinggi leukemia (OR = 2,35, CI = 1,0-
5,19), artinya orang yang menderita leukemia kemungkinan 2,35 kali bekerja di
pertanian atau peternakan dibanding orang yang tidak menderita leukemia.
2.3 Gambaran Klinis Leukimia

Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia adalah


sebagai berikut:
a.Pilek tidak sembuh-sembuh
b.Pucat, lesu, mudah terstimulasi
c.Demam dan anorexia
d.Berat badan menurun
e.Ptechiae, memar tanpa sebab
f.Nyeri pada tulang dan persendian
g.Nyeri abdomen
h.Lumphedenopathy
i.Hepatosplenomegaly
j.Abnormal WBC
(Suriadi & Rita Yuliani, 2001: hal. 177)

2.4 Klasifikasi Leukimia


Secara sederhana leukemia dapat diklasifikasikan berdasarkan maturasi sel dan tipe
sel asal yaitu:
1. Leukemia Akut
Leukemia Akut adalah keganasan primer sumsum tulang yang berakibat
terdesaknya komponen darah normal oleh komponen darah abnormal (blastosit)
yang disertai dengan penyebaran ke organ-organ lain. Leukemia akut memiliki
perjalanan klinis yang cepat, tanpa pengobatan penderita akan meninggal rata-rata
dalam 4 – 6 tahun.
a. Leukemia Limfositik Akut (LLA)
Leukemia Limfositik Akut merupakan jenis leukemia dengan karakteristik adanya
proliferasi dan akumulasi sel-sel patologis dari sistem limfopoetik yang
mengakibatkan organomegali (pembesaran alat-alat dalam) dan kegagalan organ.
Leukemia Limfositik Akut lebih sering ditemukan pada anak-anak (82%) daripada
umur dewasa (18%). Insiden Leukemia Limfositik Akut akan mencapai pucaknya
pada umur 3 – 7 tahun. Tanpa pengobatan sebagian anak-anak akan hidup 2 - 3
bulan setelah terdiagnosis terutama diakibatkan oleh kegagalan sumsum tulang.
b. Leukemia Mielositik Akut (LMA)
Leukemia Mieolistik Akut merupakan leukemia yang mengenai sel stem
hemopoetik yang akan berdiferensiasi ke semua sel mieloid. Leukemia Mielositik
Akut merupakan leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi.
Leukemia Mielositik Akut atau Leukemia Nonlimfositik Akut (LNLA) lebih
sering ditemukan pada orang dewasa (85%) dibandingkan anak-anak (15%).
Permulaannya mendadak dan progresif dalam masa 1 sampai 3 bulan dengan durasi
gejala yang singkat. Jika tidak diobati, Leukemia Mieolistik Akut fatal dalam 3
sampai 6 bulan.
2. Leukemia Kronik
Leukemia Kronik merupakan suatu penyakit yang ditandai proliferasi neoplastik
dari salah satu sel yang berlangsung atau terjadi karena keganasan hematologi.
a. Leukemia Limfositik Kronik (LLK)
Leukemia Limfositik Kronik adalah suatu keganasan klonal limfosit B (jarang
pada limfosit T). Perjalanan penyakit ini biasanya perlahan, dengan akumulasi
progresif yang berjalan lambat dari limfositik kecil yang berumur panjang.
Leukemia Limfositik Kronik cenderung dikenal sebagai kelainan ringan yang
menyerang individu yang berusia 50 sampai 70 tahun dengan perbandingan 2 : 1
untuk laki-laki.
b. Leukemia Ganulositik Kronik / Leukemia Mielositik Kronik (LGK/ LMK)
Leukemia Granulositik Kronik/ Leukemia Mielositik Kronik adalah gangguan
mieloproliteratif yang ditandai dengan produksi berlebihan sel mieloid (seri
granulosit) yang relatif matang.
Leukemia Granulositik Kronik / Leukemia Mielositik Kronik mencakup 20%
leukemia dan paling sering dijumpai pada orang dewasa usia pertengahan (40 – 50
tahun). Abnormalitas genetik yang dinamakan kromosom philadelphia ditemukan
pada 90 – 95% penderita Leukemia Granulositik Kronik / Leukemia Mielositik
Kronik.
Sebagaian besar penderita Leukemia Granulositik Kronik / Leukemia Mielositik
Kronik akan meninggal setelah memasuki fase akhir yang disebut fase krisis blastik
yaitu produksi berlebihan sel muda leukosit, biasanya berupa mieloblas /
promielosit, disertai produksi neutrofil, trombosit dan sel darah merah yang amat
kurang.

2.5 Asuhan Keperawatan Pasien Leukimia

1.Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan, pengumpulan data yang
akurat dan sistematis akan membantu penentuan status kesehatan dan pola
pertahanan klien, mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien serta
merumuskan diagnosa keperawatan. (Budi Anna Keliat, 1994)

Pengkajian pada leukemia meliputi:

a.Riwayat penyakit

b.Kaji adanya tanda-tanda anemia:

1).Pucat
2).Kelemahan
3).Sesak
4).Nafas cepat

c.Kaji adanya tanda-tanda leukopenia:

1).Demam
2).Infeksi

d.Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia:

1).Ptechiae
2).Purpura
3).Perdarahan membran mukosa
e.Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola:

1).Limfadenopati
2).Hepatomegali
3).Splenomegali

f.Kaji adanya pembesaran testis

g.Kaji adanya:

1).Hematuria
2).Hipertensi
3).Gagal ginjal

4).Inflamasi disekitar rektal

5).Nyeri (Suriadi,R dan Rita Yuliani, 2001: 178)

2. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan perubahan maturitas sel
darah merah, peningkatan jumlah limfosit imatur, imunosupresi
2. Resiko terhadap penurunan volume cairan berhubungan dengan
pengeluaran berlebihan seperti muntah, perdarahan, diare, penurunan intake
cairan
3. Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan pembesaran
kelenjar limfe, efek sekunder pemberian anti leukemic agents
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sumber
energi, peningkatan laju metabolik akibat produksi lekosit yang berlebihan,
ketidakseimbangan suplai oksigen dengan kebutuhan

3. Rencana Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan perubahan maturitas sel
darah merah, peningkatan jumlah limfosit imatur, imunosupresi
Tujuan : setelah dilakukan tindakana keperawatan diharapkan tdak terjadi
infeksi.
Kriteria Hasil :
Klien akan :
- Mengidentifikasi faktor resiko yang dapat dikurangi
- Menyebutkan tanda dan gejala dini infeksi
- Tidak ada tand infeksi

Intervensi Rasional

1. Lakukan tindakan untuk mencegah 1. Kewaspadaan meminimalkan


pemajanan pada sumber yang diketahui pemajanan klien terhadap bakteri,
atau potensial terhadap infeksi : virus, dan patogen jamur baik
a. Pertahankan isolasi protektif sesuai endogen maupun eksogen
kebijakan institusional
b. Pertahankan teknik mencuci tangan
dengan cermat
c. Beri hygiene yang baik
d. Batasi pengunjung yang sedang
demam, flu atau infeksi
e. Berikan hygiene perianal 2 x sehari
dan setiap BAB
f. Batasi bunga segar dan sayur segar
g. Gunakan protokol rawat mulut
h. Rawat klien dengan neutropenik
terlebih dahulu
2. Laporkan bila ada perubahan tanda 2. Perubahan tanda-tanda vital
vital merupakan tanda din terjadinya
sepsis, utamanya bila terjadi
peningkatan suhu tubuh
3. Dapatkan kultur sputum, urine, diare, 3. Kultur dapat mengkonfirmasikan
darah dan sekresi tubuh abnormal sesuai infeksi dan mengidentifikasi
anjuran organisme penyebab

4. Jelaskan alasan kewaspadaan dan 4. Pengertian klien dapat


pantangan memperbaiki kepatuhan dan
mengurangi faktor resiko

5. Yakinkan klien dan keluarganya 5. Granulositopeniaa dapat menetap


bahwa peningkatan kerentanan pada 6-12 minggu. Pengetian tentang sifat
infeksi hanya sementara sementara granulositopenia dapat
membantu mencegah kecemasan
klien dan keluarganya.

6. Minimalkan prosedur invasif 6.Prosedur tertentu dapat


menyebabkan trauma jaringan,
menngkatkan kerentanan infeksi

2. Resiko terhadap penurunan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran


berlebihan seperti muntah, perdarahan, diare, penurunan intake cairan
Batasan karakteristik :
- Tidak muntah
- Perdarahan masif tidak ada
- Tidak mengalami diare
- Intake < output
Kriteria Hasil :
Klien akan :
- Memperlihatkan keadaaan volume cairan yang adekuat
- Memperlihatkan tanda-tanda vital dalam bataas normal
- Memperlihatkan urine output, PH dalam batas normal

Intervensi Rasional
1. Monitor intake dan output . Catat 1. Penurunan sirkulasi sekunder
penurunan urin, dan besarnya PH dapat menyebabkan berkurangnya
sirkulasi ke ginjal atau berkembang
menjadi batu ginjal sehingga
menyebabkan retensi cairan atau
gagal ginjal

2. Hitung berat badan setiap hari 2. Sebagai ukuran keadekuatan


volume cairan. Intake yang lebih
besar dari output dapat diindikasikan
menjadi renal obstruksi.

3. Meningkatkan aliran urin,


3. Motivasi klien untuk minum 3 – 4 mencegah asam urat, dan
l/hari jika tanpa kontra indikasi membersihkan sisa-sisa obat
neoplastik

4. Supresi bone marrow dan


4. Kaji adanya petechie pada kulit dan prosuduksi platelet menyebabkan
membran mukosa, perdarahan gusi klien beresiko mengalami
perdarahan

5. Jaringan yang mudah robek dan


5. Gunakan alat-alat yang tidak mekanisme pembekuan dapat
menyebakan resiko perdarahan menyebabkan perdarahan meskipun
karena trauma ringan
6. Mencegah iritasi gusi
6. Berikan diet makanan lunak
7. Mempertahankan cairan dan
7. Kolaborasi Pemberian cairan sesuai elektrolit yang tidak bisa dilakukan
indikasi per oral, menurunkan komplikasi
renal

8.Bila platelet <20.000/mm( akibat


8. Monitor pemeriksaan diagnostik : pengaruh sekunder obat neoplastik ) ,
Platelet, Hb/Hct, bekuan darah klien cenderung mengalami
perdarahan. Penurunan Hb/Hct
berindikasi terhadap perdarahan.

3. Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan pembesaran


kelenjar limfe, efek sekunder pemberian anti leukemic agents
Batasan karakteristik :
- Keluhan nyeri (tulang,sarf, sakit kepala, dll)
- Distraksi menahan, ekspresi meringis, menangis, perubahan tonus otot
- Respon-respons autonomik
Kriteria hasil :
Klien akan :
- Melaporkan nyeri berkurang atau hilang
- Memperlihatkan perilaku positif dalam mengatasi nyeri
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat nyeri, gunakan skala 1 – 1. Berguna mengkaji kebutuhan
10 intervensi , bisa berindikasi perkembangan
komplikasi

2. Monitor vital signs, catat reaksi non 2. Berguna dalam validasi verbal dan
verbal mengevaluasi keefektifan intervensi

3. Ciptakan lingkungan yang tenang dan 3. Meningkatkan kemampuan istrahat dan


kurangi stimulus memperkuat kemampuan koping

4. Berikan posisi yang nyaman 4. Menurunkan gangguan pada tulang dan


sendi

5. Latih ROM exercise 5. Meningkatkan sirkulasi jaringan dan


mobilitas sendi

6. Evaluasi mekanisme koping klien 6. Penggunaan persepsi pribadi untuk


mengatasi nyeri dapat membantu klien
memiliki koping yang lebih efektif

7. Kolaborasi dengan tim medis 7. Diberikan untuk nyeri ringan


pemberian :Analgetik, narkotik, Cat : jangan menggunakan aspirin karena
tranguilizer bisa menyebabkan perdarahan, diberikan
untuk nyeri sedang-berat, memperkuat
kerja analgetik/narkotik.

4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sumber energi,


peningkatan laju metabolik akibat produksi lekosit yang berlebihan,
ketidakseimbangan suplai oksigen dengan kebutuhan
Batasan karakteristik :
- Keluhan lemah, anak memperlihatkan penurunan kemampuan beraktifitas
- Anak rewel, dyspnea
- Abnormal HR atau respon perubahan TD
Kriteria hasil :
- Klien akan menunjukkan partisipasi dalam ADL sesuai kemampuan

Intervensi Rasional
1. Evaluasi keluhan lemah, rewel, 1. Efek leukemia, anemia dan
ketidakberdayaan dalam ADL kemoterapi dapat menjadi satu
sehingga memerlukan bantuan
dalam pemenuhan aktifitas ADL

2. Ciptakan lingkungan yang tenang dan 2. Mengumpulkan energi untuk


istrahat yang tidak terganggu. beraktifitas dan untuk regenerasi
sel

3. Bantu dalam setiap pemenuhan rawat 3. Memaksimalkan kemampuan


diri/ADL untuk rawat diri

4. Jadwalkan pemberian makan sebelum 4. Meningkatkan intake sebelum


kemoterapi. Beri oral hidrasi sebelum terjadi mual akibat efek samping
makan dan anti emetik sesuai indikasi kemoterapi

5. Kolaborasi : 5. Memaksimalkan kemampuan


Pemberian suplemen O2 sesuai anjuran oksigenasi untuk uptake seluler
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Leukimia adalah penyakit akibat terjadinya proliferasi sel leukosit yang
abnormal dan ganas serta sering disertai adanya jumlah leukosit yang berlebihan
dari sel pembuat darah yang bersifat sistemik dan biasanya berakhir fatal.
Klasifikasi leukemia dibedakan berdasarkan maturasi sel dan tipe sel asal. Yang
dibagi menjadi dua yaitu Leukemia Akut dan Leukemia Kronik. Leukemia Akut
dibagi menjadi dua yaitu Leukemia Limfositik Akut (LLA) dan Leukemia
Mielositik Akut (LMA). Leukemia Kronik dibagi menjadi dua yaitu Leukemia
Limfositik Kronik (LLK) dan Leukemia Mielositik Kronik (LMK).
Penyebab leukemia masih belum diketahui secara pasti hingga kini. Menurut
hasil penelitian, orang dengan faktor risiko tertentu lebih meningkatkan risiko
timbulnya penyakit leukemia. Faktor risiko tersebut antara lain pada host yaitu
umur, jenis kelamin, ras dan faktor genetik serta pada agent yaitu virus, sinar
radioaktif, zat kimia, merokok dan lingkungan.
Leukimia akut merupakan penyakit dengan transformasi. Pada tiap stadium
diferensiasi dapat terjadi perubahan menjadi suatu klon leukemik yang belum
diketahui penyebabnya. Bila terjadi, maturasi dapat terganggu sehingga jumlah
sel muda meningkat dan menekan sel darah normal dalam sumsum tulang.
Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah putih
mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah keganasan.
Translokasi kromosom mengganggu pengendalian normal dari pembelahan sel,
sehingga sel membelah tidak terkendali dan menjadi ganas. Pada akhirnya sel-sel
ini menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel yang
menghasilkan sel-sel darah yang normal.
3.2. Saran
Disarankan kepada seluruh masyarakat setelah menegetahui apa yang dimaksud
dengan penyakit Leukemia dapat mengerti bahwa penyakit ini cukup berbahaya
dan mematikan. Sehingga dapat mengetahui apa yang harus dilakukan apabila
menemui orang dengan gejala yang telah dijabarkan.
DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. (2013). Leukemia- Acute Lymphocytic. Atlanta:


American Cancer Society.

Bruner K Suddarth’s.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta :


ECG

Setiadi. (2012). Konsep dan praktik penulisan riset keperawatan ed. 2.


Yogyakarta : Graha Ilmu.

Smeltzer, S.C., & Bare, B.G. (2012). Buku ajar keperawatan medical bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8 Volume 1. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai