LEUKIMIA
DISUSUN OLEH:
2019
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR..................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang........................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................... 2
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah yang telah melimpahkan berkatNya sehingga penulis
dapat
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Leukemia, kanker pada jaringan pembentuk darah pada masa kanak-kanak
yang paling sering ditemukan, penyakit ini merupakan penyakit ganas dari sum
sum tulang dan sistem limfatik ( Hockbenberry, 2005 ). Leukemia limfosit akut
atau disebut LLA adalah bentuk leukemia yang paling lazim dijumpai pada anak,
penyakit ini merupakan penyakit keganasan masa anak yang paling sering
ditemukan.Insiden LLA adalah 1/60.000 orang pertahun, dengan 75% pasien
berusia kurang 15 tahun. Insiden puncaknya usia 3-5 tahun (Hoffbrand, 2012 ).
Dijepang mencapai 2.76 / 100.000 anak dan diperkirakan tiap tahun terjadi 1000
kasus baru (Permono, 2010). Di Amirika Serikat, Insiden tahunan penyakit
leukemia pada anak yang berumur dibawah 15 tahun adalah sekitar 4 per
100.0000. Anak-anak dari semua golongan umur terkena. Pada LLA, puncak usia
timbulnya penyakit adalah antara umur 3 dan 5 tahun ( Rudolph, 2007). Menurut
yayasan Onkologi anak Indonesia ( 2012 ) setiap tahun di temukan 11.000 kasus
kanker baru pada anak diseluruh Indonesia, sebanyak 70% merupakan leukemia /
kanker darah. Di Indonesia leukemia menduduki peringkat 1 kasus kanker pada
anak. Umumnya pasien kanker yang menderita leukemia datang kerumah sakit
dalam keadaan status gizi yang kurang 2 Perawatan di rumah sakit atau
hospitalisasi adalah saat masuknya seorang penderita ke dalam suatu rumah sakit
(Dorlan, 2012). Setelah memastikan diagnosa leukemia, anak akan mendapat
pengobatan untuk menghilangkan gejala klinis dan hematologi leukemia. Saat
dilakukan program pengobatan anak harus dirawat inap. Strategi dasar untuk
pengobatan leukemia harus menjalani terapi yang berkesinambungan selama 2-3
tahun untuk meneruskan penghancuran sel leukemia (Rudolph, 2007). Jika anak
positip menderita ALL anak harus dilakukan terapi pemeliharaan yang cukup
panjang, mungkin pula diperlukan satu jangka waktu yang panjang atau suatu
periode dengan kemoterapi yang intensif. Sehingga anak harus mengalami
hospitalisasi berulang (Jones, 2003).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan beberapa
permasalahan tentang bagaimana terjadinya penyakit leukemia dan bagaimana
penatalaksanaannya serta bagaimana proses asuhan keperawatan yang diberikan
pada pasien dengan penyakit leukemia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Leukemia adalah poliferasi tak teratur atau akumulasi sel-sel darah putih dan
sumsum tulang, menggantikan elemen-elemen sum-sum normal (Keperawatan
Medikal Bedah Brunner dan Suddarth edisi 2 hal 336)
Leukemia adalah penyakit neoplastik yang ditandai oleh poliferasi abnormal dari
sel-sel nematopoietik (Patofisiologi edisi 4 Sylvia A . Price hal 248)
Leukemia adalah nama kelompok penyakit yang di karakteristikkan oleh perubahan
kualitatif dan kuantitatif dalam leukosit sirkulasi (Patofisiologi untuk keperawatan
dr. Jan Tamboyan hal 80)
Dari pengertian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa leukemia adalah suatu
poliferasi abnormal dari sel-sel leukosit yang menyebabkan terjadinya kanker pada
alat pembentuk darah.
Penyebab leukemia masih belum diketahui secara pasti hingga kini. Menurut hasil
penelitian, orang dengan faktor risiko tertentu lebih meningkatkan risiko timbulnya
penyakit leukemia.
1. Host
a. Umur, jenis kelamin, ras
Insiden leukemia secara keseluruhan bervariasi menurut umur. Leukemia
Limfositik Akut merupakan leukemia paling sering ditemukan pada anak-anak,
dengan puncak insiden antara usia 3-7 tahun, Leukemia Mielositik Akut terdapat
pada umur 15-39 tahun, sedangkan Leukemia Mielositik Kronik banyak ditemukan
antara umur 30-50 tahun. Leukemia Limfositik Kronik merupakan kelainan pada
orang tua (umur rata-rata 60 tahun). Insiden leukemia lebih tinggi pada pria
dibandingkan pada wanita. Tingkat insiden yang lebih tinggi terlihat di antara
Kaukasia (kulit putih) dibandingkan dengan kelompok kulit hitam.
Leukemia menyumbang sekitar 2% dari semua jenis kanker. Menyerang 9 dari
setiap 100.000 orang di Amerika Serikat setiap tahun. Orang dewasa 10 kali
kemungkinan terserang leukemia daripada anak-anak. Leukemia terjadi paling
sering pada orang tua. Ketika leukemia terjadi pada anak-anak, hal itu terjadi paling
sering sebelum usia 4 tahun.
Penelitian Lee at all (2009) dengan desain kohort di The Los Angeles County-
University of Southern California (LAC+USC) Medical Centre melaporkan bahwa
penderita leukemia menurut etnis terbanyak yaitu hispanik (60,9%) yang
mencerminkan keseluruhan populasi yang dilayani oleh LCA + USA Medical
Center. Dari pasien non-hispanik yang umum berikutnya yaitu Asia (23,0%),
Amerika Afrika (11,5%), dan Kaukasia (4,6%).
b. Faktor Genetik
Insiden leukemia pada anak-anak penderita sindrom down adalah 20 kali lebih
banyak daripada normal. Kelainan pada kromosom 21 dapat menyebabkan
leukemia akut. Insiden leukemia akut juga meningkat pada penderita dengan
kelainan kongenital misalnya agranulositosis kongenital, sindrom Ellis Van
Creveld, penyakit seliak, sindrom Bloom, anemia Fanconi, sindrom Wiskott
Aldrich, sindrom Kleinefelter dan sindrom trisomi D.
Pada sebagian penderita dengan leukemia, insiden leukemia meningkat dalam
keluarga. Kemungkinan untuk mendapat leukemia pada saudara kandung penderita
naik 2-4 kali. Selain itu, leukemia juga dapat terjadi pada kembar identik.
Berdasarkan penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control
menunjukkan bahwa orang yang memiliki riwayat keluarga positif leukemia
berisiko untuk menderita Leukemia Limfositik Akut (OR=3,75 ; CI=1,32-10,99)
artinya orang yang menderita leukemia kemungkinan 3,75 kali memiliki riwayat
keluarga positif leukemia dibandingkan dengan orang yang tidak menderita
leukemia.
2. Agent
a. Virus
Beberapa virus tertentu sudah dibuktikan menyebabkan leukemia pada binatang.
Ada beberapa hasil penelitian yang mendukung teori virus sebagai salah satu
penyebab leukemia yaitu enzyme reserve transcriptase ditemukan dalam darah
penderita leukemia. Seperti diketahui enzim ini ditemukan di dalam virus
onkogenik seperti retrovirus tipe C yaitu jenis RNA yang menyebabkan leukemia
pada binatang.
Pada manusia, terdapat bukti kuat bahwa virus merupakan etiologi terjadinya
leukemia. HTLV (virus leukemia T manusia) dan retrovirus jenis cRNA, telah
ditunjukkan oleh mikroskop elektron dan kultur pada sel pasien dengan jenis khusus
leukemia/limfoma sel T yang umum pada propinsi tertentu di Jepang dan sporadis
di tempat lain, khususnya di antara Negro Karibia dan Amerika Serikat.
b. Sinar Radioaktif
Sinar radioaktif merupakan faktor eksternal yang paling jelas dapat menyebabkan
leukemia. Angka kejadian Leukemia Mielositik Akut dan Leukemia Granulositik
Kronik jelas sekali meningkat setelah sinar radioaktif digunakan. Sebelum proteksi
terhadap sinar radioaktif rutin dilakukan, ahli radiologi mempunyai risiko
menderita leukemia 10 kali lebih besar dibandingkan yang tidak bekerja di bagian
tersebut. Penduduk Hirosima dan Nagasaki yang hidup setelah ledakan bom atom
tahun 1945 mempunyai insidensi Leukemia Mielositik Akut dan Leukemia
Granulositik Kronik sampai 20 kali lebih banyak. Leukemia timbul terbanyak 5
sampai 7 tahun setelah ledakan tersebut terjadi. Begitu juga dengan penderita
ankylosing spondylitis yang diobati dengan sinar lebih dari 2000 rads mempunyai
insidens 14 kali lebih banyak.
c. Zat Kimia
Zat-zat kimia (misal benzene, arsen, pestisida, kloramfenikol, fenilbutazon)
diduga dapat meningkatkan risiko terkena leukemia.18 Sebagian besar obat-obatan
dapat menjadi penyebab leukemia (misalnya Benzene), pada orang dewasa menjadi
leukemia nonlimfoblastik akut.
Penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control menunjukkan
bahwa orang yang terpapar benzene dapat meningkatkan risiko terkena leukemia
terutama Leukemia Mielositik Akut (OR=2,26 dan CI=1,17-4,37) artinya orang
yang menderita leukemia kemungkinan 2,26 kali terpapar benzene dibandingkan
dengan yang tidak menderita leukemia.
d. Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor risiko untuk berkembangnya leukemia.
Rokok mengandung leukemogen yang potensial untuk menderita leukemia
terutama Leukemia Mielositik Akut.
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa merokok meningkatkan risiko
Leukemia Mielositik Akut. Penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case
control memperlihatkan bahwa merokok lebih dari 10 tahun meningkatkan risiko
kejadian Leukemia Mielositik Akut (OR=3,81; CI=1,37-10,48) artinya orang yang
menderita Leukemia Mielositik Akut kemungkinan 3,81 kali merokok lebih dari 10
tahun dibanding dengan orang yang tidak menderita Leukemia Mielositik Akut.
Penelitian di Los Angles (2002), menunjukkan adanya hubungan antara Leukemia
Mielositik Akut dengan kebiasaan merokok. Penelitian lain di Canada oleh Kasim
menyebutkan bahwa perokok berat dapat meningkatkan risiko Leukemia Mielositik
Akut. Faktor risiko terjadinya leukemia pada orang yang merokok tergantung pada
frekuensi, banyaknya, dan lamanya merokok.
e. Lingkungan
Banyak penelitian menyatakan adanya hubungan antara pajanan pekerjaan dengan
kejadian leukemia. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Jepang, sebagian
besar kasus berasal dari rumah tangga dan kelompok petani. Hadi, et al (2008) di
Iran dengan desain case control meneliti hubungan ini, pasien termasuk mahasiswa,
pegawai, ibu rumah tangga, petani dan pekerja di bidang lain. Di antara pasien
tersebut, 26% adalah mahasiswa, 19% adalah ibu rumah tangga, dan 17% adalah
petani. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa orang yang bekerja di
pertanian atau peternakan mempunyai risiko tinggi leukemia (OR = 2,35, CI = 1,0-
5,19), artinya orang yang menderita leukemia kemungkinan 2,35 kali bekerja di
pertanian atau peternakan dibanding orang yang tidak menderita leukemia.
2.3 Gambaran Klinis Leukimia
1.Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan, pengumpulan data yang
akurat dan sistematis akan membantu penentuan status kesehatan dan pola
pertahanan klien, mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien serta
merumuskan diagnosa keperawatan. (Budi Anna Keliat, 1994)
a.Riwayat penyakit
1).Pucat
2).Kelemahan
3).Sesak
4).Nafas cepat
1).Demam
2).Infeksi
1).Ptechiae
2).Purpura
3).Perdarahan membran mukosa
e.Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola:
1).Limfadenopati
2).Hepatomegali
3).Splenomegali
g.Kaji adanya:
1).Hematuria
2).Hipertensi
3).Gagal ginjal
2. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan perubahan maturitas sel
darah merah, peningkatan jumlah limfosit imatur, imunosupresi
2. Resiko terhadap penurunan volume cairan berhubungan dengan
pengeluaran berlebihan seperti muntah, perdarahan, diare, penurunan intake
cairan
3. Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan pembesaran
kelenjar limfe, efek sekunder pemberian anti leukemic agents
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sumber
energi, peningkatan laju metabolik akibat produksi lekosit yang berlebihan,
ketidakseimbangan suplai oksigen dengan kebutuhan
3. Rencana Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan perubahan maturitas sel
darah merah, peningkatan jumlah limfosit imatur, imunosupresi
Tujuan : setelah dilakukan tindakana keperawatan diharapkan tdak terjadi
infeksi.
Kriteria Hasil :
Klien akan :
- Mengidentifikasi faktor resiko yang dapat dikurangi
- Menyebutkan tanda dan gejala dini infeksi
- Tidak ada tand infeksi
Intervensi Rasional
Intervensi Rasional
1. Monitor intake dan output . Catat 1. Penurunan sirkulasi sekunder
penurunan urin, dan besarnya PH dapat menyebabkan berkurangnya
sirkulasi ke ginjal atau berkembang
menjadi batu ginjal sehingga
menyebabkan retensi cairan atau
gagal ginjal
2. Monitor vital signs, catat reaksi non 2. Berguna dalam validasi verbal dan
verbal mengevaluasi keefektifan intervensi
Intervensi Rasional
1. Evaluasi keluhan lemah, rewel, 1. Efek leukemia, anemia dan
ketidakberdayaan dalam ADL kemoterapi dapat menjadi satu
sehingga memerlukan bantuan
dalam pemenuhan aktifitas ADL
3.1. Kesimpulan
Leukimia adalah penyakit akibat terjadinya proliferasi sel leukosit yang
abnormal dan ganas serta sering disertai adanya jumlah leukosit yang berlebihan
dari sel pembuat darah yang bersifat sistemik dan biasanya berakhir fatal.
Klasifikasi leukemia dibedakan berdasarkan maturasi sel dan tipe sel asal. Yang
dibagi menjadi dua yaitu Leukemia Akut dan Leukemia Kronik. Leukemia Akut
dibagi menjadi dua yaitu Leukemia Limfositik Akut (LLA) dan Leukemia
Mielositik Akut (LMA). Leukemia Kronik dibagi menjadi dua yaitu Leukemia
Limfositik Kronik (LLK) dan Leukemia Mielositik Kronik (LMK).
Penyebab leukemia masih belum diketahui secara pasti hingga kini. Menurut
hasil penelitian, orang dengan faktor risiko tertentu lebih meningkatkan risiko
timbulnya penyakit leukemia. Faktor risiko tersebut antara lain pada host yaitu
umur, jenis kelamin, ras dan faktor genetik serta pada agent yaitu virus, sinar
radioaktif, zat kimia, merokok dan lingkungan.
Leukimia akut merupakan penyakit dengan transformasi. Pada tiap stadium
diferensiasi dapat terjadi perubahan menjadi suatu klon leukemik yang belum
diketahui penyebabnya. Bila terjadi, maturasi dapat terganggu sehingga jumlah
sel muda meningkat dan menekan sel darah normal dalam sumsum tulang.
Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah putih
mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah keganasan.
Translokasi kromosom mengganggu pengendalian normal dari pembelahan sel,
sehingga sel membelah tidak terkendali dan menjadi ganas. Pada akhirnya sel-sel
ini menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel yang
menghasilkan sel-sel darah yang normal.
3.2. Saran
Disarankan kepada seluruh masyarakat setelah menegetahui apa yang dimaksud
dengan penyakit Leukemia dapat mengerti bahwa penyakit ini cukup berbahaya
dan mematikan. Sehingga dapat mengetahui apa yang harus dilakukan apabila
menemui orang dengan gejala yang telah dijabarkan.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, S.C., & Bare, B.G. (2012). Buku ajar keperawatan medical bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8 Volume 1. Jakarta : EGC.