Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMEN ANALITIK

Modul Praktikum : Spektrofotometri UV Shimadzu

Dosen Pembimbing : Dra. Nancy Siti Djenar, MS

Nama Mahasiswa : 1. Dhea Putri Aprilianti (171411073)

2. Dina Nur Amalia (171411074)

3. Dina Ocktafiani (171411075)

4. Eka Putri Larasati (71411076)

Kelas / Prodi : 1C – D3 Teknik Kimia

Tanggal Praktikum : 25 April 2018

Tanggal Pengumpulan: 2 Mei 2018

JURUSAN TEKNIK KIMIA

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Dapat menjelaskan prinsip spektrofotometri Ultra Violet
2. Dapat menentukan konsentrasi analit dalam sampel/cuplikan

II. DASAR TEORI


Pengukuran absorbansi atau transmitansi dalam spektroskopi ultra violet dan
daerah sinar tampak digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif senyawa
kimia. Dasar analisisnya adalah interaksi radiasi dengan senyawa kimia. Bila radiaisi
dilewatkan pada suatu obyek/senyawa kimia, sebagian radiasi tersebut akan
terabsorpsi. Serapan radiasi oleh molekul dalam daerah spektrum ultra violet dan
sinar tampak tergantung pada struktur elektroniknya. Penyerapan sinar tampak atau
ultra violet tersebut dapat menyebabkan terjadinya promosi/eksitasi molekul dari
energi dasar (ground state) ke tingkat energi yang lebih tinggi (excited state), atau
menyebabkan transisi elektron valensi yang di cirikan dengan pita absorbsi pada
daerah panjang gelombang tertentu. Proses ini melalui dua tahap:
Tahap 1 M + hv  M*
Tahap 2 M*  M + energi
Penyerapan sinar tampak atau ultra violet pada umumnya menghasilkan eksitasi
elektron, sehingga panjang gelombang absorbsi maksimum dapat di hubungkan
dengan jenis ikatan yang ada di dalam molekul yang bersangkutan. Transisi di daerah
ultra violet atau tampak adalah transisi elektronik. Hal ini di kaitkan dengan lompatan
elektron dari orbital molekul penuh (terisi) ke orbital molekul kosong.
Karena elektron dalam molekul mempunyai energi yang tidak sama, maka energi
yang diserap dalam proses eksitasi dapat mengakibatkan terjadinya satu atau lebih
transisi tergantung pada jenis elektron yang terdapat dalam molekul.
Hukum dasar dari spektroskopi diterangkan oleh Lambert dan Beer, sehingga
hukum atau persamaan yang digunakan dikenal dengan “Hukum Lambert-Beer”. Jika
suatu berkas radiasi melewati suatu medium homogen, maka sebagian dari intensitas
radiasi yang datang tersebut Io, akan diabsorbsi/diserap Ia, sebagian dipantulkan Ir
dan sisanya diteruskan/ditransmisikan It. Untuk antar muka udara-kaca sebagai akibat
penggunaan sel kaca, cahaya yang dipantulkan hanya sekitar 4%, sehingga Ir
biasanya terhapus dengan penggunaan suatu control ( misalnya dengan sel
pembanding atau blanko), jadi:
Io = Ia + It
Lambert menjelaskan bahwa absorbasi radiasi merupakan fungsi ketebalan
medium, sedangkan Beer menjelaskan bahwa absorbsi radiasi sebagai fungsi
konsentrasi medium (larutan senyawa) yang bersangkutan.
A = k b cd
dengan, A adalah absorbansi, b adalah ketebalan medium, c adalah konsentrasi
larutan dan k adalah tetapan atau koefisien absorpsi yang tergantung pada satuan
konsentrasi yang digunakan. k dinyatakan sebagai absorptivitas serapan (= a) jika
konsentrasi larutan dalam satuan gram/liter dan k dinyatakan sebagai absorptivitas
molar atau ekstingsi molar (= €), jika konsentrasi larutan dalam satuan mol/liter. Nilai
€ untuk setiap molekul adalah tetap dan merupakan ciri suatu struktur molekul.
A = a b c(gram/liter)
A = € b c(mol/liter)
dengan, log Io/It = A dan T = It/Io (T: radiasi yang diteruskan /transmitansi).
Sehingga, A = log 1/T.Persamaan Lambert-Beer di atas menunjukkan bahwa
absorbansi (A) berbanding lurus dengan konsentrasi larutan (c), sehingga jika dibuat
suatu kurva antara konsentrasi (c) lawan absorbansi (A), maka akan diperoleh suatu
kurva garis lurus (linier). Kurva linier tersebut biasa dikenal dengan kurva kalibrasi
atau kurva standar, yang digunakan untuk menentukan konsentrasi analit dari larutan
uji (sampel) setelah absorbansi dari larutan uji tersebut di interpolasikan ke dalam
kurva kalibrasi tersebut.
Kafein ialah alkaloid yang tergolong dalam keluarga methylxanthine bersama
sama senyawa tefilin dan teobromin, berlaku sebagai perangsang sistem saraf pusat.
Pada keadaan asal, kafein ialah serbuk putih yang pahit (Phytomedical Technologies,
2006) dengan rumus kimianya C6 H10 O2, dan struktur kimianya 1,3,7-
trimetilxantin . Kafein merupakan jenis alkaloid yang secara alamiah terdapat dalam
biji kopi, daun teh, daun mete, biji kola, biji coklat dan beberapa minuman penyegar.
Kafein memiliki berat molekul 194,19 gram/mol. Dengan rumus kimia C8H10N4O2
dan pH 6,9 (larutan kafein 1 % dalam air ). Secara ilmiah, efek kafein terhadap
kesehatan sebetulnya tidak ada, tetapi yang ada adalah efek tak langsungnya seperti
menstimulasi pernafasan dan jantung, serta memberikan efek samping berupa rasa
gelisah (neuroses), tidak dapat tidur (insomnia) dan denyut jantung tak beraturan
(tachycardia). Kopi dan teh banyak mengandung kafein dibandingkan jenis tanaman
lain, karena tanaman kopi dan teh menghasilkan biji kopi dan daun teh yang sangat
cepat, sementara penghancurannya sangat lambat.

III. ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan:
1) Labu takar 100 mL, 50 mL
2) Pipet ukur 10 mL, bola hisap
3) Pipet tetes ; corong gelas
4) Gelas kimia 100 mL ; 600 mL
5) botol semprot

Bahan yang diperlukan:

1) Larutan induk kafein 100 ppm


2) Sampel kopi (murni atau kopi mix)
3) Larutan HCl 0,2N
4) Aquades
5) Kertas saring
6) Diklor metan (metilen klorida)

IV. PROSEDUR KERJA


Pembuatan larutan standar dan penentuan panjang gelombang maksimum
1. Buat larutan induk kafein (100 ppm) dalam larutan HCl 0,2 N sebanyak 100 mL
2. Buat sederetan larutan standar kafein dengan konsentrasi 2, 4, 8, 10 dan 12 ppm
dalam HCl 0,2 N dari larutan induk, masing-masing dalam labu takar 50 mL
3. Tentukan panjang gelombang maksimum, dengan cara: ukur serapannya (ambil
larutan standar yang konsentrasinya di tengah-tengah larutan standar yang dibuat
(8 ppm) dengan berbagai panjang gelombang (dari 380 – 190 nm).
4. Ukur serapan berbagai konsentrasi larutan standar pada panjang gelombang
maksimum

Spektrofotometer UV-1700 SHIMADZU

a. Menyalakan Alat
1. Keluarkan silica Gel dari “Sampel Compartement”
2. Nyalakan alat UV -1700 (tombol samping kanan)
3. Buka monitor dengan perlahan-lahan. Bila layer tampak biru, putar tombol
sebelah kanan hingga pada layer monitor tampak ‘initialization’
4. Tunggu sampai proses inisialisasi selesai dan akan keluar tampilan ‘mode menu’
b. Pengukuran Spektrum
1. Pilih menu ‘spectrum’ lalu tekan 2 kemudian atur parameter
2. Masukkan kuvet yang berisi larutan blanko pada reference sample pada ‘sample
compartement’ (kedua-duanya larutan blanko
3. Tekan tombol ‘Base Corr’ F1, tunggu sampai dengan : 0,000 A (alat akan
berbunyi bip-bip)
4. Ganti kuvet blanko pada posisi ‘sample’ (pada bagian depan) dengan kuvet isi
larutan standar yang diinginkan
5. Tekan tombol ‘start’, maka akan muncul spektrum antara Abs dengan wavelength
6. Muncul’wavelength & absorbance’, tampilan kurva A vs lamda (panjang
gelombang)
7. Tekan tombol ‘data Procc’ F2; ‘Peak’(3) untuk mengetahui panjang gelombang
maksimum dan absorbansi
c. Pengukuran Photometric
1. Pilih menu Photometric, yaitu tekan 1, Go to WL, isikan nilai panjang gelombang
2. Masukkan kuvet yang berisi larutan blanko (kedua-duanya) pada ‘sample
compartement’
3. Tekan tombol ‘auto zero’, tunggu sampai dengan A: 0,000 A ( alat bunyi bip-bip)
4. Ganti kuvet isi blanko dengan kuvet yang berisi larutan sampel yang akan di
analisis (terletak di bagian depan)
5. Tekan tombol ‘start’
6. Ganti kuvet sampel dengan larutan sampel yang lain dan tekan ‘start’
7. Muncul table: photometric
d. Pengukuran Quantitatif
Pembuatan Kurva Kalibrasi
1. Pilih menu ‘Quantitative’ dengan cara tekan (3), (jika dari menu ‘Spectrum’
tekan ‘return’ lebih dahulu)
2. Atur parameter:
o Meas, 1 lamda: isikan nilai panjang gelombang; tekan ‘enter’
o Method; multi point (3); isi jumlah larutan standar yang digunakan
‘enter’; orde 1 ‘enter’; zero intept NO ‘enter’
o No of meas.1
o Unit ppm
o Data print NO
3. Masukkan kuvet isi larutan blanko pada kedua sisi ‘reference sample’
4. Tekan tombol ‘Auto zero’, tunggu sampai dengan 0,000 A
5. Tekan ‘Start’, masukkan nilai konsentrasi larutan standar, tekan ‘enter’
(pekerjaan tersebut dilanjutkan/diulang sampai selesai)
6. Muncul tampilan: NO | Conc | ABS
7. Tekan ‘meas’ (2)
8. Ganti kuvet blanko (bagian depan) dengan larutan standar yang pertama
9. Tekan ‘start’ ; maka akan keluar nilai ABS
10. Ganti kuvet dengan larutan standar yang berukutnya, tekan ‘start’, demikian
seterusnya sampai pengukuran selesai
11. Tekan ‘cal. curve’ F1 untuk melihat tampilan kurva kalibrasi
e. Pengukuran Konsentrasi Sampel
1. Tekan ‘return’ sampai kembali ke menu utama ‘Quantitative’
2. Ganti kuvet isi larutan standar (bagian depan) dengan larutan sampel yang akan di
analisis
3. Tekan ‘start’
4. Ulangi pekerjaan tersebut jika larutan sampel lebih dari satu, maka akan muncul
tampilan konsentrasi sampel pada ‘sample table’
f. Mematikan Alat
1. Kosongkan ‘compartement cell’
2. Masukkan kembali silica gel
3. Putar tombol sebelah kanan hingga layar monitor tampak biru

V. TABEL DATA PENGAMATAN


Tabel1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Panjang Gelombang Absorbansi
(nm)
272.1 0.575

Tabel2. Photometric

No. Konsentrasi Kafein ABS K*ABS


1 2 ppm 0.1035 0.1035
2 4 ppm 0.2244 0.2244
3 8 ppm 0.3849 0.3849
4 10 ppm 0.4886 0.4886
5 12 ppm 0.5673 0.5673

Tabel3. Quantitative

No. Konsentrasi (ppm) ABS


1 2,000 0.091
2 4,000 0.188
3 8,000 0.370
4 10,000 0.473
5 12,000 0.559
Tabel4. Pengukuran konsentrasi sampel

Sampel No. ABS Konsentrasi


(ppm)
1 0.263305700 5.6500

VI. PENGOLAHAN DATA


6.1 Pembuatan Larutan Induk
 Pembuatan larutan Induk Kafein 100 ppm dalam 500 mL HCL 0,1 N
𝑚𝑔
Ppm = 𝑚𝐿
𝑚𝑔
100 = 0.5

Massa = 50 mg = 0.05 gram dalam 500 mL HCL 0.1 N


 Pembuatan Larutan Standar Kafein dengan Konsentrasi 2,4,8,10,12
o Membuat Larutan Standar Kafein 2 ppm
Nlar. Induk x Vlar. Induk = Nstandar x Vsatndar
100 ppm x Vlar. Induk = 2 ppm x 50 mL
Vlar. Induk = 1 mL

o Membuat Larutan Standar Kafein 4 ppm


Nlar. Induk x Vlar. Induk = Nstandar x Vsatndar
100 ppm x Vlar. Induk = 4 ppm x 50 mL
Vlar. Induk = 2 mL

o Membuat Larutan Standar Kafein 8 ppm


Nlar. Induk x Vlar. Induk = Nstandar x Vsatndar
100 ppm x Vlar. Induk = 8 ppm x 50 mL
Vlar. Induk = 4 mL
o Membuat Larutan Standar Kafein 10 ppm
Nlar. Induk x Vlar. Induk = Nstandar x Vsatndar
100 ppm x Vlar. Induk = 10 ppm x 50 mL
Vlar. Induk = 5 mL

o Membuat Larutan Standar Kafein 12 ppm


Nlar. Induk x Vlar. Induk = Nstandar x Vsatndar
100 ppm x Vlar. Induk = 12 ppm x 50 mL
Vlar. Induk = 6 mL
6.2 Kurva Kalibrasi

VII. MSDS

HCL
o Sifat Kimia dan Fisika

Bau : pedas. Iritasi (Strong.)


Warna : tak berwarna menyala kuning.
pH (1% soln / air) : Asam.
Titik Didih : 108.58 C @ 760 mmHg
Melting Point : -62,25 ° C (-80 ° F)
Spesifik Gravity : 1,1-1
Tekanan Uap : 16 kPa (@ 20 ° C) rata-rata
Kepadatan uap : 1,267 (Air = 1)
Bau Threshold : 0,25 sampai 10 ppm
Properti Dispersi : Lihat kelarutan dalam air, dietil eter.
Kelarutan : Larut dalam air dingin, air panas, dietil eter.
Stabilitas : Produk ini stabil.
Ketidakstabilan : bahan yang tidak kompatibel, Sangat reaktif dengan logam.
Reaktif
dengan agen oksidasi, bahan organik, alkali, air.
Korosivitas : Sangat korosif di hadapan aluminium, tembaga, stainless steel
(304), dari stainless steel (316). Non-korosif terhadap kaca.
o Penanganan
Kontak Mata:
 Periksa dan lepaskan jika ada lensa kontak. Dalam kasus terjadi kontak, segera siram
mata dengan banyak air sekurang-kurangnya 15 menit. Air dingin dapat digunakan.
Dapatkan perawatan medis dengan segera.
Kontak Kulit :
 Dalam kasus terjadi kontak, segera basuh kulit dengan banyak air sedikitnya selama 15
menit dengan mengeluarkan pakaian yang terkontaminasi dan sepatu. Tutupi kulit yang
teriritasi dengan yg sesuatu melunakkan. Air dingin mungkin dapat digunakan
pakaian.cuci sebelum digunakan kembali. benar-benar bersih sepatu sebelum digunakan
kembali. Dapatkan perawatan medis dengan segera.
Kulit Serius :
 Cuci dengan sabun desinfektan dan menutupi kulit terkontaminasi dengan krim anti-
bakteri. Mencari medis segera
Inhalasi:
 Jika terhirup, pindahkan ke udara segar. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan.
Jika sulit bernapas, berikan oksigen. Dapatkan segera perhatian medis.
Serius Terhirup:
 Evakuasi korban ke daerah yang aman secepatnya. Longgarkan pakaian yang ketat
seperti kerah, dasi, ikat pinggang atau ikat pinggang. jika sulit bernapas, beri oksigen.
Jika korban tidak bernafas, lakukan pernafasan dari mulut ke mulut.

Kafein
o Penanganan

Penghirupan  Pindah ke udara segar. Jika pernafasan sulit, personil terlatih harus
memberikan oksigen. Panggil dokter bila gejala muncul atau berlanjut. Dibawah kondisi
normal untuk penggunaan yang dimaksud, bahan ini diharapkan tidak berbahaya bagi
penghirupan.

Kontak kulit  Segera bilas kulit dengan banyak air. Tanggalkan pakaian yang
terkontaminasi dan cuci sebelum dipakai kembali. Dapatkan pertolongan medis jika
timbulnya gejala-gejala.
Penelanan  Bilas baik-baik dengan banyak air sedikitnya selama 15 menit dan
periksakan ke dokter.Kontak mata Jika tertelan, bersihkan/bilas mulut dengan air (hanya
jika si penderita masih sadar). Bila bahan tertelan dalam jumlah besar, segera hubungi
pusat pengendali racun. Jangan membujuk muntah tanpa petunjuk pusat pengendali
racun.

VIII. PEMBAHASAN

Praktikum spektrofometer UV shimadzhu kali ini, kami membuat larutan standar


kafein dilakukan dengan mengencerkan dari larutan induk 100 ppm menjadi 2 ppm,4
ppm,8 ppm, 10 ppm, dan 12 ppm. Lalu pengerjaannya harus sesuai dengan SOP yang
ada. Pertama kami mengukur panjang gelombang larutan dengan memasukkan larutan
blanko ke dalam kuvet sampai terdengar bunyi bip-bip dan 0.00 A

Pada saat penentuan panjang gelombang maksimum, digunakan larutan standar


kafein 2ppm, 8ppm dan 12ppm diperoleh panjang gelombang 272.1 nm dan absorbansi
0.575. Dimana panjang gelombang maksimum ditentukan agar kita mengetahui pada
panjang gelombang berapa cahaya dapat diserap secara maksimal.

Kafein tidak bisa larut dalam air tetapi dapat larut dalam HCl, karena HCl bersifat
asam sehingga dapat membuat suasana kafein menjadi asam, kafein dibuat pada suasana
asam karena pada suasana asam panjang gelombang yang dihasilkan kafein maksimum.
Larutan blanko ini juga berfungsi sebagai pengkondisian (pengkalibrasi) agar ketika
pengukuran sampel preaksi yang ditambahkan pada sampel tidak mengubah harga
absorban pengukuran, karena adanya faktor koreksi dengan blanko.

Prinsip kerja spektrofotometri UV yaitu sumber cahaya yang ada dalam


spektrofotometri akan memancarkan cahaya polikromatis lalu melewati prisma sehingga
menjadi sinar monokromatis yang kemudian dilewatkan pada larutan yang ada dalam sel
kuvet dan larutan akan menyerap sinar dan meneruskan sinar, sinar yang diteruskan akan
terbaca oleh detector dan hasilnya akan terbaca di layar.

Selanjutnya pada pengukuran photometric untuk penentuan nilai Absorban dan


%Transmitan pada tiap larutan standar yang kami punya pada panjang gelombang
272,1nm dan pada 0.575A didapatkan hasil pada konsentrasi 2ppm absorbansinya adalah
0.1035, pada 4ppm absorbansinya adalah 0.2244, pada 8ppm absorbansinya adalah
0.3849, pada 10ppm absorbansinya adalah 0.4886, pada 12ppm absorbansinya adalah
0.5673.

Selanjutnya pada pengukuran quantitative diukur dengan memasukkan tiap


larutan standar ke dalam kuvet. Diperoleh hasil pada konsentrasi 2ppm absorbansinya
adalah 0.091, pada 4ppm absorbansinya adalah 0.188, pada 8ppm absorbansinya adalah
0.370, pada 10ppm absorbansinya adalah 0.473, pada 12ppm absorbansinya adalah 0.559.
lalu didapatlah kurva kalibrasi. Jadi, absorban berbanding lurus dengan konsentrasi,
semakin besar absorban (cahaya yang diserap oleh larutan) semakin besar pula
konsentrasi larutan.

Pada pengukuran sampel yang kami buat, kami membuat satu buah sampel
dimana absorbansinya 0.263305700 dengan konsentrasi 5.6500ppm.

IX. KESIMPULAN
• Prinsip kerja spektrofotometri UV yaitu sumber cahaya yang ada dalam
spektrofotometri akan memancarkan cahaya polikromatis lalu melewati prisma
sehingga menjadi sinar monokromatis yang kemudian dilewatkan pada larutan yang
ada dalam sel kuvet dan larutan akan menyerap sinar dan meneruskan sinar, sinar
yang diteruskan akan terbaca oleh detector dan hasilnya akan terbaca di layar.

• Panjang gelombang maksimum 272.1 nm dan absorbansi 0.575


• Metode Photometric
2ppm= 0.1035A
4ppm= 0.2244A
8ppm= 0.3849
10ppm= 0.4886
12ppm- 0.5673
• Metode Quantitative
2ppm= 0.091A
4ppm= 0.188A
8ppm= 0.370A
10ppm= 0.473A
12ppm= 0.559A
• Absorban berbanding lurus dengan konsentrasi, semakin besar absorban (cahaya
yang diserap oleh larutan) semakin besar pula konsentrasi larutan.
• Konsentrasi larutan sampel 5.6500ppm dengan absorbansi 0.263305700

X. DAFTAR PUSTAKA

1. Anwar Nur M,1989, ”Teknik Spektroskopi”, Pusat Antar Universitas – Ilmu Hayati
Institut Pertanian Bogor, Bogor,
2. Brink, O.G, Sachri Sobandi, 1984, ”Dasar Ilmu Instrumen”, Bina Cipta, Jakarta.
3. Day RA, Underwood AL, Hudyana Aloysius, 1992, ”Analisis Kimia Kuantitatif”,
edisi-5, Erlangga, Jakarta.
4. Khopkar, S.M, Saptorahardjo, 1990, ”Konsep Dasar Kimia Analitik”, UI Press,
Jakarta.
5. Pecsok, R.L, at all, Modern Methods of Chemical Analysis, John Willey & Sons,
New York, 1976.
6. Sastrohamidjojo Hardjono, ”Spektroskopi Ultra Violet dan Terlihat”, Laboratorium
Analisa Kimia/Fisika Pusat Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
7. Skoog, D.A, Principles of Instrumental Analysis, Rinehart and Winston Inc, New
York.
XI. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai