Anda di halaman 1dari 10

Idea Nursing Journal Vol. VIII No.

3 2017
ISSN : 2087-2879, e-ISSN : 2580 - 2445
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BULLYING PADA ANAK USIA SEKOLAH
DI SEKOLAH DASAR KECAMATAN SYIAH KUALA
BANDA ACEH

The Factors Affect Bullying on School-Age Children In Elementary Schools


the Syiah Kuala Subdistrict In Banda Aceh
1
Sufriani, 2Eva Purnama Sari
1
Bagian Keilmuan Keperawatan Jiwa Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala.
2
Mahasiswa Program Studi Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala.
E-mail: sufriani@gmail.com

ABSTRAK
Kasus bullying di Indonesia yang terjadi di sekolah dari tahun 2011 sampai 2014 tercatat sebanyak 1.480
kasus. Faktor penyebab tindakan bullying perlu diidentifikasi untuk mencegah tingginya angka bullying di
sekolah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan bullying
pada anak usia sekolah di Sekolah Dasar Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh. Desain penelitian menggunakan
deskriptif korelatif melalui pendekatan cross sectional study. Populasi penelitian adalah seluruh anak usia
sekolah dasar di Kecamatan Syiah Kuala. Teknik sampling purposive sampling dengan jumlah sampel 94
responden. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 22 Mei - 6 Juni 2015. Alat pengumpulan data berupa
kuesioner dalam bentuk skala likert dengan metode wawancara. Analisa data menggunakan uji Chi Square
(2x2) dengan Confidence Interval 95% (α = 0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara
faktor individu (P-value = 0,000), faktor keluarga (P-value = 0,000), faktor teman sebaya (P-value =
0,003), faktor sekolah (P-value = 0,048), faktor media (P-value = 0,042) dengan tindakan bullying pada anak
usia sekolah. Diharapkan pihak sekolah dapat meningkatkan kedisiplinan di sekolah dan memberikan
bimbingan konseling pada anak pelaku bullying, bagi orangtua agar menghindari memberi hukuman dengan
kekerasan.

Kata kunci: Bullying, anak usia sekolah, factor.

ABSTRACT
The bullying cases in Indonesia existing at schools since 2011 to 2014 were recorded for 1.480 cases. The
causing factors of bullying actions need to be identified in order to prevent the high incident of bullying at
schools. The objective of this research was to identification the relation of factors which influence bullying
actions at school-age children in Elementary Schools of Syiah Kuala Subdistrict in Banda Aceh. The
design of research used was descriptive correlation through a cross sectional study approach. The population
was school-age children on Elemantary Schools in Syiah Kuala Subdistrict. The technique sampling was
purposive sampling with the total sample of 94 respondents. The collection of data was conducted on May
22 until June 6, 2015. The instrument of data collections was questionnaires in likert scale with method is
interview. Data analysis was used Chi Square test (2x2) with Confidence Interval of 95% (α = 0,05). The
results of the research shows that there is a correlation between individual factor (P-value = 0,000), familial
factor (P-value = 0,000), a peer factor (P-value = 0,003), a school factor (P-value = 0,048), media factor (P-
value = 0,042) by bullying action in school children. It is expected that the school can improve discipline and
provide counseling guidance to children bullying, for parents to avoid punish by violence.

Keywords: Bullying, school-aged children, factors.

PENDAHULUAN untuk menyakiti korban, 2) tindakan yang


Bullying merupakan perilaku agresif dilakukan tidak seimbang sehingga
yang dilakukan oleh seseorang atau menimbulkan rasa tertekan pada korban, dan
kelompok terhadap orang-orang atau 3) tindakan yang dilakukan secara berulang-
kelompok lain yang dilakukan secara ulang (Astuti, 2008).
berulang-ulang dengan cara menyakiti secara Anak sebagai korban bullying akan
fisik maupun mental (Prasetyo, 2011). mengalami gangguan psikologis dan fisik,
Bullying yang terjadi di sekolah memiliki 3 lebih sering mengalami kesepian, dan
karakteristik yang terintegrasi yaitu: 1) mengalami kesulitan dalam mendapatkan
tindakan yang sengaja dilakukan pelaku teman, sedangkan anak sebagai pelaku
Idea Nursing Journal Rina Karmila, dkk

bullying cenderung memiliki nilai yang dirugikan melalui tindakan, bullying verbal
rendah (Dwipayanti & Komang, 2014). adalah bullying yang dilakukan dengan
Menurut penelitian Duke University yang mengancam, melakukan panggilan bernada
diterbitkan 12 Mei 2014 dalam Proceedings seksual, dan menyebarkan desas desus palsu
of the National Academy of Sciences dampak atau jahat, bullying mental/psikologi adalah
bullying di masa kanak-kanak dapat berbekas tindakan yang dilakukan dengan
seumur hidup, baik bagi korban maupun mengabaikan orang lain, mengisolasi dan
pelaku bullying itu sendiri, begitu pula pada membuat siswa lain tidak menyukai
kaum dewasa muda yang menunjukkan seseorang.
dampak jangka panjang akibat tindakan Terdapat beberapa faktor yang
bullying. Namun, pelaku bullying menyebabkan anak melakukan tindakan
didapatkan lebih sehat dibandingkan bullying yaitu: faktor individu (biologi dan
dengan korban bullying (Liputan6, 2014). temperamen), faktor keluarga, teman sebaya,
Faktor psikososial merupakan salah sekolah dan media. Penelitian membuktikan
satu penyebab yang tidak bisa dipisahkan dari bahwa gabungan faktor individu, sosial, resiko
kejadian bullying (Yusuf & Fahrudin, 2012). lingkungan, perlindungan berinteraksi dalam
Bullying dapat disebabkan oleh perbedaan menentukan etiologi tindakan bullying
kelas (senioritas), ekonomi, agama, gender, (Verlinden, Hersen dan Thomas 2000. p.5).
etnisitas atau rasisme. Bullying juga dapat Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
disebabkan oleh keluarga yang tidak rukun, factor yang memepengaruhi bullying pada
situasi sekolah yang tidak harmonis, dan anak usia sekolah di sekolah dasar kecamatan
karakter individu atau kelompok seperti Syiah kuala Banda Aceh. Permasalahan
adanya dendam atau iri hati, adanya semangat bullying di sekolah belum banyak
untuk menguasai korban dengan kekuatan mendapatkan perhatian, hal ini disebabkan
fisik, dan untuk meningkatkan popularitas oleh efek bullying tidak tampak secara
pelaku di kalangan teman sepermainannya langsung, kecuali bullying secara fisik, namun
Astuti (2008. p.4). hal tersebut juga tidak terungkap diakibatkan
Data yang diperoleh dari National korban yang takut untuk melaporkannya
Center for Educational Statistic of America karena malu atau diancam oleh pelaku
pada tahun 2013, didapatkan bahwa 27,8% bullying. (Prasetyo, 2011. p.20).
siswa melakukan bullying selama di sekolah
(Megan Mier Foundation, 2014). Komisi METODE
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Jenis penelitian ini adalah deskriptif
menyebutkan dari tahun 2011 sampai korelatif dengan desain penelitian cross
Agustus 2014 tercatat 1.480 kasus bullying sectional study. Penelitian ini bertujuan untuk
yang terjadi di sekolah (KPAI, 2014). mengidentifikasi hubungan faktor-faktor
Sementara di Aceh jumlah kasus bullying yang mempengaruhi tindakan bullying pada
secara khusus tidak disebutkan, namun kasus anak usia sekolah di sekolah dasar
kekerasan terhadap anak dari bulan Januari Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh.
sampai dengan Desember 2014 terdapat 25 Populasi dalam penelitian ini adalah siswa
kasus dengan rincian: kekerasan pada anak kelas IV dan V Sekolah Dasar sejumlah 584
dalam kasus Kekerasan Dalam Rumah siswa dari 11 Sekolah Dasar (SD) di
Tangga (KDRT) sebanyak 5 kasus, Kecamatan Syiah Kuala Teknik sampling
kekerasan fisik terhadap anak (pemukulan) yang digunakan purposive sampling, dengan
2 kasus, kekerasan seksual terhadap anak 7 kriteria inklusi siswa/i yang pernah melakukan
kasus, eksploitasi anak sebanyak 5 kasus, tindakan bullying, bersedia menjadi responden
anak terkait Narkoba 2 kasus, traficking anak dan hadir ke sekolah pada saat dilakukan
perempuan dibawah umur 2 kasus, dan anak penelitian. Jumlah sampel didapatkan dengan
yang berada disekolah sebanyak 2 kasus menggunakan rumus Slovin yaitu 94 orang.
(PPKB, 2014). Pengumpulan data menggunakan
Tindakan bullying dapat dibagi kuesioner dengan metode wawancara. Terdiri
menjadi tiga kategori, yaitu bullying fisik, dari 2 kuesioner yaitu: 1) untuk mengukur faktor
bullying verbal, dan bullying mental atau yang mempengaruhi bullying yang terdiri dari
psikologis (Nusantara, 2008. p.2). Bullying 22 item pertanyaan dalam bentuk skala likert,
fisik terjadi ketika seseorang secara fisik dan 2) kuesioner untuk mengukur tindakan
Idea Nursing Journal Vol. VIII No. 3 2017

bullying yang dilakukan anak usia sekolah Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa
yang terdiri dari 8 pernyataan. Penelitian ini faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan
menggunakan prinsip etik penelitian. Analisa bullying pada anak usia sekolah di Sekolah
data menggunakan uji Chi-square dengan Dasar Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh
program komputerisasi (SPSS for window). berada pada kategori tinggi untuk faktor
individu yaitu sebanyak 66,0%, faktor
HASIL keluarga s ebanyak 51,1% dan faktor media
Data demografi responden pada sebanyak 56,4%. Sedangkan faktor teman
penelitian ini meliputi: usia, jenis kelamin, sebaya dan faktor sekolah berada pada
dan kelas. kategori rendah masing-masing sebanyak
Tabel 1. Distribusi Data Demografi Responden 56,4% dan 59,6%.
di Sekolah Dasar Kecamatan Syiah Kuala
Banda Aceh (n=94) Tabel 3. Distribusi Frekuensi Tindakan
No Kategori Frekuensi Persentase Bullying pada Anak Usia Sekolah di Sekolah
1. Usia Dasar Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh
a. 8-10 tahun 45 47,9 (n=94)
b. 11-12tahun 45 47,9 No. Tindakan f %
c. 13-14tahun 4 4,2 1. Bullying
Tinggi 9 52,
2. Jenis Kelamin 2. Rendah 4 47,9
a. Laki-laki 70 74,5
b. Perempuan 24 25,5 Total 94 100
Sumber: Data Primer (Diolah, 2015)
Sumber: Data Primer (Diolah, 2015)
Berdasarkan tabel 1 di atas, diketahui Berdasarkan tabel 3 diketahui
bahwa usia responden tertinggi adalah 8-10 bahwa tindakan bullying pada anak usia
tahun dan usia 11-12 tahun yaitu masing- sekolah di Sekolah Dasar wilayah Kecamatan
masing 45 orang (47,9%), jenis kelamin Syiah Kuala Banda Aceh berada pada kategori
responden tertinggi adalah laki-laki yaitu 70 tinggi yaitu sebanyak 49 responden (52,1%).
orang (74,5%),
Hubungan Faktor-faktor yang
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Faktor yang Mempengaruhi Tindakan Bullying pada
Mempengaruhi Bullying pada Anak Anak Usia Sekolah di Sekolah Dasar
UsiaSekolah di Sekolah Dasar Kecamatan Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh
Syiah Kuala Banda Aceh (n=94) Berdasarkan tabel 4 diketahui dari 62
No. Faktor-faktor F % (66,%) responden dengan faktor individu
bullying
1. Faktor Individu kategori tinggi terdapat 42 (44,7%) responden
a. Tinggi 6 6 yang melakukan tindakan bullying pada
b. Rendah 32 6
3 kategori tinggi. Sedangkan dari 32 (34,0%)
2 ,4 responden dengan faktor individu kategori
2. Faktor Keluarga
0
,
a. Tinggi 4 5 rendah, terdapat 25 orang (26,6%) responden
0
b. Rendah 84 1
4 yang melakukan tindakan bullying kategori
6 ,8 rendah. Hasil uji Chi-Square diperoleh nilai
3. Faktor Teman Sebaya
1
a. Tinggi 4
,
4 P-value 0,000 (α = 0,05), artinya Ho ditolak.
9
b. Rendah 15 3
5 Maka dapat disimpulkan ada hubungan antara
3 ,6 faktor individu pelaku bullying dengan
4. Faktor Sekolah
,6 tindakan bullying pada anak usia sekolah di
a. Tinggi 3 4
4
b. Rendah 58 0
5 Sekolah Dasar Kecamatan Syiah Kuala Banda
6 ,
9 Aceh.
5. Faktor Media
4
,
a. Tinggi 5 5
6
b. Rendah 34 6
4
1 ,3
Sumber: Data Primer (Diolah, 2015)
4
,
6
Idea Nursing Journal Rina Karmila, dkk

Tabel 4. Hubungan Faktor Individu dengan Tindakan Bullying pada Anak Usia Sekolah di Sekolah
Dasar Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh (n=94)
Tindakan Bullying
Faktor Total
Rendah Tinggi α P-value
Individu
f % f % f %
Rendah 25 26,6 7 7,4 32 34,0
Tinggi 20 21,3 42 44,7 62 66,0
0,05 0,000
Total 45 47,9 49 52,1 94 100
Sumber: Data Primer (Diolah, 2015)

Berdasarkan tabel 5 diketahui dari 48 bullying rendah. Dari hasil uji Chi-Square
(51,1%) responden dengan faktor keluarga diperoleh P-value = 0,000 (α = 0,05), artinya
dalam kategori tinggi terdapat 34 (36,2%) Ho ditolak. Maka dapat disimpulkan ada
responden dengan tindakan bullying tinggi. hubungan antara faktor keluarga pelaku
Sedangkan dari 45 (48,9%) responden dengan dengan tindakan bullying pada anak usia
faktor keluarga pada kategori rendah terdapat sekolah di Sekolah Dasar Kecamatan Syiah
31 (33,0%) responden dengan tindakan Kuala Banda Aceh.
Tabel 5. Distribusi Hubungan Faktor Keluarga dengan Tindakan Bullying pada Anak Usia Sekolah di
Sekolah Dasar Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh (n=94)
Tindakan Bullying
Faktor Total
Rendah Tinggi α p-value
Keluarga
f % f % f %
Rendah 31 33,0 15 16,0 46 48,9
Tinggi 14 14,9 34 36,2 48 51,1
0,05 0,000
Total 45 47,9 49 52,1 94 100
Sumber: Data Primer (Diolah, 2015)

Tabel 6. Distribusi Hubungan Faktor Teman Tabel 7. Distribusi Hubungan Faktor Sekolah
Sebaya dengan Tindakan Bullying pada Anak dengan Tindakan Bullying pada Anak Usia
Usia Sekolah di Sekolah Dasar Kecamatan Sekolah di Sekolah Dasar Kecamatan Syiah
Syiah Kuala Banda Aceh (n=94) Kuala Banda Aceh (n=94)
Faktor Tindakan Bullying Tindakan
Teman Total α P- Faktor Bullying Total α P-value
Rendah Tinggi Sekolah
Sebaya value Rendah Tinggi
f % f % f %
f % f % f %
Rendah 33 35,1 20 21,3 53 56,4
Rendah 32 34,0 24 25,5 56 59,6
Tinggi 12 12,8 29 30,9 41 43,6 0,05 0,0 Tinggi 13 13,8 25 26,6 38 40,4 0,05 0,048
03
Total 45 47,9 49 52,1 94 100
Total 45 47,9 49 52,1 94 100
Sumber: Data Primer (Diolah, 2015) Sumber: Data Primer (Diolah, 2015)

Pada tabel 6 dapat dilihat dari 41 Berdasarkan tabel 7 diketahui dari 38


(43,6%) responden dengan faktor teman (40,4%) responden dengan faktor sekolah
sebaya dalam kategori tinggi terdapat 29 dalam kategori tinggi terdapat 25 (26,6%)
(30,9%) responden dengan tindakan bullying responden dengan tindakan bullying tinggi.
tinggi. Sedangkan dari 53 (56,4%) responden Sedangkan dari 56 (59,6%) responden
dengan faktor teman sebaya dalam kategori dengan faktor sekolah dalam kategori
rendah terdapat 33 (35,1%) responden dengan rendah terdapat 32 (34,0%) responden dengan
tindakan bullying rendah. Hasil uji Chi- tindakan bullying rendah. Hasil uji Chi-
Square diperoleh P-value = 0,003 (α = 0,05) Square diperoleh P-value = 0,048 (α = 0,05)
artinya Ho ditolak. Maka dapat disimpulkan artinya Ho ditolak. Maka dapat disimpulkan
ada hubungan antara faktor teman sebaya ada hubungan antara faktor sekolah dengan
dengan tindakan bullying pada anak usia tindakan bullying pada anak usia sekolah di
sekolah di Sekolah Dasar Kecamatan Syiah Sekolah Dasar Kecamatan Syiah Kuala Banda
Kuala Banda Aceh. Aceh.
Idea Nursing Journal Vol. VIII No. 3 2017

Tabel 8. Distribusi Hubungan Faktor Media bullying biasanya menyerang orang lain
denganTindakan Bullyingpada Anak Usia terlebih dahulu sebelum diserang sebagai
Sekolah di Sekolah Dasar Kecamatan Syiah cara untuk melindungi dirinya (Verlinden,
Kuala Banda Aceh (n=94) Hersen dan Thomas (2000). Berdasarkan
Tindakan Bullying hasil penelitian diketahui sebagian besar anak
Faktor Total α P-value
Media Rendah Tinggi yang melakukan tindakan bullying merasa
f % f % f % dirinya lebih hebat dan berkuasa di antara
Rendah 25 26,6 16 17,0 41 59,6 teman-temannya (41,5%) dan sering
Tinggi 20 21.3 33 35,1 53 40,4 0,05 0,042 melampiaskan kemarahannya pada orang lain
Total 45 47,9 49 52,1 94 100 (44,7%) hal ini menunjukkan bahwa tedapat
masalah pada kemampuan anak dalam
Sumber: Data Primer (Diolah, 2015)
mengelola emosi. Idealnya pada masa usia
Berdasarkan tabel 8 diketahui dari sekolah anak sudah mampu mengendalikan
53 (56,4%) responden dengan faktor media
emosinya dengan menggunakan beberapa
dalam kategori tinggi terdapat 33 (35,1%)
strategi dari hasil pikirnya sendiri. Anak
responden dengan tindakan bullying tinggi.
dengan perkembangan emosional yang baik
Sedangkan dari 41 (43,6%) responden dengan tidak akan merusak pertemanan dan mencari
faktor media dalam kategori rendah terdapat
permusuhan, dan akan melakukan persaingan
25 (26,6%) responden dengan tindakan
yang sehat dengan tidak menonjolkan
bullying rendah. Hasil uji Chi-Square
kekuatan. Namun dari hasil penelitian
diperoleh nilai P-value = 0,042 (α = 0,05) sebagian besar (46,8%) pelaku bullying
artinya Ho ditolak. Maka dapat disimpulkan
merasa lebih baik memukul terlebih dahulu
ada hubungan antara faktor media dengan
daripada dipukul oleh orang lain, hal ini
tindakan bullying pada anak usia sekolah
menunjukkan bahwa tindakan bulling
di Sekolah Dasar Kecamatan Syiah Kuala dilatarbelakangi kekhawatiran akan diri,
Banda Aceh.
cemas akan disakiti oleh orang lain. Perilaku
ini merupakan bagian dari mekanisme koping
PEMBAHASAN mal adaptif pada anak (pelaku),
Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui kekhawatirannya terhadap perlakuan orang
terdapat hubungan yang bermakna antara lain terhadapnya dan keinginannya untuk
faktor individu pelaku dengan tindakan menguasai lingkungan.
bullying pada anak usia sekolah di Sekolah Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa
Dasar Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh terdapat hubungan yang bermakna antara
(p-value = 0,000). Hasil penelitian ini sesuai faktor keluarga dengan tindakan bullying
dengan penelitian oleh Deniz dan Ertosun pada anak usia sekolah di Sekolah Dasar
(2010) yang menunjukkan bahwa terdapat Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh dengan
hubungan yang signifikan antara nilai P-value = 0,000. Keluarga adalah
kepribadian dan tindakan bullying di tempat lingkunga belajar yang pertama sekali
kerja (p-value = 0,000). Widiharto, Sandjaja dijumpai anak. Anak mulai mengetahui mana
dan Eriyani (2010) dalam penelitiannya yang benar dan salah adalah dari keluarga
tentang perilaku bullying ditinjau dari harga terutama orangtua, dalam keluarga pula anak
diri dan pemahaman moral anak juga mendapatkan nilai dan norma yang dianut
menunjukkan hasil yang sesuai yaitu terdapat budaya dan keyakinan masyarakat setempat.
hubungan antara harga diri dan pemahaman Oleh karena itu orangtua memegang peran
moral anak dengan perilaku bullying (p-value penting dalam pembentukan perilaku anak.
= 0,01). Pentransferan nilai dan norma tersebut tidak
Anak-anak pelaku bullying cenderung terlepas dari tipe pola asuh yang diterapkan
memiliki harga diri yang baik dan orangtua pada anak, baik itu pola asuh
berkembang, namun tidak memiliki rasa pemisif, otoriter maupun demokrasi. Setiap
tanggung jawab terhadap tindakan yang pola asuh memberikan andil dalam
dilakukan, selalu ingin berkuasa dan pembentukan karakter anak. Orangtua
mendominasi, dan tidak menghargai orang seharusnya menerapkan ketiga pola asuh
lain. Anak yang melakukan bullying biasanya tersebut pada kondisi yang tepat. Tipe pola
memiliki sikap hiperaktif, impulsif, asuh orang tua berhubungan dengan prilaku
kehilangan konsentrasi, dan memiliki bullying ( p -value = 0,027), anak yang
pengalaman kekerasan di masa lalu. Pelaku
Idea Nursing Journal Rina Karmila, dkk

melakukan bullying sedang dan ringan disenanginya. Anak tidak mendapatkan


berasal dari keluarga dengan pola asuh pendidikan disiplin yang benar serta nilai dan
permisif dan otoriter (Nurhayanti, Dwi dan norma yang berlaku dimasyarakat bila
Natalia (2013). Penelitian pada bullying pada orangtua sering menggunakan pola asuh
remaja menunjukkan bahwa pola asuh otoriter permisif seperti yang ditunjukkan dalam
adalah pola asuh yang paling sering penelitian ini bahwa sebagian besar (59,6%)
digunakan oleh keluarga pelaku bullying sering tidak melarang anak untuk melakukan
(Efobi dan Nwokolo, 2014). apapun termasuk melakukan tindakan
Menurut Curtner dan Smith (2000, bullying.
dalam Brookmen, Maguire, Pierpoint, & Berdasarkan tabel 6 diketahui terdapat
Bennet, 2010) karakteristik hubungan orang hubungan yang bermakna antara faktor teman
tua dan anak merupakan mekanisme utama sebaya dengan tindakan bullying pada anak
pelaku bullying dalam membentuk perilaku usia sekolah di Sekolah Dasar Kecamatan
agresif dan pasif. Pola asuh yang diterapkan Syiah Kuala. Penelitian ini sesuai dengan
orang tua, merupakan salah satu cara yang penelitian yang dilakukan oleh Handayani
digunakan orang tua untuk mendidik anak. (2009) tentang hubungan antara faktor-faktor
Pola asuh orang tua yang menggunakan munculnya konformitas kelompok sebaya
kekerasan dapat menyebabkan anak dengan perilaku bullying pada remaja, yang
melakukan kekerasan terhadap orang lain menunjukkan terdapat hubungan antara
karena anak mencontoh tindakan yang faktor-faktor munculnya konformitas
dilakukan oleh orang tuanya. Hasil penelitian kelompok sebaya dengan perilaku bullying
ini menunjukkan sebagian responden (pelaku (p-value = 0,01). Studi lain yang dilakukan
bullying) sering mendengar kata-kata kasar oleh Pratiwi, Puspita dan Rosalina (2012)
dalam keluarganya (45,7%), sebagian besar juga menunjukkan kesesuaian bahawa
(36,2%) keluarga menerapkan pola asuh terdapat hubungan antara peran teman sebaya
otoriter yang ditunjukkan dengan perilaku dengan perilaku bullying pada anak usia
kekerasan seperti memukul bila bersalah, sekolah (p-value = 0,008) kelas 5 dan 6 di
sering memberi hukuman yang tidak SD Sriwedari 02 Kecamatan Jaken Kabupaten
mendidik, hal ini akan mendorong anak Pati.
untuk melakukan hal yang sama kepada Berdasarkan observasi penulis pada
teman-temannya sebagai pembenaran yang saat pengumpulan data, dari beberapa
dilakukan. Pola asuh otoriter akan melahirkan sekolah yang dikunjungi terdapat anak
perilaku agresif pada anak. yang sedang mengejek salah seorang
Pada aspek perkembang anak terdapat temannya, dan diikuti oleh teman yang lain
masalah dalam perkembangan emosional sebagai dukungan pada pelaku bullying.
anak pelaku bullying ketika anak ingin Dukungan ini biasanya diberikan pada anak
mendapatkan kesenangan dengan membully yang menunjukkan kekuatan dan kekuasaan di
temannya. Pada penelitian ini sebagian besar lingkungannya, sehingga ditakuti oleh teman-
pelaku bullying (52,1%) melakukan tindakan temannya. Beberapa anak bahkan telah
bullying agar mendapatkan suasana yang memiliki label sebagai anak yang sering
menyenangkan. Pola asuh otoriter menganggu orang lain (42,6%) atau karena
menimbulkan tekanan dalam diri anak, disegani (51,1%), sehingga anak yang lain
sehingga anak mencari kepuasan dan hanya membiarkan anak tersebut melakukan
perasaan senang pada lingkungan lain seperti tindakan bullying. Pada penelitian ini
sekolah. Ini merupakan masalah dalam sebagian besar (45,7%) pelaku bullying sering
perkembangan moral dan perilaku anak ketika mendapatkan dukungan ketika
anak belum mampu memahami emosi yang mengganggu/mengejek temannya, sedangkan
kompleks yang terintegrasi dengan rasa anak lain (50,0%) sering
tanggung jawab akibat dari perilakunya, dan membiarkan/mendiamkan tindakan tersebut.
tidak mampu menunjukkan rasa empati pada Kondisi lingkungan seperti ini memberikan
korban bullying (Santrock,2011). Tipe dorongan pembentukan konsep diri yang
permisif yang membolehkan atau membiarkan keliru dalam diri anak sebagai pelaku
apapun yang dilakukan oleh anak tanpa bullying yaitu harga diri maladaptif dan sikap
pengawasan, juga akan menyebabkan anak superior anak yang muncul dari pemikiran
bebas melakukan segala hal yang keberhasilannya menguasai lingkungan dan
Idea Nursing Journal Vol. VIII No. 3 2017

temannya. Sikap superior dan ingin bimbingan etika yang kurang diterapkan,
menguasai ini dikhawatirkan akan tindakan diskriminatif yang dilakukan guru,
berkembang ke arah yang tidak diharapkan sekolah dengan kesenjangan yang tinggi
oleh orangtuanya, seperti kecurangan, antara status ekonomi rendah dan status
permusuhan untuk mendapatkan apa yang ekonomi tinggi, serta karena penetapan
diinginkannya, sayangnya anak tidak peraturan yang tidak konsisten ( Astuti, 2008.
menyadari efek dari perilakunya terhadap p.5)
lingkungan, orang lain dan keluarganya. Tindakan bullying yang terjadi di
Apabila tidak segera tidak ditangani oleh sekolah belum mendapatkan perhatian yang
pihak sekolah, maka perkembangan besar oleh pihak sekolah. Hasil observasi
psikologis anak akan bermasalah dikemudian diketahui salah seorang guru di salah satu
hari dan akan merugikan anak lain. Peran sekolah mengatakan bahwa perilaku
orang tua dan sekolah sangat penting untuk mengejek, dan mengganggu yang
menghentikan perkembangan emosional yang dilakukan oleh siswa/siswi merupakan
maladaptif ini, salah satunya dengan suatu perilaku kenakalan yang wajar dimiliki
pemantauan ketat terhadap perilaku anak anak pada usianya. Beberapa guru tidak
yang menyimpang moral dan bimbingan serta mengetahui tentang bullying, sehingga
pendampingan dari kedua pihak baik orangtua tindakan bullying di sekolah tidak
maupun guru khususnya walikelas. teridentifikasi sebagai masalah yang perlu
Berdasarkan tabel 7 diketahui terdapat dicegah. Padahal tampak jelas ada perilaku
hubungan yang bermakna antara faktor agresif yang terjadi dilingkungan sekolah
lingkungan sekolah dengan tindakan bullying seperti didapatkan dalam penelitian ini
pada anak usia sekolah di Sekolah Dasar diketahui 56,8% siswa sering berkelahi di
Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh (P-value lingkungan sekolah, dan 51,1% siswa sering
= 0,048). Petrie (2014) dalam studinya mengejek di lingkungan sekolah dan
tentang the relationship between school mengucilkan siswa lain. Hal ini akan
climate and student bullying menunjukkan memberikan efek bagi siswa sebagai pelaku
terdapat hubungan antara iklim sekolah maupun sebagai korban yaitu dapat
dengan tindakan bullying (P-value = 0.000). menganggu kesehatan fisik, psikologis, dan
Sama halnya dengan penelitian oleh Usman mental. Adanya tindakan bullying ini
(2013) tentang perilaku bullying ditinjau dari menunjukkan pengawasan aktivitas anak-
kelompok teman sebaya dan iklim sekolah anak di lingkungan sekolah perlu diperbaiki
pada siswa SMA di Kota Gorontalo, hasil oleh guru maupun pihak sekolah lainnya,
pengujian dengan korelasi parsial didapatkan dengan teguran langsung atau dengan aturan
nilai t = 0,0391 p< α berarti iklim sekolah sekolah.
berpengaruh negatif dan signifikan Berdasarkan tabel 8 diketahui terdapat
terhadap perilaku bullying siswa SMA di hubungan yang bermakna antara faktor
Kota Gorontalo. media dengan tindakan bullying pada anak
Maghfirah dan Rachmawati (2009) usia sekolah di Sekolah Dasar Kecamatan
dalam studinya tentang hubungan antara iklim Syiah Kuala Banda Aceh dengan nilai P-
sekolah dengan kecenderungan perilaku value = 0,042. Hasil penelitian ini sesuai
bullying, menyatakan bahwa terdapat dengan penelitian oleh Ramos, Pareira,
hubungan negatif yang signifikan antara iklim Carvalho, dkk (2011) tentang media violence:
sekolah dengan tindakan bullying (P-value = a research with portugues children yang
0,000 (p < α)), nilai korelasi (r) = -0,459. Hal menunjukkan adanya hubungan antara
ini menunjukkan semakin positif iklim kekerasan di media dengan
sekolah maka semakin rendah tindakan bullying/cyberbullying yang dilakukan oleh
bullying di sekolah. Sekolah merupakan anak dengan P- value = 0,000 dan nilai aplha
lingkungan yang sering terjadinya bullying (0,01). Studi lain tentang pengaruh intensitas
pada siswa, seperti ruang kelas, halaman menonton tayangan kekerasan di televisi dan
sekolah, kantin, kamar kecil/toilet, jalan intensitas pemberian punishment dengan
menuju sekolah dan lingkungan lainnya perilaku bullying dikalangan pelajar,
disekitar sekolah. Bullying yang terjadi di didapatkan hasil terdapat pengaruh antara
sekolah diakibatkan lingkungan sekolah yang intensitas menoton tayangan kekerasan di
tidak aman, seperti pengawasan dan televisi terhadap perilaku bullying
Idea Nursing Journal Rina Karmila, dkk

dikalangan pelajar P-value =0,000 yang terpapar dengan kekerasan melalui


(Suprihatin, 2009). media.
Media informasi televisi memiliki efek
negatif pada anak seperti mengajari anak KESIMPULAN
menjadi stereotip, mencontohkan model Berdasarkan hasil penelitian maka
agresi kekerasan, dan menyajikan dapat disimpulkan adalah terdapat hubungan
pandangan yang tidak realistis tentang dunia faktor individu, faktor keluarga, teman
(Dubow, Huesmann, Greenwood, dan sebaya, sekolah dan media dengan tindakan
Murray (2007 dalam Santrock, 2011). Anak bullying. Diharapkan pihak sekolah dapat
laki-laki yang sering menonton tayangan meningkatkan kedisiplinan di sekolah dan
kekerasan di televisi besar kemugkinan untuk memberikan bimbingan konseling pada
melakukan tindak pidana kekerasan, pelaku bullying. Guru diharapkan berperan
mengejek orang lain, mengancam aktif dalam mencegah terjadinya tindakan
menggunakan kekerasan terhadap anak-anak bullying di sekolah, memberi contoh yang
lain, memecahkan jendela, dan menuliskan baik, mengurangi tindakan kekerasan sebagai
slogan di dinding (Santrock, 2011). hukuman, memberikan informasi tentang
Kekerasan juga dapat ditemukan pada media tontonan atau acara televisi yang baik untuk
lain seperti game pada gadget. Bermain game ditonton kepada siswa/siswi. Bagi orang tua
di gadget juga memberi dampak kekerasan diharapkan membimbing anak dengan
dan perilaku bullying pada anak. Anak yang pengajaran dam teladan serta tidak
sering bermain game kekerasan lebih agresif membiarkan anak melakukan sesuatu tanpa
daripada anak yang sering bermain game pengawasan orang tua seperti penggunaan
bukan kekerasan atau bahkan media elektronik dan media massa.
dibandingkan anak yang tidak bermain game Memantau perkembangan anak, terutama
sama sekali (Santrock, 2011). Selain jenis perkembangan emosional dan sosial anak.
tayangan, durasi menonton (lamanya paparan Diharapkan penelitian selanjutnya dapat
media ) juga berpengaruh tehadap kekerasan dikembangkan pada korban bullying seperti
yang dilakukan oleh anak, terdapat hubungan dampak tindakan bullying terhadap tumbuh
antara lama menonton televisi dalam sehari kembang anak.
dengan tindakan kekerasan pada anak (p-
value = 0,039), terdapat hubungan antara KEPUSTAKAAN
bermain game online dengan tindakan Amiruddin. R, Rismayanti, Zulkifli. N.I.
kekerasan P-value = 0,003 (Amiruddin, (2013). Paparan media dan tindakan
Rismayanti dan Zulkifli, 2013) kekerasan anak jalanan. (online)
Pada penelitian ini anak usia sekolah http://repository.unhas.ac.id. Diakses 6
sebagai pelaku bullying memperoleh dampak Juni 2015.
negatif dari tayangan kekerasan di televisi,
selalu menonton film/sinetron perkelahian Arikunto, S. (2013). Prosedur penelitian:
(41,5%), sering menonton informasi tentang suatu pendekatan praktek. Jakarta: PT.
kekerasan (42,6%), mendapatkan informasi Hak Cipta.
tentang kekerasan melalui televisi dan media
cetak, serta sering bermain game tembak- Astuti, P. R. (2008). Meredam bullying. 3
tembakan (40,4%). Maraknya tayangan cara efektif mengatasi kekerasan pada
kekerasan di televisi dan berkembangnya anak. Jakarta: Gramedia Widiaswara
game baik secara online maupun dari media Indonesia.
elektronik lainnya mempengaruhi
perkembangan anak terutama moral dan Brookmen. F, Maguire. M, Pierpoint. H,
psikologi. Anak cenderung meniru dari apa Bennet. T. (2010). Hanbook on
yang dilihat dan didengar, dan crime. Canada: Willan Publishing.
mencontohkan berbagai adegan yang
ditayangkan di dalam tayangan kekerasan Budiarto, E. (2003). Metodologi penelitian
seperti sinetron, film atau acara olahraga yang kedokteran. Jakarta: EGC.
ditontonnya. Hal tersebut dapat
menunjukkan bahwa anak yang cenderung Dwipayanti & Komang. (2014). Hubungan
melakukan tindakan bullying adalah anak antara tindakan bullying dengan
Idea Nursing Journal Vol. VIII No. 3 2017

prestasi belajar anak korban bullying Jurnal Psikologi. (online)


pada tingkat sekolah dasar. Jurnal http://setiabudi.ac.id. Diakses 28 Maret
Psikologi Udayana, vol 1, no 2: 251- 2015.
260. (online) http://ojs.unud.ac.id.
Diakses 17 Oktober 2014. Megan Meier Foundation. (2014). Bullying,
cyberbullying, and suicide statistics.
Efoby. A & Nwokolo. C. (2014). (online) www.
Relationship between parenting style meganmeierfoundation.org. Diakses
and tendency to bullying behaviour 17 Oktober 2014.
among adolescents. Journal of
Education and Human Development, Petrie. K. (2014). The relationship between
vol 3, no 1. (online) school climate and student bullying.
http://jehdnet.com/journals . Diakses 9 Journal of Christian Education. Vol 8.
Juni 2015. (online) http://research.avondale.edu.au
. Diakses 9 Juni 2015.
Handayani. W. (2009). Hubungan antara
faktor-faktor munculnya konformitas PPKB. (2014). Laporan tahunan P2TP2A
kelompok sebaya dengan perilaku 2014. (online) www.
bullying remaja. (online) ppkb.bandaacehkota.go.id. Diakses 11
http://repository.uinjkt.ac.id. Diakses 6 Maret 2014.
Juni 2015.
Prasetyo, A. B. K. (2011). Bullying di sekolah
Hastono, S.P. (2007). Analisis data dan dampaknya bagi masa depan anak.
kesehatan. Jakarta: Fakultas Kesehatan El-Tarbawi Jurnal Pendidikan Islam,
Masyarakat UI. Vol IV, No 1 . (online)
http://download.portalgaruda.org.
KPAI. (2014). Kasus bullying dan pendidikan Diakses 23 November 2014.
karakter. (online) www. kpai.go.id.
Diakses 17 Oktober 2014. Pratiwi. N, Puspita. D, Rosalina (2012).
Hubungan peran teman sebaya dengan
Liputan6. (2014). Dampak bullying perilaku bullying pada anak usia
dalam jangka panjang. (online) sekolah kelas 5 dan 6 di SD Sriwedari
www.liputan6.com. Diakses 17 Oktober 02 Kecamatan Jaken Kabupaten Pati.
2014. (online) http://perpusnwu.web.id.
Diakses 6 Juni 2015.
Notoatmodjo, S. (2010). Metode penelitian
kesehatan. Jakarta: Rineka. Ramos. S, Pareira. A, Carvalho. C, Barosso.
M, & Castanheira. H. (2011). Media
Nurhayanti, R, Dwi & Natalia. (2013). Tipe violence: A research with
pola asuh orang tua yang berhubungan portuguese children. (online)
dengan prilaku bullying di SMA http://www.lse.ac.uk. Diakses 9 Juni
Kabupaten Semarang. Jurnal 2015.
Keperawatan Jiwa, Vol 1, No 1:49-59.
(online) Santrok, J. W. (2011). Perkembangan
http://jurnal.unimus.ac.id/index.php. anak, jilid 1, edisi 11. Jakarta:
Diakses 17 Oktober 2014. Erlangga.

Nusantara, A. (2008). Bullying: (2007). Perkembangan anak, jilid


Mengatasi Kekerasan di Sekolah 2, edisi 7. Jakarta: Erlangga.
dan Lingkungan Sekitar Anak. Jakarta:
Grasindo. Suprihatin. B. Pengaruh intensitas menonton
tayangan kekerasan di televisi dan
Maghfirah. U, & Rachmawati. M. A. intensitas pemberian punishment
Hubungan antara iklim sekolah dengan dengan perilaku bullying dikalangan
kecenderungan perilaku bullying. pelajar SMA Negeri 1 Semin
Idea Nursing Journal Rina Karmila, dkk

Gunungkidul. (online) (Online) http://www15.uta.fi. Diakses


http://jogjapress.com. Diakses 28 Maret 23 November 2014.
2015.
Widiharto, C. A, Sandjaja. S. S, Eriyani. P
Usman. I. (2013). Perilaku bullying (2010). Perilaku bullying ditinjau dari
ditinjau dari peran kelompok teman harga diri dan pemahaman moral anak.
sebaya dan iklim sekolah pada siswa (online) http://repository.uinjkt.ac.id.
SMA di Kota gorontalo. Humanitas. Diakses 9 Juni 2014.
vil x no.1. (online)
http://journal.uad.ac.id. Diakses 28 Yusuf, H dan Fahrudin. (2012). Perilaku
Maret 2015. bullying: Asessmen multidimensi dan
intervensi sosial. Jurnal psikologi
Verlinden. S, Hersen. M, dan Thomas. J. undip, vol 11, no 2. (online)
(2000). Risk factor in school shooting. http://ejournal.undip.ac.id. Diakses 23
Clinial psychology review. vol 20, no 1 November 2014

Anda mungkin juga menyukai