1
DAFTAR ISI
2
I. LATAR BELAKANG
Wilayah NKRI dengan 34 wilayah administrasi Provinsi serta 516 wilayah administrasi
kabupaten/kota luas memiliki daratan sekitar 191 juta hektar. Dari luas tersebut, kurang lebih
126 juta hektar merupakan kawasan hutan yang merupakan kewenangan pengelolaan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, sedangkan sisanya merupakan lahan
budidaya(areal penggunaan lain, APL)yang menjadi kewenangan pengelolaan Kementerian
Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (Kementerian ATR/BPN)1.
Salah satu sasaran Pembangunan bidang pertanahan dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019 adalah “meningkatnya kepastian hukum
hak atas tanah”. Dalam upaya meningkatkan kepastian hukum, telah teridentifikasi bahwa
permasalahan mendasar adalah sistem pendaftaran tanah yang dianut saat ini berupa sistem
publikasi negatif yang berarti negara tidak menjamin kebenaran informasi yang ada dalam
sertipikat. Dibutuhkan upaya untuk memulai membangun sistem pendaftaran tanah publikasi
positif yang dikenal sebagai pendaftran tanah stelsel positif, yang berarti negara menjamin
kebenaran informasi yang tercantum dalam sertipikat tanah yang diterbitkan, dengan demikian
ketika terjadi gugatan maka pihak yang dirugikan akan memperoleh ganti kerugian dari negara.
Salah satu agenda dalam upaya membangun sistem pendaftaran tanah publikasi positif
dilakukan melalui “Percepatan penetapan batas kawasan hutan pada skala kadastral”.
Dalam rangka menjembatani integrasi peta batas kawasan hutan (skala kecil) yang telah
ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanandengan peta pendaftaran (skala
besar) yang ada di kantor pertanahan Kabupaten/Kota maka perlu dilakukan pengukuran
perapatan batas bersama ( joint survey ) oleh Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan
Pertanahan Nasional dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan disupervisi
oleh Badan Informasi Geospasial (BIG) dan dalam koordinasi Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), dengan
mengambil lokasi di Kawasan Hutan “Gunung Lasem”seluas 2.640,30 Hektar dan 72,13
Kmyangterletak diKabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah berdasarkan SK.4111/Menhut-
VII/KUH/2014 yang dilaksanakan pada tahun anggaran 2019.
1
Kemendagri. (2018). Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan (Permendagri No.137-2017), diunduh dari
Kemendagri.go.id: http://www.kemendagri.go.id/pages/data-wilayah
3
IV. RUANG LINGKUP
Metode yang digunakan untuk melaksakan pekerjaan Pembuatan Peta Situasi Batas Kawasan
Hutan adalah dengan cara kontraktual.Ruang lingkup/batasan pekerjaan ini terdiri dari:
1. Persiapan Pekerjaan
a. Koordinasi dengan instansi terkait;
b. Deskripsi wilayah kerja (topografi, aksesibilitas, dan
Persiapan data dan hal yang lain yang dianggap relevan dalam menunjang
A
Rencana Kerja pelaksanaan pekerjaan misalnya data/tabel tentang
wilayah administrasi dan sebagainya);
c. Peta Kerja.
Persiapan Personil dan a. Surat tugas dan mobilisasi personil;
B
Peralatan b. Dokumen peralatan.
2. Pelaksanaan Pekerjaan
a. Dokumen rencana penentuan staking out dan detil
Perencanaan Staking out
C situasi;
dan Detil Situasi
b. Foto Patok Perapatan Batas Sementara terpasang.
D Pengukuran Staking Out
dan Detil Situasi : a. Foto Patok Perapatan Batas;
1. Pembuatan Patok b. Dokumen koordinat hasil Staking out dan detil
situasi;
Perapatan Batas;
a. Foto Patok Perapatan Batas terpasang.
2. Staking out dan Detil
Situasi;
3. Pemasangan Patok
Perapatan Batas.
a. Pengolahan data;
E Pengolahan Data Situasi b. Peta batas kawasan digital.
3. Pelaporan
a. Laporan Pendahuluan;
F Pelaporan b. Laporan Bulanan;
c. Laporan Akhir.
Diagram alir berikut menunjukkan tahapan kegiatan Pembuatan Peta Situasi Batas Kawasan
Hutan “Gunung Lasem”.
4
Gambar 1. Diagram alir pelaksanaan kegiatan lapangan oleh pihak ketiga
1. Pelaksanaan Kegiatan
A. Persiapan Pekerjaan
1) Persiapan data dan Rencana Kerja
a) Melakukan koordinasi dengan instansi terkait antara lain: seperti masyarakat
desa sekitar batas kawasan hutan, Perhutani, BPKH/ Dinas Kehutanan, dan
Kantor Pertanahan BPN Kota/ Kabupaten;
b) Menyiapkan dokumen terkait wilayah kerja meliputi topografi, aksesibilitas, dan
hal yang lain yang dianggap relevan dalam menunjang pelaksanaan pekerjaan
misalnya data/tabel tentang wilayah administrasi dan sebagainya;
c) Menyiapkan peta kerja.
5
2) Persiapan Personil dan Peralatan
a) Menyiapkan dokumen (surat tugas dan mobilisasi) personil dan dokumen
peralatan yang akan digunakan dalam setiap tahapan pekerjaan, untuk
memastikan bahwa personil pelaksana telah memiliki kesamaan persepsi
mengenai tata cara pelaksanaan tahapan pekerjaan dan peralatan yang
digunakan telah sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan;
b) Menyiapkan dokumen kontrol kualitas internal terhadap semua hasil kegiatan
pada masing-masing tahapan pekerjaan sesuai dengan petunjuk pelaksanaan
yang diberikan oleh Pemberi Kerja. Dokumen Kontrol Kualitas internal
merupakan salah satu kelengkapan yang diperlukan untuk proses kontrol
kualitas oleh Tim Pengawas Teknis Dirjen Infrastruktur Keagrariaan.
B. Pelaksanaan Pekerjaan
1) Perencanaan Staking Out dan Detil Situasi
a) Pemeriksaan GPS Handheld;
b) Membuat rencana staking out batas kawasan dan jalur untuk tracking;
c) Membuat rencana pengikatan terhadap titik ikat bantu; Pencetakan peta rencana
staking out dan detil situasi batas kawasan dan titik ikat bantu;
d) Menyiapkan patok perapatan batas sementara dengan spesifikasi: bahan terbuat
dari kayu reng meranti dan atau sejenisnya dengan ukuran 3x4x50 cm (gambar
terlampir);
e) Melakukan survey pendahuluan terhadap batas kawasan hutan yang sesuai
dengan Peta Kerja berkoordinasi dengan Instansi terkait, dalam hal ini
masyarakat sekitar (Desa dan Kecamatan), Kantor Pertanahan BPN Kota/
Kabupaten, Dinas Kehutanan/ BPKH;
f) Melakukan pemasangan patok perapatan batas sementara. Patok perapatan batas
tersebut ditanam sedalam 30 cm, sisa 20 cm nampak di atas permukaan tanah;
g) Dokumentasi pemasangan patok perapatan batas sementara dilakukan dengan
memfoto masing-masing.
2) Pengukuran Staking Out dan Detil Situasi
a) Pembuatan Patok Perapatan Batas
Pembuatan Patok perapatan batas menggunakan pipa PVC ukuran diameter
10 cm dengan panjang 1,5 meter yang diisi dengan beton;
Patok perapatan batas diberi identitas sesuai dengan nomor urut dan nama
lokasi menggunakan cutting stiker dengan bahan reflective sheet yaitu bahan
yang dapat memantulkan cahaya;
Dokumentasi patok perapatan batas dilakukan dengan memfoto masing-
masing Patok perapatan batas.
6
Proses staking outdan pengukuran detil situasi sekitar batas kawasan
dilakukan menggunakan GNSS RTK;
Detil situasi yang harus dipetakan adalah berupa: Penggunaan tanah, unsur-
unsur geografis (sungai, jalan, bangunan, dll), dan Tempat-tempat penting/
fasilitas umum (sekolah, rumah sakit, kantor pemerintahan, dll).
C. Pelaporan
Mekanisme dan prosedur pelaporan terdapat pada Bab. VIII.
7
VII. SPESIFIKASI TEKNIS PERALATAN DAN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM)
Peralatan Teknis
Kebutuhan jenis peralatan yang dipersyaratkan dalam pekerjaan ini dapat dilihat pada tabel 2
berikut.
Tabel 2. Spesifikasi Teknis Peralatan
No Jenis Peralatan Spesifikasi khusus
A Koleksi Data GNSS RTK Titik Ikat, Staking Out Batas Kawasan Hutan
GNSS RTK Dual Frequency (L1 dan L2)
Signal tracking minimal GPS dan Glonass
Tipe receiver Geodetic
Alat memiliki ketelitian horizontal maksimal 8 mm + 1
ppm rms dan vertikal 15 mm + 1 ppm rms
Perangkat Lunak pengolah Memiliki kemampuan mengolah data GNSS RTK
GNSS RTK hingga menghasilkan koordinat dengan akurasi
horizontal maksimal 8 cm dan vertikal 15 cm
B Pengukuran Detil Situasi
GNSS RTK Dual Frequency (L1 dan L2)
Signal tracking minimal GPS dan Glonass
Tipe receiver Geodetic
Alat memiliki ketelitian horizontal maksimal 8 mm + 1
ppm rms dan vertikal 15 mm + 1 ppm rms
Perangkat Lunak pengolah Memiliki kemampuan mengolah data GNSS RTK
GNSS RTK hingga menghasilkan koordinat dengan akurasi
horizontal maksimal 8 cm dan vertikal 15 cm
Perangkat Lunak Pemetaan Memiliki kemampuan mengolah data spasial dan non-
Detil Situasi spasial, menggambar grafis, menganalisa data spasial,
menampung database, dan dapat dikonversi dalam
format grafis lainnya.
8
Pelaksana kegiatan yang bersifat kontraktual ini adalah perusahaan/badan hukum penyedia
jasa konsultan di bidang survei dan pemetaan, tenaga pelaksana pekerjaan harus memiliki
spesifikasi sebagai berikut:
10
VII. PELAKSANAAN PEKERJAAN
Penyediaan jasa pada divisi yang sama (pekerjaan pengukuran dan pemetaan)
paling kurang 1 (satu) pekerjaan dalam kurun waktu 1 (satu) tahun terakhir baik
di lingkungan pemerintah maupun swasta, termasuk pengalaman subkontrak;
Personil yang sama dapat digunakan pada lebih dari satu tahapan pekerjaan yang
berbeda dengan syarat tidak dilaksanakan pada waktu bersamaan (paralel),
sepanjang personil yang bersangkutan memiliki kompetensi yang dibutuhkan
untuk tahapan tersebut.
2. Kontrol Kualitas
Kontrol kualitas dilaksanakan secara internal oleh Penyedia Jasa maupun oleh Tim
Pengawas Teknis Dirjen Infrastruktur Keagrariaan. Kontrol kualitas dimaksudkan untuk
menjamin kualitas hasil pekerjaan pada setiap tahapan pekerjaan. Kontrol kualitas
dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
A. Penyedia Jasa wajib melakukan kontrol kualitas secara internal terhadap hasil
pelaksanaan pada setiap tahapan pekerjaan yang dilakukan oleh operator sesuai
dengan petunjuk teknis Kontrol Kualitasyang ditetapkan. Kontrol Kualitasinternal
dilakukan oleh Team Leader. Team Leader bertanggung-jawab terhadap kualitas data
yang dilakukan oleh operator dan berhak untuk memerintahkan operator untuk
mengulangi atau memperbaiki kesalahan apabila data belum memenuhi kualitas yang
ditetapkan.
B. Proses kontrol kualitas dilaksanakan secara bertahap.
C. Pelaksana pekerjaan harus berperan aktif dalam menjalankan proses Kontrol Kualitas
internal disetiap tahapan pekerjaan sebelum diserahkan kepada Tim Pengawas Teknis
11
dan Panitia Penerima Hasil Pekerjaan diakhir pekerjaan. Setiap tahapan pekerjaan
dilakukan Kontrol Kualitas dimulai dari sebelum akuisisi data sampai dengan
pengecekan akhir hasil pemrosesan data. Hasil dari Kontrol Kualitas ini untuk
memutuskan apakah pelaksana perlu mengulang pekerjaan di suatu tahapan untuk
memperbaiki kualitas data.
D. Penyedia Jasa harus menyimpan seluruh dokumen Kontrol Kualitas untuk diserahkan
kepada Pemberi Kerja setelah selesainya seluruh pelaksanaan pekerjaan.
E. Hasil Kontrol Kualitas yang dilakukan oleh Tim Pengawas Teknis Dirjen Infrastruktur
Keagrariaan dituangkan dalam dokumen Kontrol Kualitas berikut catatan untuk
perbaikan apabila ada.
12
e. Strategi percepatan pencapaian target apabila terjadi keterlambatan dari jadwal
pelaksanaan yang ditetapkan.
13
VIII. LAPORAN PELAKSANAAN PEKERJAAN
Laporan yang dibuat adalah laporan pendahuluan, laporan bulanan, dan laporan akhir,
yang dilengkapi dengan kurva S dibuat rangkap 3 (tiga). Satu rangkap laporan
(pendahuluan, bulanan, akhir) wajib dimasukkan dalam box penyerahan barang/hasil.
1. Laporan Pendahuluan
Secara garis besar isi dari laporan pendahuluan sekurang-kurangnya menguraikan
mengenai:
A. Persiapan pelaksanaan Pekerjaan yang mencantumkan deskripsi wilayah kerja
(topografi, aksesibilitas, dan hal yang lain yang dianggap relevan dalam menunjang
pelaksanaan pekerjaan misalnya data/tabel tentang wilayah administrasi mengenai
jumlah, nama, dan sebagainya) dan perencanaan personil;
B. Identitas pekerjaan dan organisasi pelaksana;
C. Metode, Peralatan dan Prosedur Pelaksanaan;
D. Jadwal detil pelaksanaan;
E. Kurva-S rencana kemajuan pekerjaan;
F. Perencanaan Staking Out;
G. Peralatan survei GNSS RTK;
H. Deskripsi metode, prosedur dan perangkat (lunak/keras) yang akan digunakan untuk
pelaksaan survei Pendahuluan, dan pengolahan data GNSS RTK.
2. Laporan Bulanan
Penyedia harus membuat laporan bulanan mengenai kemajuan pelaksanaan pekerjaan
paling lambat hari ke lima pada setiap bulannya. Laporan tersebut dimulai sejak tanggal
penandatanganan kontrak. Untuk keadaan-keadaan tertentu, Pengawas Teknis berhak
untuk meminta laporan kemajuan diluar waktu yang telah ditetapkan diatas.
3. Laporan Akhir
Pada akhir pekerjaan perusahaan harus membuat laporan akhir yang memuat secara
lengkap setiap tahapan kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan Pembuatan Peta Batas
Kawasan Hutan di “Gunung Lasem”,terdiri dari:
A. Laporan pelaksanaandibuat 2 (dua) rangkap, yang menguraikan:
a. Organisasi pelaksana;
b. Metode, peralatan dan prosedur pelaksanaan;
Pada prosedur pelaksaan tiap tahap kegiatan, wajib diuraikan langkah-langkah
pengerjaan yang dilengkapi dengan foto-foto dokumentasi.
Hasil analisis terhadap hasil pengolahan data survei GNSS RTK yang dihasilkan
baik segi kualitas raw data ataupun ketelitian data yang dihasilkan.
Buku kendali, yang berisi konsultasi pelaksana dengan pengawas teknik (saran,
rekomendasi).
Hasil supervisi internal.
B. Laporan Administrasi dibuat 2 (dua) rangkap, yang berisi absensi kehadiran pelaksana
kegiatan, pertanggungjawaban setiap item kegiatan disertai bukti-bukti pengeluaran.
14
IX. PRODUK YANG DIHASILKAN
1. Data Pengukuran
Rincian hasil pengamatan yang diserahkan dalam folder RAWDATA:
A. Data digital Titik Ikat Utama dan Titik Ikat Bantu dalam subfolder_DATA TITIK IKAT:
Koordinat X, Y, Z dan ketelitiannya dalam sistem koordinat UTM, TM3, dan sistem
koordinat geografi (Lintang dan Bujur) dalam format microsoft excel (*.xls)
Data hasil pengamatan setiap Patok Perapatan Batas Sementara (dalam format
*.GPX);
Koordinat X, Y, Z dan ketelitiannya dalam sistem koordinat UTM, TM3, dan sistem
koordinat geografi (Lintang dan Bujur) dalam format microsoft excel (*.xls)
Koordinat X, Y, Z dan ketelitiannya dalam sistem koordinat UTM, TM3, dan sistem
koordinat geografi (Lintang dan Bujur) dalam format microsoft excel (*.xls)
2. Peta Digital
Peta digital hasil pekerjaan yang diserahkan harus disimpan dan disusun berurutan dalam
folder PETA DIGITALseperti dijelaskan di bawah ini sebagai berikut:
Sistem koordinat Geografis, UTM dan TM3 dalam sistem SRGI2013 dan DGN95 dengan
format shapefile (*.shp) dan AutoCad (*.dwg),
Layout 1:5.000 kartografis disesuaikan dengan template dari pemberi kerja dalam
format digital (*.pdf) (gambar terlampir).
3. Pelaporan
A. Laporan lengkap digital (*.pdf), disimpan dalam folder LAPORAN, kemudian laporan
dicetak dalam bentuk hardcopy. Adapun isi laporan adalah sebagai berikut:
a. Persiapan;
b. Survei Pendahuluan;
c. Pengukuran Staking Out dan Situasi;
d. Pengolahan Data; dan
15
e. Pelaporan.
B. Peta Kerja yang dibawa saat ke lapangan berupa hardcopy;
C. Seluruh hasil digital pekerjaan disimpan dalam bentuk flashdisk untuk diserahkan
kepada Direktorat Pengukuran dan Pemetaan Dasar sebanyak 3 (tiga) set yang diberi
label sebagai berikut:
a. Nama paket dan identitas pelaksana;
b. Manajemen penyimpanan file didalam flashdisk terdiri dari:
Folder RAWDATA;
Folder PETADIGITAL;
Folder LAPORAN;
X. WAKTU PELAKSANAAN
Waktu yang dialokasikan untuk pelaksanaan pekerjaan ini adalah 39 hari, dengan jadwal
terlampir.
Persiapan 7
Survei Pendahuluan 5
Pembuatan Tanda Batas 4
Staking Out 10
Pelaporan 7
17
Lampiran 2. Ilutrasi Patok Perapatan Batas Sementara
Spesifikasi :
Ukuran : 3x4x50 cm
18
19
Lampiran 5. Template Output Peta Situasi Batas Kawasan Hutan
20