Anda di halaman 1dari 1

A.

1 Pemetaan Garis Pantai


Pengukuran garis pantai dilakukan dengan menyusuri pantai menggunakan GNSS DGNSS
(sesuai dengan spesifikasi pada Tabel 8) dan tongkat penduga. Selama pengukuran data
garis pantai, didokumentasikan juga informasi bentuk pantai, vegetasi, jenis material pantai,
dan wilayah yang sulit di akses. Dokumentasi berupa foto yang berkoordinat (geotagging
foto) yang diambil setiap terjadi perubahan tutupan lahan.

Gambar 1. Ilustrasi metode pengukuran garis pantai

Keterangan gambar :
a = titik di daratan yang tidak pernah tersentuh air laut.
b = titik pasang tertinggi rata-rata, ditandai dengan jejak air, diukur menyusuri garis pantai.
c = titik pertemuan muka air dan darat pada saat pengukuran.
d = titik yang mempunyai kedalaman pada saat tertentu.

Ketentuan metode pengukuran garis pantai adalah sebagai berikut:


 jarak antar stasiun ABCD adalah 10m
 Pengukuran garis pantai (a,b,c,d) menggunakan metode DGNSS.
 Di tiap stasiun dilakukan pengukuran posisi dan nilai ketinggian untuk titik a, b, dan c.
Titik d dilakukan sedekat mungkin dengan lajur e.
 Hasil survei penentuan garis pantai adalah berupa file digital berupa:
- data pemeruman dalam format *.txt.
- hasil tracking berupa waypoint.
- foto geotagging.
- dokumentasi survei yang berisikan diantaranya log-book survei garis pantai.

Untuk area yang tidak dapat disurvei dengan tongkat penduga, pelaksanaan survei garis
pantai menggunakan SBES sedekat mungkin dengan garis pantai.

Anda mungkin juga menyukai