1511082
2. Posisi
Edisi 3 dan sebelumnya masih bergantung pada skala peta, yaitu spasinya sebesar
satu cm pada skala peta. Jadi apabila skala yang digunakan adalah 1:5000 maka spasi
maksimum yang digunakan dalam pengukuran adalah 50m.Dan interval titik
kedalaman tidak boleh melebihi 4 hingga 6 sentimeter pada skala survei kecuali pada
daerah yang relatif datar atau dasar laut yang beraturan.
2. Posisi
Edisi 4 diperbarui spasi yang digunakan berdasarkan data kedalaman. Orde 1
menggunakan spasi 3d (tiga kali kedalaman rata-rata) atau 25 m, orde 2
menggunakan spasi 3-4 kali kedalaman rata-rata atau 200 m dan orde 3 menggunakan
Tania Septi Anggraini
1511082
spasi 4 kali kedalaman rata-rata. Untuk orde special tidak menggunakan spasi karena
cakupan batimetri harus 100%.
Kesalahan pengukuran total tidak boleh melebihi +/- 5 sentimeter pada tingkat kepercayaan
95 % untuk Orde Spesial dan +/- 10 sentimeter untuk orde survei lainnya. Kesalahan
pengukuran tinggi pasut ini ditambah dengan kesalahan yang terjadi pada proses penentuan
datum kedalaman dan proses transfer datum dari stasiun pengamatan pasut ke daerah survei,
harus dikombinasikan dengan kesalahan pengukuran kedalaman untuk penentuan ketelitian
titik-titik kedalaman.
2. Posisi
Edisi 5, spasi pada orde 1b adalah 3d (tiga kali kedalaman rata-rata) atau 25 m.
sedangkan untuk orde 2 adalah 4d (empat kali kedalaman rata-rata). Untuk orde
special dan 1a tidak tidak menggunakan spasi karena cakupan batimetri harus 100%.
Tania Septi Anggraini
1511082
2. Posisi
Dalam draft edisi 6 tidak ada lagi saran maksimum spasi survei, tetapi menggunakan
cakupan batimetri yaitu untuk orde 1b sebesar 5% dan orde 2 sebesar 4%. Sedangkan
untuk orde 1a dan spesia cakupan batimetrinya 100%. Untuk orde 1b dan orde 2 spasi
yang diperkirakan adlaah 3-4 kali dari kedalamna rata-rata.
Sumber:
IHO , 1998, S44 fourth edition
IHO, 2008, S44 fifth edition
IHO, 2019, Draft S44 IHO sixth edition
Djunasjah, 2010, Workshop Data Batimetri Nasional, FITB