Anda di halaman 1dari 8

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

PEMBERIAN VITAMIN A BALITA


PUSKESMAS GARUNG

No. Dokumen :
Tanggal Terbit :
No. Revisi :

DINAS KESEHATAN
PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

TAHUN 2018
PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO
DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS GARUNG
Jl. Dieng KM 09 Garung, Wonosobo Telp. ( 0286 ) 3325805
e-mail: puskesmasgarung@ymail.com Kode Pos 56353

KERANGKA ACUAN KEGIATAN


PEMBERIAN VITAMIN A BALITA

I. Pendahuluan
Dalam undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan,
khususnya pada Bab VIII tentang Gizi, pada pasal 141 ayat 1
menyatakan bahwa upaya perbaikan gizi masyarakat ditujukan untuk
meningkatkan mutu gizi perorangan dan masyarakat, antara lain melalui
perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan perilaku sadar gizi dan
peningkatan akses mutu pelayanan gizi dan kesehatan sesuai dengan
kemajuan ilmu serta teknologi. Upaya pembinaan dan intervensi gizi
yang dilakukan oleh pemerintah secara bertahap dan berkesinambungan
yaitu dengan program pemberian vitamin A pada balita 6-60 bulan.

II. Latar Belakang


Program perbaikan gizi masyarakat merupakan program pokok
untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Masalah gizi merupakan masalah yang penanganannya harus
dilaksanakan secara terpadu dengan berbagai sektor, bukan hanya
dengan pendekatan medis. Masalah gizi berkaitan erat dengan masalah
ekonomi dan perilaku serta pengetahuan masyarakat. Kurangnya
kesadaran masyarakat tentang kesehatan dipengaruhi oleh rendahnya
tingkat pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan dan
dampak kedepan jika kesehatan terabaikan. Keadaan gizi masyarakat
yang optimal, dapat meningkatkan produktifitas dan angka harapan
hidup masyarakat.

Bulan Februari dan Agustus adalah bulan vitamin A. Pada kedua


bulan ini akan dilakukan pembagian suplementasi vitamin A bagi anak
berumur 6 – 59 bulan. Kapsul biru (dosis 100.000 IU) diberikan untuk
bayi umur 6-11 bulan dan kapsul merah (dosis 200.000 IU) untuk anak
umur 12-59 bulan. Vitamin A kapsul merah juga diberikan kepada ibu
yang dalam masa nifas.
Vitamin A terbukti bisa menurunkan angka kesakitan dan
kematian anak karena vitamin A berfungsi memperkuat sistem
kekebalan tubuh. Sebanyak 190 juta anak usia 5 tahun ke bawah
mengalami kekurangan vitamin A, bahkan WHO memperkirakan
terdapat 250 juta anak pra-sekolah yang mengalami kekurangan vitamin
A. Setiap tahun terdapat sekitar 250.000 – 500.000 anak mengalami
kebutaan dan separuh anak ini kemudian meninggal dalam jangka
waktu 12 bulan akibat kekurangan vitamin A.
Separuh Negara di dunia memiliki permasalahan kondisi
kekurangan vitamin A. Permasalahan defisiensi (kondisi-kekurangan)
vitamin A merupakan salah satu permasalahan utama kesehatan
masyarakat yang dialami oleh negara miskin dan berkembang. Di Negara
miskin dan berkembang yang memiliki permasalahan kesehatan
masyarakat terkait kondisi kekurangan vitamin A ini terdapat 1
kematian dari 4 kematian anak yang disebabkan oleh kekurangan
vitamin A ini. Kekurangan vitamin A juga meningkatkan risiko kematian
ibu. Permasalahan ini terutama dialami oleh Negara-negara di Afrika dan
Asia Tenggara (termasuk Indonesia).
Negara-negara kaya dan maju jarang ditemukan kasus kekurangan
vitamin A karena mereka telah melakukan fortifikasi vitamin A pada
produk-produk makanan jadi. Daya beli dan ketersediaan masyarakat
untuk menjangkau bahan makanan sumber vitamin A juga telah tinggi.
Masyarakat di Negara maju juga terbiasa untuk mengkonsumsi
suplemen multivitamin harian.
Kekurangan vitamin A meningkatkan risiko anak menjadi rentan
terkena penyakit infeksi seperti infeksi saluran pernafasan atas, campak
dan diare. Kekurangan vitamin A pada ibu hamil juga berisiko
meningkatkan kebutaan. Oleh sebab itu WHO berserta UNICEF bekerja
sama dengan Canadian International Agency dan United State Agency for
International Development and The Micronutrient Initiative
mengkampanyekan “The Vitamin A Global Initiative” yang salah satunya
dengan pemberian suplementasi vitamin A dosis tinggi 2 kali dalam satu
tahun kepada kelompok-kelompok masyarakat yang rentan mengalami
kekurangan vitamin A.
Di Indonesia pemberian suplementasi vitamin A dilakukan pada
bulan Februari dan Agustus dengan sasaran anak usia 6 – 59 bulan.
Indonesia telah aktif mengkampanyekan penanganan kondisi
kekurangan vitamin A, dengan program suplementasi vitamin A dua kali
dalam satu tahun, sejak tahun 1970-an sehingga saat ini permasalahan
kekurangan vitamin A sudah tidak menjadi permasalahan kesehatan
masyarakat. Hingga saat ini program pemberian suplementasi vitamin A
pada kelompok masyarakat yang rentan kekurangan vitamin A masih
terus dilakukan.
Bulan Februari dan Agustus adalah bulan vitamin A. Pada kedua
bulan ini akan dilakukan pembagian suplementasi vitamin A bagi anak
berumur 6 – 59 bulan. Kapsul biru (dosis 100.000 IU) diberikan untuk
bayi umur 6-11 bulan dan kapsul merah (dosis 200.000 IU) untuk anak
umur 12-59 bulan. Vitamin A kapsul merah juga diberikan kepada ibu
yang dalam masa nifas.
Vitamin A terbukti bisa menurunkan angka kesakitan dan
kematian anak karena vitamin A berfungsi memperkuat sistem
kekebalan tubuh. Sebanyak 190 juta anak usia 5 tahun ke bawah
mengalami kekurangan vitamin A, bahkan WHO memperkirakan
terdapat 250 juta anak pra-sekolah yang mengalami kekurangan vitamin
A. Setiap tahun terdapat sekitar 250.000 – 500.000 anak mengalami
kebutaan dan separuh anak ini kemudian meninggal dalam jangka
waktu 12 bulan akibat kekurangan vitamin A.
Separuh Negara di dunia memiliki permasalahan kondisi
kekurangan vitamin A. Permasalahan defisiensi (kondisi-kekurangan)
vitamin A merupakan salah satu permasalahan utama kesehatan
masyarakat yang dialami oleh negara miskin dan berkembang. Di Negara
miskin dan berkembang yang memiliki permasalahan kesehatan
masyarakat terkait kondisi kekurangan vitamin A ini terdapat 1
kematian dari 4 kematian anak yang disebabkan oleh kekurangan
vitamin A ini. Kekurangan vitamin A juga meningkatkan risiko kematian
ibu. Permasalahan ini terutama dialami oleh Negara-negara di Afrika dan
Asia Tenggara (termasuk Indonesia).
Negara-negara kaya dan maju jarang ditemukan kasus kekurangan
vitamin A karena mereka telah melakukan fortifikasi vitamin A pada
produk-produk makanan jadi. Daya beli dan ketersediaan masyarakat
untuk menjangkau bahan makanan sumber vitamin A juga telah tinggi.
Masyarakat di Negara maju juga terbiasa untuk mengkonsumsi
suplemen multivitamin harian.
Kekurangan vitamin A meningkatkan risiko anak menjadi rentan
terkena penyakit infeksi seperti infeksi saluran pernafasan atas, campak
dan diare. Kekurangan vitamin A pada ibu hamil juga berisiko
meningkatkan kebutaan. Oleh sebab itu WHO berserta UNICEF bekerja
sama dengan Canadian International Agency dan United State Agency for
International Development and The Micronutrient Initiative
mengkampanyekan “The Vitamin A Global Initiative” yang salah satunya
dengan pemberian suplementasi vitamin A dosis tinggi 2 kali dalam satu
tahun kepada kelompok-kelompok masyarakat yang rentan mengalami
kekurangan vitamin A.
Di Indonesia pemberian suplementasi vitamin A dilakukan pada
bulan Februari dan Agustus dengan sasaran anak usia 6 – 59 bulan.
Indonesia telah aktif mengkampanyekan penanganan kondisi
kekurangan vitamin A, dengan program suplementasi vitamin A dua kali
dalam satu tahun, sejak tahun 1970-an sehingga saat ini permasalahan
kekurangan vitamin A sudah tidak menjadi permasalahan kesehatan
masyarakat. Hingga saat ini program pemberian suplementasi vitamin A
pada kelompok masyarakat yang rentan kekurangan vitamin A masih
terus dilakukan.
Untuk mengatasi permasalahan terutama pada balita tidak bisa
dikerjakan oleh sektor kesehatan sendiri akan tetapi memerlukan kerja
sama lintas sektor untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Sebagai tindak lanjut maka puskesmas sebagai lini terdepan dari
strkutur jajaran kementrian kesehatan menjadi penggerak utama di
masyarakat dalam penanggulangan masalah gizi dilakukan dengan
pemberian vitamin A pada balita oleh kader. Kader posyandu merupakan
ujung tombak kegiatan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan
gizi balita sehingga kita perlu membekali kader tentang ilmu-ilmu
kesehatan yang dapat diterapkan di masyarakat.

III. Maksud dan Tujuan


1. Tujuan umum
Memberikan kapsul vitamin A sesuai umur balita yaitu balita 6-11
bulan kapsul warna biru (100.000 IU) dan balita 12-60 bulan kapsul
warna merah (200.000 IU) pada bulan Pebruari dan Agustus.
2. Tujuan khusus
a. Mempertahankan cakupan pemberian kapsul vitamin A biru untuk
bayi 6-11 bulan sebesar 100 % dan cakupan kapsul vitamin A
merah untuk anak 1-5 tahun sebesar 100 % pula.
b. Mempertahankan angka defisiensi vitamin A klinis sebesar 0 %.
IV. Kegiatan Pokok
Petugas gizi mendistribusikan kapsul vitamin A kepada bidan desa
selanjutnya bidan desa mendistribusikan ke kader Posyandu sesuai
dengan jumlah balita setiap Posyandu. Selanjutnya kader Posyandu
memberikan kapsul vitamin A balita sesuai umur saat pelaksanaan
Posyandu balita dan mencatat konsumsinya.

V. Cara Melaksanakan Kegiatan dan Sasaran


a. Kegiatan pemberian kapsul vitamin A pada balita di Posyandu
dilakukan dengan cara :
1. Petugas gizi mengumpulkan data jumlah sasaran vitamin A
2. Petugas gizi mengusulkan kebutuhan vitamin A melalui bidang
Farmasi Puskesmas
3. Petugas gizi mendistribusikan kapsul vitamin A ke posyandu melalui
bidan desa.
4. Bidan desa mendistribusikan kapsul vitamin A ke kader posyandu
saat rapat koordiasi kader
5. Kader mendistribusikan kapsul vitamin A ke sasaran (balita 6-60
bulan) saat posyandu
6. Kader melakukan sweeping bagi balita yang tidak hadir ke posyandu
7. Kader melaporkan hasil distribusi kapsul vtamin A ke bidan desa
8. Petugas gizi merekap laporan dari bidan desa dan melaporkan hasil
kegiatan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten
b. Sasaran
Terlaksananya pemberian kapsul vitamin A di Posyandu pada bayi
umur 6-60 bulan 2 kali dalam setahun
VI. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
N KEGIATA JADWAL (BULAN)
JA FE MA AP M JU JU AG SE OK NO DE
o N
N B R R EI N L S P T V S
1. Persiapa X X
n
2. Pelaksan X X
aan
3. Evaluasi X X

VII. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporan


Evaluasi pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan melaporkan hasil
kegiatan ke koordinator program UKM dan kepala puskesmas setiap
bulan lalu diberikan evaluasi oleh kepala puskesmas.

VIII. Pencacatan, Pelaporan dan Evaluasi Kegiatan


Pencatatan dan pelaporan program gizi Puskesmas Garung
dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo..

Mengetahui,
Kepala Puskesmas Garung Penanggung Jawab Program

Dr. Budiyono,MPH Ernawati,Amd Keb


NIP.196405071998031004 NIP.198709192017042002

Anda mungkin juga menyukai