Anda di halaman 1dari 17

JAWABAN SOAL KEWARGANEGARAAN

JAWABAN NO 1

a. DASAR NEGARA
Di pergunakan sebagai dasar untuk mengatur pemerintahan negara. Dengan kata
lain ialah pancasila di gunakan sebagai dasar untuk mengatur seluruh
penyelenggaraan negara. Pengertian pancasila sebagai dasar negara seperti
dimaksud dalam bunyi pembukaan UUD45 Alinea IV. Sebagai dasar negara
pancasila dipergunakan untuk dapat mengatur seluruh tatanan kehidupan bangsa
serta negara Indonesia, dalam artian segala sesuatu yang berhubungan dengan
pelaksanaan suatu sistem ketatatnegaraan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) harus berdasarkan pancasila.
b. PANDANGAN HIDUP BANGSA
Sebagai pandangan hidup bangsa, pancasila berfungsi sebagai pedoman atau
petunjuk dalam kehidupan sehari-hari, ini berarti pancasila sebagai pandangan hidup
merupakan petunjuk arah semua kegiatan atau aktivitas hidup dan kehidupan di
segala bidang. Pandangan hidup yang di miliki bangsa indonesia bersumber pada
akar budaya dan nilai-nilai religius sebagai keyakinan bangsa Indonesia.
c. KEPRIBADIAN BANGSA
Pancasila sebagai kepribadian bangsa adalah perwujudan dari nilai-nilai budaya
bangsa Indonesia sendiri yang di yakini kebaikan dan kebenarannya. Sebelum
ditetapkannya Pancasila sebagai dasar yang sah, Indonesia sudah menganut nilai-
nilai budaya luhur yang telah tercipta di tengah-tengah masyarakat nenek moyang
Indinesia. Pancasila digali dari budaya bangsa Indonesia sendiri yang sudah
ada,tumbuh, dan berkembang berabad-abad lamanya. Pancasila merangkum nilai-
nilai yang sama yang terkandung dalam adat-istiadat, agama yang ada di Indonesia.
d. IDEOLOGI NEGARA
Pancasila sebagai ideologi negara adalah nilai-nilai yang terkandung di dalam
pancasila menjadi cita-cita normatif di dalam penyelenggaraan negara. Pancasila
sebagai ideologi negara berarti sebagai cita-cita bernegara dan sarana yang
mempersatukan masyarakat perlu perwujudan yang konkret dan operasional
aplikatif, sehingga ti0dak di jadikan sebagai selokan belaka. Ketetapan MPR No.18
dinyatakan pancasila perlu di amalkan dalam bentuk pelaksanaan yang konsistem
sebagai dasar negara.

JAWABAN NO 2

a. IDEOLOGI PERSATUAN
Peran Pancasila yang paling sangat menonjol sejak Indonesia merdeka adalah
dalam memper satukan rakyat Indonesia menjadi bangsa yang memiliki kepribadian
dan percaya pada diri sendiri. Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang majemuk
membutuhkan pembentukan pembangunan watak bangsa. Hal ini oleh Presiden
Soekarno disebut nation and character building yang bertujuan untuk menggalang
persatuan dan kesatuan. Berbagai perbedaan pemikiran dan pandangan hidup
masyarakat Indonesia disatukan dalam payung Pancasila.
b. IDEOLOGI TERBUKA
Perkembangan berbagai paham di dunia dan derasnya arus globalisasi harus
mampu dihadapi bangsa Indonesia agar tidak terseret arus global yang belum tentu
baik dan menguntungkan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, untuk menjawab
tantangan tersebut Pancasila perlu menjadi ideologi terbuka. Jika ideologi nya
tertutup, akan menuju kemandegan. Keterbukaan bukan berarti mengubah
Pancasila, melainkan mewujudkan nilai-nilai Pancasila secara lebih konkret sehingga
memiliki kemampuan yang lebih tajam dalam memecahkan masalah-masalah baru
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Secara umum, fungsi dan peranan Pancasila adalah sebagai dasar negara. Hal ini
mengandung arti bahwa Pancasila digunakan sebagai dasar untuk mengatur
penyelenggaraan ketatanegaraan yang me liputi bidang ideologi, politik, ekonomi,
sosial budaya, dan pertahanan keamanan. Fungsi dan peranan Pancasila
sebelumnya telah kita kenal, yaitu sebagai berikut.
a) Jiwa bangsa Indonesia.
b) Jiwa kepribadian bangsa Indonesia.
c) Sumber dari segala sumber hukum.
d) Perjanjian luhur bangsa.
e) Pandangan hidup yang memper satukan bangsa Indonesia.
f) Cita-cita dan tujuan seluruh bangsa Indonesia.
g) Satu-satunya asas dalam ke hidupan berbangsa dan bernegara.
h) Modal pembangunan.

c. IDEOLOGI PEMBANGUNAN
Secara mendasar, Pancasila sesuai dengan kodrat manusia dan martabat manusia.
Nilai-nilai Pancasila ini mendasari bahwa pembangunan nasional pada hakikatnya
adalah pembangunan manusia Indonesia seluruhnya dan pembangunan manusia
Indonesia seutuhnya. Pancasila sebagai ideologi pembangunan mendorong
pembangunan di Indonesia, bukan hanya dalam pembangunan fisik semata,
melainkan juga pembangunan sumber daya manusia.

d. SUMBER DARI SEGALA SUMBER HUKUM


Sebagaimana telah ditentukan oleh pembentukan negara bahwa tujuan utama
dirumuskannya Pancasila adalah sebagai dasar negara republik Indonesia. Oleh
karena itu, fungsi pokok Pancasila sebagai dasar negara didasarkan pada Ketetapan
MPRS No.XX/MPRS/1966 (jo Ketetapan MPR No.V/MPR/1973, jo Ketetapan MPR
No.IX/MPR/1978) yang menjelaskan bahwa Pancasila sebagai sumber dari segala
sumber hukum atau sumber tertib hukum Indonesia yang pada hakikatnya adalah
merupakan suatu pandangan hidup, kesadaran dan cita-cita hukum serta cita-cita
moral yang meliputi suasana kebatinan serta watak dari bangsa Indonesia.
Kemudian mengenai Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum ini
dijelaskan kembali dalam Ketetapan MPR No.III/MPR/2000 tentang sumber hukum
dan tata urutan peraturan perundang-undangan pada Pasal 1 ayat (3) yang
menyatakan bahwa ”sumber hukum dasar nasional adalah Pancasila. Dengan
terbentuknya UU No.10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan, sebagaimana yang termuat dalam Pasal 2 UU No.10 tahun 2004 yang
menyatakan bahwa ”Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum
negara”, dengan tegas menyebutkan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber
hukum sebagai berikut: ”Penempatan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber
hukum negara adalah sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 yang menempatkan
Pancasila sebagai dasar ideologi negara serta sekaligus dasar filosofis bangsa dan
negara, sehingga setiap materi muatan peraturan perundang-undangan tidak boleh
bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila”.
Pancasila Sebagai Sumber dari Segala Sumber Hukum Negara : DI dalam Pasal 2
UU RI No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
yang menyatakan "Pancasila merupakan sumber segala hukum negara".
Penempatan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum adalah sesuai
dengan Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 Aline IV. Menempatkan Pancasila
sebagai dasar dan
ideologi negara serta sekaligus dasar filosofis negara sehingga setiap materi muatan
peraturan perundang-undangan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila.

JAWABAN NO 3

Pancasila secara Sosiologis berfungsi sebagai pengatur kehidupan masyarakat.artinya


pancasila mampu mengatur masalah sosial masyarakat indonesia sebagai tolak ukur
berperilaku yang baik dan benar sesuai UUD 1945,serta dari kelima sila telah membuktikan
unsur yang ada pada masyarakat.

JAWABAN NO 4

a. LANDASAN HISTORIS
Bangsa Indonesia terbentuk melalui proses yang panjang mulai jaman kerajaan
Kutai, Sriwijaya, Majapahit sampai datangnya penjajah. Bangsa Indonesia berjuang
untuk menemukan jati dirinya sebagai bangsa yang merdeka dan memiliki suatu
prinsip yang tersimpul dalam pandangan hidup serta filsafat hidup, di dalamnya
tersimpul ciri khas, sifat karakter bangsa yang berbeda dengan bangsa lain. Oleh
para pendiri bangsa kita (the founding father) dirumuskan secara sederhana namun
mendalam yang meliputi lima prinsip (sila) dan diberi nama Pancasila.
Dalam era reformasi bangsa Indonesia harus memiliki visi dan pandangan hidup
yang kuat (nasionalisme) agar tidak terombang-ambing di tengah masyarakat
internasional. Hal ini dapat terlaksana dengan kesadaran berbangsa yang berakar
pada sejarah bangsa.
Secara historis nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasila sebelum
dirumuskan dan disahkan menjadi dasar negara Indonesia secara obyektif historis
telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri. Sehingga asal nilai-nilai Pancasila
tersebut tidak lain adalah dari bangsa Indonesia sendiri, atau bangsa Indonesia
sebagai kausa materialis Pancasila.

b. LANDASAN KULTURAL
Bangsa Indonesia mendasarkan pandangan hidupnya dalam bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara pada suatu asas kultural yang dimiliki dan melekat pada
bangsa itu sendiri. Nilai-nilai kenegaraan dan kemasyarakatan yang terkandung
dalam sila-sila Pancasila bukanlah merupakan hasil konseptual seseorang saja
melainkan merupakan suatu hasil karya bangsa Indonesia sendiri yang diangkat dari
nilai-nilai kultural yang dimiliki melalui proses refleksi filosofis para pendiri negara.
Oleh karena itu generasi penerus terutama kalangan intelektual kampus sudah
seharusnya untuk mendalami serta mengkaji karya besar tersebut dalam upaya
untuk melestarikan secara dinamis dalam arti mengembangkan sesuai dengan
tuntutan jaman. Setiap bangsa senantiasa memiliki pandangan hidup/falsafah hidup
agar tidak terombangambing dalam kancah pergaulan internasional. Pandangan
hidup suatu bangsa akan berbeda dengan pandangan hidup bangsa lainnya. Bangsa
Indonesia mendasarkan pandangan hidup pada suatu asas kultural yang di miliki
(takwa, gotong royong, tolong menolong,toleransi, musyawarh dll ). Satu-satunya
kerya besar bangsa Indonesia sejajar dengan karya besar bangsa lain adalah hasil
pemikiran tentang bangsadan negara yang mendasarkan pada suatu prinsip tertuang
dalam PANCASILA. OKI generasi muda atau penerus terutama kalangan intelektual
kampus, untuk mendalami serta mengkaji karya besar bangsa tersebut dalam
melestarikan secara dinamis atau mengembangkan sesuai tututan jaman.

c. LANDASAN YURIDIS
- Pembukaan UUD 1945 alinea ke empat
- UU NO. 23 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (SISDIKNAS) yang
menetapkan kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat pendidikan agama,
pendidkan kewarganegaraan, dan bahasa Indonesia.
- Peraturan pemerintah (PP) NO.60 tahun1999 tentang pendidkan tinggi pasal 13
ayat2 menyebutkan : kurikulum yang berlaku secara nasional diatur oleh
mendiknas.
- SK Dirjen Dikti NO.467/Dikti/kep/1999 pasal 1 menyebutkan : mata kuliah
pendidikan pancasila, merupakan salah satu komponen yang tidak dapat di
pisahkan dari kelompok MKDU dalam suatu susunan kurikulum inti perguruan
tinggi (PT)
d. LANDASAN FILOSIF
Pancasila sebagai dasar filsafat negara dan pandangan filosofis bangsa Indonesia,
oleh karena itu sudah merupakan suatu keharusan moral untuk secara konsisten
merealisasikan dalam setiap aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Secara filosofis bangsa Indonesia sebelum mendirikan negara adalah sebagai
bangsa yang berketuhanan dan berkemanusiaan, hal ini berdasarkan kenyataan
obyektif bahwa manusia adalah mahluk Tuhan YME. Setiap aspek penyelenggaraan
negara harus bersumber pada nilai-nilai Pancasila termasuk sistem peraturan
perundang-undangan di Indonesia. Oleh karena itu dalam realisasi kenegaraan
termasuk dalam proses reformasi dewasa ini merupakan suatu keharusan bahwa
Pancasila merupakan sumber nilai dalam pelaksanaan kenegaraan, baik dalam
pembangunan nasional, ekonomi, politik, hukum, social budaya, maupun pertahanan
keamanan. Dalam hidup bernegara , niali-niali pancasila merupakan dasar fisafat
negara. Konsekuensinya,dalam setiap aspek penyelenggaraan negara harus
bersumber pada niali-nilai pancasila.

JAWABAN NO 5

Tujuan Nasional Bangsa Indonesia Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 :


1. Membentuk suatu pemerintahan Negara Republik Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.Indonesia
merupakan negara yang pernah di jajah oleh bangsa lain dalam kurun waktu yang
memang cukup lama. Maka dari itu Indonesia harus tetap menjaga dari segala
bentuk yang bisa menghancurkan Indonesia. Menjaga kemerdekaan Indonesia
merupakan kewajiban kita sebagai warganya. Maka dari itu maksud dari poin ini
yaitu agar semuanya tetap menjaga kemerdekaan, menjaga negara kesatuan RI.
2. Memajukan kesejahteraan umum / bersama
Indonesia memiliki cita – cita yang luhur dari dahulu hingga sekarang yaitu untuk
turut mensejahterakan Indonesia. Contohnya mensejahterakan rakyatnya. Dengan
cara melaksanakan Wajib Belajar 9 tahun, menolong antar sesama, mematuhi
segala bentuk perundang-undangan yang ada serta ikut serta memajukan
perekonomian yaitu dengan cara membuka lapangan kerja.
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa
Maksud dari mencerdaskan kehidupan bangsa adalah bahwa setiap warga negara
harus memiliki kehidupan yang baik dengan dibekali pendidikan yang setinggi-
tingginya. Semua warga negara harus mengenyam pendidikan. Apabila semua
warga negara Indonesia bisa mengenyam pendidikan dan memiliki pengetahuan
yang luas, maka Indonesia pun akan maju sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia
dari dulu.
4. Ikut berperan aktif dan ikut serta dalam melaksanakan ketertiban dunia yang
berlandaskan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Tujuan negara dalam hal ini realisasinya berkaitan dengan hubungan dengan politik
luar negeri Indonesia dimana semua bangsa-bangsa di dunia ikut menertibkan
segala bentuk permasalahan yang ada di Indonesia. Begitu juga dengan Indonesia
yang ikut serta berperan aktif dalam menjalankan segala bentuk permasalahan di
dunia. Hal inilah yang merupakan dasar politik luar negeri Indonesia yang bebas dan
aktif. Contohnya sekarang banyak permasalahan-permasalahan yang terjadi di dunia
seperti ras dan agama yang tiada hentinya. Disinilah Indonesia wajib aktif untuk ikut
serta mendamaikannya dengan berprinsip keadilan.

JAWABAN NO 6

LATAR BELAKANG PERISTIWA RENGASDENGKLOK

Peristiwa Rengasdengklok dilatar belakangi karena adanya suatu perbedaan pendapat


antara golongan tua dengan golongan muda. Golongan tua seperti Ir. Soekarno dan Moh.
Hatta menginginkan bahwa proklamasi didiskusikan terlebih dahulu dengan PPKI
sedangkan golongan muda memaksa supaya cepat-cepat diumumkan kemerdekaan, selain
itu golongan muda tidak suka dengan PPKI yang tak ingin negara Jepang ikut campur dan
tidak terpengaruh oleh Jepang.

Sebelum itu golongan pemuda sudah mengadakan perundingan di salah satu lembaga
bakteriologi di Pegangsaan Timur Jakarta, pada tanggal 15 Agustus. Dalam pertemuan ini
diputuskan supaya pelaksanaan kemerdekaan dilepaskan segala ikatan dan hubungan
dengan janji kemerdekaan dari Jepang. Hasil keputusan disampaikan kepada Ir. Soekarno
pada malam harinya tetapi ditolak oleh Soekarno karena merasa bertanggung jawab
sebagai ketua PPKI.
PENGERTIAN PERISTIWA RENGASDENGKLOK

Peristiwa rengasdengklok adalah salah satu peristiwa penting yang mewarnai sejarah
Negara Republik Indonesia sampai akhirnya Indonesia menjadi negara yang merdeka
seutuhnya. Peristiwa rengasdengklok sendiri singkatnya adalah peristiwa dimana terjadinya
penculikan terhadap Ir. Soekarno bersama Drs.Moh Hatta yang dilakukan oleh golongan
muda pada satu hari sebelum proklamasi kemerdekaan Indonesia diumumkan tepatnya
pada tanggal 16 Agustus 1945. Keduanya diculik oleh golongan muda lalu dibawa ke salah
satu kota kecil di provinsi Jawa Barat tepatnya dikota Rengasdengklok. Oleh sebab itu
peristiwa ini dinamai dengan nama peristiwa rengasdengklok.

TUJUAN PERISTIWA RENGASDENGKLOK

Mencegah terpengaruhnya Soekarno-Hatta terhadap pengaruh Jepang.Untuk mendesak


kedua tokoh supaya segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia terlepas dari
segala ikatan Jepang.

KRONOLOGI PERISTIWA RENGASDENGKLOK

Menjelang tanggal 16 Agustus 1945, pada waktu tengah malam para golongan muda
melakukan rapat di asrama Baperpi ( Badan Permusyawaratan Pemuda Indonesia) di jalan
Cikini No.7 Jakarta. Rapat tersebut menghasilkan sebuah keputusan untuk mengamankan
Ir.Soekarno dan Drs.Muh Hatta keluar Jakarta.Para pemuda memutuskan untuk
mengamankan Soekarno-Hatta di Rengasdengklok.Pemilihan Rengasdengklok sebagai
tempat untuk mengamankan kedua tokoh tersebut dipertimbangkan menurut perhitungan
militer.Rengasdengklok terletak 15 km dari jalan raya Jakrta-Cirebon. Selain itu, antara
daidan(batalion) Peta Jakarta dan Rengasdengklok saling berlatih bersama.Dari
pertimbangan tersebut, setiap gerakan pasukan Jepang yang akan ke Rengasdengklok dari
beberapa penjuru dengan cepat akan bisa diketahui dan dihadang dengan kekuatan militer
yang cukup.Ir.Soekarno dijemput dirumahnya oleh Chairul Saleh dan Muwardi. Sedangkan
Drs.Muh Hatta dijemput oleh Sukarni dan Yusuf Kunto. Rombongan berangkat ke
Rengasdengklok dengan pengawal pasukan Peta di bawah pimpinan Sodaco Singgih.
Hilangnya kedua tokoh tersebut ( Soekarno-Hatta) baru diketahui oleh golongan tua di
Jakarta pada pukul 08.00. Di Rengasdengklok terjadi pembicaraan pribadi antara Soekarno,
Sodanco Singgih. Isi pembicaraan tersebut Sodanco menyimpulkan bahwa Soekarno
bersedia untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia segara setelah kembali ke
Jakarta. Sesudah itu Sodanco Singgih bergegas memberitahu kesediaan Soekarno itu
kepada para golongan muda lainnya di Jakarta. Sementara itu, Mr. Ahmad Subarjo dan
Wikana sepakat bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia harus dilakukan di Jakarta
karena Laksamana Maeda bersedia dan menjamin keselamatan selama mereka berada di
rumahnya.

TOKOH YANG TERLIBAT PERISTIWA RENGASDENGKLOK

Terjadinya peristiwa rengasdengklok melibatkan beberapa tokoh, yaitu sebagai berikut :

Gol. muda : Soekarni, Wikana, Chaerul Saleh

Gol. Tua : Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Mr. Achmad Soebardjo
JAWABAN NO 7

1. PENEGAKAN SUPERMASI HUKUM PERKEMBANGAN PENEGAKAN SUPERMASI


HUKUM
Salah satu agenda yang diusung oleh gerakan reformasi yang dimotori oleh
mahasiswa adalah tuntutan adanya penegakan supremasi hukum.Pada masa orde
baru hukum hanya menjadi instrumen bagi penguasa untuk melanggengkan dan
melegitimasi kekuasaan serta melindungi birokrasi dan eksekutif yang sangat korup.
Ketika itu lembaga-lembaga penegak hukum telah dikebiri dan sepenuhnya dibawah
kontrol kekuasaan eksekutif sehingga mereka tidak memiliki kemerdekaan dan
independensi, serta tak lepas dari intervensi elit penguasa.Secara umum belum
terlihat adanya perubahan yang cukup signifikan ke arah penegakan supremasi
hukum. Pelaku KKN masih banyak yang tidak dapat dijerat hukum sehingga
menimbulkan rasa ketidakadilan. Fungsi prevensi umum (deterence) dan prevensi
khusus melalui penerapan kebijakan penal (sanksi pidana) menjadi nihil, bahkan
perilaku KKN ditengara makin meningkat. Jika di masa Orde Baru perilaku KKN
hanya merupakan bentuk “perselingkuhan” antara Eksekutif dan Judikatif, kini tengah
berkembang menjadi bentuk “cinta segi tiga” antara Eksekutif, Judikatif dan
Legislatif. Kondisi itu sangat mungkin karena reformasi hukum yang telah dilakukan
selama ini agaknya masih terbatas pada reformasi di bidang substansi hukum yaitu
dengan hanya memperbaharui berbagai UU baru. Pada hal pembentukan UU baru
tidak serta merta akan menciptakan penegakan hukum yang baik. Undang-undang
yang baik belum tentu menjelma dalam bentuk penegakan hukum yang baik tanpa
ada penegak/pelaksana hukum yang baik. Menurut Blumberg (1970 : 5) , the rule of
law is not executing. It is tralated in to reality by man in institution. Dan pembuatan
peraturan perundangan tidak otomatis menciptakan kepastian hukum kecuali hanya
kepastian undang-undang ! Harus diingat bahwa bekerjanya sistem hukum
(penegakan hukum) tidak dapat lepas dari tiga komponen yaitu komponen substansi,
komponen struktur, dan komponen kultur (Friedman, 1968 : 1003-1004). Dua
komponen terakhir ini yang tampaknya masih belum banyak direformasi sehingga
penegakan supremasi hukum masih mengecewakan. Secara teoritis, supremasi
hukum menuntut adanya unsur-unsur yang mencakup :
a. pendekatan sistemik, menjauhi hal-hal yang bersifat ad hoc (fragmentaris);
b. mengutamakan kebenaran dan keadilan;
c. senantiasa melakukan promosi dan perlindungan HAM;
d. menjaga keseimbangan moralitas institusional, moralitas sosial dan moralitas
sipil;
e. hukum tidak mengabdi pada kekuasaan politik;
f. kepemimpinan nasional di semua lini yang mempunyai komitmen kuat
terhadap supremasi hukum;
g. kesadaran hukum yang terpadu antara kesadaran hukum penguasa yang
bersifat top down dan perasaan hukum masyarakat yang bersifat bottom up;
h. proses pembuatan peraturan perundang-undangan (law making process),
proses penegakan hukum (law enforcement) dan proses pembudayaan
hukum (legal awareness process) yang aspiratif baik dalam kaitannya dengan
aspirasi suprastruktur, infrastruktur, kepakaran dan aspirasi internasional; i )
penegakan hukum yang bermuara pada penyelesaian konflik, perpaduan
antara tindakan represif dan tindakan preventif; dan j) perpaduan antara
proses litigasi dan non litigasi (Muladi, 2000 : 6).

2. PEMBERANTASAN KKN REFORMASI BIROKRASI sebagai SYARAT


PEMBERANTASAN KKN
Sudah menjadi tontonan rutin di media elektronik dan menjadi bacaan wajib di media
cetak oleh seluruh anak bangsa yang terjangkau media. Bahwa para pejabat dan
mantan pejabat kita tersandung masalah korupsi dan atau penyalahgunaan
kekuasaan dan keuangan negara. Tetapi anehnya mereka-mereka yang
notabenenya para petinggi negara yang terhormat, panutan rakyat, harapan dan
tumpuan rakyat di negeri ini sedikitpun tidak merasa malu bahkan kadang-kadang
malah sebaliknya. Tidak kalah hebatnya DPR yang merupakan lembaga tertinggi
negara justru menjadi sarang tikus-tikus rakus yang menggerogoti uang negara
dengan berbagai alasan yang dibuat-buat dan dicari pembenarannya. Rakyat yang
merasa dirinya didholimi akhirnya ikut-ikutan dengan caranya masing-masing sesuai
dengan strata dan jabatannya. Itulah realitas kehidupan di negeri ini, negeri yang
subur makmur gemah ripah loh jinawi, namun masih tergolong negara miskin,
negara dengan setumpuk hutang, tetapi pejabatnya kaya raya, boros, hura-hura.
Negara yang mulai pejabat sampai rakyatnya sudah terbelit pada sebuah sistem
yang korup. Penyalahgunaan kekuasaan, penyuapan, pungli, korupsi, manipulasi,
kolusi, nepotisme dan sejenisnya yang biasa disebut KKN sudah bukan hal langkah
yang dapat kita jumpai di mana-mana dan kapan saja. Berikut ini beberapa contoh
kejadian-kejadian yang sudah lazim terjadi di masyarakat bahkan sampai di birokrasi
pemerintah :
- Seorang petani sawah jika ingin mendapat gilir air sawahnya lancar dia harus
mau memberi tips kepada Jogoboyo//cuwowo (pamong desa/orang yang ditunjuk
untuk mengatur perairan sawah).
- Seorang pedagang asongan penjual kipas dan minuman ringan di kereta
eksekutifdengan dua atau tiga pak rokok Dji Sam Soe untuk petugas teknisi
kereta agar bersedia mematikan sementara waktu AC gerbong agar
dagangannya laku keras.
- Seorang distributor pupuk bersubsidi menimbun pupuk di gudang ratusan ton
untuk memperkaya diri, sementara para petani harus merugi jutaan rupiah
karena tidak mendapatkan pupuk untuk sawahnya.
- Seorang kepala sekolah negeri melakukan berbagai macam pungutan kepada
siswanya dengan dalih peningkatan kualitas, padahal sudah memperoleh aneka
jenis bantuan pemerintah (BOS, BOM, BKSM, dan lain sebagainya), bahkan
sampai mencekik leher para orang tua murid yang jika diteliti secara seksama
ujung-ujungnya adalah untuk memperkaya diri sendiri dan sangat bertentangan
dengan niatan baik pemerintah yang ingin membebaskan sekurang-kurangnya
meringankan biaya pendidikan bagi masyarakat (tidak salah kalau masyarakat
berkata :”lebih enak ketika jamannya Pak Harto, buku sekolah tidak beli/paket,
sekolah negeri tidak bayar, padahal dahulu tidak ada BOS, BKSM, BOM, dll”).
- Di mana-mana gedung sekolah roboh karena kualitas bangunan tidak sesuai
dengan standart yang ada karena dari hulu sampai hilir telah terjadi penyunatan-
penyunatan.
- Para caleg/cabub/cagub dan calon-calon lain rela mengeluarkan ratusan juta
rupiah untuk menyuap calon pemilihnya, bahkan ada yang dengan menggunakan
uang palsu.
- Anggota dewan mau mengesahkan Anggaran, peraturan dan sebagainya kalau
ada uang gedognya.
- Dan lain sebagainya yang tidak cukup ditulis pada tulisan ini, sejuta cara
penghuni negeri ini melakukan KKN dan sudah pasti kita dapat menjumpai di
setiap tempat di negeri ini di kantor, di pasar, di jalan raya, di sawah, bahkan di
hutan dan di tengah laut sekalipun.
Sebagai bagian dari masyarakat negeri ini yang amat sangat mungkin juga termasuk
salah satu pelaku didalamnya, merasa prihatin dan terpanggil untuk memberikan
sumbangan saran dan pemikiran kepada pemerintah dan siapa saja yang berkenan
untuk bersama-sama meminimalisir terjadinya KKN di negeri ini, agar negeri kita
tercinta ini menjadi negeri yang baldatun toyyibatun warobbun ghofuurun seperti
yang dicita-citakan para pendiri republik ini. Gambaran diatas memang paradoks
dengan kondisi penduduk negeri ini yang terkenal agamis bahkan merupakan
Negara berpenduduk muslim terbesar di dunia, semua pejabat, calon pejabat, rakyat
menggembar-gemborkan pemberantasan KKN yang katanya warisan dari orde baru
namun kenyataan mungkin sekarang lebih parah dari yang terjadi pada masa orde
baru ( contoh kecil , di masa orde baru tidak ada sekolah negeri yang membayar
bahkan buku pelajaran pun dipinjami/tidak beli ). Sebuah pekerjaan besar yang
harus kita selesaikan bersama dengan pemerintah terutama presidennya yang
punya kemauan keras untuk memberantas KKN di negeri ini. Ada beberapa hal
menurut penulis yang menjadi penyebab kenapa pemberantasan KKN sulit untuk
dilaksanakan, diantaranya :
a. Hukum dan para penegak hukumnya di negeri ini masih dapat dibeli.
b. Hukum Negara dimana saja pasti memiliki kelemahan dan kekurangan (
contoh orang mencuri, baru dikatakan pencuri kalau ketahuan dan ada
saksinya, seseorang akan aman dari tuduhan korupsi kalau dapat
menunjukkan bukti-bukti pembelanjaan walaupun itu direkayasa ).
c. Banyaknya pelaku pelanggaran yang jika semua harus ditindak pasti penjara
tidak akan muat dan bisa dikatakan pasti kantor-kantor pemerintah akan sepi
ditinggal penghuni masuk bui, sekolah-sekolah akan tanpa kendali karena
kepala sekolah masih diadili, sehingga dengan dalih penanganan
diprioritaskan pada kasus yang besar dahulu padahal itu tidak lain karena
penanganan KKN yang masih setengah hati.
d. segi finansial maupun terjadinya perubahan kearah positif.
e. .Perlakuan hukuman yang tidak setimpal dengan pelanggaran yang dilakukan
sehingga tidak dapat menimbulkan efek jera, baik bagi si pelaku atau orang
yang akan melakukan.
f. Semakin lemahnya hukum adat yang berlaku di masyarakat, kalau dahulu
orang tidak banyak yang memahami hukum tetapi hukum adat dan norma
yang berlaku di masyarakat itu sendiri dapat dijadikan pijakan hukum mereka
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (contoh ada cerita yang
berkembang di masyarakat pelaku rentenir yang ketika meninggal dunia
makamnya tidak muat dan lain sebagainya padahal itu tidak kejadian
sebenarnya melainkan betapa jeleknya di mata masyarakat seseorang yang
melanggar hukum).
g. Pejabat pemerintah baik eksekutif maupun legislatif tidak memberikan contoh
yang baik terhadap pelaksanaan hukum, mereka sendiri yang membuat
mereka pula yang melanggarnya.
h. Hilangnya rasa kasih sayang, rasa senasib seperjuangan, sebangsa dan
setanah air yang dikarenakan rendahnya rasa nasionalisme. Kalau dahulu
orang berpikir apa yang dapat kusumbangkan buat negeri ini, sekarang orang
banyak yang berpikir apa yang aku dapatkan dari negeri ini, bahkan yang
lebih parah lagi orang-orang sekarang merasa paling berjasa paling
memikirkan negeri ini padahal mereka tidak segan-segannya merusak negeri
yang direbut dari tangan penjajah dengan cucuran keringat, air mata dan
darah dengan mengorbankan harta benda dan nyawa.
i. Rakus, gila dunia dan lupa akhirat, sehingga menghalalkan segala cara hal
ini disebabkan rendahnya kadar keimanan seseorang. Tidak sedikit dari
mereka mempunyai semboyan ”Wal Kedual , mbuh Watu mbuh Ungkal,
mbuh Keloso mbuh Bantal, mbuh Sepatu mbuh Sandal, mbuh Celono mbuh
Suwal, mbuh Ulo mbuh Kadal, mbuh Beton mbuh Aspal, mbuh Perahu mbuh
Kapal, mbuh Nuklir mbuh Rudal, mbuh Haram mbuh halal, pokok kontal yo
diuntal”. Jika kita mau jujur rakus dan gila dunia inilah yang merupakan
sumber terjadinya segala macam penyimpangan dan pelanggaran yang pada
akhirnya menjadi sumber malapetaka di muka bumi ini.
j. Hukum halal dan haram semakin dibikin rancau dan tidak jelas. Sudah jelas-
jelas menyuap dibilangnya hadiah; sudah jelas-jelas korupsi dikatakan laba
proyek; jelas-jelas tidak tahu dari mana asalnya uang, ulama’ pun mau
menerimanya.
k. Urusan pemberantasan KKN masih hanya dibebankan pada Negara,
kesadaran masyarakat untuk ikut serta dalam upaya menghilangkan KKN
setidaknya mengurangi belum nampak kelihatan bahkan kecenderungan
menyepakati.
Ada beberapa alternatif yang mungkin dapat diambil sebagai solusi disamping cara-
cara yang sudah dilakukan pemerintah selama ini agar negeri ini terbebas atau
sekurang-kurangnya mengurangi terjadinya pelanggaran KKN, adapun cara yang
dapat ditempuh diataranya :
a. Melalui Pendekatan Kekuasaan.
b. Mencanangkan dan membuat tahun gerakan sadar nasional atau tobat nasional
dari KKN atau sejenisnya yang melibatkan seluruh komponen bangsa.
c. Membuat gerakan taubat nasional, hal ini dilandasi oleh :
 Sadar atau tidak, sedikit atau banyak kita seluruh bangsa ini pernah
melakukan KKN baik langsung maupun tidak langsung/menikmati hasil
KKN yang dilakukan oleh orang lain.
 Sadar atau tidak, kita seluruh bangsa ini pernah tidak suka/membenci
pada orang-orang yang telah berbuat KKN sehingga seperti Hadits
Rasulullah yang artinya lebih kurang : “Tidak akan mati seseorang
sebelum mengikuti perilaku orang-orang yang dibenci”.
 Jika kondisi KKN di negeri ini yang sulit di beratas merupakan Adzab
Allah, maka salah satu jalan adalah bertaubat kepada-Nya.
3. PENGADILAN MANTAN PRESIDEN SOEHARTO dan KRONINYA PENGUSUTAN
ANAK dan KRONI SOEHARTO
4. AMANDEMEN KONSTITUSI
Tujuan amandemen UUD 1945 menurut Husnie, adalah pertama, untuk
menyempurnakan aturan dasar mengenai tatanan negara agar dapat lebih mantap
dalam mencapai tujuan nasional serta menyempurnakan aturan dasar mengenai
jaminan dan pelaksanaan kekuatan rakyat, kedua, memperluas partisipasi rakyat
agar sesuai dengan perkembangan paham demokrasi, ketiga menyempurnakan
aturan dasar mengenai jaminan dan perlindungan hak agar sesuai dengan
perkembangan HAM dan peradaban umat manusia yang menjadi syarat negara
hukum, keempat menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan negara secara
demokratis dan modern melalui pembagian kekuasan secara tegas sistem check and
balances yang lebih ketat dan transparan dan pembentukan lembaga-lembaga
negara yang baru untuk mengakomodasi perkembangan kebutuhan bangsa dan
tantangan jaman, kelima menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan
konstitusional dan kewajiban negara memwujudkan kesejahteraan sosial
mencerdaskan kehidupan bangsa, menegakkan etika dan moral serta solidaritas
dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara sesuai dengan harkat
dan martabat kemanusiaan dalam perjuangan mewujudkan negara kesejahteraan,
keenam, melengkapi aturan dasar dalam penyelenggaraan negara yang sangat
penting bagi eksistensi negara dan perjuangan negara mewujudkan demokrasi, dan
ketujuh, menyempurnakan aturan dasar mengenai kehidupan bernegara dan
berbangsa sesuai dengan perkembangan aspirasi kebutuhan dan kepentingan
bangsa dan negara Indonesia ini sekaligus mengakomodasi kecenderungannya
untuk kurun waktu yang akan datang. MPR melalui alat kelengkapannya yaitu Badan
Pekerja Majelis menurut Husnie, telah berhasil melakukan empat kali perubahan
terhadap Undang-Undang Dasar 1945. Perubahan pertama diputuskan pada sidang
Umum MPR 1999 yang terdiri dari sembilan pasal yaitu pasal 5, 7, 9,13, 14, 17, 20
dan 21 yang mengatur tentang kekuasaan pemerintahan negara dan pembatasan
masa jabatan presiden serta pemberdayaan lembaga legeslatif yaitu DPR. Tiga hal
yang melandasi perubahan UUD 45 menurut Akbar adalah pertama, para founding
fathers menyadari bahwa UUD 45 merupakan konstitusi kilat. “Bung Karno dan Bung
Hatta menyadari suatu hari generasi penerus akan menyempurnakan UUD 45,” kata
Akbar. Kedua, pada prakteknya UUD 45 dijadikan alat penguasa untuk
melanggengkan pemerintahan yang pada akhirnya cenderung sentralistik.
“Pemerintah menggunakan untuk memperkuat kekuasaan kalau tidak mau dibilang
otoritarian,” lanjutnya. Ketiga, tuntutan yang kuat dari rakyat kebanyakan yang pada
akhirnya sepakat untuk melakukan amandemen konstitusi. Meski telah empat kali
diamandemen, Akbar menegaskan bahwa yang berubah hanyalah batang tubuh
UUD 45, bukan Pembukaan UUD 45. “Pembukaan tidak boleh diubah karena disana
termaktub pernyataan bentuk, ideologi dan tujuan berbangsa bernegara,” tegasnya.
Menurut Akbar, Pembukaan UUD 45 adalah fundamental karena memuat prinsip
dasar negara yang telah disepakati bersama.
1. Hak mengeluarkan pendapat
2. Hak Angket : hak untuk menyelidiki kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah
3. Hak Interpelasi : hak untuk meminta penjelasan pemerintah terkait dengan
kebijakan yang dikeluarkan
Selain ketiga hak di atas, anggota dewan juga memiliki beberapa hak seperti hak
budget, hak imunitas, hak protokoler, hak legacy, dan hak-hak lainnya.
Untuk melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana yang dimaksud ayat (2).
DPR mempunyai hak:
a. meminta keterangan kepada Presiden;
b. mengadakan penyelidikan;
c. mengadakan perubahan alas rancangan undang‑undang;
d. mengajukan pernyataan pendapat;
e. mengajukan rancangan undang‑undang:
f. mengajukan/menganjurkan seseorang untuk jabatan tertentu jika ditentukan
oleh suatu peraturan perundang‑undangan;
g. menentukan anggaran DPR.
Selain hak-hak DPR sebagaimana yang dimaksud ayat (3), yang pada
hakekatnyamerupakan hak-hak anggota, Anggota DPR juga mempunyai hak:
a. mengajukan pertanyaan;
b. protokoler;
c. keuangan/administrasi.

Hak Inisiatif adalah hak untuk mengajukan usul Rancangan Undang-Undang atau
Peraturan daerah (Raperda), merupakan salah satu hak yang dimiliki oleh anggota
DPR/D untuk melaksanakan fungsinya di bidang legislasi. Hak amandemen, hampir
sama dengan hak inisiatif, adalah hak untuk mengajukan Perubahan Undang-
Undang atau Peraturan daerah (Raperda). Hak menyatakan pendapat adalah hak
DPR sebagai lembaga untuk menyatakan pendapat terhadap kebijakan pemerintah
atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di tanah air atau situasi dunia
internasional disertai dengan rekomendasi penyelesaiannya atau sebagai tindak
lanjut pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket atau terhadap dugaan bahwa
Presiden dan/atau Wakil Presiden melakukan pelanggaran hukum berupa
pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya
atau perbuatan tercela maupun tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden
dan/atau Wakil Presiden.

5. PENCABUTAN DWIFUNGSI TNI/POLRI


Ia adalah perwujudan dari sebuah sistem penghisapan, dominasi, hegemoni, dan
represi dari militer terhadap rakyat Indonesia. Dwifungsi TNI/Polri sebenarnya
membuat sebuah negara di dalam negara, dengan mendirikan struktur Kodam-
Korem-Kodim-Koramil-Babinsa. Struktur ini membuat militer dapat mengontrol
kegiatan politik rakyat. Sebagai contoh, aksi buruh dipastikan akan diintimidasi
dengan aparat kodim terdekat. Aksi petani pastilah akan diteror oleh koramil dan
babinsa di wilayah tersebut. Begitu juga dengan kaum miskin kota serta elemen-
elemen rakyat lainnya. Bahkan dalam UU Darurat/UU PKB terlihat jelas sebenarnya
peranan dari struktur ini. Struktur ini akan menjalankan fungsi-fungsi negara selama
keadaan darurat mulai dari fungsi hukum sampai fungsi administrasi masyarakat.
Dan dalam kenyataannya sehari-hari, tanpa harus menyatakan keadaan darurat,
militer sudah mengatur segala fungsi-fungsi negara. Struktur birokrasi pemerintahan
sampai struktur organisasi masyarakat RT/RW sudah disusupi oleh perwira-perwira
militer. Mulai dari Mendagri, Jaksa Agung, Gubernur, Bupati, Lurah, Camat, sampai
ketua RT/RW bahkan juga direktur-direktur BUMN. Bahkan masuknya militer ke
kekuasaan legislatif (DPRD/DPR/MPR) sebenarnya tidak terlepas dari pola mereka
masuk ke struktur birokrasi tadi. Untuk mengontrol rakyat Indonesia. Kontrol inilah
yang kemudian menghambat proses demokratisasi. Rakyat menjadi hidup didalam
satu nuansa represi dan intimidasi. Dimensi pertama dari pencabutan Dwi Fungsi
TNI/Polri adalah pembubaran struktur Kodam-Korem-Kodim-Koramil-Babinsa.
Dimensi ini bertujuan untuk membebaskan rakyat dari satu represi dan intimidasi
yang kemudian akan memacu partisipasi dan kesadaran demokratik rakyat.
Argumentasi yang diberikan oleh militer bahwa strukturt ini dibutuhkan untuk
menjaga keamanan teritori jelas lemah karena secara riil pembentukkan struktur ini
justru untuk menyempurnakan alat-alat kekuasaan mereka. Apa yang harus
dilakukan untuk mengamankan teritori negara adalah pembentukan milisi-milisi bela
negara yang berbasis pada pengorganisasian perlawanan massa-rakyat. Apabila
TNI tetap bersikukuh pada pendiriannya dengan tetap mempertahankan Dwi Fungsi
TNI, maka keniscayaan pendelegitimasian TNI adalah hukum sejarah. Akan tetapi,
bila TNI menyerahkan fungsi dan peran sosial politiknya kepada sipil sepenuh-
penuhnya, dan berfungsi sebagai alat pertahanan semata, maka pembentukan milisi
bela negara adalah jalan yang terbaik. Dimensi Kedua, Pembersihan lembaga-
lembaga ekstrayudisial seperti BIA, BAKIN atau BAIS dsb. Lembaga yang berada di
luar jangkauan kekuasaan kehakiman dan peradilan. Lembaga tersebut memiliki
wewenang yang sangat luar biasa. Ia dapat menangkap seseorang tanpa ada
kejelasan hukum. Bahkan tindakan-tindakan lembaga tersebut sering kali berbau
kriminal seperti penculikan dan pembunuhan, tanpa ada pertanggungjawaban yang
jelas. Lembaga ini berfungsi melakukan teror dan penginterogasian terhadap orang-
orang yang memperjuangkan demokrasi dan hak-hak rakyat. Oleh karenanya,
pembubaran lembaga-lembaga ekstrajudisial menjadi dimensi kedua dari
pencabutan Dwi Fungsi TNI/Polri. Hal ini penting untuk mengembalikan prinsip trias
politika yang tegas dan penegakkan hukum yang konsisten. Dimensi Ketiga adalah
pembersihan militer dari politik. Harus dipahami bahawa TNI/Polri adalah fungsi
keamanan (TNI) dan ketertiban (polisi) sehingga ia tidak perlu untuk masuk dalam
percaturan politik. Pentingnya Militer dibersihkan dari lapangan politik adalah untuk
tetap menjaga netralitas militer agar tidak kemudian berpihak pada kekuatan politik
lain selain kekuatan politik rakyat. Posisi militer yang menjadi tiang penyangga pada
masa Rejim Orde Baru yang berlumuran darah tampaknya cukup menjadi contoh
tentang pentingnya militer keluar dari gelanggang politik. Dimensi Keeempat adalah
penghentian dan penyitaan aset-aset ekonomi militer. Seperti dijelaskan diatas,
penguasaan militer atas aset-aset ekonomi (dalam bahasa kasarnya :militer
berbisnis) akhirnya mendorong miter untuk masuk dalam kekuasaan karena
penguasaan ekonomi tidak bisa dilepaskan dari kekuasaan. Penyitaan aset-aset
ekonomi ini kemudian diserahkan pada negara untuk dikelola. Penyitaan dan
penghentian praktek bisnis militer ini tentunya harus dengan prasyarat bahwa ada
jaminan kesejahteraan minimum bagi para prajurit (yang kemudian menahan
keinginan militer untuk berbisnis) dan anggaran militer yang cukup oleh negara.
Dimensi terakhir adalah Penegakan hukum dan HAM bagi para perwira militer
pelanggarnya. Seperti diungkapkan dimuka bahwa demokrasi memiliki aturan-aturan
prinsipil dalam pembangunannya yang salah satunya adalah penegakkan Hak Asasi
Manusia, maka penegakkan hukum merupakan unsur penting bagi pembangunan
demokrasi. Tidak dapat disangkal lagi bahwa militer Indonesia memiliki peran yang
cukup besar atas penindasan yang diterima oleh rakyat Indonesia selama puluhan
tahun. Pertanggungjawaban secara hukum, politik dan sejarah adalah satu-satunya
jalan bagi militer untuk dapat diterima kembali di masyarakat. Prinsip dari
pencabutan Dwi fungsi TNI/Polri adalah menempatkan posisi militer sebagai militer
yang profesional dan sekaligus sebagai militer rakyat yang artinya militer yang patuh
pada prinsip-prinsip demokarsi kerakyatan.

6. PEMBERIAN OTONOMI DAERAH SELUAS-SELUASNYA


Tujuan utama dikeluarkannya kebijakan otonomi daerah antara lain adalah
membebaskan pemerintah pusat dari beban-beban yang tidak perlu dalam
menangani urusan daerah. Dengan demikian pusat berkesempatan mempelajari,
memahami, merespon berbagai kecenderungan global dan mengambil manfaat
daripadanya. Pada saat yang sama pemerintah pusat diharapkan lebih mampu
berkonsentrasi pada perumusan kebijakan makro (luas atau yang bersifat umum dan
mendasar) nasional yang bersifat strategis. Di lain pihak, dengan desentralisasi
daerah akan mengalami proses pemberdayaan yang optimal. Kemampuan prakarsa
dan kreativitas pemerintah daerah akan terpacu, sehingga kemampuannya dalam
mengatasi berbagai masalah yang terjadi di daerah akan semakin kuat.

Adapun tujuan pemberian otonomi kepada daerah adalah sebagai berikut:


1. Peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik.
2. Pengembangan kehidupan demokrasi.
3. Keadilan.
4. Pemerataan.
5. Pemeliharaan hubungan yang serasi antara Pusat dan Daerah serta antar
daerah dalam rangka keutuhan NKRI.
6. Mendorong untuk memberdayakan masyarakat.
7. Menumbuhkan prakarsa dan kreativitas, meningkatkan peran serta masyarakat,
mengembangkan peran dan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

JAWABAN NO 8

1. Pokok Pikiran Pertama : persatuan


Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dengan berdasar asas persatuan dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia. Negara mengatasi segala faham, golongan, mengatasi segala
faham perseseorangan => penjabaran sila ketiga.
2. Pokok pikiran Kedua : keadilan sosial
Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia =>
penjabaran sila ke lima.Pokok pikiran ini menempatkan suatu tujuan atau cita-cita
yang ingin dicapai dalam Pembukaan, dan merupakan suatu kuasa finalis (sebab
tujuan), sehingga dapat menentukan jalan serta aturan-aturan mana yang harus
dilaksanakan dalam Undang-Undang Dasar untuk sampai pada tujuan itu yang
didasari dengan bekal persatuan.
3. Pokok Pikiran Ketiga : kedaulatan rakyat
Negara yang berkedaulatan rakyat, berdasarkan atas kerakyatan dan
permusyawaratan/perwakilan. Pokok pikiran ini dalam ‘pembukaan’ mengandung
konsekuensi logis bahwa sistem negara yang terbentuk dalam Undang-Undang
Dasar harus berdasarkan atas kedaulatan rakyat dan berdasarkan
permusyawaratan/perwakilan.
4. Pokok Pikiran Keempat : ketuhanan YME dan kemanusiaan
Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa, menurut dasar kemanusiaan
yang adil dan beradab. Hal ini menegaskan pokok pikiran Ketuhanan Yang Maha
Esa, yang mengandung pengertian taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan
pokok pikiran kemanusiaan yang adil dan beradab yang mengandung pengertian
menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia atau nilai kemanusiaan yang luhur.
Pokok pikiran keempat itu merupakan Dasar Moral Negara yang pada hakikatnya
merupakan suatu penjabaran dari Sila Kedua Pancasila. Empat pokok pikiran yang
terkandung dalam pembukaan UUD 1945 menurut penjelasan UUD ini, merupakan
penjelasan logis dari inti alinea ke empat pokok pikiran tersebut tidak lain adalah
merupakan penjabaran dari dasar falsafah negara pencasila. Dalam pokok pikiran
yang pertama di tekankan tentang aliran bentuk negara persatuan, pokok pikiran
kedua tentang cita-cita negara, yaitu keadilan sosial dan pokok ketiga adalah
merupakan dasar politik negara yang berkedaulatan rakyat. Dalam kehidupan
kenegaraan mendasarkan pada suatu dasar moral yaitu negara berdasar atas
ketuhanan YME. Serta kemanusiaan yang adil dan berada (pokok pikiran IV). Prinsip
sebagaimana negara terkandung dalam poko-pokok pikiran tersebut menunjukan
kepada kita bahwa cdalam kehidupan bernegara walaupun berdasarkan pada
persatuan hukum, juga harus di dasarkan pada moralitas. Negara iindonesia
mendasarkan pada komitmen-komitmen moral religius serta moral kemanusiaan
yang beradab, karena dalam kehidupan bernegara pada hakikatnya untuk mencapai
tujuan-tujuan kemanusiaan yang bermatabat luhur.

JAWABAN NO 9

a. HUBUNGAN PEMBUKAAN UUD 1945 DENGAN BATANG TUBUH UUD 1945


- dalam sistem tertib hukum internasional ,penjelasan UUD 1945 menyatakan
bahwa pokok pikiran itu meliputi suasana kebatinan dari UUDD negara Indonesia
, selanjutnya pokok pikiran itu di jelmakan dalam pasal-pasal UUD 1945.
- dapat di simpulkan bahwa suasana kebatinan UUD 1945 tidak lain di jiwai atau
bersumber pada falsafah dasar negara pancasila. Pengetian inilah yang
menunjukan kedudukan dan fungsi pancasila sebagai dasar negara Republik
Indonesia.
- berdasarkan penjelasan tersebut dapat di simpulkan bahwa pembukaan UUD
1945, mempunyai fungsi hubungan langsung yang bersifat kausal organis
dengan batang tubuh UUD 1945,karna isi dalam pembukaan dijabarkan kedalam
pasal-pasal UUD1945 yang memuat dasar negara, dan UUD merupakan satu
kesatuan, walaupun dapat di pisahkan, bahkan merupakan rangkaian kesatuan
nilai dan norma yang terpadu. Atas dasar-dasar tersebut maka dalam hubungan
batang tubuh UUD 1945 ,menempatkan pembukaan UUD 1945 alinea IV
menempatkan pada kedudukanyang sangat penting.

b. HUBUNGAN PEMBUKAAN UUD 1945 DENGAN PANCASILA


1. Hubungan secara formal
 dengan di cantumkannya pancasila secara formal didalam pembukaan UUD
1945,maka pancasila memperoleh kedudukan sebagai norma dasar hukum positif.
Dengan demikian tata kehidupan bernegara tidak hanya bertopang pada asas
sosial,ekonomi,politik akan tetapi dalam perpaduan asas kultural , religius dan asas
kenegaraan yang unsurnya terdapat dalam pancasila. Jadi berdasarkan tempat
terdapatnya pancasila secara formal dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Bahwa rumusan pancasila sebagai dasar negara RI adalah yang seperti
tercantum dalam pembukaan UUD 1945 alinea IV.
b. Bahwa pembukaan UUD 1945 , berdasrkan pengertian ilmiah, merupakan pokok
kaidah negara yang fendomental.
c. Bahwa pembukaan UUD 1945 berkedudukan dan berfungsi selain sebagai
mukadimah dari UUD 1945 ,juga berkedudukan sebagai suatu yang
bereksistensi sendiri,yang hakikat kedudukan hukumnya berbeda dengan pasal-
pasalnya.
d. Bahwa pancasila dengan demikian dapat disimpulakan mempunyai hakikat, sifat,
kedudukan dengan fungsi sebagai pokok kaidah negara yang fundemental ,yang
menjelmakan dirinya sebagai dasar kelangsungan hidup NKRI yang di
proklamasikan 17 agustus 1945.
e. Bahwa pacasila sebagai inti pembukaan UUD 1945 , dengan demikian
mempunyai kedudukan yang kuat, tetap dan tidak dapat diubah dan terletak
pada kelangsungan hidup Negara Republik Indonesia.

2. Hubungan secara material


Sebagaimana di jelaskan di atas juga hubungan secara material sebagai berikut :
Bilamana kita tinjau kembali proses perumusan Pancasila dan pembukaan UUD
1945, maka secara kronologis, materi yang di bahas oleh BPUPKI yang pertama-
tama adalah dasar filsafat Pncasila baru kemudian Pembukaan UUD 1945.
Setelah pada sidang pertama pembukaan UUD 1945 BPUPKI membicarakan
dasar filsafat negara Pancasila berikutnya tersusunlah piagam jakarata yang di
susun oleh panitia 9, sebagai wujud bentuk pertama pembukaan UUD 1945. Jadi
berdasar urut-urutan tertib hukum Indonesia Pembukaan UUD 1945 adalah
sebagai tertib hukum yang tertinggi, adapun tertib hukum Indonesia bersumber
pada Pancasila, atau dengan kata lain sebagai sumber tertib hukum Indonesia.
Hal ini berarti secara material tertib hukum Indonesia dijabarkan dari nilai-nilai
yang terkandung dalam pancasila. Pancasila sebagai sumber tertib hukum
indonesia meliputi sumber nilai, sumber materi, sumber bentuk dan sifat.
Selain itu dalam hubungannya dengan hakikat dan kedudukan pembukaan UUD
1945 sebagai pokok kaidah negara yang fubdamental, maka sebenarnya secara
material yang merupakan esensi atau inti sari dari pokok kaidah negara
fundamental tersebut tidak lain adalah pancasila.

c. HUBUNGAN PEMBUKAAN UUD 1945 DENGAN PROKLAMASI

Pembukaan UUD 1945 merupakan satu kesatuan dengan proklamasi 17- 08- 1945,
oleh karna itu, antara pembukaan dan proklamasi 17-8-1945 tidak dapat di pisahkan.
Keberstuan antara proklamasi dan pembukaan UUD 1945 tersebut dapat di jelaskan
sebagai berikut :
1. Disebutkannya kembali pernyataan proklamasi kemerdekaan dalam alinea ke III
pembukaan menunjukan bahwa antara proklmasi dan pembukaan satu
rangkaian yang tidak dapat dipisahkan.
2. Ditetapkan UUD 1945 pada tanggal 18-8-1945 bersama ditetapkannya UUD ,
presiden dan wakil presiden merupakan realisasi tindak lanjut dari proklamasi.
3. Pembukaan UUD 1945 pada hakikatnya adalah merupakan suatu pernyataan
kemerdekaan yang lebih terinci dari adanya cita-cita luhur yang
menjadisemangat pendorong ditegakannya kemerdekaan.

Sifat antara pembikaan dan proklamasi ini sebagai berikut :

Pertama : memberikan penjelasan terhadap dilaksanakannya proklamasi pada tanggal 17-8-


1945, yaitu menegakkan hak kodrat dan hak moral dari setiap bangsa akan kmerdekaan.

Kedua : memberikan penegasa terhadap di laksanaknnya proklamasi 17-8-1945 , yaitu


bahwa perjuangan gigih bangsa Indonesia dalam menegaskan hak kodrat dan hak moral itu
adalah sebagai gugatagan dihadapan bangsa-bangsa di dunia terhadap adanya penjajahan
atas bangsa Indonesia.

Ketiga : memberikan pertanggung jawaban terhadap dilaksanakannya proklamasi 17-8-1945


, yaitu bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia yang diperoleh melalui perjuangan luhur,
disusun dalam suatu UUD negara Indonesia yang terbentuk dalam sutu negara RI yang
berkedaulatan rakyat.

JAWABAN NO 10

Berdasarkan UUD 1945 hasil amandemen, presiden merupakan penyelenggara pemerintah


tertinggi di samping MPR dan DPR , kerena presiden di pilih langsung oleh rakyat. Jadi
menurut UUD 1945 , presiden bukan lagi sebagai mandataris MPR. Dengan demikian
presiden bertanggung jawab langsung terhadap rakyat.

Anda mungkin juga menyukai