Anda di halaman 1dari 6

1.

Home
2. Postingan
3. Teori Konseling

Teori Analitik Jung


 19 Agustus 2010
 Teori Konseling
 0 komentar
 Dibaca: 13352 kali
 Penulis: Ifdil

Carl Gustav Jung lahir di Kesswyl, suatu kota dikawasan Lake Constace di Canton Thurgau,
Swiss, pada tanggal 26 Juli 1875 dan besar di Basel. Ayahnya adalah seorang pendeta pada
Gereja Reformasi Swiss. Jung masuk Universitas Basel dengan tujuan untuk menjadi seorang
ahli bahasa-bahasa kuno dan jika mungkin menjadi seorang arkeolog, tetapi suatu mimpi
telah membangkitkan minatnya dalam studi ilmu-ilmu alamdan secara kebetulan dalam ilmu
kedokteran. Setelah ia mendapat gelar kedokteran dari Universitas Basel ia menjadi asisten
pada Rumah Sakit Jiwa di Burgholzli, Zurich, dan Klinik Psikiatri Zurich dan mulailah
keriernya dalam psikiatri.

Dalam tahun 1909 ia melepaskan pekerjaannya di Burgholzli dan pada tahun 1913 ia
melepaskan jabatan lektor dalam psikiatri pada Universitas Zurich supaya dapat mencurahkan
seluruh waktunya untuk praktik privat, memberikan latihan, penelitian, bepergian dan
menulis. Selama bertahun-tahun ia mengadakan seminar dalam bahasa inggris untuk
mahasiswa-mahasiswa yang berbahasa inggris, dan tak lama ia berhenti dari kegiatan
mengajar, sebuah lembaga pendidikan untuk menghormat namanya didirikan di Zurich.

Pada tahun 1944 Jurusan Psikologi Kedokteran pada Universitas Basel dibuka khusus untuk
Jung, tetapi kesehatannya yang mulai memburuk membuatnya terpaksa untuk berhenti dari
jabatan ketua setelah satu tahun ia meninggal dunia pada tanggal 6 Juni 1961 di Zurich dalam
usia 85 tahun. Karya Jung yang diterbitkan setelah kematiannya adalah Memories, dreams,
reflektions. Suasana buku itu tercermin dalam kalimat pertamanya “Kehidupanku adalah
suatu kisah realisasi-diri ketidaksadaran”. Carl Gustav Jung diakui sebagai salah seorang
diantara ahli-ahli pikir psikologi yang terkemuka abad XX. Selama 60 tahun, aia
mengabdikan dirinya dengan segenap tenaga dan tujuan tunggal untuk menganalisis proses-
proses kepribadian manusia yang sangat luas dan dalam.

Meskipun teori kepribadian Jung biasanya dipandang sebgai teori psikoanalitik karena
tekanannya pada proses-proses ketidaksadaran, namum berbeda dalam sejumlah hal penting
dengan teori kepribadian Freud. Mungkin segi yang paling khusus dan mencolok dalam
pandangan Jung tentang manusia adalah bahwa ia tidak hanya ditentukan oleh sejarah
individu dan ras (kausalitas), tetapi juga ditentukan oleh tujuan-tujuan dan aspirasi-aspirasi
(teologi). Baik masa lampau sebagai aktualitas maupun masa depan sebagai potensialitas
sama-sama membimbing tingkah laku sekarang. Mengutip kata-kata Jung, “ Orang hidup
dibimbing oleh tujuan-tujuan maupun sebab-sebab”.

Struktur Kepribadian.
Keseluruhan kepribadian atau psikhe, sebagaimana disebut oleh Jung terdiri dari sejumlah
sistem yang berbeda, namun saling berinteraksi. Sistem-sistem yang terpenting adalah ego,
ketidaksadaran pribadi berserta kompleks-kompleksnya, ketidaksadaran kolektif beserta
arkhetipus-arkhetipusnya, persona, anima dan animus, dan bayang-bayang. Disamping
sistem-sistem yang saling tergantung ini terdapat sikap-sikap introversi dan ekstraversi, serta
fungsi-fungsi pikiran, perasaan, pendirian, dan intuisi. Akhirnya terdapat diri (self) yang
merupakan pusat dari seluruh kepribadian.

 Kesadaran (Consciusness) dan Ego

Ego adalah jiwa sadar yang terdiri dari persepsi-persepsi, ingatan-ingatan, pikiran-
pikiran, dan perasaan-perasaan sadar. Ego melahirkan perasan identitas dan
kontinuitas seseorang, dan dari segi pandangan sang pribadi ego dipandang berada
pada kesadaran.

 Ketidaksadaran Pribadi

Adalah dearah yang berdekatan dengan dengan ego. Ketidaksadaran pribadi terdiri
dari pengalaman-pengalaman yang pernah sadar tetapi kemudian direpresikan,
disupresikan, dilupakan atau diabaikan serta pengalaman-pengalaman yang terlalu
lemah untuk menciptakan kesan sadar pada sang pribadi. Isi dari ketidaksadaran
pribadi, seperti isi bahan bahan prasadar pada konsep freud dapat menjadi sadar, dan
berlangsung banyak hubungan dua arah antara ketidaksadaran pribadi dan ego.

 Kompleks-kompleks

Kompleks adalah kelompok yang terorganisir atau konstelasi perasaan-perasaan,


pikiran-pikiran, persepsi-persepsi, dan ingatan-ingatan yang terdapat dalam
ketidaksadaran pribadi. Kompleks memiliki inti yang bertindak seperti magnet
menarik atau “mengkonstelasikan” berbagai pengalaman kearahnya.

 Ketidaksadaran Kolektif

Adalah gudang bekas-bekas ingatan laten yang diwariskan dari masa lampau leluhur
seseorang, masa lampau yang meliputi tidak hanya sejarah ras manusia sebagai suatu
spesies tersendiri, tetapi juga leluhur pramanusiawi atau nenek moyang binatangnya.
Ketidaksadaran kolektif adalah sisa psikik perkembangan evolusi manusia, sisa yang
menumpuk sebagai akibat dari pengalaman-pengalaman yang berulang selama banyak
generasi.

 Persona

Adalah topeng yang dipakai sang pribadi sebagai respon terhadap tuntutan kebiasaan
dan tradisi masyarakat, serta kebutuhan-kebutuhan arketipal sendiri. Ia merupakan
peranan yang diberikan oleh masyarakat kepada seseorang, sebagian yang oleh
masyarakat diharapkan dimainkan oleh seseorang dalam hidupnya. Tujuan topeng
adalah untuk menciptakan kesan tertentu pada orang-orang lain dan sering kali, meski
tidak selalu, ia menyembunyikan hakekat sang pribadi yang sebanarnya. Persona
adalah kepribadian publik.
 Anima dan Animus

Manusia pada hakekatnya merupakan makhluk biseksual. Pada tingkat fisiologis, laki-
laki mengeluarkan hormon seks laki-laki maupun perempuan, demikian juga
perempuan. Pada tingkat psikologis, sifat-sifat maskulin dan feminin terdapat pada
kedua jenis tersebut. Hormon seksualitas hanyalah salah satu bentuk perwujudan
kondisi-kondisi tersebut, yang paling mengesankan adalah munculnya konsepsi
tentang biseksualitas manusia. Jung mengaitkan sisi feminin kepribadian pria dan sisi
maskulin kepribadian wanita dengan arkhetipe-arkhetipe. Arkhetipe feminin pada pria
disebut anima, arkhetipe maskulin pada wanita disebut animus. Karena ditentukan
oleh kromosom-kromosom janis dan kelenjar-kelenjar sek dan produk daro
pengalaman-pengalaman ras pria dengan wanita dan wanita dengan pria. Dengan kata
lain karena hidup bersama wanita berabad-abad, pria telah menjadi feminin; karena
hidup bersama pria, wanita telah menjadi maskulin.

 Bayang-bayang (Shadow)

Arkhetipe bayang-bayang terdiri dari insting-insting binatang yang diwarisi manusia


dalam evolusinya dari bentuk-bentuk kehidupan yang lebih rendah. Maka dari itu
bayang-bayang mencerminkan sisi binatang pada kodrat manusia. sebagai arkhetipe,
bayang-bayang melahirkan dalam diri kita konsepsi tentang dosa asal; bila bayang-
bayang diproyeksikan keluar, maka ia menjadi iblis atau musuh. Arkhetipe bayang-
bayang juga mengakibatkan munculnya pikiran, perasaan, dan tindakan yang tidak
menyenangkan dan patut dicela oleh masyarakat dalam kesadaran dan tingkah laku.
Selanjutnya semua hal ini bisa disembunyikan dari pandangan publik oleh persona
atau direpresikan kedalam ketidaksadaran pribadi.

 Diri (self)

Diri adalah titik pusat kepribadian disekitar mana semua sistem lain terkonstelasikan.
Ia mempersatukan sistem-sistem ini dan memberikan kepribadian dengan kesatuan,
keseimbangan dan kestabilan pada keribadian. Diri adalah tujuan hidup, suatu tujuan
yang terus menerus diperjuangkan orang, tetapi yang jarang tercapai. Seperti semua
arkhetipe, ia memotivasikan tingkah laku manusia dan menyebabkan oleh mencari
kebulatan, khususnya melalui cara-cara yang disediakan oleh agama. Pengalaman-
pengalaman religius sejati merupakan bentuk pengalaman yang paling dekat ke diri
(self hood) yang mampu dicapai oleh kebanyakan manusia.

 Sikap

Jung membedakan dua sikap atau orientasi utama kepribadian, yakni sikap ekstraversi
dan sikap introversi. Sikap ektraversi mengarahkan sang pribadi ke dunia luar, dunia
objektif, sikap introversi mengarahkan orang kedunia dalam, dunia subjektif. Kedua
sikap yang berlawanan ini ada dalam kepribadian, tetapi biasanya salah satu
diantaranya dominan dan sadar, sedangkan yang lain kurang dominan dan tidak sadar.
Apabila ego lebih bersifat ekstravert dalam relasinya dengan dunia, maka
ketidaksadaran pribadinya akan bersifat introvert.

 Fungsi

Ada empat fungsi psikologis fundamental: pikiran, perasaan, pendirian, dan intuisi.
Berfikir melibatkan ide-ide dan intelek. Dengan berfikir manusia memahami hakikat
dunia dan dirinya sendiri. Perasaan adalah fungsi evaluasi; ia adalah nilai benda-
benda, entah bersifat positif dan negatif, bagi subjek. Fungsi perasaan memberikan
manusia pengalaman-pengalaman subjektifnya tentang kenikmatan dan rasa sakit,
amarah, ketakutan, kesedihan, kegembiraan, dan cinta. Pendirian adalah fungsi
perseptual atau fungsi kenyataan, ia menghasilkan fakta-fakta konkret atau bentuk-
bentuk representasi dunia. Intuisi adalah persepsi melalui proses-proses tak sadar dan
isi dibawah ambang kesadaran. Orang yang intuitif melampaui fakta-fakta, perasaan
dan ide-ide dalam mencari hakikat kenyataan.

Dinamika Kepribadian

Jung memandang kepribadian atau psikhe sebagai sistem energi yang setengah tertutup. Ia
tidak disebut sama sekali tertutup karena energi dari sumber-sumber luar harus ditambahkan
pada sistem, misalnya dengan makan, atau dikurangi dari sistem. Misalnya dengan
malakukan pekerjaan yang menggunakan otot.
Variasi struktur kepribadian yang kompleks membuat elaborasi dinamika kepribadian sukar
dibuat formulanya. Akhirnya Jung mencoba mendekati dinamika itu dari prinsip-prinsip
interaksi dan fungsi/tujuan penggunaan energi psikis:

 Prinsip oposisi

Berbagai sistem, sikap, dan fungsi kepribadian saling berinteraksi dengan tiga cara:
saling bertentangan (oppose), saling mendukung (compensate), dan bergabung
menjadi kesatuan (synthese). Prinsip oposisi paling sering terjadi, karena kepribadian
berisi berbagai kecenderungan konflik. Menurut Jung, tegangan (akibat konflik)
adalah esensi hidup; tanpa itu tidak ada enerji dan tidak ada keperibadian. Oposisi
muncul dimana-mana-ego versus shadow, introversi versus ekstraversi, berpikir
versus berperasaan, dan anima/animus versus ego (juga saling berkompensasi).
Oposisi juga terjadi antara tipe kepribadian, ekstraversi versus introversi, fikiran
versus perasaan dan penginderaan versus intuisi.

 Prinsip kompensasi

Dipakai untuk menjaga agar kepribadian tidak menjadi neurotik. Umumnya terjadi
antara sadar dan taksadar; fungsi yang dominan pada kedasaran dikompensasi oleh
hal lain yang direpres. Misalnya kalau sikap sadar mengalami frustasi, sikap taksadar
akan mengambil alih. Ketika orang tidak dapat mencapai apa yang dipilihnya, dalam
tidur sikap taksadar mengambil alih dan muncul ekspresi mimpi. Arsetip
berkompensasi dengan pikiran sadar, anima/animus berkompensasi dengan karakter
feminin/maskulin.
 Prinsip penggabungan

Menurut Jung, kperibadian terus menerus berusaha untuk menyatukan pertentangan


yang ada. Berusaha untuk mensintesakan pertentangan untuk mencapai kepribadian
yang seimbang dan integral. Integral ini hanya sukses dicapai melalui fungsi
transeden.

Energi Psikis

Energi yang menjalankan fungsi kepribadian disebut energi psikis. Energi psikis merupakan
manifestasi energi kehidupan, yaitu energi organisme sebagai sistem biologis. Energi psikis
lahir seperti semua energi vital lain, yaitu dari proses-proses metabolitik tubuh. Istilah Jung
untuk energi kehidupan adalah libido. Tetapi ia juga menggunakan libido secara berganti-
ganti dengan energi psikis. Jung tidak mempunyai pendirian tegas tentang hubungan antara
energi psikis tetapi ia yakin bahwa hipotesis yang dapat diterima.

 Fungsi energi

Interaksi antar struktur kepribadian membutuhkan energi. Jung berpendapat bahwa


personality adalah sistem yang leratif, bersifat kesatuan yang saling mengisi, terpisah
dari sistem energi lainnya. Kepribadian dapat mengambil energi baru dari proses
boilogik dan dari sumber eksternal, yakni pengalaman individu, untuk memperkuat
energi psikis. Berfungsinya kepribadian tergantung kepada bagaimana energi yang
dipakai. Energi yang dipakai oleh kepribadian di sebut energi psikis, atau energi hidup
(life energi). Energi itu tampak dari kekuatan semangat, kemauan, dan keinginan,
serta berbagai proses seperti mengamati, berpikir, dan memperlihatkan

 Nilai psikis

Ukuran banyaknya energi psikis yang tertanam dalam salah satu unsur kepribadian
disebut nilai psikis (psychic value) dari unsur itu. Suatu ide atau perasaan tertentu
dikatakan memiliki value psikis yang tinggi kalau ide atau perasaan itu memainkan
peran penting dalam meneruskan dan mengarahkan tingkah laku.

Kesamaan (equivalence) dan keseimbangan (entropy)

Enegi psikis bekerja mengikuti hukum termodinamika, yaitu prinsip ekuivalen dan
prinsip entropi. Prinsip ekuivalen menyatakan jumlah energi psikis selalu tetap, hanya
distribusinya yang berubah. Jika energi pada satu elemen menurun, energi pada
elemen lain akan naik. Misalnya, jika perhatian anak kepada orang tuanya menurun,
maka perhatiannya kepada teman sebayanya akan naik. Orang yang energi sadarnya
bertambah, energi energi taksadarnya akan berkurang.
Prinsip entropi mengemukakan tentang kecenderungan energi menuju keseimbangan.
Dua benda yang panasnya berbeda, manakala bersentuhan maka benda yang lainlebih
panas akan mengalirkan panasnya kebenda yang lebih dingin, sampai tenperatur
keduanya sama. Jadi apabila dua nilai psikis kekuatannya tidak sama, maka energi
yang lebih tinggi akan mengalir ke energi yang lebih rendah, sampai terjadi
keseimbangan.

Perkembangan Kepribadian
Perkembangan kepribadian adalah salah satu peristiwa psikis yang sangat penting,
pendekatan Jung untuk menjelaskan mengapa peristiwa psikis itu terjadi lebih lengkap
dibanding Freud. Pandangan Freud bersifat mekanistik atau kausalistik, menurutnya semua
peristiwa disebabkan oleh semua yang terjadi pada masa lalu. Jung mengedepankan
pandangan purposif atau teologik, yang menjelaskan kejadian sekarang ditentukan oleh masa
depan atau tujuan. Jung yakin bahwa dua pandangan ini, mekanistik dan purposif dibutuhkan
dibutuhkan untuk melengkapi pemahaman terhadap kepribadian: masa kini bukan hanya
ditentukan oleh masa lalu, tetapi juga oleh masa depan. Prinsip mekanistik akan membuat
manusia menjadi sengsara, karena terpenjara masa lalu. Manusia tidak bisa bebas
menentukan tujuan atau membuat rencana karena masa lalu yang tidak dapat diubah itu yang
menentukan apa yang akan terjadi. Sebaliknya prinsip purposif membuat membuat orang
mempunyai perasaan penuh harapan, ada sesuatu yang membuat orang berjuang dan bekerja.
Menurut Jung, peristiwa psikis tidak selalu dapat dijelaskan dengan prinsip sebab akibat. Dua
peristiwa psikis yang terjadi secara bersamaan dan tampak saling berhubungan, yang satu
tidak menjadi penyebab dari yang lain, karena keduanya tidak dapat ditunjuk mana yang
masa lalu dan mana yang masa depan. Ini dinamakan prinsip sinkronisitas

Anda mungkin juga menyukai