Anda di halaman 1dari 11

BAB 2

SISTEM KOMUNIKASI DATA

Kompetensi:

Mahasiswa diharapkan memiliki konsep dasar mengenai komuniasi data, baik modern

maupun yang terkini. Diharapkan dengan mengerti dan memahami konsep, mahasiswa

mampu berkreasi dalam merancang komunikasi data baik berupa algoritma maupun secara

praktik.

2.1 Sistem Komunikasi Berbasis Perangkat Elektronik

Piranti elektronik saat ini tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari manusia.

Begitu juga pada sistem komunikasi. Sistem komunikasi berbasis perangkat elektronik sangat

banyak digunakan karena kemudahan dan kenyamanan dalam penggunaannya dengan harga

yang sangat terjangkau. Dalam sistem komunikasi berbasis elektronik, ada beberapa hal yang

perlu diperhatikan, antara lain keberadaannya, ketersediaannya dan potensi

pengembangannya. Pada ilmu Komunikasi Data, pembaca diharapkan mampu

mengembangkan piranti elektronik guna pengembangan komunikasi data untuk keperluan

tertentu sesuai dengan minatnya.

Piranti (device) elektronik untuk sistem Komunikasi Data yang perlu diketahui dan

dipelajari adalah:

a) Sensor, Transduser, detektor.

b) Sistem Penguat elektronik.

c) Sistem Pengolah Data.

d) Sistem Pemancar dan Penerima gelombang radio (HT: Handheld Transceiver).

e) Sistem Antena.
a). Sensor, Transduser, Detektor

Sensor adalah piranti yang dirancang untuk ‘merasakan’ suatu gejala alam atau fenomena

alam dan mengubahnya menjadi besaran listrik (tegangan, arus, tahanan, kapasitansi, cacah

pulsa, bentuk pulsa, dan sebagainya). Secara mudah, bisa dikatakan bahwa piranti ini bersifat

seperti indera manusia. Contohnya adalah: Sensor suhu, sensor getaran, sensor tekanan,

sensor kelembaban, dan sebagainaya.

Transduser adalah piranti yang dirancang untuk mengubah gejala alam yang bersifat

mekanik dan dinamis menjadi besaran listrik. Contohnya adalah: transduser gempa,

transduser pendeteksi pintun terbuka, transduser longsoran tanah, dan sebagainya.

Detektor adalah alat untuk mendeteksi kehadiran suatu partikel, zat, atau suatu kondisi

menjadi informasi listrik. Contoh dari detektor adalah: Detektor radiasi Alpha, Detektor

Asap, Detektor Pencuri, Detektor Kebohongan, Detektor Neutron, dan sebagainya.

b). Sistem Penguat Elektronik

Sistem Penguat Elektronik adalah suatu rangkaian elektronika yang berfungsi untuk

memperkuat arus, memperkuat sinyal, memperkuat pulsa. Pada rangkaian ini seringkali juga

ditambahkan fungsi untuk mengkondisikan sinyal, untuk mereduksi noise, dan juga untuk

mengubah bentuk pulsa agar sesuai dengan sub-sistem berikutnya. Pada Sistem Penguat

Elektronik seringkali dilibatkan Operational Amplifier (Op Amp) untuk menciptakan efek

seperti yang diinginkan perancang elektroniknya.

c). Sistem Pengolah data

Mengingat seringkali kita memerlukan pengolahan data dalam bentuk digital, sistem

elektronik juga melibatkan Pengubah Analog menjadi Digital (ADC-Analog to Digital


Converter), atau sebalikanya, yakni mengubah bentuk Digital menjadi bentuk Analog (DAC-

Digital to Analog Converter).

Bagian yang tidak terpisahkan dengan sistem komunikasi berbasis elektronik adalah

keberadaan dari mikroprosessor. Mikroprossesor kini mudah dan relative murah untuk

didapatkan di toko-toko elektronik. Disamping kegunaannya dan fungsinya dalam sistem

komunikasi data, mikroprossesor juga memungkinkan user untuk mengembangkan sistem

komunikasi data sesuai kebutuhannya. Berbagai jenis mikroprosessor yang mempunyai

spesifik kerja disebut mikrokontroler. Banyak perusahaan memproduksi mikrokontroler yang

bersifat unik dan khusus untuk menyelesaikan suatu task tertentu.

Mikrokontroler adalah peralatan elektronik berupa chip yang dapat dianalogikan dengan

sebuah sistem komputer yang dikemas dalam sebuah chip. Dalam mikrokontroler sudah

terdapat bagian-bagian selayaknya sistem komputer seperti mikroprosesor, ROM, RAM,

Input/Output dan clock. Bentuknya hanya sebuah chip dan relatif kecil, sehingga kemampuan

dari mikrokontroler ini juga terbatas dibandingkan dengan sistem komputer. Mikrokontroler

tidak dapat melakukan proses komputasi yang rumit. Akan tetapi, mikrokontroler memiliki

kelebihan untuk sistem yang kecil. Bentuk mikrokontroler yang sangat ringkas, sehingga

mikrokontroler sangat sesuai untuk aplikasi sistem yang berdiri sendiri. Kebanyakan sistem

automatisasi dan kendali menggunakan mikrokontroler sebagai komponen utamanya.

Ada beberapa jenis mikrokontroler yang dikelompokan berdasarkan keluarga dan seri

masing-masing. Pengelompokan ini berdasarkan arsitektur dan perusahaan pembuat

mikrokontroler. Jadi satu keluarga mikrokontroler memiliki arsitektur dan kompatibilitas

pemrograman yang sama. Yang membedakan mikrokontroler dalam satu keluarga hanya

kemasan fisiknya saja. Berikut ini adalah contoh beberapa keluarga mikrokontroler yang ada

di pasaran Indonesia.

1. Keluarga MCS-48 (Intel)


2. Keluarga MCS-51 (Intel)

3. Keluarga AT89 (Atmel, arsitektur Intel 8051)

4. Keluarga AT90, Attiny, Atmega (Atmel, Arsitektur AVR)

5. Keluarga MC68HC05 (Motorola)

6. Keluarga MC68HC05 (Motorola)

7. Keluarga MC68HC11 (Motorola)

8. Keluarga PIC 8 (Microchip)

9. Keluarga Z80 (Zilog)

Salah satu mikrokontroler yang luas digunakan di Indonesia adalah keluarga Atmega.

Mikrokontroler ini masuk dalam arsitektur AVR yang dikembangkan oleh perusahaan Atmel

dari Norwegia. AVR merupakan mikrokontroler dengan arsitektur Havard dimana antara

kode program dan data disimpan dalam memori yang terpisah. Umumnya, arsitektur Havard

ini menyimpan kode program dalam memori permanen atau semi permanen (non-volatile)

sedangkan data disimpan dalam memori tidak permanen (volatile). Dengan arsitektur seperti

ini memori program mikrokontroler menjadi lebih terlindungi dari spike tegangan dan faktor

lingkungan lain yang dapat merusak kode program. Pada beberapa mikrokontroler AVR

terdapat memori FLASH, SRAM dan EEPROM yang terintegrasi dalam satu chip sehingga

tidak memerlukan peripheral lain untuk menggunakan fitur memori tersebut. Ada tiga

kelompok besar pada arsitektur AVR yaitu AVR tiny, AVR Mega, dan AVR dengan fungsi

khusus.

Pada saat ini, sistem elektronik kebanyakan sudah diintegrasikan dalam satu chip (keping)

yang di dalamnya terdapat penguat sinyal, pengolah sinyal, dan termasuk di dalamnya

terdapat mikroprosesor. Salah satu contoh piranti ini adalah PSoC (Programmable System on

Chip). Dengan menggunakan PSoC, perancang elektronik maupun teknisi tidak perlu terlalu
banyak menyolder, di samping tidak perlu merangkai piranti elektronik di dalam sistemnya.

Nyaris yang dibutuhkan hanya Sensor-PSoC-Monitor.


d). Sistem Pemancar dan Penerima Gelombang Radio

Radio pemancar dan penerima (Transmitter dan Receiver=Transceiver) adalah pesawat

pemancar radio sekaligus berfungsi ganda sebagai pesawat penerima radio yang digunakan

untuk keperluan komunikasi. Alat ini terdiri atas bagian pemancar dan bagian penerima yang

dirakit secara terintegrasi. Pada generasi awal, bagian pemancar atau transmitter dan bagian

penerima atau receiver dirakit secara terpisah dan merupakan bagian yang berdiri sendiri.

Pada saat ini kedua bagian diintegrasikan dipekerjakan secara bergantian. Pesawat pemancar

sederhana terdiri atas suatu osilator pembangkit getaran radio dan getaran ini setelah

ditumpangi dengan getaran suara (teknik modulasi) dipancarkan dalam bentuk gelombang

radio/elektromagnetik melalui sistem Antena.

e). Antenna

Antena berfungsi menerima getaran listrik dari transmitter dan memancarkannya sebagai

gelombang radio, dan sebaliknya, menerima gelombang radio dan meneruskan sinyal

listriknya ke receiver. Jadi sebenarnya antena adalah suatu piranti yang terbuat dari

konduktor dengan bentuk dan ukuran tertentu (tergantung frekuensi kerjanya) yang bertugas

mengubang sinyal listrik (sifat gerakan elektron) menjadi gelombang radio (bersifat sebagai

foton). Sedangkan sebaliknya pada antena penerima, mengubah sinyal radio (fotonik)

menjadi sinyal listrik (gerakan elektron).

Antena merupakan rangkaian resonansi, yang terdiri dari induktor, resistor dan

kondensator namun bukan berupa komponen-komponen melainkan rangkaian linear

sepanjang kabel antena. Kawat antena yang beresonansi akan mengakibatkan muatan listrik

bergetar dengan frekuensi tertentu bolak-balik dari ujung ke ujung kawat. Getaran ini akan

menempuh jarak sebesar panjang gelombang resonansi. Untuk dapat menampung getaran ini

panjang antena harus paling sedikit setengah dari panjang gelombang resonansinya.
Sebagai konsekuensinya, untuk menangkap frekuensi rendah maka antena yang

dibutuhkan akan menjadi sangat panjang hingga ketinggian yang tidak memungkinkan dalam

penginstalasian. Untuk itulah digunakan ground plane, yaitu sistem konduktor yang

dikonfigurasikan sebagai permukaan pemantul bagi elemen antena yang terhubung dengan

satu sisi dari transmission line. Transmission line atau feed line adalah kawat atau kabel yang

digunakan untuk menghubungkan transmitter atau receiver ke antena, sedangkan elemen

adalah bagian konduktif dari sistem antenna yang menentukan karakteristik antena.

Penggunaan ground plane membuat panjang antena menjadi tidak lebih dari seperempat

dari panjang gelombangnya, karena memanfaatkan pencerminan atau penerusan gelombang

oleh permukaan bumi sehingga kekurangan panjangnya dapat teratasi.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan antena yang tepat dalam

sistem repeater, diantaranya adalah direktivitas, gain, bandwidth, Standing Wave Ratio

(SWR), impedansi, reaktansi, dan faktor ρ.


2.2 Sistem Komunikasi Berbasis Gelombang Radio

Sistem komunikasi yang memanfaatkan gelombang radio sebagai media perantaranya

telah dilakukan sejak berpuluh tahun yang lalu, yaitu sekitar tahun 1900 ketika Marconi

menemukan cara transmisi data tanpa kabel (nirkabel). Sejak itu muncul berbagai organisasi

yang mengadakan berbagai eksperimen ilmiah yang mengembangkan teknologi komunikasi

radio. Pada mulanya, digunakan gelombang panjang untuk komunikasi jarak jauh, namun

kini, perkembangan teknologi komunikasi telah memungkinkan digunakannya gelombang

pendek di bawah 200 meter untuk berkomunikasi dengan jarak ratusan bahkan ribuan mil.

Hal ini dimungkinkan dengan adanya suatu alat yang disebut repeater (Radio Pancar Ulang,

RPU). Kemajuan teknologi di bidang komunikasi kini telah memanfaatkan satelit amatir

radio yang mampu menangani jarak yang lebih jauh lagi, hingga mencakup satu negara atau

benua yang terpisah jarak dan kondisi geografis yang berbeda-beda.

a). Gelombang Radio Frekuensi Rendah

Mengingat saat ini gelombang radio dengan orde mikro (Giga Hertz) sudah biasa

digunakan, maka perlu dipahami bahwa istilah yang terlanjur dipakai seperti UHF (Ultra

High Frequency), sebenarnya masih tergolong rendah. Berdasarkan frekuensinya, gelombang

radio dibagi menjadi lima kelompok yaitu Low Frequency (LF), Medium Frequency (MF),

High Frequency (HF), Very High Frequency (VHF), dan Ultra High Frequency (UHF).

Gelombang radio MF dan HF dapat mencapai tempat yang jauh di permukaan bumi karena

dapat dipantulkan oleh lapisan ionosfer (lapisan atmosfer bagian atas). Gelombang LF

diserap oleh ionosfer, sedangkan VHF dan UHF dapat menembus ionosfer, sehingga dapat

digunakan untuk komunikasi dengan satelit. Di atas UHF, ada Super High Frequency (SHF)

dan Extremely High Frequency (EHF), namun keduanya sering digolongkan sebagai
spektrum sendiri yaitu spektrum gelombang mikro (microwave). Pembagian spektrum

gelombang radio lebih lengkapnya dijelaskan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Pembagian rentang frekuensi radio

Jenis Panjang
Frekuensi Penggunaan
Frekuensi Gelombang
Very Low VLF 9 kHz – 30 kHz 33 km – 10 km Untuk navigasi kapal,
Frequency komunikasi kapal selam
Low Frequency LF 30 kHz – 300 kHz 10 km – 1 km Radio gelombang
panjang dan komunikasi
jarak jauh
Medium MF 300 kHz – 3 MHz 1 km – 100 m Gelombang medium
Frequency lokal dan radio jarak jauh
High Frequency HF 3 MHz – 30 MHz 100 m – 10 m Radio gelombang
pendek dan komunikasi
radio amatir dan CB
Very High VHF 30 MHz – 300 10 m – 1 m Radio FM, polisi, dan
Frequency MHz pelayanan darurat
Ultra High UHF 300 MHz – 3 GHz 1 m – 100 mm TV (jalur 4 dan 5)
Frequency
Super High SHF 3 GHz – 30 GHz 100 m – 10 mm Radar, telepon, dan
Frequency saluran TV
Extremely High EHF 30 GHz – 300 GHz 10 mm – 1 mm Komunikasi satelit
Frequency

Secara umum, frekuensi yang digunakan oleh radio komunikasi adalah High Frequency

(HF), Very High Frequency (VHF) dan Ultra High Frequency (UHF).
Gambar 2.1. Penggunaan Radio Untuk Komunikasi

Frekuensi High Frequency (HF) merupakan gelombang radio yang bekerja pada

frekuensi operasi yang relatif rendah, biasa digunakan untuk radio komunikasi jarak jauh

karena sifat gelombangnya yang dapat dipantulkan oleh permukaan bumi, sehingga tidak

mudah terhambat dengan adanya objek penghalang. Frekuensi ini juga dapat memantul di

ionosfer, sehingga jarak yang jauh pun dapat terjangkau, asalkan didukung oleh keadaan

cuaca yang baik (cerah). Dengan memanfaatkan sifat gelombangnya ini, frekuensi HF

populer untuk siaran radio yang sangat jauh. Gelombang dipantulkan ke ionosfer dengan

menggunakan antena yang pancarannya mendongak, kemudian dipantulkan lagi oleh

ionosfer ke bumi, dan seterusnya hingga mencapai jarak yang jauh. Oleh karena itu,

gelombang ini juga disebut dengan sky wave atau ionospheric reflected wave.

VHF biasa digunakan untuk keperluan radio komunikasi jarak dekat. Frekuensi operasi yang

digunakan biasanya adalah 100 – 300 MHz. Oleh karena gelombang radio dipancarkan

secara lurus (horisontal), apabila ada penghalang (bangunan tinggi, pepohonan, atau
pegunungan) antara stasiun pengirim dan penerima, transmisi akan terganggu. Namun,

kelebihan dari gelombang VHF ini dapat menembus lapisan ionosfer, sehingga dapat

dimanfaatkan untuk komunikasi satelit.

Sedangkan untuk gelombang Ultra High Frequency (UHF) biasa digunakan untuk

televisi. Namun terkadang radio komunikasi juga menggunakan frekuensi UHF, karena

frekuensi ini tidak terlalu ramai digunakan untuk radio komunikasi.

b). Gelombang Mikro

Gelombang mikro (microwaves) adalah gelombang radio dengan frekuensi paling tinggi

saat ini untuk komunikasi data. Gelombang mikro dihasilkan oleh peralatan khusus,

misalnya dalam tabung klystron. Gelombang mikro digunakan pada aplikasi-aplikasi khusus

seperti pemanas microwave, komunikasi radar, dan analisis tajam dan terinci dari struktur

molekul dan atomik. Diskusi dan teknologi gelombang mikro akan dibahas secara ringkas

pada kuliah Komunikasi data, mengingat saat ini kebutuhan pada frekuensi UHF dan VHF

lebih diutamakan untuk menunjang sistem kendali jauh dan sistem telemetri untuk

pendidikan bagi mahasiswa Teknik Fisika.

Anda mungkin juga menyukai