NPM : 3335100734
TEKNIK KIMIA B
UTILITAS
PROSES WASTE WATER TREATMENT
TEKNOLOGI LUMPUR AKTIF
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat dibutuhkan oleh
manusia, hewan dan tumbuhan. Limbah cair merupakan unsur pencemaran yang
sangat potensial bagi lingkungan air. Unsur tersebut dapat membahayakan baik
terhadap manusia maupun kehidupan biota air. Oleh karena itu, pengolahan
limbah cair menjadi semakin penting artinya sebagai bagian dari upaya manusia
untuk mengamankan sumber-sumber air yang sangat dibutuhkan mengingat air
tersebut sangat terbatas.
Air limbah (waste water) adalah air buangan dari masyarakat rumah
tangga, industri, airtanah, air permukaan sertabuangan lainnya (Yoseph
A.S.1958). Secara garis besar air limbah domestik terdiri dari air dan padatan,
dimana padatan terdiri dari zat organik yang berupa karbohidrat, lemak,
danprotein serta zat anorganik yangberupa garam-garam, logamlogamdan butiran
(Sugiharto, 1987).
Proses lumpur aktif adalah salah satu proses pengolahan air limbah secara
biologi, dimana air limbah dan lumpur aktif dicampur dalam suatu reaktor atau
tangki aerasi. Padatan biologis aktif akan mengoksidasi kandungan zat didalam air
limbah secara biologis, yang di akhir proses akan dipisahkan dengan sistem
pengendapan. dinamakan lumpur aktif karena prosesnya melibatkan massa
mikroorganisme yang aktif, dan mampu menstabilkan limbah secara aerobik.
Secara garis besar proses pengolahan lumpur aktif ini adalah sebagai berikut :
Proses lumpur aktif terdiri dari dua tangki (gambar 2), yaitu :
- Tangki aerasi : di dalam bak ini terjadi reaksi penguraian zat organik oleh
mikroorganisme dengan bantuan oksigen terlarut.
- Bak pemisah (Clarifier): tempat lumpur aktif dipisahkan dari cairan untuk
dikembalikan ketangki aerasi, kelebihannya dibuang.
Proses lumpur aktif adalah teknik pengolahan air limbah dimana air limbah dan
lumpur biologis yang termanfaatkan kembali terdapat mikroorganisme yang
UTILITAS
PROSES WASTE WATER TREATMENT
TEKNOLOGI LUMPUR AKTIF
tercampur dan teraerasikan. lumpur biologis itu kemudian dipisahkan dari air
limbah kemudian diolah di clarifier dan akan kembali ke proses aerasi atau di
buang. Mikroorganisme dicampur secara merata dengan bahan organik yang
masuk sebagai makanan. Ketika mereka tumbuh dan bercampur dengan udara,
masing-masing organisme akan berflokulasi, setelah fluccolated, organism tadi
siap masuk ke clarifier sekunder untuk proses selanjutnya. Lumpur aktif akan
terus berkembang dengan konstan dan lebih dihasilkan sehingga dapat
dikembalikan untuk dapat di gunakan kembali di aerasi. Beberapa dari lumpur ini
harus mengalami proses tersebut karena lumpur akan terbuang ke sistem
penanganan lumpur untuk pengolahan dan pembuangan. Volume lumpur yang
kembali ke stasiun aerasi biasanya 40 hingga 60 % dari aliran air limbah. Dengan
cara menghitung kembali lumpur, populasi pertumbuhan mikroba tersuspensi
dikembangakan dengan penambahan pada pertumbuhan yang tetap di dalam
media. Diagram alir lumpur aktif secara konvensional terdiri dari beberapa unit
yaitu screening dan grit unit, primary settling tank, aerasion tank, dan final
settling tank. Adapun bebrapa unit tambahan seperti thickener, anaerobic digester,
dan chlorine tank.
UTILITAS
PROSES WASTE WATER TREATMENT
TEKNOLOGI LUMPUR AKTIF
UTILITAS
PROSES WASTE WATER TREATMENT
TEKNOLOGI LUMPUR AKTIF
UTILITAS
PROSES WASTE WATER TREATMENT
TEKNOLOGI LUMPUR AKTIF
UTILITAS
PROSES WASTE WATER TREATMENT
TEKNOLOGI LUMPUR AKTIF
UTILITAS
PROSES WASTE WATER TREATMENT
TEKNOLOGI LUMPUR AKTIF
b. Proses Sedimentasi
Bak sedimentasi II (volume 407 m3) mempunyai bentuk bundar pada
bagian atasnya dan bagian bawahnya berbentuk kronis yang dilengkapi dengan
pengaduk (agitator) dengan putaran 2 rph. Desain ini dimaksudkan untuk
mempermudah pengeluaran endapan dari dasar bak. Pada bak sedimentasi ini
akan terjadi settling lumpur yang berasal dari bak aerasi dan endapan lumpur ini
harus segera dikembalikan lagi ke bak aerasi (return sludge=RS), karena kondisi
pada bak sedimentasi hampir mendekati anaerob. Besarnya RS ditentukan
berdasarkan perbandingan nilai MLSS dan debit RS itu sendiri. Pada bak
sedimentasi ini juga dilakukan pemantauan kaiment (ketinggian lumpur dari
permukaan air) dan MLSS dengan menggunakan alat MLSS meter.
4.4. Proses Tersier
Pada proses pengolahan ini ditambah bahan kimia, yaitu Alumunium
Sulfat (Al2(SO4)3), Polimer dan Antifoam (Silicon Base); untuk mengurangi
padatan tersuspensi yang masih terdapat dalam air. Tahap lanjutan ini diperlukan
untuk memperoleh kualitas air yang lebih baik sebelum air tersebut dibuang ke
perairan.
Air hasil proses biologi dan sedimentasi selanjutnya ditampung dalam
bak interdiet (Volume 2m3) yang dilengkapi dengan alat yang disebut inverter
untuk mengukur level air, kemudian dipompakan ke dalam tangki koagulasi
(volume 3,6 m3) dengan menggunakan pompa sentrifugal. Pada tangki koagulasi
ditambahkan alumunium sulfat (konsentrasi antara 150 300 ppm) dan polimer
(konsentrasi antara 0,5 2 ppm), sehingga terbentuk flok yang mudah
mengendap. Selain kedua bahan koagulan tersebut juga ditambahkan tanah yang
berasal pengolahan air baku (water teratment) yang bertujuan menambah
partikel padatan tersuspensi untuk memudahkan terbentuknya flok.
Pada tangki koagulasi ini terdapat mixer (pengaduk) untuk mempercepat
proses persenyawaan kimia antara air dan bahan koagulan, juga terdapat pH
kontrol yang berfungsi untuk memantau pH effluent sebelum dikeluarkan ke
perairan. Setelah penambahan koagulan dan proses flokulasi berjalan dengan
sempurna, maka gumpalan-gumpalan yang berupa lumpur akan diendapkan pada
tangki sedimentasi III (volume = 178 m3). Hasil endapan kemudian dipompakan
ke tangki penampungan lumpur yang selanjutnya akan diolah dengan belt press
filter machine.