Anda di halaman 1dari 39

PENGAWASANDALAMPEMERINTAHAN(AUD

IT PEMERINTAHAN)

NAMA ANGGOTA KELOMPOK :

1. IRMA YUDISTIRA (C1C014080)

2. RAYYAN RAMADHAN (C1C014083)

3. ZAKHWAN KURNIA S (C1C016036)

4. DEDE RAHMAT (C1C016088)

KELAS KONSENTRASI AUDIT2016

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JAMBI
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul

“Pengawasan dalam Audit Pemerintahaan“ Penulis juga mengucapkan terima

kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Audit manajemen yaitu ibu ,

NETTY HERAWATY , SE, Msi, Ak,CA

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun

untuk menyempurnakan makalah .

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan

penulis.Terima kasih.

Jambi, 7 OCTOBER 2018

Penulis

DAFTAR ISI

i
HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR….………….………………………………………… i

DAFTAR ISI………………..…………………………………………………. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang………………………………….…………………… 1

1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………2

1.3 Tujuan dan Manfaat…………………………………………………. 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 PENGAWASAN……………………………............................. 4

2.1.1. MAKSUD DAN TUJUAN PENGAWASAN DI

PEMERINTAHAN................................................................. 4

2.1.2 JENIS PENGAWASAN …………................................ 6

2.2.PENGAWASAN MELEKAT.....……...............................................8

2.3. PENGAWASAN FUNSIONAL.........................................................9

2.5 TAHAP-TAHAP AUDIT PEMERINTAHAN…….....…………….10

CONTOH KASUS .................................................................................14

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan………………………………………………….…….. 19

ii
DAFTAR PUSTAKA……..……………………………………………… 27

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengawasan merupakan bagian yang tidak pernah terpisahkan dalam fungsi

manajemen.Walaupun pengawasan merupakan bagian terakhir dalam urutan

manajemen organisasi, namun keberadaan dalam urutan tersebut tidak

mengurangi fungsi vitalnya dalam manajemen.Pengawasan digunakan sebagai

salah satu alat ukur dimana roda organisasi dapat berjalan dengan baik atau tidak

dalam pencapaian tujuan suatu organisasi.Pengawasan tidak hanya berlaku pada

skala manajemen kecil saja, melainkan organisasi setingkat negara juga

membutuhkan pengawasan.Pengawasan menjadi bagian tidak terpisahkan dalam

penyelenggaraan negara, khususnya dalam pengelolaan keuangan Negara.

Keuangan Negara merupakan bagian yang perlu diawasi karena jika tidak diawasi

akan menyebabkan tidak tercapainya tujuan negara bahkan akan menyebabkan

kerugian bagi Negara itu sendiri (Agus Suseno ; 2010).

Pemerintah yang berkaitan dengan kepentingan negara, khususnya dalam

hal keuangan negara, harus diiringi dengan pengawasan agar berjalan sesuai

dengan tujuan dan aturan yang telah ditetapkan. Suatu negara pasti memiliki

tujuan dan untuk mencapai tujuan tersebut salah satu cara yang dilakukan adalah

dengan melaksanakan fungsi pengawasan dengan mendirikan lembaga

pengawasan. Lembaga pengawasan yang dibentuk ini memiliki karakteristik

berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain. Perbedaan ini salah satu cirinya

4
dapat dilihat dengan adanya lembaga pengawas eksternal dan lembaga pengawas

internal.Gunawan dkk.(2007) menjelaskan salah satu jenis pengawasan dapat

dibedakan berdasarkan subjeknya, yaitu pengawasan internal dan pengawasan

eksternal. Di Indonesia, pengawasan juga terbagi menjadi dua bagian, yaitu

pengawasan internal dan pengawasan eksternal. Lembaga pengawas eksternal

yang berada dalam pemerintahan adalah Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK).

KPK menetapkan 4 tersangka dalam kasus dugaan suap terkait pemberian

opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) di laporan keuangan Kemendes. Irjen

Kemendes PDTT Sugito juga turut menjadi tersangka.

"KPK meningkatkan status penanganan perkara ke tahap penyidikan dan

menetapkan 4 orang tersangka yaitu SUG (Sugito), Irjen Kemendes; JBP (Jarot

Budi Prabowo), eselon III Kemendes; RS (Rochmadi Saptogiri), eselon I BPK;

dan ALS (Ali Sadli), auditor BPK," kata Wakil Ketua KPK Laode M Syarif di

kantornya, Jalan Kuningan Persada, Jakarta Selatan, Sabtu (27/5/2017).

Sugito dan Jarot disangka memberi uang sebesar Rp 240 juta kepada Rochmadi

dan Ali agar Kemendes memperoleh opini WTP. Hingga operasi tangkap tangan

KPK pada Jumat (26/5), masih ada Rp 40 juta yang belum diberikan Pemerintah

sendiri mempunyai lembaga pengawas internal yaitu Aparatur Pengawas Intern

Pemerintah (APIP).

5
APIP adalah instansi pemerintah yang dibentuk dengan tugas melaksanakan

pengawasan intern di lingkungan pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah,

yang terdiri atas Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP),

Inspektorat Jenderal Kementerian, Inspektorat/unit pengawasan intern pada

Kementerian Negara, Inspektorat Utama/Inspektorat Lembaga Pemerintah Non

Kementerian, Inspektorat/unit pengawasan intern pada Kesekretariatan Lembaga

Tinggi Negara dan Lembaga Negara, Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota, dan

unit pengawasan intern pada Badan Hukum Pemerintah lainnya sesuai dengan

peraturan perundang-undangan. Pengawasan intern yang dilakukan oleh APIP

yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 tentang

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) terdiri dari audit, review, evaluasi,

pemantauan dan kegiatan pengawasan lainnya.

Pengawasan berfungsi membantu agar sasaran yang ditetapkan pemerintah

dapat tercapai, di samping itu pengawasan berfungsi mendeteksi secara dini

terjadinya penyimpangan pelaksanaan, penyalah gunaan wewenang, pemborosan

dan kebocoran. Menurut Falah (2005) dalam Harvita (2012) mengungkapkan

Inspektorat daerah mempunyai tugas menyelenggarakan kegiatan pengawasan

umum pemerintah daerah dan tugas lain yang diberikan kepala daerah, sehingga

dalam tugasnya inspektorat sama dengan auditor internal (Falah, 2005 dalam

harvita, 2012). Audit internal adalah audit yang dilakukan oleh unit pemeriksa

yang merupakan bagian dari organisasi yang diawasi (Mardiasmo,2005).

serangkaian kegiatan yang bersifat sebagai pengendalian yang terus menerus,

dilakukan oleh atasan langsung terhadap bawahannya, secara preventif atau

6
represif agar pelaksanaan tugas bawahan tersebut berjalan secara berdaya guna

sesuai dengan rencana kegiatan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pengawasan melekat sebenarnya merupakan salah satu fungsi manajemen

yang dilakukan oleh setiap atasan sebagai pimpinan di samping perencanaan dan

pelaksanaan.Karena itu pengawasan melekat sebenarnya bukanlah hal yang rumit,

melainkan merupakan disiplin diri yang harus ditumbuhkan pada setiap atasan

untuk melakukannya. Minat untuk melakukan pengawasan melekat dapat

ditumbuhkan melalui berbagai cara antara lain dengan memperkuat seluruh lini

pengawasan. dengan demikian kesadaran seseorang bahwa dirinya diawasi secara

efektif dari luar akan memacu kemauannya untuk melaksanakan pengawasan

melekat.Pengawasan fungsional adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat

pengawasan secara fungsional baik intern pemerintah maupun ekstern pemerintah,

yang dilaksanakan terhadap pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan

pembangunan agar sesuai dengan rencana dan peraturan perundang-undangan

yang berlaku. Sedangkan menurut Instruksi Presiden Nomor : 15 tahun 1983,

yang dimaksud dengan Pengawasan Fungsional adalah pengawasan yang

dilakukan oleh para aparat yang diadakan khusus untuk membantu pimpinan

dalam menjalankan fungsi pengawasan di lingkungan organisasi yang menjadi

tanggung jawabnya.

7
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu pengawasan dalam audit pemerintahan?

2. Apa yang di maksud pengawasan melekat?

3. Apa yang dimaksud pengawasan fungsional?

4. Jelaskan tahap-tahap audit sektor pemerintahan?

5. Berikan contoh audit pemerintahan

1.3 Tujuan dan Manfaat

Tujuan penulisan makalah ini dimaksudkan untuk menambah wawasan

penulis dan pembaca agar lebih memahami tentang“Pengawasan Dalam

Pemerintah (Audit Pemerintah)”serta sebagai syarat pemenuhan tugas mata kuliah

Audit Manajemen

8
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. PENGAWASAN

Pengawasan dalam bahasa Indonesia asal katanya adalah “awas”, sedangkan

dalam bahasa Inggris disebut controlling yang diterjemahkan dengan istilah

pengawasan dan pengendalian, sehingga istilah controlling lebih luas artinya

daripada pengawasan. Akan tetapi dikalangan ahli atau sarjana telah disamakan

pengertian “controlling” ini dengan pengawasan. Jadi pengawasan adalah

termasuk pengendalian. Pengendalian berasal dari kata “kendali”, sehingga

pengendalian mengandung arti mengarahkan, memperbaiki, kegiatan, yang salah

arah dan meluruskannya menuju arah yang benar. Akan tetapi ada juga yang tidak

setuju akan disamakannya istilahcontrolling ini dengan pengawasan,

karena controlling pengertiannya lebih luas daripada pengawasan dimana

dikatakan bahwa pengawasan adalah hanya kegiatan mengawasi saja atau hanya

melihat sesuatu dengan seksama dan melaporkan saja hasil kegiatan mengawasi

tadi, sedangkan controlling adalah disamping melakukan pengawasan juga

melakukan kegiatan pengendalian menggerakkan, memperbaiki dan meluruskan

menuju arah yang benar.

9
2.1.1. Maksud dan Tujuan Pengawasan

Dalam rangka pelaksanaan pekerjaan dan untuk mencapai tujuan dari pemerintah

yang telah direncanakan maka perlu ada pengawasan, karena dengan pengawasan

tersebut, maka tujuan yang akan dicapai dapat dilihat dengan berpedoman rencana

yang telah ditetapkan terlebih dahulu oleh pemerintah.

Dengan demikian pengawasan itu sangat penting dalam melaksanakan pekerjaan

dan tugas pemerintahan, sehingga pengawasan diadakan dengan maksud untuk:

- Mengetahui jalannya pekerjaan, apakah lancar atau tidak

- Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh pegawai dan mengadakan

pencegahan agar tidak terulang kembali kesalahan-kesalahan yang sama atau

timbulnya kesalahan yang baru

- Mengetahui pelaksanaan kerja sesuai dengan program seperti yang telah

ditentukan dalam planning atau tidak

Berkaitan dengan tujuan pengawasan, agar terciptanya aparat yang bersih dan

berwibawa yang didukung oleh suatu sistem manajemen pemerintah yang berdaya

guna dan berhasil guna serta ditunjang oleh partisipasi masyarakat yang

konstruksi dan terkendali dalam wujud pengawasan masyarakat (control social)

yang obyektif, sehat dan bertanggung jawab.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat diketahui bahwa pada pokoknya

tujuan pengawasan adalah membandingkan antara pelaksanaan dan rencana serta

instruksi yang telah dibuat, untuk mengetahui ada tidaknya kesulitan, kelemahan

atau kegagalan serta efisiensi dan efektivitas kerja dan untuk mencari jalan keluar

10
apabila ada kesulitan, kelemahan dan kegagalan atau dengan kata lain disebut

tindakan korektif.

Hasil pengawasan ini harus dapat menunjukkan sampai di mana terdapat

kecocokan dan ketidakcocokan dan menemukan penyebab ketidakcocokan yang

muncul. Dalam konteks membangun manajemen pemerintahan publik yang

bercirikan good governance (tata kelola pemerintahan yang baik), pengawasan

merupakan aspek penting untuk menjaga fungsi pemerintahan berjalan

sebagaimana mestinya. Dalam konteks ini, pengawasan menjadi sama pentingnya

dengan penerapan good governance itu sendiri.

Dalam kaitannya dengan akuntabilitas publik, pengawasan merupakan salah

satu cara untuk membangun dan menjaga legitimasi warga masyarakat terhadap

kinerja pemerintahan dengan menciptakan suatu sistem pengawasan yang efektif,

baik pengawasan intern (internal control) maupun pengawasan ekstern (external

control). Di samping mendorong adanya pengawasan masyarakat (social control).

Sasaran pengawasan adalah temuan yang menyatakan terjadinya penyimpangan

atas rencana atau target. Sementara itu, tindakan yang dapat dilakukan adalah:

a. mengarahkan atau merekomendasikan perbaikan;

b. menyarankan agar ditekan adanya pemborosan;

c. mengoptimalkan pekerjaan untuk mencapai sasaran rencana.

11
2.1.2. Jenis Pengawasan

Pada dasarnya ada beberapa jenis pengawasan yang dapat dilakukan, yaitu:

1. Pengawasan Intern dan Ekstern

Pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan oleh orang atau badan

yang ada di dalam lingkungan unit organisasi yang bersangkutan.” Pengawasan

dalam bentuk ini dapat dilakukan dengan cara pengawasan atasan langsung atau

pengawasan melekat (built in control) atau pengawasan yang dilakukan secara

rutin oleh inspektorat jenderal pada setiap departemen dan inspektorat wilayah

untuk setiap daerah yang ada di Indonesia, dengan menempatkannya di bawah

pengawasan Departemen Dalam Negeri.

Sejak 1988-1998, pengawasan intern dikoordinasikan oleh Menteri

Koordinator Ekonomi, Keuangan, dan Industri (Ekuin) dan Pengawasan

Pembangunan (Menko Ekuin dan Wasbang). Selain itu juga terdapat Badan

Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang merupakan pelaksana

teknis operasional pengawasan, dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden RI No.

31 tahun 1983.

Pengawasan ekstern adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh unit pengawasan

yang berada di luar unit organisasi yang diawasi. Dalam hal ini di Indonesia

adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), yang merupakan lembaga tinggi

negara yang terlepas dari pengaruh kekuasaan manapun. Dalam menjalankan

tugasnya, BPK tidak mengabaikan hasil laporan pemeriksaan aparat pengawasan

intern pemerintah, sehingga sudah sepantasnya di antara keduanya perlu terwujud

harmonisasi dalam proses pengawasan keuangan negara. Proses harmonisasi

12
demikian tidak mengurangi independensi BPK untuk tidak memihak dan menilai

secara obyektif aktivitas pemerintah.

2. Pengawasan Preventif dan Represif;

Pengawasan preventif lebih dimaksudkan sebagai, “pengawasan yang

dilakukan terhadap suatu kegiatan sebelum kegiatan itu dilaksanakan, sehingga

dapat mencegah terjadinya penyimpangan.” Lazimnya, pengawasan ini dilakukan

pemerintah dengan maksud untuk menghindari adanya penyimpangan

pelaksanaan keuangan negara yang akan membebankan dan merugikan negara

lebih besar. Di sisi lain, pengawasan ini juga dimaksudkan agar sistem

pelaksanaan anggaran dapat berjalan sebagaimana yang dikehendaki. Pengawasan

preventif akan lebih bermanfaat dan bermakna jika dilakukan oleh atasan

langsung, sehingga penyimpangan yang kemungkinan dilakukan akan terdeteksi

lebih awal.

Di sisi lain, pengawasan represif adalah “pengawasan yang dilakukan terhadap

suatu kegiatan setelah kegiatan itu dilakukan.” Pengawasan keuangan model ini

lazimnya dilakukan pada akhir tahun anggaran, di mana anggaran yang telah

ditentukan kemudian disampaikan laporannya. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan

dan pengawasannya untuk mengetahui kemungkinan terjadinya penyimpangan.

3. Pengawasan Aktif dan Pasif;

Pengawasan dekat (aktif) dilakukan sebagai bentuk “pengawasan yang

dilaksanakan di tempat kegiatan yang bersangkutan.” Hal ini berbeda dengan

13
pengawasan jauh (pasif) yang melakukan pengawasan melalui “penelitian dan

pengujian terhadap surat-surat pertanggungjawaban yang disertai dengan bukti-

bukti penerimaan dan pengeluaran.” Di sisi lain, pengawasan berdasarkan

pemeriksaan kebenaran formil menurut hak (rechmatigheid) adalah “pemeriksaan

terhadap pengeluaran apakah telah sesuai dengan peraturan, tidak kadaluarsa, dan

hak itu terbukti kebenarannya.” Sementara, hak berdasarkan pemeriksaan

kebenaran materil mengenai maksud tujuan pengeluaran (doelmatigheid) adalah

“pemeriksaan terhadap pengeluaran apakah telah memenuhi prinsip ekonomi,

yaitu pengeluaran tersebut diperlukan dan beban biaya yang serendah mungkin.”

4. Pengawasan kebenaran formil menurut hak (rechtimatigheid) dan

pemeriksaan kebenaran materiil mengenai maksud tujuan pengeluaran

(doelmatigheid).

Dalam kaitannya dengan keuangan negara, pengawasan ditujukan untuk

menghindari terjadinya “korupsi, penyelewengan, dan pemborosan anggaran

negara yang tertuju pada aparatur atau pegawai negeri.” Dengan dijalankannya

pengawasan tersebut diharapkan pengelolaan dan pertanggungjawaban anggaran

negara dapat berjalan sebagaimana direncanakan.

Dalam aspek pengawasan keuangan negara, DPR mempunyai kepentingan kuat

untuk melakukan pengawasan terhadapnya. Hal demikian disebabkan “uang yang

digunakan membiayai kegiatan-kegiatan negara adalah diperoleh dari rakyat.”

Penjelasan UUD 1945 menegaskan:

14
“Oleh karena penetapan belanja mengenai hak rakyat untuk menentukan nasibnya

sendiri, maka segala tindakan yang menempatkan beban kepada rakyat, sebagai

pajak dan lain-lainnya, harus ditetapkan dengan undang-undang, yaitu dengan

persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.”

Persetujuan DPR terhadap anggaran negara yang diajukan pemerintah sebenarnya

mempunyai makna pengawasan pula. Hal demikian disebabkan persetujuan yang

diberikan DPR bukan berarti membebaskan pemerintah melakukan segala

aktivitas yang berkaitan dengan anggaran negara. Adanya pengawasan terhadap

pelaksanaan anggaran negara sebenarnya diarahkan kemudian pada upaya,

“menindaklanjuti hasil pengawasan, sehingga ada sanksi hukum.”

2.2. Pengawasan Melekat

Pengawasan Atasan Langsung yang lebih familier disebut Pengawasan

Melekat memiliki dasar yaitu : Instruksi Presiden Nomor 15 Tahun 1983 tentang

Pedoman Pelaksanaan Pengawasan Presiden Republik Indonesia.

Dalam Instruksi Presiden tersebut disebutkan bahwa pengawasan terdiri dari

Pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan atasan langsung baik di tingkat Pusat

maupun di tingkat Daerah dan Pengawasan yang dilakukan secara fungsional oleh

aparat pengawasan. Pengawasan yang dimaksud dalam kalimat pertama itulah

yang disebut sebagai pengawasan melekat.

Pengawasan melekat dimaksud dilakukan melalui enam hal yaitu: Penggarisan

struktur organisasi yang jelas dengan pembagian tugas dan fungsi beserta

15
uraiannya yang jelas pula; Melalui perincian kebijaksanaan pelaksanaan yang

dituangkan secara tertulis yang dapat menjadi pegangan dalam pelaksanaannya

oleh bawahan yang menerima pelimpahan wewenang dari atasan; Melalui rencana

kerja yang menggambarkan kegiatan yang harus dilaksanakan, bentuk hubungan

kerja antar kegiatan tersebut, dan hubungan antar berbagai kegiatan beserta

sasaran yang harus dicapainya; Melalui prosedur kerja yang merupakan petunjuk

pelaksanaan yang jelas dari atasan kepada bawahan; Melalui pencatatan hasil

kerja serta pelaporannya yang merupakan alat bagi atasan untuk mendapatkan

informasi yang diperlukan bagi pengambilan keputusan serta penyusunan

pertanggung-jawaban, baik mengenai pelaksanaan tugas maupun mengenai

pengelolaan keuangan; dan Melalui pembinaan personil yang terus menerus agar

para pelaksana menjadi unsur yang mampu melaksanakan dengan baik tugas yang

menjadi tanggungjawabnya dan tidak melakukan tindakan yang bertentangan

dengan maksud serta kepentingan tugasnya.

Pemerintah melakukan tindakan-tindakan untuk meningkatkan pengawasan

melekat. Tindakan-tindakan tersebut berfokus pada program lima aspek yaitu:

Aspek sarana pengawasan melekat; Aspek manusia dan budaya; Aspek tugas

pokok dan fungsi unit kerja; Aspek langkah-langkah pelaksanaan pengawasan

melekat yang biasa disebut dengan Standard Operational Prosedure(SOP); dan

Aspek pelaporan pengawasan melekat.

2.3. Pengawasan Fungsional

Pengawasan fungsional adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat yang

diadakan khusus untuk membantu pimpinan dalam menjalankan fungsi

16
pengawasan di lingkungan organisasi yang menjadi tanggung jawabnya.

Pengawasan fungsional terdiri dari Pengawasan yang dilakukan oleh Badan

Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) ; Inspektorat Jenderal

Departemen, Aparat Pengawasan Lembaga Pemerintah Non Departemen/instansi

pemerintah lainnya; dan Inspektorat Wilayah Provinsi; dan Inspektorat Wilayah

Kabupaten/Kota Madya.

Kegiatan pelaksanaan Pengawasan Fungsional dilaksanakan berdasarkan

rencana program kerja pengawasan tahunan yang disusun sesuai dan sejalan

dengan petunjuk MENKO EKUIN dan WASBANG. Usulan program kerja

tahunan pengawasan tahunan tersebut disusun oleh BPKP menjadi program kerja

pengawasan tahunan setelah berkonsultasi dengan aparat pengawasan fungsional

yang bersangkutan.

Koordinasi Pelaksanaan Pengawasan Fungsional penting dilakukan untuk

menjamin keserasian dan keterpaduan pelaksanaan pengawasan. Kepala BPKP

memberikan pertimbangan kepada Menteri Keuangan dan Menteri Negara

Perencanaan Pembangunan Nasional / Ketua BAPPENAS mengenai anggaran

pelaksanaan program kerja pengawasan tahunan.

Hasil pelaksanaan pengawasan, baik berdasarkan program kerja, pengawasan

tahunan maupun berdasarkan pengawasan khusus, dilakukan oleh aparat

pengawasan fungsional masing-masing kepada Menteri/Pimpinan Lembaga

Pemerintah Non Departemen/Pimpinan Instansi yang bersangkutan dengan

tembusan kepada Kepala BPKP disertai saran tindak lanjut mengenai

penyelesaian masalah yang terungkap daripadanya. Khusus untuk masalah yang

17
mempunyai dampak luas baik terhadap jalannya pemerintahan maupun terhadap

kehidupan masyarakat, aparat pengawasan fungsional masing-masing melaporkan

kepada MENKO EKUIN & WASBANG dan Menteri/Pimpinan Lembaga

Pemerintah Non Departemen/Pimpinan Instansi Pemerintah yang bersangkutan,

dengan tembusan kepada Kepala BPKP.

2.4. Tahap – Tahap Audit Sektor Pemerintahan

Menurut Rai (2010) berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No.23

Tahun 2007 tentang Pedoman Tata Cara Pengawasan Atas Penyelenggaraan

Pemerintah Daerah yaitu sebagai berikut:

1. Tahapan Perencanaan atau Survey Pendahuluan

Tujuan utama survey pendahuluan adalah untuk memperoleh informasi

yang bersifat umum mengenai semua bidang dan aspek dari entitas yang

diaudit serta kegiatan dan kebijakan entitas, dalam waktu yang relative

singkat. Kegiatan suervey meliputi:

a. Memahami entitas yang diaudit

Pemahaman yang objektif dan komprehensif atas entitas yang akan

diaudit sangat penting untuk mempertajam tujuan audit serta

mengidentifikasi isu-isu kritis. Yang dilakukan auditor pada tahap

ini adalah menghimpun data dan informasi yang berkaitan dengan

objek yang diperiksa, antara lain, Peraturan Perundang-undangan,

data umum objek yang diperiksa, Laporan pelaksanaan program,

18
Laporan hasil pemeriksaan aparat pengawasan sebelumnya,

sumber-sumber informasi lainnya yang dapat memberi kejelasan

mengenai pelaksanaan program atau kegiatan objek yang akan

diperiksa

b. Mengidentifikasi area kunci

Area kunci (key area) adalah area, bidang, atau kegiatan yang

merupakan fokus audit dalam entitas. Pemilihan area kunci harus

dilakukan mengingat luasnya bidang, program, dan kegiatan pada

entitas yang diaudit sehingga tidak mungkin melakukan audit di

seluruh area entitas.

c. Menentukan tujuan dan lingkup audit

Tujuan audit (audit objective) berkaitan dengan alasan

dilaksanakannya suatu audit sedangkan lingkup audit (audit scope)

merupakan batasan dari suatu audit

d. Menetapkan Kriteria Audit

Kriteria audit adalah standar, ukuran, harapan, dan praktek terbaik

yang seharusnya dilakukan atau dihasilkan oleh entitas yang

diaudit. Auditor dapat menggunakan dua pendekatan untuk

menetapkan kriteria, yaitu kriteria proses dan kriteria hasil

e. Mengidentifikasi jenis dan sumber bukti audit

19
Pada tahap survey pendahuluan, bukti yang diutamakan adalah

bukti yang relevan.Pada tahap ini, syarat kecukupan dan

kompetensi bukti tidak terlalu dipentingkan. Jenis bukti audit dapat

berupa bukti fisik, bukti documenter, bukti kesaksian, dan bukti

analisis. Sumber bukti audit dapat berasal dari internal entitas,

eksternal, maupun sumber-sumber lain.

f. Menyusun laporan survey pendahuluan

Laporan survey penduhuluan adalah laporan yang diterbitkan

mendahului atau sebelum laporan audit akhir diterbitkan.Laporan

ini memuat identifikasi kelemahan-kelemahan organisasi,

kebijakan, perencanaan, prosedur, pencatatan, pelaporan, dan

pengawasan internal yang terjadi pada satuan-satuan organisasi

yang diaudit.

g. Menyusun program pengujian terinci

Program pengujian terinci adalah pedoman dalam tahap

pelaksanaan audit.Sebagai langkah akhir dalam perencanaan,

pembuatan program pengujian terinci merupakan penghubung

antara tahap perencanaan dan pelaksanaan audit kinerja.

2. Tahap Pelaksanaan

Tujuan utama pelaksanaan adalah untuk menilai apakah kinerja entitas

yang diaudit sesuai dengan kriteria, menyimpulkan apakah tujuan-tujuan

20
audit tercapai, dan mengidentifikasi kemungkinkan-kemungkinan untuk

memperbaiki kinerja entitas yang diaudit, yang akan dituangkan dalam

rekomendasi kepada auditee. Kegiatan terinci meliputi:

a. Mengumpulkan dan menguji

Langkah pengumpulan dan pengujian bukti audit merupakan

kelanjutan dari identifikasi bukti audit pada survey pendahuluan.

Pengujian bukti-bukti audit dimaksudkan untuk menentukan atau

memilih bukti-bukti audit yang penting dan perlu (dari bukti-bukti

audit yang ada) sebagai bahan penyusunan suatu temuan dan

simpulan audit.

b. Menyusun kertas kerja pemeriksaan

Untuk mengetahui kegiatan yang dilaksanakan auditor selama

melaksanakan audit, suatu catatan tentang pekerjaan auditor harus

diselenggarakan dan didokumentasi dalam bentuk kertas kerja

pemeriksaan (KKP).KKP merupakan penghubung antara

pelaksanaan dan pelaporan audit, dimana KKP memuat bukti-bukti

dan analisis bukti untuk mendukung temuan, simpulan, serta

rekomendasi audit.

c. Menyusun dan mendistribusikan laporan hasil pemeriksaan

Temuan audit adalah masalah-masalah penting (material) yang

ditemukan selama audit berlangsung dan masalah tersebut pantas

21
untuk dikemukakan dan dikomunikasikan dengan entitas yang

diaudit karena mempunyai dampak terhadap perbaikan dan

peningkatan kinerja (ekonomi, efisiensi, dan efektivitas) entitas

yang diaudit

d. Menyusun dan mendistribusikan laporan kerja hasil pemeriksaan

Tujuan pelaporan hasil pemeriksaan adalah menyediakan

informasi, rekomendasi, dan penilaian yang independen bagi para

pengguna laporan mengenai pelaksanaan dan kegiatan entitas yang

diaudit, apakah telah diselenggarakan secara ekonomis, efisien, dan

efektif.

3. Tahap Tindak Lanjut

Hasil pemeriksaan auditor kemudian ditindaklanjuti oleh pemerintah daerah

sesuai dengan rekomendasi, Wakil gubernur dan wakil bupati atau wakil walikota

bertanggungjawab mengkoordinasikan pelaksanaan tindak lanjut hasil

pemeriksaan. Entitas audit yang tidak menindaklanjuti rekomendasi Pejabat

Pengawas Pemerintah dapat dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

22
CONTOH KASUS AUDIT PEMERINTAHAN

1. Penjelasan Lengkap KPK soal Suap Opini WTP BPK oleh Kemendes

Nur Indah Fatmawati – detikNews

Jakarta - KPK menetapkan 4 tersangka dalam kasus dugaan suap terkait

pemberian opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) di laporan keuangan

Kemendes. Irjen Kemendes PDTT Sugito juga turut menjadi tersangka.

"KPK meningkatkan status penanganan perkara ke tahap penyidikan dan

menetapkan 4 orang tersangka yaitu SUG (Sugito), Irjen Kemendes; JBP (Jarot

Budi Prabowo), eselon III Kemendes; RS (Rochmadi Saptogiri), eselon I BPK;

dan ALS (Ali Sadli), auditor BPK," kata Wakil Ketua KPK Laode M Syarif di

kantornya, Jalan Kuningan Persada, Jakarta Selatan, Sabtu (27/5/2017).

Sugito dan Jarot disangka memberi uang sebesar Rp 240 juta kepada Rochmadi

dan Ali agar Kemendes memperoleh opini WTP. Hingga operasi tangkap tangan

KPK pada Jumat (26/5), masih ada Rp 40 juta yang belum diberikan. Uang

tersebut ditemukan di ruangan Ali.

Sugito dan Jarot disangka melanggar Pasal 5 ayat 1 huruf a atau Pasal 5

ayat 1 huruf b atau Pasal 13 UU nomor 31 tahun 1999 sebagaimana diubah

dengan UU nomor 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,

juncto Pasal 64 KUHP juncto Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP.

Sedangkan, Rochmadi dan Ali disangka melanggar Pasal 12 huruf a atau b atau

Pasal 11 UU nomor 31 tahun 1999 sebagaimana diubah dengan UU nomor 20

23
tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, juncto Pasal 64

KUHP juncto Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP.

Pembahasan dan Analisis

BPK atau Badan Pemeriksa Keuangan adalah lembaga tinggi negara

dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang memiliki wewenang memeriksa

pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.BPK menjadi salah satu pihak

yang berperan besar dalam menjaga dan memastikan keuangan negara

dipergunakan sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat.. Penggunaan uang negara

yang tidak taat aturan dapat mengakibatkan tidak tercapainya tujuan

penggunaannya. Oleh karena itu, melalui pemeriksaan yang dilakukan, BPK dapat

mendorong penggunaan keuangan negara secara transparan dan akuntabel untuk

mewujudkan kesejahteraan rakyat.

Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, anggota BPK memiki

etika profesi yang harus dipatuhi oleh seluruh anggotanya. Dalam peraturan

Badan Pemeriksa Keuangan Republik Inonesia Nomor 2 Tahun 2011 tentang

Kode Etik Badan Pemeriksa Keuangan pasal 4 ayat 2 disebutkan bahwa Nilai

Dasar Kode Etik BPK terdiri dari Integritas, Independensi, dan Profesionalisme.

Selanjutnya dalam pasal 5 disebutkan kode etik ini harus diwujudkan dalam sikap,

ucapan, dan perbuatan Anggota BPK, Pemeriksa, dan Pelaksana BPK Lainnya

selaku Aparatur Negara/Pejabat Negara dalam melaksanakan pemeriksaan dan

dalam kehidupan sehari-hari, baik selaku Individu dan Anggota Masyarakat,

maupun selaku Warga Negara.

24
Mengingat begitu besarnya pengaruh opini yang diberikan BPK terhadap

pengambilan keputusan serta citra suatu kementrian atau lembaga negara, banyak

upaya pihak-pihak terkait untuk mendapatkan opini WTP (Wajar Tanpa

Pengecualian) dengan cara yang salah dan melanggar hukum. Hal ini menjadi

tantangan tersendiri bagi BPK dan seluruh anggotanya dalam pelaksanaan etika

profesi melalui kepatuhan terhadap kode etik. Salah satu kasus yang berkaitan

dengan hal ini adalah kasus Pemberian Suap Opini WTP Kemendes.Kasus yang

terungkap karena adanya Operasi Tangkap Tangan oleh KPK pada tanggal 26 Mei

2017 ini melibatkan empat orang tersangka yaitu SUG (Sugito), Irjen Kemendes;

JBP (Jarot Budi Prabowo), eselon III Kemendes; RS (Rochmadi Saptogiri), eselon

I BPK; dan ALS (Ali Sadli), auditor BPK. Dalam kasus ini Pejabat Kemendes

Sugito dan Jarot disangka memberi uang sebesar Rp 240 juta kepada Rochmadi

dan Ali agar Kemendes memperoleh opini WTP.

Penulis akan lebih memfokuskan analisis pelanggaran etika profesi yang

dilakukan oleh anggota BPK, yaitu RS dan ALS. Menurut penulis adanya kasus

ini membuktikan masih terdapat oknum-oknum di dalam tubuh BPK yang belum

bisa menjiwai dan mematuhi sepenuhnya etika profesi yang ada di BPK. Dapat

dilihat bahwa RS (Rochmadi Saptogiri), eselon I BPK; dan ALS (Ali Sadli),

auditor BPK melanggar prinsip-prinsip dasar etika profesi, yang terdiri dari :

1. Tanggung Jawab

Kasus ini menunjukkan tanggung jawab anggota BPK dalam

melaksanakan tugasnya masih sangat kurang. Demi kepentingan pribadi

25
berupa imbalan sebesar Rp 240 juta, BPK dengan mudahnya mengabaikan

prinsip-prinsip audit dan syarat-syarat penerbitan opini dan menerbitkan

opini WTP untuk Kemendes. Padahal penerbitan opini yang tidak sesuai

ini dapat merugikan berbagai macam pihak terutama masyarakat luas.

2. Keadilan

Dalam hal keadilan, terlihat bahwa BPK memberikan perlakuan istimewa

berupa opini WTP karena pihak-pihak tertentu menerima uang suap. Hal

ini akan menyebabkan ketidakadilan bagi pihak lain yang diaudit oleh

BPK dan dengan susah payah meningkatkan kinerja dan pengelolaan

keuangannya agar memperoleh opini yang baik.

3. Otonomi

Prinsip ini menuntut agar dalam kinerjanya anggota BPK memiliki dan

diberi kebebasan dalam menjalankan prinsip-prinsip yang telah ditentukan

yang dibatasi tanggungjawab dan komitmen profesional serta tidak

menganggu kepentingan umum. Hal ini jelas dilanggar oleh RS dan ALS.

Dengan menerima suap dan mengeluarkan opini yang tidak sesuai RS dan

ALS selaku pejabat dan auditor BPK tidak memperhatikan dan memenuhi

kepentingan umum dan hanya mementingkan kepentingan pribadi saja.

4. Prinsip Integritas Moral yang Tinggi.

Tindakan RS dan ALS secara moral sangat tidak bisa dibenarkan.

Menerima suap apapun alasannya merupakan suatu tindakan yang secara

moral salah dan sama sekali tidak bisa dibenarkan.

26
Selain itu saudara RS dan ALS juga melanggar nilai-nilai dasar yang menjadi

landasan kode etik BPK. Nilai-nilai itu adalah :

1. Integritas

Integritasadalahsuatuelemenkarakteryang

mendasaritimbulnyapengakuanprofesional.Integritasmerupakankualitas

yang melandasikepercayaanpublicdanmerupakanpatokan (benchmark)

bagianggotadalammengujikeputusan yang diambilnya.Dengan adanya

kasus ini dapat dilihat jika penerapan integritas di BPK masih sangatlah

kurang. Bahkan eselon I BPK ikut terlibat dalam penerimaan suap. ALS

sebagai auditor juga tidak menjaga integritasnya dan mengabaikan etika

profesi sebagai auditor dengan merubah opini yang diberikan demi

mendapatkan keuntungan pribadi.

2. Independensi

Independensi adalah keadaan bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh

pihak lain, tidak tergantung pada orang lain.. Dengan adanya kasus ini

dapat dilihat RS dan ALS tidak mematuhi prinsip Independensi.

Seharusnya sebagai pejabat dan auditor BPK, RS dan ALS bebas dari

pengaruh dan kendali pihak lain termasuk pihak-pihak yang diberikan

opini. Dalam kasus ini pemberian imbalan berupa uang senilai Rp 240 juta

telah mempengaruhi kinerja dan opini yang diberikan BPK pada

Kemendes. Imbalan ini juga memberikan kendali kepada Kemendes untuk

mengatur dan mengarahkan hasil audit BPK sesuai dengan kepentingan

27
Kemendes, agar Kementrian ini terlihat memiliki kinerja yang bagus dan

laporan keuangannya disajikan dengan wajar.

3. Profesionalisme

Profesionalisme adalah kompetensi untuk melaksanakan tugas dan

fungsinya secara baik dan benar dan juga komitmen dari para anggota dari

sebuah profesi. Kasus ini membuktikan anggota BPK belum sepenuhnya

profesional dalam menjalankan tugasnya. Merubah opini Laporan

Keuangan demi sebuah imbalan merupakan tindakan yang sangat tidak

profesional dan merugikan banyak pihak. Dengan terbitnya opini WTP

pada Kemendes masyarakat dan pemangku kepentingan lain akan

menganggap bahwa kinerja dan penyajian laporan keuangan sudah wajar

dan sesuai ketentuan yang berlaku. Hal ini lebih lanjut akan

mempengaruhi penilaian resiko dan pengambilan keputusan yang

merugikan.

Dampak

Pelanggaran yang dilakukan oknum-oknum BPK dalam kasus ini

memberikan kerugian yang sangat besar bagi negara. Selain itu masyarakat

menjadi meragukan integritas dan citra BPK sebaga lembaga tinggi negara yang

bertugas mengaudit dan memeriksa laporan keuangan kementrian dan lembaga di

pemerintahan. Laporan audit tahun-tahun sebelumnya juga menjadi diragukan

kredibilitasnya. Secara lebih luas kasus ini akan mempengaruhi kepercayaan

masyarakat kepada pemerintah. Hal ini juga dapat mempengaruhi keputusan

Investor dan juga perusahaan-perusahaan yang ingin menanamkan modalnya di

28
Indonesia. Hal ini karena tingkat korupsi suatu negara merupakan salah satu

pertimbangan penting dalam penanaman modal.

Proses Penyelesaian

Hingga saat ini proses penyelesaian kasus ini masih berlangsung, sidang

perdana dalam kasus suap auditor BPK dilaksanakan di Pengadilan Tindak Pidana

Korupsi Jakarta Pusat pada hari Rabu, 18 Oktober 2017. untuk

mempertanggungjawabkan perbuatannya, Rohmadi Sapo Giri dijerat denganPasal

12 huruf a atau b atau Pasal 11 Undang-Undang nomor 31 tahun 1999

sebagaimana diubah dengan UU nomor 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP. Mereka juga dijerat Pasal

3 dan/atau Pasal 5 Undang-undang (UU) No. 8/2010 tentang Pencegahan dan

PemberantasanTindakPidanaPencucian Uang (TPPU).

Sementara itu, Inspektur Jenderal Kementerian Desa, Pembangunan

Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi ( Kemendes PDTT) Sugito dan Kepala

Bagian Tata Usaha dan Keuangan Inspektorat Kemendes, Jarot Budi Prabowo

dituntut pidana masing-masing dua tahun penjara, dikurangi masa

tahanan.Tuntutan dibacakan jaksa Komisi Pemberantasan Korupsi dalam

persidangan kasus dugaan suap pada pemberian opini wajar tanpa pengecualian

(WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan ( BPK) RI terhadap laporan keuangan

Kemendes PDTT tahun 2016, di Pengadilan Tipikor Jakarta, Rabu tanggal 11

Oktober 2017

29
Selain itu, kedua terdakwa juga dituntut membayar denda. Sugito dituntut

untuk membayar denda Rp 250 juta subsider 6 bulan kurungan, sementara Jarot

dituntut membayar denda Rp 200 juta subsider 6 bulan kurungan.

30
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. pengawasan merupakan salah satu cara untuk membangun dan menjaga

legitimasi warga masyarakat terhadap kinerja pemerintahan dengan

menciptakan suatu sistem pengawasan yang efektif, baik pengawasan intern

(internal control) maupun pengawasan ekstern (external control). Di samping

mendorong adanya pengawasan masyarakat (social control).

Sasaran pengawasan adalah temuan yang menyatakan terjadinya

penyimpangan atas rencana atau target. Sementara itu, tindakan yang dapat

dilakukan adalah:

a. mengarahkan atau merekomendasikan perbaikan;

b. menyarankan agar ditekan adanya pemborosan;

c. mengoptimalkan pekerjaan untuk mencapai sasaran rencana.

2. Pengawasan melekat adalah pengawasan terdiri dari Pengawasan yang

dilakukan oleh pimpinan atasan langsung baik di tingkat Pusat maupun di

tingkat Daerah dan Pengawasan yang dilakukan secara fungsional oleh aparat

pengawasan.

3. Pengawasan fungsional adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat

yang diadakan khusus untuk membantu pimpinan dalam menjalankan fungsi

pengawasan di lingkungan organisasi yang menjadi tanggung jawabnya.

31
4. Secara umum ada 3 tahapan yang harus dilakukan dalam audit

pemerintahan, sebagai berikut:

1) Tahap perencanaan atau surveypendahuluan

2) Tahap pelaksanaan

3) Tahap tindak lanjut

32
DAFTAR PUSTAKA

Rai, I Gusti Agung, 2008.Audit Kinerja Pada Sektor Publik. Salemba Empat.

Jakarta

Harry Suharto, 2002. “Compliance Audit Pemerintah Daerah”.Media Akuntansi.

Edisi26. Mei – Juni. Pp. 14-15

George R. Terry, Dasar-dasar Manajemen, bumi Aksara, 2005

33
Pertanyaan

1. Apakah di dalam satuan pengawasan internal dalam pemerintahan memiliki


kelemahan? (Rinaldi kelompok 3)

Apabila dilihat dari konteks pemerintah sebagaimana tercantum dalam PP No.


60 tahun 2008, SPI bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi
tercapainya efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan penyelenggaraan
pemerintahan negara, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan asset negara,
dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
James A Hall dalam bukunya yang berjudul Accounting Information System
menyebutkan bahwa SPI memiliki keterbatasan diantaranya adanya kemungkinan
eror karena tidak ada sistem yang sempurna, adanya pelanggaran yang dilakukan
oleh orang dalam organisasi bersangkutan seperti KKN, pihak manajemen yang
mengesampingkan SPI, dan kondisi yang berubah sehingga pengendalian yang
telah ada menjadi tidak efektif.

2. Apakah training masuk dalam primary control/ pengawasan pendahuluan ?


(suprianti kelomok 5)
Tidak karena di dalam dasar nya pengawasan pendahuluan bahwa yang di sebut
kan secara umum ada tiga tipe pengawasan yaitu pengawasan pendahuluan,
pengawasan councurrent dan pengawasan umpan balik ke tiga tipe pengawasan
tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan, oleh karena itu manajemen harus
menggunakan sistem pengawasan yang paling sesuai dengan setuasi tertentu.

34
3. Jelaskan tahapan dalam audit sekor pemerintahan? (Rima, kelompok 1)

Menurut Rai (2010) berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No.23


Tahun 2007 tentang Pedoman Tata Cara Pengawasan Atas Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah yaitu sebagai berikut:

1.Tahapan Perencanaan atau Survey Pendahuluan

Tujuan utama survey pendahuluan adalah untuk memperoleh informasi yang


bersifat umum mengenai semua bidang dan aspek dari entitas yang diaudit serta
kegiatan dan kebijakan entitas, dalam waktu yang relative singkat.

2.Tahap Pelaksanaan

Tujuan utama pelaksanaan adalah untuk menilai apakah kinerja entitas yang
diaudit sesuai dengan kriteria, menyimpulkan apakah tujuan-tujuan audit tercapai,
dan mengidentifikasi kemungkinkan-kemungkinan untuk memperbaiki kinerja
entitas yang diaudit, yang akan dituangkan dalam rekomendasi kepada auditee.

3.Tahap Tindak Lanjut

Hasil pemeriksaan auditor kemudian ditindaklanjuti oleh pemerintah daerah


sesuai dengan rekomendasi, wakil gubernur dan wakil bupati atau wakil walikota
bertanggungjawab mengkoordinasikan pelaksanaan tindak lanjut hasil
pemeriksaan. Entitas audit yang tidak menindaklanjuti rekomendasi Pejabat
Pengawas Pemerintah dapat dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

4. Bagaimana cara meningkatkan kualitas audit di sektor pemerintahan? (Mughni,


kelompok 4)

Untuk meningkatkan kualitas audit maka harus diperhatikan hal-hal sebagai


berikut:

35
1. Perlunya melanjutkan pendidikan profesional untuk tim audit,
sehinggamempunyai keahlian dan pelatihan yang memadai untuk melaksanakan
audit.
2. Dalam penugasan audit selalu mempertahankan independensi dalam
sikapmental, artinya tidak mudah dipengaruhi karena akuntan melaksanakan
pekerjaannya untuk kepentingan umum sehingga akunta tidak dibenarkan
memihak pada kepentingan golongan.
3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan audit, akuntan
menggunakankemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama, artinya
akuntan dalam mendalami standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan
dengan semestinya. Penerapan yang cermat dan seksama diwujudkan dengan
melakukan review secara kritis pada setiap tingkat supervisi terhadap pelaksanaan
audit dan terhadap pertimbangan yang digunakan.
4. Perencanaan pekerjaan audit dengan sebaik-baiknya, kemudian
dilakukanpengendalian dan pencatatan untuk semua pekerjaan audit di lapangan.
5. memahami struktur pengendalian intern klien untuk dapat melakukan
perencanaan audit, menetukan sifat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan
6. Memperoleh bukti audit yang cukup dan kompeten melalui inspeksi,
pengamatan, pengajuan pertanyaan, konfirmasi sebagai dasar yang memadai
untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan.
7. Membuat laporan audit yang menyatakan laporan keuangan yang telah
disusun oleh klien telah sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum atau
tidak. Dalam pengungkapan yang informatif dalam laporan keuangan harus
memadai, jika tidak harus dinyatakan dalam laporan keuangan auditan.
8. Di bidang sektor publik melakukan VFM audit yaitu melakukan audit
kinerja meliputi:
a. Ekonomi dan efisiensi yang bertujuan untuk menentukan apakah suatu
perusahaan telah memperoleh dan menggunakan sumber daya yang ada
secara efisien dan mematuhi aturan perundang-undangan yang berkaitan
dengan efisiensi.

36
b. Audit program yang mencakup penentuan pencapaian hasil program
yang diinginkan atau manfaat yang telah ditetapkan oleh UU,
penentuanefektivitas kegiatan bisnis, pelaksanaan program, kegiatan
perusahaan, dan penentuan apakah perusahaan yang diperiksa telah
mentaati peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
pelaksanaan kegiatan

5. Apa hubungan pengawasan melekat dengan pengawasan fungsional? (Vindila,


kelompok 2)
pengawasan terdiri dari Pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan atasan
langsung baik di tingkat Pusat maupun di tingkat Daerah dan Pengawasan yang
dilakukan secara fungsional oleh aparat pengawasan. Pengawasan yang dimaksud
dalam kalimat pertama itulah yang disebut sebagai pengawasan melekat.
Pengawasan fungsional adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat yang
diadakan khusus untuk membantu pimpinan dalam menjalankan fungsi
pengawasan di lingkungan organisasi yang menjadi tanggung jawabnya.
Pengawasan fungsional terdiri dari Pengawasan yang dilakukan oleh Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) ; Inspektorat Jenderal
Departemen, Aparat Pengawasan Lembaga Pemerintah Non Departemen/instansi
pemerintah lainnya; dan Inspektorat Wilayah Provinsi; dan Inspektorat Wilayah
Kabupaten/Kota Madya.
Hubungannya adalah

6. Cara mengatasi kelemahan pengawasan sektor public? (Sumita, kelompok 7)


Di dalam pengawasan sektor public cara mengatasi kelemahan nya adalah
- Reviu atas kinerja instansi pemerintah yang bersangkutan
- Pembinaan sumber daya
- Pengendalian atas pengelolaan sistem informasi
- Pengendalian fisik atas aset
- Penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja

37
- Pemisahan fungsi
- Otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting
- Pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian

38

Anda mungkin juga menyukai