Gangguan dalam pematangan sel darah merah dan eritropoiesis yang tidak efektif dapat
terjadi sebagai berikut:
Anemia gizi sekunder akibat defisiensi zat besi, folat, atau vitamin B-12
Anemia diserythropoietic bawaan
Anemia Sideroblastik
Talasemia
Protoporphyria eritropoietik
Sindrom Myelodysplastic
Kehilangan darah yang jelas atau tersembunyi dapat termasuk saluran GI atau intra-
abdominal, paru, atau intrakranial (pada neonatus). Pasien dengan gangguan perdarahan
beresiko khusus untuk perdarahan masif (internal atau eksternal).
Anemia yang terkait dengan infeksi akut sering terjadi. Ini dapat dimediasi oleh
peningkatan kerusakan oleh erythrophagocytosis dan penekanan erythropoiesis oleh
infeksi.
Sherwood L. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Ed. 8. Jakarta: EGC, 2014.
e. Petekie dan purpura (rita, saskya, wawan)
f. Berat badan menurun (dita, anggi, agung)
g. Limfadenopati (eci, wawan, cahya)
h. BAB cair kehitaman (saskya, agung, rosy)
i. Hepatosplenomegali (anggi, bg andreas, irfan)
j. Bruising spontan (wawan, cahya, dita)
6. Hubungan paparan pestisida pada kasus (agung, rosy, anggi)
7. Hubungan konsumsi makanan dan minuman berpengawet kimia pada kasus (bg
andreas, irfan, wawan)
Dalam beberapa penelitian, makanan olahan daging menggunakan pengawet yang
salah satunya adalah sodium nitrat (natrium nitrat) yang bersifat antimikrobial.
Sodium nitrat merupakan salah satu senyawa yang dapat membentuk N-nitroso
compound (NOC). NOC ini sudah diketahui sekitar 60 tahun lalu pada makanan yang
dipapar oleh sodium nitrat, yang mana dapat bersifat hepatotoksik pada hewan coba
melalui formasi nitrosodimethylamine (NDMA). Sejak saat itu NOC digunakan dalam
percobaan laboratorium sebagai penginduksi poten karsinogen. Namun, konsentrasi
NOC dalam makanan itu relatif sedikit, dan paparan pada manusia juga cukup kecil.