Anda di halaman 1dari 4

KONSEP DASAR SOSIOLOGI PENDIDIKAN

A. Pengertian Sosiologi dan Sosiologi Pendidikan


a. Pengertian Sosiologi
Sosiologi merupakan suatu ilmu pengetahuan yang membahas tentang cara berteman atau
bersahabat yang baik atau cara bergaul yang baik dengan masyarakat.
Mayor Polak mendefinisikan Sosiologi adalah “ilmu pengetahuan yang mempelajari
masyarakat sebagai keseluruhan, yakni hubungan antara manusia dengan manusia, manusia
dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, baik formal maupun material, baik statis
maupun dinamis”.[1]
Jadi, sosiologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang membahas tentang hubungan manusia
dengan lingkungan masyarakat.
b. Pengertian Sosiologi Pendidikan
Sosiologi pendidikan merupahan suatu ilmu yang membicarakan bagaimana proses interaksi
sosial yang dilakukan oleh seorang individu untuk mempengaruhi individu lain untuk mencari
pengalaman baru serta mengorganisasikannya dalam kehidupan bermasyarakat.
F. G. Robbins dan Brown mendefinisikan sosiologi pendidikan adalah “ilmu yang
membicarakan dan menjelaskan hubungan-hubungan sosial yang mempengaruhi individu untuk
mendapatkan serta mengorganisasi pengalamannya”.[2]
Jadi, sosiologi pendidikan adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang membahas proses
interaksi sosial anak-anak mulai dari keluarga, masa sekolah sampai dewasa serta dengan
kondisi-kondisi sosio kulturil yang terdapat di dalam masyarakat dan negaranya.

B. Latar Belakang Lahirnya Sosiologi Pendidikan


Sosiologi pendidikan berkembang diawal abad ke-20 dan mengalami hambatan dalam
perkembangannya, kenyataan menunjukkan bahwa masyarakat mengalami perubahan sosial
yang sangat cepat, maju dan memperlihatkan gejala desintegratif.
Perubahan sosial yang cepat itu meliputi berbagi bidang kehidupan, dan merupakan
masalah bagi semua institusi sosial, seperti: industri, agama, perekonomian, keluarga,
perkumpulan-perkumpulan dan pendidikan. Masalah sosial dalam masyarakat itu juga dirasakan
oleh dunia pendidikan. Masalah pendidikan dalam keluarga, pendidikan disekolah, dan
pendidikan dalam masyarakat merupakan refleksi masalah-masalah sosial dalam masyarakat.
Gejala-gejala seperti penderitaan rakyat, kegelisahan sosial, dan desintegrasi sosial
(konflik) antar ras konflik politik, konflik antar golongan agama dan sebagainya merupakan
gejala umum yang terdapat dalam berbagai masyarakat. Krisis yang kita alami sekarang adalah
krisis dalam hubungan antar manusia, tata sosial, dan krisis dalam hal kepercayaan.
Masyarakat pada hakikatnya merupakan sistem hubungan antara satu dengan yang lain.
Tiap masyarakat mengalami perubahan dan kontinuitas (kelangsungan), integrasi dan
desintegrasi, kerjasama dan konflik. Dasar ikatan masyarakat ialah adanya kepentingan dan nilai-
nilai umum yang diterima oleh anggota-anggotanya. Program yang berlawanan dari kelompok-
kelompok masyarakat menyebabkan berkurangnya kesetian terhadap nilai-nilai umum itu. Jika
hal itu terjadi masyarakat jelas akan mengalami disentegrasi.
R. Linton mendefinisikan nilai-nilai dalam masyarakat dapat digolongkan menjadi dua
yaitu: “nilai-nilai inti (universal), nilai-nilai periphery (alternatives)”.[3]
Universal sifatnya kuat, integrated, stabil dan diterima oleh sebagian besar anggota
masyarakat, bahkan menjadi dasar daripada tata sosial masyarakat. Sedangkan alternatifes
sifatnya tidak stabil, kurang integrated dan hanya diterima oleh sebagian anggota masyarakat.
Apabila masyarakat berubah cepat, maka alternatife tumbuh banyak, hal itu dapat mengaburkan
universal, isi nilai-nilai inti menjadi berkurang. Akibatnya kebudayaan menjadi kehilangan pola
dan kesatuannya.
Hilangnya nilai-nilai inti berarti disentegrasi sosial sumber daripadanya ialah perubahan
sosial yang cepat terutama dalam bentuk urbanisasi. Hubungan yang mula-mula didasari dengan
ikhlas berubah menjadi hubungan pamrih. Pergeseran itulah yang merupakan sumber berbagai
masalah sosial. Institusi pendidikan tidak mampu mengejar perubahan sosial yang cepat itu, yang
disebabkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang menimbulkan berbagai kultural.
Oleh karena itu, ahli-ahli sosiologi kemudian menyambungkan pemikiran-pemikiran untuk turut
memecahkan masalah pendidikan itu. Maka lahirnya suatu disiplin baru yang disebut sosiologi
pendidikan.

C. Mengorganisasikan Ruang Lingkup Kajian Sosiologi Pendidikan


Sosiologi pendidikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang interaksi
antara individu-individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok. Secara khusus
sosiologi pendidikan itu membicarakan, melukiskan dan menerangkan institusi-institusi,
kelompok-kelompok, sosial dan proses kelompok sosial, hubungan sosial dimana didalam dan
dengannya manusia memperoleh dan mengorganisir pengalaman-pengalamannya. Jadi sosiologi
pendidikan tidak hanya terbatas pada studi sekolah saja tetapi lebih luas lagi ialah mencakup
institusi-institusi sosial dengan batasan sepanjang pengaruh daripada totalitas miliekulural
terhadap perkembangan kepribadian anak.
Wilayah kajian sosiologi pendidikan memang sangat luas, namun kajiannya tidak terlepas
dari berbagai persoalan masyarakat dan yang memungkinkan institusi pendidikan merekam
berbagai persoalan dalam masyarakat tersebut. Pendidikan yang dilembagakan seperti
persekolahan, dituntut untuk dapat merekam segala fenomena yang terjadi di masyarakat,
selanjutnya sekolah memberikan penjelasan kepada peserta didik terhadap ontologis dari suatu
peristiwa. Dengan adanya peristiwa tersebut diharapkan peserta didik dapat menentukan arah dan
sikap yang tepat dalam merespon positif atau negatifnya sebuah peristiwa.
Mengingat banyaknya masalah yang dihadapi dunia pendidikan saat ini, mengharuskan
masyarakat dituntut untuk turut serta aktif bahkan proaktif dan bertanggungjawab terhadap
penyelenggaraan persekolahan. Walaupun sangat dirasakan bahwa tuntutan masyarakat selalu
lebih besar daripada peranan masyarakat itu sendir, padahal kepedulian masyarakat akan
menentukan meningkatnya pendidikan.
Menurut teori hirarki kebutuhan Maslow yang dikutip oleh Armstrong (1994) berlaku
universal pada manusia hampir disepakati oleh ilmuan, yang inti dari teori tersebut mengatakan
bahwa manusia membutuhkan pemenuhan-pemenuhan sebagai berikut:
a)Fisiologis: kebutuhan makan, minum dan hal-hal yang penting untuk kehidupan, b)
keselamatan atau keamanan: kebutuhan perlindungan dari bahaya dan kehilangan kebutuhan
fisiologis, c) sosial: kebutuhan cinta, kasih sayang dan diterima sebagai anggota kelompok
sosial, d) penghargaan: kebutuhan memiliki harga diri yang stabil dan tinggi serta kebutuhan
untuk dihormati orang lain, e) pemenuhan diri: kebutuhan untuk mengembangkan potensi dan
kecakapan, untuk menjadi orang yang dipercaya orang lain.
Wilayah kajian sosiologi pendidikan yang cukup luas dengan segala aspek kehidupan
masyarakat dengan segala atributnya, menjadikan sosiologi pendidikan sebuah disiplin ilmu
yang penting diberiakan dilembaga pendidikan tenaga kependidikan islam (LPTKI). Sebab
kajian mengenai masyarakat tidak akan putus-putusnya, terutama berkaitan dengan norma dan
nilai yang dianut, baik itu norma dan nilai yang berdasarkan budaya, terutama yang berdasarkan
agama.

D. Tujuan Sosiologi Pendidikan


Tujuan sosiologi pendidikan pada dasarnya adalah untuk mempercapat dan meningkatkan
pencapaian tujuan pendidikan secara keseluruhan. Karena itu, sosiologi pendidikan tidak akan
keluar dari upaya-upaya agar pencapai tujuan dan fungsi pendidikan tercapai menurut
pendidikan itu sendiri.[4]
Adapun tujuan sosiologi pendidikan di Indonesia adalah:
1. Berusaha memahami peranan sosiologi daripada kegiatan sekolah terhadap masyarakat, terutama
apabila sekolah ditinjau dari segi kegiatan intelektual.
2. Untuk memahami seberapa jauhkah guru dapat membina kegiatan sosial anak didiknya untuk
mengembangkan kepribadian anak.
3. Untuk mengetahui pembinaan ideologi pancasila dan kebudayaan nasional Indonesia di
lingkungan pendidikan dan pengajaran.
4. Untuk mengadakan integrasi kurikulum pendidikan dengan masyarakat sekitarnya agar
pendidikan mempunyai kegunaan praktis didalam masyarakat, dan seluruh negara.
5. Untuk menyelidiki faktor-faktor kekuatan masyarakat, yang bisa menstimulir pertumbuhan dan
perkembangan kepribadian anak.
6. Memberi sumbangan yang positif terhadap penggunaan prinsip-prinsip sosiologi untuk
mengadakan sosiologi sikap dan kepribadian anak didik.[5]
Selain itu ditemukan beberapa konep tentang tujuan sosiologi pendidikan, yaitu sebagai
berikut:
a. Menganalisis proses sosialisasi anak. Baik dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
b. Menganalisis perkembangan dan kemajuan sosial.
c. Menganalisis status pendidikan dalam masyarakat.
d. Menganalisis partisipasi orang-orang terdidik atau berpendidikan dalam kegiatan sosial.
e. Membantu menentukan tujuan pendidikan.
f. Sosiologi pendidikan bertujuan utama memberikan kepada guru-guru (termasuk pada peneliti
dan siapapun yang tertarik dalam bidang pendidikan) latihan-latihan yang efektif dalam bidang
sosiologi dapat memberikan sumbangannya secara cepat dan tepat kepada masalah
pendidikan.[6]
dengan demikian, sosiologi pendidikan bermanfaat besar bagi para pendidik, selain berharga
untuk menganalisis pendidikan, juga bermanfaat untuk memahami hubungan antar manusia
disekolah serta masyarakat.
E. Fungsi dan Peran Sosiologi Pendidikan
Sebagaimana ilmu pengetahuan pada umumnya, sosiologi pendidikan dituntut
melakukan tiga fungsi pokok, yaitu:
1. Fungsi eksplanasis, yaitu dalam menjelaskan atau memberikan pemahaman tentang fenomena
yang termasuk kedalam ruang lingkup pembahasannya.
2. Fungsi prediksi, yaitu meramalkan kondisi dan permasalahan pendidikan yang diperkirakan akan
muncul pada masa yang akan datang.
3. Fungsi utilisasi, yaitu menangani permasalahan-permasalahan yang dialami dalam kehidupan
masyarakat seperti masalah lapangan kerja dan pengangguran, konflik sosial, kerusakan
lingkungan, dan lain-lain yang memerlukan dukungan pendidikan, dan masalah
penyelenggaraan pendidikan sendiri.[7]
Jadi, secara umum sosiologi pendidikan bertujuan untuk mengembangkan fungsi-
fungsinya selaku ilmu pengetahuan (pemahaman eksplanasi, prediksi, dan utilisasi) melalui
pengkajian tentang keterkaitan fenomena-fenomena sosial dan pendidikan, dalam rangka
mencari model-model pendidikan yang lebih fungsional dalam kehidupan masyarakat. Secara
khusus, sosiologi pendidikan berusaha untuk menghimpun data dan informasi tentang interaksi
sosial di antara orang-orang yang terlibat dalam institusi pendidikan dan dampaknya bagi peserta
didik, tentang hubungan antara lembaga pendidikan dan komunitas sekitarnya, dan tentang
hubungan antara pendidikan dengan prantara kehidupan lain.
Salah satu fungsi sosiologi pendidikan di Indonesia adalah memantapkan pancasila
sebagai universal yang menjadi dasar integrasi nasional.

Anda mungkin juga menyukai