Anda di halaman 1dari 18

REKAYASA IDE

TERMODINAMIKA

DISUSUN OLEH :

RIKARDO FEBI FERDIANSYAH SIREGAR

PENDIDIKAN TEKNIK MESSIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
karuniaNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Rekayasa ide
untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah termodinamika.

Harapan yang paling besar dalam penyusunan makalah ini adalah mudah-
mudahan apa yang penulis susun ini dapat bermanfaat, baik untuk pribadi, teman-
teman, serta para pembaca. Penulis akui masih ada kekurangan dalam penulisan
makalah ini, karena kesempurnaan hanyalah milik Tuhan Yang Maha Esa.

Maka dari itu akhir kata penulis mohon saran dan kritik dari teman-teman
maupun dosen demi tercapainya makalah yang sempurna.

Medan,19 Mei 2019

Penulis.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................3
PEMBAHASAN....................................................................................................................3
BAB III...............................................................................................................................14
PENUTUP..........................................................................................................................14
A. Kesimpulan..............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Termodinamika membahas tentang sistem keseimbangan (equilibrium),


yang dapat digunakan untuk mengetahui besarnya energi yang diperlukan untuk
mengubah suatu sistem keseimbangan, tetapi tidak dapat dipakai untuk
mengetahui seberapa cepat (laju) perubahan itu terjadi karena selama proses
sistem tidak berada dalam keseimbangan. Suatu sistem tersebut dapat berubah
akibat dari lingkungan yang berada di sekitarnya. Sementara untuk aplikasi dalam
materialnya, termodinamika membahas material yang menerima energi panas atau
energi dalam bentuk yang berbeda-beda.

Dalam termodinamika, terdapat hukum-hukum yang menjadi syarat


termodinamika. Di dalam hukum-hukum tersebut terdapat rumus-rumus yang
berbeda pula, sesuai dengan permasalahan yang ada. Ada Hukum 0
Termodinamika atau biasa disebut sebagai Hukum awal Termodinamika, lalu ada
Hukum 1 Termodinamika, Hukum 2 Termodinamika, dan Hukum 3
Termodinamika.

Di dalam Hukum 1 Termodinamika itu sendiri, menjelaskan tentang energi


yang ada dalam suatu sistem dalam termodinamika. Hukum I Termodinamika juga
menjelaskan tentang entalpi. Entalpi adalah istilah dalam termodinamika yang
menyatakan jumlah energi internal dari suatu sistem termodinamika ditambah
energi yang digunakan untuk melakukan kerja. Entalpi juga merupakan transfer
panas antara sistem dan lingkungan yang ditransfer dalam kondisi tekanan
konstan (isobarik).

Di dalam Hukum II Termodinamika, menjelaskan tentang entropi. Entropi


merupakan suatu ukuran kalor atau energi yang tidak dapat diubah. Dalam Hukum
II Termodinamika, terdapat sistem yang disebut Mesin Carnot/Kalor dan Mesin
Pendingin.

1
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana menjelaskan tentang Entropi tersebut


2. Apa Teori Dasar dari pengertian Entropi
3. Bagaimana bunyi hukum II termodinamika
4. Apa hubungan antara Entalpi dengan Hukum II termodinamika

C. Tujuan

1. Dapat memahami apa itu Entalpi


2. Dapat mengetahui Teori Dasar Entalpi
3. Dapat memahami Proses entalpi dalam siklus carnot
4. Dapa mengetahui hubungan Entalpi dengan Termodinamika

BAB II

2
PEMBAHASAN

2.1 Entalpi
Hukum kekekalan energi menjelaskan bahwa energi tidak dapat diciptakan
dan tidak dapat dimusnahkan, tetapi hanya dapat diubah dari bentuk energi yang
satu menjadi bentuk energi yang lain. Nilai energi suatu materi tidak dapat diukur,
yang dapat diukur hanyalah perubahan energi (ΔE). Demikian juga halnya dengan
entalpi, entalpi tidak dapat diukur, kita hanya dapat mengukur perubahan entalpi
(ΔH).

ΔH = Hp – Hr
dengan:
ΔH = perubahan entalpi
Hp = entalpi produk
Hr = entalpi reaktan atau pereaksi

a. Bila H produk > H reaktan, maka ΔH bertanda positif, berarti terjadi


penyerapan kalor dari lingkungan ke sistem.
b. Bila H reaktan > H produk, maka ΔH bertanda negatif, berarti terjadi pelepasan
kalor dari sistem ke lingkungan.

Gambar 1. Perubahan Entalpi pada Sistem

2.2 Hukum Hess


Dalam perubahan entalpi, terdapat hukum yang dinamakan Hukum Hess.
Hukum Hess adalah hukum yang menyatakan bahwa perubahan entalpi suatu
reaksi akan sama walaupun reaksi tersebut terdiri dari satu langkah atau banyak
langkah. Perubahan entalpi tidak dipengaruhi oleh jalannya reaksi, melainkan
hanya tergantung pada keadaan awal dan akhir.

Hukum Hess mempunyai pemahaman yang sama dengan hukum


kekekalan energi, yang juga dipelajari di hukum pertama termodinamika. Hukum
Hess dapat digunakan untuk mencari keseluruhan energi yang dibutuhkan untuk
melangsungkan reaksi kimia. Perhatikan diagram berikut:

Gambar 2. Diagram Hukum Hess

Diagram di atas menjelaskan bahwa untuk mereaksikan A menjadi D, dapat


menempuh jalur B maupun C, dengan perubahan entalpi yang sama (ΔH 1 + ΔH2 =
ΔH3 + ΔH4).

Jika perubahan kimia terjadi oleh beberapa jalur yang berbeda, perubahan
entalpi keseluruhan tetaplah sama. Hukum Hess menyatakan bahwa entalpi
merupakan fungsi keadaan. Dengan demikian ΔH untuk reaksi tunggal dapat
dihitung dengan:

ΔHreaksi = ∑ ΔHf (produk) - ∑ ΔHf (reaktan)

Jika perubahan entalpi bersih bernilai negatif (ΔH < 0), reaksi tersebut merupakan
eksoterm dan bersifat spontan. Sedangkan jika bernilai positif (ΔH > 0), maka
reaksi bersifat endoterm.

4
Perhatikan diagram berikut:

Pada diagram di atas, jelas bahwa jika C (s) + 2H2 (g) + O2 (g) direaksikan
menjadi CO2 (g) + 2H2 (g) mempunyai perubahan entalpi sebesar -393,5 kJ.
Walaupun terdapat reaksi dua langkah, tetap saja perubahan entalpi akan selalu
konstan (-483,6 kJ + 90,1 kJ = -393,5 kJ).

 Ketergantungan ΔH dengan temperatur

Pada umumnya entalpi reaksi tergantung pada temperatur walaupun dalam


banyak reaksi ketergantungan ini sangat kecil sehingga sering diabaikan.

∆H untuk reaksi aA + bB → cC + dD

∆H = c HC +d HD – a HA – b HB

Bila persamaan tadi didefinisikan terhadap temperatur pada tekanan tetap


didapatkan :

Ingat bahwa
2.3 Hukum II Termodinamika

Hukum kedua termodinamika berkaitan dengan apakah proses-proses yang


dianggap taat azas dengan hukum pertama, terjadi atau tidak terjadi di alam.
Hukum kedua termodinamika seperti yang diungkapkan oleh Clausius
mengatakan, “Untuk suatu mesin siklis maka tidak mungkin untuk menghasilkan
efek lain, selain dari menyampaikan kalor secara kontinu dari sebuah benda ke
benda lain pada temperatur yang lebih tinggi".

Bila ditinjau siklus Carnot, yakni siklus hipotesis yang terdiri dari empat
proses terbalikkan: pemuaian isotermal dengan penambahan kalor, pemuaian
adiabatik, pemampatan isotermal dengan pelepasan kalor dan pemampatan
adiabatik; jika integral sebuah kuantitas mengitari setiap lintasan tertutup adalah
nol, maka kuantitas tersebut yakni variabel keadaan, mempunyai sebuah nilai
yang hanya merupakan ciri dari keadaan sistem tersebut, tak peduli bagaimana
keadaan tersebut dicapai. Hukum kedua termodinamika dalam konsep entropi
mengatakan, "Sebuah proses alami yang bermula di dalam satu keadaan
kesetimbangan dan berakhir di dalam satu keadaan kesetimbangan lain akan
bergerak di dalam arah yang menyebabkan entropi dari sistem dan
lingkungannya semakin besar".

2.4 Mesin Kalor


Mesin kalor atau yang biasa disebut dengan mesin carnot adalah suatu alat
yang menggunakan panas/kalor (Q) untuk dapat melakukan kerja (W). Alat ini
tidak ideal, pasti ada kalor yang terbuang walaupun hanya sedikit. Ada beberapa
ciri khas yang menggambarkan mesin kalor, yaitu :

 Kalor yang dikirimkan berasal dari tempat yang panas (reservoir panas)
dengan temperatur tinggi lalu dikirimkan ke mesin.
 Kalor yang dikirimkan ke dalam mesin sebagian besar melakukan kerja
oleh zat yang bekerja dari mesin, yaitu material yang ada di dalam mesin
melakukan kerja.
 Kalor sisa dari input dibuang ke temperatur yang lebih rendah yang
disebut reservoir dingin

6
Gambar 3. Skema Mesin Kalor
Mesin kalor bekerja menurut siklus carnot, siklus carnot bekerja dalam 4
tahap proses, tetapi hanya isotermal dan adiabatik.

Gambar 4. Siklus Carnot


 Tahap pertama yaitu isotermal reversibel secara ekspansi atau penurunan
tekanan, dengan melakukan kerja (W) dari keadaan A sampai B

Q W

Vb
QH  Wab  nRTH ln
Va
 Tahap kedua yaitu adiabatik reversibel secara ekspansi, dengan melakukan
kerja (W) dari keadaan B sampai C

W = Cv (T1 – T2) = Cv (TH – TC)


 Tahap ketiga yaitu isotermal reversibel secara kompresi atau penaikan
tekanan, dengan melakukan kerja (W) dari keadaan C sampai D
 Tahap keempat yaitu adiabatik reversibel secara kompresi, dengan
melakukan kerja (W) dari keadaan D kembali ke A

Ketika sistem tersebut melakukan siklus, tak ada perubahan energi dalam
sistem. Itu sesuai dengan Hukum I Termodinamika

U  Q  W Q  QH  QC  QH  QC

0  Q W W  Q  QH  QC
Q W W  QH  QC

QH : besarnya input kalor


QC : besarnya kalor yang dibuang
W : kerja yang dilakukan
Dalam mesin carnot, ada yang dinamakan efisiensi mesin. Efisiensi dari
suatu mesin didefinisikan sebagai perbandingan antara kerja yang dilakukan (W)
dengan kalor yang masuk (QH).

W Q  QC Q
W  QH  QC    H 1 C
QH QH QH

Atau bisa juga dalam bentuk

2.5 Entropi

8
Entropi merupakan sifat keadaan suatu sistem yang menyatakan tingkat
ketidakteraturan, berkaitan dengan jumlah keadaan mikro yang tersedia bagi
molekul sistem tersebut. entropi juga dapat didefinisikan sebagai kecenderungan
sistem untuk berproses ke arah tertentu. Entropi dapat dihasilkan, tetapi tidak
dapat dimusnahkan.

Entalpi tidak dapat memprediksi apakah reaksi spontan atau tidak. Tetapi
Hukum II Termodinamika menyatakan bahwa total entropi sistem dan
lingkungannya selalu bertambah untuk proses spontan. Entropi meningkat seiring
dengan kebebasan dari molekul untuk bergerak.entropi dilambangkan dengan
huruf (S)

S(g) > S(l) > S(s)

Gambar 5. Besar Entropi pada Padat, Cair, dan Gas

2.6 Perbedaan Entalpi Dan Entropi

Apa perbedaan antara Entalpi dan entropi?

1. Entalpi adalah perpindahan kalor berlangsung dalam tekanan konstan.


Entropi memberikan gambaran tentang keacakan suatu sistem.
2. Dalam reaksi, perubahan entalpi bisa positif atau negatif. Reaksi spontan
terjadi dalam rangka untuk meningkatkan entropi universal.
3. Entalpi adalah energi yang dilepaskan atau diserap selama reaksi.
4. Entalpi terkait dengan hukum pertama termodinamika yang mengatakan,
“Energi dapat tidak diciptakan atau dihancurkan.” Tapi entropi secara langsung
berkaitan dengan hukum kedua termodinamika.

2.7 Entropi dan Hukum II Termodinamika


Hukum II termodinamika kedua:

Entropi semesta (sistem + lingkungan) selalu naik pada proses spontan dan
tidak berubah pada proses kesetimbangan. Untuk proses spontan,perubahan
entropi (dS) dari suatu sistem adalah lebih besar dibanding panas dibagi temp
mutlak

dQ
dS 
T

DSsemesta = DSsis + DSling > 0 proses spontan.

Sementara untuk proses reversibel, yaitu :

dQrev
dS 
T

DSsemesta = DSsis + DSling = 0 proses kesetimbangan

 Proses pada tekanan tetap

Panas yang mengalir ke benda QP = CP dT


d 'q
dS 
T

T2
dT T
S benda   C P  C P ln 2
T1
T T1

10
Sehingga pada tekanan tetap, perubahan entropi akan naik

 Reservoir, pada suhu tetap T2

Q T  T1
S reservoir     CP 2
T2 T2

 T  T  T1 
S total  S benda  S reservoir  C P ln 2   2 
 T1  T2 

Perubahan entropi pada saat suhu tetap T2 menjadi semakin kecil, tetapi
perubahan entropinya tetap positif.

Hubungan antara hukum I Termodinamika dengan Hukum II Termodinamika


yaitu

Hukum I : dQ = dU + dW dW = PdV

Hukum II : dQRev = TdS

Sehingga TdS = dU + PdV

 Hubungan energi dalam (U) dengan entropi (S) dan volume (V)

U  U 
dU   dS   s dV
S  v V 

dU = TdS – PdV

dU = TdS – PdV didiferensial dengan volume konstan terhadap suhu (T)


U  S  V 
 T  P 
T  v T  v T  v

U  S 
 T 
T  v T  v

U  S 
 T   Cv
T  v T  v

 Sementara itu, entalpi juga dapat dihubungkan dengan entropi, yaitu :

H = U + PV

dH = dU + PdV + VdP……. TdS = dU + PdV


dH = TdS - PdV + PdV + VdP

dH = TdS + VdP

lalu didiferensialkan dengan tekanan tetap terhadap suhu (T)

H  S  P 
 T  V 
T  p T  p T  p

H  S 
 T   CP
T  P T  P

 Entropi pada gas ideal

dU = TdS – PdV

dS = dU/T + PdV/T

dS = CvdT/T+ nRdV/V

dS = Cv d lnT + nR d lnV

T2 V
S  C v ln  nR ln 2
T1 V1

T2 P
S  C p ln  nR ln 2
T1 P1

 Pada proses adiabatik reversibel

dQrev
dS  ∆Q =0
T

∆S = 0

 Perubahan entropi dengan gas ideal pada proses isotermal

△T = 0 ; △U = 0

dQ = dW = PdV

dS = dQ/T

12
PdV dV
dS   nR
T V

V2
S  nR ln
V1

 Standard molar entropi

Standar molar entropi adalah entropi dari 1 mol zat murni pada tekanan 1
atm dan pada suhu 25°C. reaksi entropi standar yaitu :

∆S° = ∑nS°(products) – ∑nS°(reactants)

 Entropi dalam reaksi kimia

Jika ada reaksi aA + bB  cC + dD (25oC)

S0t = S0produk - S0reaktan

= (cS0C + d S0D) – (aS0A + b S0B)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hukum kekekalan energi menjelaskan bahwa energi tidak dapat diciptakan dan
tidak dapat dimusnahkan, tetapi hanya dapat diubah dari bentuk energi yang satu
menjadi bentuk energi yang lain. Dalam perubahan entalpi, terdapat hukum yang
dinamakan Hukum Hess. Hukum Hess adalah hukum yang menyatakan bahwa
perubahan entalpi suatu reaksi akan sama walaupun reaksi tersebut terdiri dari
satu langkah atau banyak langkah. Hukum kedua termodinamika berkaitan dengan
apakah proses-proses yang dianggap taat azas dengan hukum pertama, terjadi atau
tidak terjadi di alam. Hukum kedua termodinamika seperti yang diungkapkan oleh
Clausius mengatakan, “Untuk suatu mesin siklis maka tidak mungkin untuk
menghasilkan efek lain, selain dari menyampaikan kalor secara kontinu dari
sebuah benda ke benda lain pada temperatur yang lebih tinggi".

DAFTAR PUSTAKA

http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_sma1/kelas-2/entalpi-dan-
perubahan-entalpi-%CE%B4h/
http://www.ilmukimia.org/2014/08/hukum-hess.html
http://www.ilmukimia.org/2013/02/entropi.html
http://ppmplp.files.wordpress.com/2010/10/4-entropi-spontanitas-reaksi.ppt
http://hikam.freevar.com/kuliah/termo/pdf_bab/thmd04.pdf

14

Anda mungkin juga menyukai