Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Histoteknik adalah metode atau suatu proses untuk membuat sajian histologi

dari spesimen tertentu melalui suatu rangkaian proses hingga menjadi sajian yang

siap untuk diamati atau di analisa. Spesimen tersebut dapat berupa jaringan

manusia atau hewan. Sebelum dilakukan identifikasi sel ganas pada sediaan yang

dihasilkan perlu di lakukan serangkain proses untuk mengolah jaringan hingga

menjadi sediaan yang siap untuk dibaca (Ahmad, 2009).

Proses penggolahan jaringan dimulai dari proses pengiriman status dan

jaringan ke laboratorium patologi anatomik, pemotongan jaringan, fiksasi

jaringan, proses pembuatan blok parafin dan pewarnan. Masalah dapat terjadi di

sebabkan oleh banyak hal antara lain, pemotongan yang tidak tepat, fiksasi yang

tidak sempurna, pisau yang tidak tajam dan pewarnan yang tidak sempurna atau

tidak jelas (Musyarifah and Agus, 2018)

Prosesing jaringan histologi masih menjadi goldstandard penentuan prognosis

dan terapi pasien. Hasil yang baik akan memberikan gambaran tentang bentuk,inti

sel, susunan sel, sitoplasma,susunan serat jaringan ikat, otot dan lainya sesuai

dengan gambaran jaringan dalam kondisi pada waktu masih hidup. Hal ini dapat

dipengaruhi oleh prosesing jaringan. Tahapan utama dalam prosessing metode

parafin adalah fixating, dehidrating, clearing, impregnating, embedding,

sectioning, afixing, mounting dan labeling (Mescher, 2016).

1
Salah satu tahapan histoteknik adalah Clearing, Clearing bertujuan untuk

menjernikan jaringan berbagai komponen biokimia yang dapat menggangu

pewarnaan sediaan. Larutan yang di gunakan dalam proses clearing harus dapat

menyatuh dengan larutan alkohol sehingga dapat mendesak keluar dan

menggantikan suasana jaringan dalam larutan clearing. Perendaman dalam larutan

clearing ini dapat di lakukan semalam untuk hasil penjerniaan maksimal, namun

jaringan berukuran kecil dapat di lakukan dengan waktu selama 15 menit dengan

tiga kali menggantian larutan sehingga total waktu 45 menit(Mescher, 2012)

Ada tiga metode yang dapat di gunakan pada proses clearing di antaranya

yaitu, metode perendaman, metode dicelupkan, dan metode digoyang dari ketiga

metode ini memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Kelebihan

dari metode perendaman ini yaitu xilol dapat menyerap alkohol dan air dalam

jaringan dan tidak perlu di tungu sehingga dapat melakukan pekerjaan lain.

Kekurangannya tergantung dari ketebalan jaringan yang akan di fiksasi, jika

jaringan tebal membutuhkan waktu yang lama untuk dapat menyerap air dan

alkohol sedangkan jaringan yang tipis tidak memerlukan waktu yang terlalu lama,

karena xilol dengan mudah dapat menyerap air dan alkohol sehinnga waktu yang

terlalu lama dapat merusak jaringan.

Metode yang lain adalah dengan metode di celupkan. Kelebihan dari metode

dicelupkan ini adalah sisa-sisa dari reagen yang menempel pada bagian ujung

sedisan dari larutan sebelumnya tidak menggangu konsentrasi larutan berikutnya.

Kekurangannya adalah selalu di awasi dan harus mencelup sediaan jaringan

tersebut selama waktu yang di tentukan.

2
Metode terakhir yang dapat digunakan yaitu metode dengan digoyangkan.

Kelebihan dari metode digoyangkan yaitu dapat menyerap ke preparat dan

penyerapannya lebih sempurna. Kekuranganya yaitu rawan tumpah sehingga

berbahaya dan beresiko membuat jaringan rontok atau terlepas.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat kualitas sediaan dengan perbandingan

dari ketiga metode yaitu metode perendaman, metode dicelupkan, dan metode

digoyang.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, dapat di rumuskan

permasalahan dalam penelitian ini adalah: Apakah pada proses clearing dengan

menggunakan beberapa metode yaitu perendaman, metode dicelupkan, dan

metode digoyang dapat mempengaruhi kualitas sediaan jaringan ginjal?

1.3.Tujuan Peneitian
1. Tujuan Umum

Untuk menilai kualitas sediaan jaringan ginjal dari beberapa metode yaitu

metode perendaman, metode dicelupkan, dan metode goyang.

2. Tujuan Khusus

1. Untuk menilai kualitas sediaan jaringan ginjal metode perendaman.

2. Untuk menilai kualitas sediaan jaringan ginjal metode dicelupkan.

3. Untuk menilai kualitas sediaan jaringan ginjal metode digoyang

4. Menganilisis kualitas sedian jaringan ginjal pada metode perendaman,

dicelupkan, dan digoyang.

3
1.4. Manfaat Penelitian

1. Untuk peneliti

Menambah wawasan serta pengetahuan baru bagi peneliti

2. Untuk Mahasiswa

Memberikan informasi dan sebagai bahan referensi untuk peneliti

selanjutnya

3. Untuk Institusi

Sebagai bahan bacaan dan sumbangsi kepustakaan dari hasil penelitian.

1.5. Keaslian /Orginilitas Penelitian

Tabel 1. Keaslian Penelitian

Peneliti, tahun, penerbit Judul Hasil


Ariyadi & Suryono 2017. Kualitas sedian jaringan kulit Hasil dengan metode
Laboratorium patologi klinik, metode Microwave dan microwavehistoprocessing
FIKKES Universitas Conventionalhistoprocessing didapatkan 96,1% hasil yang baik dan
Muhammadiyah Semarang pewarnaan Hematoxlin Eosin 3,9 % hasil yang kurang baik pada
metode Conventionalhisto processing
kualitas sediaan didapatkan 94,8 %
hasil baik dan 5,2 % hasil yang
kurang baik

Iswara & Wahyuni,2017. Pengaruh variasi waktu clearing Hasil yang di dapatkan pada sediaan
Laboratorium parasitology FIKKES terhadap kualitas sediaan awetan premanen dengan waktu
Universitas Muhammadiyah awetan premanen clearing 5 menit di dapatkan 8 slaid
Semarang Ctenocephalides felis buruk, 15 menit 2 slide buruk dan 25
menit di dpatkan sediaan 1 buruk

Azharan,2016. Fakultas kedokteran Studi awal histo tehnik: fiksasi 2 Hasil yang di dapatkan terjadi
dan ilmu kesehatan UIN siarif minggu pada gambaran perubahan makroskopik pada
hidayahtullah Jakarta hidtologi organ ginjal, hepar, jaringan baik itu ginjal, hepar,
dan pangkreas tikus Sprague maupun pangkreas. Jaringan tersebut
dawley dengan pewarnaan menjadi pengerasan dan menjadi
hematoxlin eosin kaku, berbeda dengan jaringan saat
sebelum di lakukan fiksasi

4
Berdasarkan tabel 1 perbedaan penelitian yang dilakukan dengan

sebelumnya yaitu pada penelitian sebelumnya menggunakan metode microwave

dan conventional histoprocessing, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan

yaitu menggunakan metode perendaman, metode dicelupkan dan metode

digoyang pada proses clearning.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ginjal

Ginjal merupakan organ yang berwana coklat kemerahan seperti kacang

merah yang terletak tinggi pada dinding posterior apdomen, berjumlah sebanyak

dua buah masing-masing terletak dikanan, dan kiri (Snell, 2006). Pada struktrur

luar ginjal di dapatkan kapsul vibrosa yang keras dan berfungsi untuk melindung

struktur bagian dalam yang rapuh(Guyton & Hall, 2008). Pada tepi medial

masing-masing ginjal yang cekung terdapat celah vertical yang dikenal sebagai

hilum renale yaitu tempat arteli renalis masuk dan vena renalis serta pelvis

renalis keluar (Moore & Anne, 2012).

Ginjal memiiki berbagai fungsi antara lain, eksresi produk sisa metabolime

dan bahan kimia asin, pengatur osmolaritas cairan tubuh, pengatur keseimbagan

air dan elektrolit, pengatur keseimbagan asam dan basa, sekresi dan eksreksi

hormone (Guyton & Hall, 2008). Fungsi utama ginjal sebagai ekskresi dan non

ekskresi. Fungsi ekskresi yaitu untuk mempertahankan osmoloritas plasama

sekitar 285 mili osmol dengan mengubah ekskresi air, mempertahankan

konsentrasi plasma masing- masing elektrolit individu dalam rintang normal, dan

mempertahankan volume Extra Cellular Fluid(ECF). Serta mempertahankan

derajat keasaman/pH plasma sekitar 7,4 dengan mengeluarkan kelebihan

hydrogen dan membentuk kembali karbonat. Fungsi non ekskresinya meliputi

aktifasi hormon dan sintesis, mensekresi rening yang memiliki peran penting

6
dalam pengaturan tekanan darah, mensekresi postraklandin yang berperan sebagai

fasodilator dan bekerja secara local serta melindungi dari keserusakan iskemik

ginjal, serta menghasilkan eritropoetin untuk merasang produk sel darah merah

oleh sumsum tulang. Ginjal juga mendekrasi hormone polipeptida, glucagon,

insulin, proklatin, parathormon, anti diuretic hormon (ADH), hormon

pertumbuhan dan hormon gastrointestinal. Sistem ekskresi terdiri atas dua buah

ginjal dan saluran keluar urine(Price & Wilson, 2006).

2.2. Histoteknik

Histotehnik adalah metode atau cara untuk membuat sajian histologi dari

spesimen tertentu dalam suatu rangkaian proses sehingga menjadi sajian yang

dapat diamati dan dianalisa. Sajian histologi dapat di gunakan untuk bahan

pengajaran dan praktikum untuk mempelajari berbagai bentuk struktur jaringan

tubuh tertentu, sebagai riset dalam mempelajari perubahan jaringan hewan dan

organ tubuh percobaan, dapat membantu menekkan diagnosis penyakit yang di

derita oleh seorang pasien. Tujuan tersebut dapat tercapai apabila sajian histologi

yang di buat dapat memberikan gambaran tentang bentuk serta sesunan sel, inti

sel dan sitoplasma, badan inklusi (glikogen, tetesan lemak, pigmen) susunan serat

jaringan ikat, otot dan lain sebagainya sesuai dengan gambaran jaringan tubuh

tersebut dalam kondisi hidup (Jusuf, 2009).

Sajian yang baik dapat membantu dalam memahami struktur histologi

jaringan tubuh sesuai dengan kondisi pada waktu hidup. Sajian yang baik akan

memberikan hasil yang benar-benar akurat yang sangat dibutuhkan oleh para

peneliti untuk menjawab masalah yang timbul. Selain itu sajian baik diperlukan

7
oleh klinik untuk menunjang diagnosis penyakit yang di derita oleh pasien (Jusuf,

2009).

2.3. Prosesing Jaringan

Pada proses pembuatan sajian histology terdapat beberapa tahapan yaitu

fiksasi(fixation), dehidrasi(dehydration), pembeningan(clearing), infiltrasi

paraffin, penanaman(embedding), pengeblokan(blocking), pemotongan jaringan,

pembuatan sedian(affixing), pewarnaan(staining), penutupan(mounting), dan

pelabelan(Jusuf, 2009).

2.3.1. Fiksasi

Fiksasi merupakan suatu pengawetan jaringan sehingga dapat memberikan

gambaran tentang susunan sel, inti sel sitoplasma, bentuk, susunan serat jaringan

ikat, otot dan lain sebagainya seperti gambaran jaringan pada kondisi masi hidup.

Fiksasi seharusnya di kerjakan secepat mungkin setelah pengambilan jaringan.

Fiksasi ini tujuannya untuk mengeraskan jaringan terutama jaringan lunak hinga

memudahkan untuk proses pemotongan block paraffin (Sumanto, 2014).

2.3.2. Dehidrasi

Dehidrasi merupakan suatu proses yang bertujuan untuk menghilangkan

kandungan yang berada dalam jaringan. Jaringan yang telah di fiksasi

menyebabkan sifat akuosa karena larutan fiksatif memiliki kelarutan dalam air

yang akan menggangu proses penjernian, prinsip menghilangkan air di lakukan

berlahan-lahan agar jaringan tidak mengkerut akibat kehilangan air secara

mendadak,kandungan air dalam jaringan harus di gantikan dengan larutan air

yang dapat menyatu dengan larutan clearing (Sumanto, 2014)

8
2.3.3. Clearing

Clearing (Penjernian) adalah suatu proses untuk membuat jaringan menjadi

lebih jernih dan trasparan agar lebih mudah di identifikasi pada mikroskop. Waktu

yang di butuhkan pada proses penjernian tergantung dari tebalnya jaringan dan

larutan penjernian yang di gunakan pada laboratorium antara lain minyak cedar,

minyak cengkeh, tolul atau toluene, xylol atau xylene, chloroform, minyak anilin,

dan alkohol. Larutan clearing yang sering digunakan pada proses histoknik adalah

xylol. Sifat larutan xylol sangat menolak air dan dapat dijadikan kontrol dari

keberhasilan proses dehidrasi. Apabila larutan clearing menjadi keruh maka

menandakan proses dehidrasi belum sempurna dan jaringan masih mengandung

air (Sumanto, 2014)

2.3.4. Infiltrasi paraffin

Tahapan paraffin ini adalah proses untuk memasukan paraffin kedalam ronga-

ronga yang ada pada jaringan sehingga memudahkan dalam proses pemotogan

block paraffin (Sumanto, 2014).

2.3.5. Penanam(embendding)

Penanaman merupakan proses untuk mengeluarkan jaringan bening dari

jaringan yang akan digantikan oleh paraffin, jaringan ini harus terbebas dari

jaringan yang nantinya akan mengkristal dan sewaktu potong jaringan ini akan

mudah dirobek pemotongan (Jusuf, 2009).

9
2.3.6. Pengeblokan jaringan(Blocking)

Pegeblokan merupakan bagian ahir dari tahapan penanaman jaringan,dalam

hal melakukan proses pengeblokan dibutuhkan paraffin padat yang yang dicairkan

seperti pada proses penanaman dan sebuah cetakan untuk blokjaringan yang akan

dicetak.

2.3.7. Pemotongan jaringan(Sectioning)

Pemotongan ni dilakukan dengan menggunakan alat khusus dan pisau yang

sangat tipis,tajam yang disebut mikrotom, mikrotom yaitu alat yang dapat

mengiris potongan blok dengan sangat tipis dan sesuai dengan ukuran ketebalan

yang diinginkan pemotongan (Jusuf, 2009).

2.3.8. Pembuatan Sedian(Afixing)

Setelah didapatkan potogan jaringan dalam rangkaian pita-pita panjang

tersebut, kita dapat melakukan proses ketahap lanjutan yaitu pembuatan sedian

jaringan atau afixig, istilah dari affixing yaitu menempelkan jaringan pada kaca

objek.

2.3.9. Pewarnaan Sedian(Stainig)

Pewarnaan sedian jaringan dapat dilakukan dengan berbagai macam tehnik

pewarnaan sesuai dengan tujuan pewarnaan pemeriksaan dan jenis jaringan yang

akan diwarnai , namun demikian pewarnaan rutin sedian jaringan yag dilakukan

untuk seluruh sedian jaringan dilaboratorium patologi anatomi biasanya

menggunakan pewarnaan hematoxylin eosin(HE)

10
2.3.10. Penutupan Sedian(Mounting)

Sedianyang telah diwarnai dengan baik dapat diawetkan untuk jangka waktu

yang lama apabila dilakukan penutupan secara permanen,proses mounting harus

dilakukan dalam kondisi sedian basah larutan xylol agar pekat dan benar-benar

menyatuh dengan jaringan.

2.3.11. Pelabelan(Labeling)

Pelabelan sedian yang jadi menjadi sangat penting karena tampa adanya label

sebuah sedian sebaik apaun itu tidak akan dapat dibaca hasilnya karena tidak

diketahui hasilnya untuk siapa, pemberian label dapat ditulis secara jenis

identifikasi pasien atau hanya dengan kode saja tergantung kebijakan menejemen

lembaga pemeriksaan

2.4. Pewarnaan

Pewarnaan merupakan proses pemberian warna pada jaringan yang telah di

potong sehingga unsur jaringan menjadi kontraks dan mudah diamati dengan

mikroskop. Proses timbulnya warna terkait dengan terjadinya ikatan antara

molekul tertentu yang terdapat pada daerah dan struktur jaringan tertentu. Sinar

dengan panjang gelombang tertuntu yang berasal dari lampu mikroskop yang di

paparkan pada sajian yang telah di warnai akan di absorpsi atau di teruskan. Satu

warna yang terikat pada jaringan akan menyerap sinar dengan panjang gelombang

tertentu sehing jaringan tersebut akan tampak berwarna(Jusuf, 2009).

11
Pewarna yang sering digunakan secara rutin adalah pewarnaan yang dapat

digunakan untuk memulas sitoplasma dan inti serta jaringan penyambungnya

yaitu pewarnaan HE.

2.4.1. Pewarnaan HE

Pewarnaan HE menggunakan dua macam zat warna yaitu hematoksilin yang

berfungsi mewarna inti sel dan memberikan warna biru(basofilik) serta eosin yang

merupakan coundrstaining hematoksilin yang berfungsi memulas jaringan dan

sitoplasma sel. Jenis hematoksilin yang sering digunakan adalah delafied, mayer,

erlich, bohmer dan bullard, sedangkan coundrstaining yang digunakan adalah

safranin, eosin, dan phloxine(Jusuf, 2009)

Larutan Eosin yang digunakan terdiri atas larutak stock (stock solution) dan

larutan kerja (working solution).Pewarna rutin yang banyak digunakan adalah

pewarna hematoksilin-eosin. Kelebihan pulasan tersebut adalah diferensiasi warna

sangat jelas, mewarnai inti sel dengan baik dan jelas dengan backroun yang tidak

berwarna hasil konsisten dan prosedurnya sederhana. Sedian yang telah diwarnai

dapat diawetkan untk jangka waktu lama apabila dilakukan penutupan secara

permanen. Penutupan dilakukan dengan meneteskan kanada balsam

sebagaiperekat kemudian menutupnya dengan kaca penutup(Jusuf, 2009)

Pewarnaan Hematoxylin Eosin melalui beberapa tahapan yaitu Deparafinasi

yaitu proses melarutkan/melepaskan paraffin yang menempel pada preparat

menggunakam xylol, dan dilanjutkan dengan tahapan Rehidrasi dengan tujuan

ntuk menghilangakan xylol yang terbawa oleh preparat dan mengembalikan

preparat kedalam suasana air, karena hematoxylin diencerkan menggunakan air,

12
reagen yang digunakan yaitu alcohol 100%, 95%, 80%, 70% pada tahap

selanjutnya menghilangkan kadar alcohol pada jaringan sehingga memudahkan

penyerapan zat warna hematoxylin pada inti sel(Sumarno, 2012)

2.5. Kerangka Teori

Pewarnaan Sedian jaringan ginjal Histotehnik


Hematoxylin Eosin

Clearing

Metode Metode Metode


Perendaman Dicelupkan Digoyang

Gambar 1. Kerangka Teori

13
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian analitik

3.2. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah cross sectional pada penelitian ini tidak

memberikan perlakuan terhadap variable, tetapi hanya melihat kualitas

sediaan. Pengukuran pada variable hanya dilakukan satu kali pada sutu

waktu.

3.3. Tempat dan waktu penelitian

3.3.1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium biomelekuler Universitas

Muhammadiyah Semarang.

3.3.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2019.

3.4. Variabel Penelitian

3.4.1. Variabel Independen

Variabel independen pada penelitian ini adalah prosesing jaringan.

3.4.2. Variabel Dependen

Variabel dependen pada penelitian ini adalah kualitas sediaan jaringan

ginjal.

14
3.5. Defenisi Operasional

Variabel Defenisi Satuan Skala

Operasional

Prosesing

jaringan Ginjal

3.6. Subjek dan objek penelitian

3.6.1. Subjek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah jaringan ginjal

3.6.2. Objek Penelitian

Objek dari penelitian ini adalah kualitas sedian jaringan ginjal dengan

pada proses clearing.

3.6.3. Kriteria Sampel

3.6.3.1. Kreteria inklusi

a. Semua jaringan yang terdapat unsur jaringan ginjal

b. Jaringan bebas tulang

c. Fiksasi dengan buffer formalin 10%

3.6.3.2. Kriteria Eksklusi

a. Jaringan ginjal autolysis

15
3.7. Instrumen dan Bahan Penelitian

3.7.1. Alat untuk Trimising(potong basah)

Alat yang digunakan adalah pisau jaringan(makro knife), penggaris, kaset

cut mate jaringan, talenan, pinset, dan alat pelindung antara lain masker,

handscoon, jas lab.

3.7.2. Alat untuk proseing jaringan

Alat yang digunakan untuk prosesing jaringan adalah

3.7.3. Alat pemotong blok paraffin

Mikrotome leica H11201

3.7.4. Alat untuk mengembangkan lembaran pita jaringan

Water bath leica H11202

3.7.5. Bahan pemeriksaan histologi rutin

Bahan yang digunakan pada pemeriksaan histology rutin adalah formalin

buffer 10%, alcohol 50%, 70%, 80%, 96% absolute, xylol, etanol,

isopropanol, paraffin cair, albumin, Hematoxylin eosin, Canada balsam, kaca

objek glass dan dek gelas.

3.8. Prosedur Penelitian

3.8.1. Prosedur pemotongan

Pengambilan sampel jaringan dengan cara diiris dengan ukuran 2 x 1

cm dan ketebalan 2 mm, jaringan ginjal diambil 2 potong dipilih

bagian yang sama (identik) potongan jaringan di masukanke dalam 2

kaset masing-masing 1 potong jaringa ginjal, pada kaset ke 1 diberi

lebel A dan kaset ke 2 diberi lebel B .

16
3.8.2. Prosesing jaringan

Tahap-tahap rosesing jaringan dengan pewarnaan Hematoxylin eosin.

3.8.2.1. Fiksasi

Fiksasi menggunakan buffer formalin 10% dengab memasukan kaset

yang ber

3.8.2.2.

17

Anda mungkin juga menyukai