Anda di halaman 1dari 3

KEHILANGAN

Kehilangan adalah situasi actual dan potensial ketika sesuatu (orang atau objek) yang
dihargai telah berubah, tidak lagi ada atau menghilang. Seseorang dapat
kehilangan citra tubuh, orang terdekat, perasaan sejahtera, pekerjaan, barang milik
pribadi, keyakinan atau sense of self- baik sebagian maupun keseluruhan.
Lambert dan Lambert (1985) Kehilangan adalah suatu individu yang berpisah
dengan sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi
sebagian atau keseluruhan.

Apabila proses kehilangan tidak dibarengi dengan koping yang positif atau penanganan
yang baik, pada akhirnya akan berpengaruh pada perkembangan individu atau port
of being matur nya

Sifat Kehilangan
Adapun sifat-sifat kehilangan, sebagai berikut :
a. Tiba-tiba (tidak dapat diramalkan)
b. Berangsur-angsur (dapat diramalkan)

Sumber – sumber Kehilangan Kehilangan


a. Kehilangan objek eksternal
- Benda mati
- Benda hidup: hewan/ tumbuhan

b. Kehilangan lingkungan yang telah dikenal


- Lingkungan fisk (termasuk orang)
c. Kehilangan orang terdekat atau orang yang dicintai
d. Kehilangan aspek diri (loss of self)
- bagian tubuh
-Fungsi/fisiologi organ
-Kelengkapan fisiologis
-Hasil tumbuh kembang
e. Kehilangan hidup...kaitannya dengan kematian

Doak (1993) menggambarkan respon terhadap penyakit yang mengancam


hidup kedalam empat fase.
1. Fase prediagnostik terjadi ketika diketahui ada gejala klien atau faktor resiko
penyakit.
2. Fase akut berpusat pada krisis diagnosis.. klien dihadapkan pada
serangkaian keputusan, termasuk medis interpersonal, psikologis seperti
halnya cara menghadapi awal krisis penyakit.
3. fase kronis klien bertempur dengan penyakit dan pengobatannya, yang
sering melibatkan serangkaian krisis yang diakibatkannya. Akhirnya
terjadilah pemulihan.
4. fase terminal ketika kematian bukan lagi halnya kemungkinan, tetapi itu
sudah pasti terjadi. Pada setiap hal dari penyakit ini klien dan keluarga
dihadapkan dengan

Tipe Kehilangan
Adapun tipe-tipe kehilangan, sebagai berikut :
a. Actual loss. Kehilangan yang dapat dikenal atau didentifikasi oleh orang lain,
sama dengan individu yang mengalami kehilangan.
b. Perceived loss (psikologis). Perasaan individual, tetapi menyangkut hal-hal yang
tidak dapat diraba atau dinyatakan secara jelas.
c. Anticipatory loss. Perasaan kehilangan terjadi sebelum kehilangan terjadi.
Individu memperlihatkan perilaku kehilangan atau berduka untuk suatu kehilangan
yang akan berlangsung. Sering terjadi pada keluarga dengan klien atau anggota
yang menderita sakit terminal.

Faktor yang Memengaruhi Kehilangan


Ada beberapa faktor yang memengaruhi kehilangan antara lain sebagai berikut :
a. Perkembangan. Misal anak-anak, belum mengerti seperti orang dewasa, belum
bisa merasakan, belum menghambat perkembangan, bisa mengalami regresi.
Sementara orang dewasa, kehilangan bisa membuat orang menjadi mengenang
tentang hidup, tujuan hidup, menyiapkan diri bahwa kematian adalah hal yang tidak
bisa dihindari.
b. Keluarga. Keluarga memengaruhi respons dan ekspresi kesedihan. Anak terbesar
biasanya menunjukkan sikap kuat, tidak menunjukkan sikap sedih secara terbuka.
c. Faktor sosial ekonomi. Apabila yang meninggal merupakan penanggung jawab
ekonomi keluarga, berarti kehilangan orang yang dicintai sekaligus kehilangan
secara ekonomi. Hal ini mengganggu kelangsungan hidup.
d. Pengaruh Kultural. Kultur memengaruhi manifestasi fisik dan emosi. Kultur “barat”
menganggap kesedihan adalah sesuatu yang bersifat pribadi sehingga hanya
diutarakan pada keluarga, kesedihan tidak ditunjukkan pada orang lain. Kultur lain
menganggap bahwa mengekspresikan kesedihan harus dengan berteriak dan
menangis keras-keras.
e. Agama. Dengan agama bisa menghibur dan menimbulkan rasa aman.
Menyadarkan bahwa kematian sudah ada di konsep dasar agama. Akan tetapi ada
juga yang menyalahkan tuhan akan kematian.
f. Penyebab Kematian. Seseorang yang ditinggal anggota keluarga dengan tiba-
tiba akan menyebabkan syok dan tahapan kehilangan yang lebih lama. Ada yang
menganggap bahwa kematian akibat kecelakaan diasosiasikan dengan kesialan.

Kehilangan sbg krisis ;


krisis : -Situasional
- Perkembangan

Kehilangan yg bersifat menetap dlm proses tumbuh kembang yg normal dpt


diantisipasi &disiapkan
Dalam menghadapi perkembangan individu dipengaruhi oleh :
1. Tahap perkembangan
2. Kekuatan dalam diri
3. Support system

Fase Atau Tahapan Kehilangan


Adapun fase atau tahapan kehilangan antara lain :
a. Fase Pengingkaran (denial)
Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak
percaya atau mengingkari kenyataan bahwa kehidupan itu memang benar terjdi,
dengan mengatakan “tidak, aku tidak percaya itu terjadi” atau “itu tidak mungkin
terjadi”. Bagi individu atau keluarga yang didiagnosis dengan penyakit terminal,
akan terus mencari informasi tambahan. Reaksi fisik yang terjadi padda fase ini
adalah letih, lemah, pucat, diare, gangguan pernapasan, detak jantung cepat,
menangis, gelisah dan tidak tahu harus berbuat apa. Reaksi ini dapat berakhir
dalam bebrapa menit atau beberapa tahun.
b. Fase Marah (anger)
Fase ini dimulai dengan timbulnya suatu kesadaran akan kenyataan
terjadinya kehilangan. Individu menunjukkan rasa marah yang meningkat yang
sering di proyeksikan kepada orang lain atau pada dirinya sendiri. Tidak jarang ia
menunjukkan perilaku agresif, berbicara kasar, menolak pengobatan, menuduh
perawat atau doketr yang tidak becus. Respon fisik yang sering terjadi antara lain :
muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur dan tangan mengepal.
c. Fase Tawar-Menawar (bargaining)
Individu telah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara intensif, maka ia
akan maju pada fase tawar menawar dengan memohon kemurahan pada tuhan.
Respon ini sering dinyatakan dengan kata-kata “kalau saja kejadian ini bisa ditunda,
maka saya akan sering berdoa”. Apabila proses ini oleh keluarga maka pernyataan
yang sering keluar adalah “kalau saja yang sakit, bukan anak saya”.
d. Fase Depresi (depression)
Individu pada fase ini sering menunjukkan sifat menarik diri, kadang sebagai
klien sangat penurut, tidak mau bicara, menyatakan keputusasaan, perasaan tidak
berharga, ada keinginan untuk bunuh diri dan sebagainya. Gajala fisik yang
ditunjukkan antara lain menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido menurun.
e. Fase Penerimaan (acceptance)
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran yang
selalu berpusat kepada objek atau orang yang hilang akan mulai berkurang atau
hilang. Individu telah menerima kehilangan yang dialaminya. Gambaran tentang
objek atau orang yang hilang mulai dilepaskan dan secara bertahap perhatiannya
akan beralih pada objek yang baru. Fase ini biasanya dinyatakan dengan “saya
betul-betul kehilangan baju saya tapi baju yang ini tampak manis” atau “apa yang
dapat saya lakukan agar cepat sembuh?”. Apabila individu dapat memulai fase ini
dan menerima dengan perasaan damai, maka dia akan mengakhiri proses berduka
serta mengatasi perasaan kehilangannya dengan tuntas. Akan tetapi bila tidak
dapat menerima fase ini maka ia akan memengaruhi kemampuannya dalam
mengatasi perasaan kehilangan selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai