Anda di halaman 1dari 14

RS PKU MUHAMMADIYAH WONOSARI

Alamat : Kemorosari II, Jl. Lingkar Utara, Piyaman, Wonosari,


Gunungkidul, DIY
Telpon. (0274) 393379, email : rspkuwonosari@yahoo.co.id

BAB I
PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN
Secara khusus penanganan jenazah sangat penting guna mengurangi
risiko infeksi nosokomial. Proses penanganan di RS PKU Muhammadiyah
Wonosari hanya meliputi penempatan sementara sampai diperlihatkan ke
pasien.
Salah satu upaya untuk meningkatkan pelayanan di rumah sakit adalah
melalui pemberian pelayanan penunjang medik yang profesional, bemutu dan
aman. Mengingat bahwa linen digunakan disetiap ruangan di rumah sakit, maka
diperlukan pengelolaan linen secara komprehensif. Dalam buku ini disajikan
tentang panduan manajemen linen di rumah sakit, sarana, prasarana dan
peralatan pencucian, infeksi nosokomial serta kesehatan dan keselamatan kerja.
Prosedur pelayanan linen vang diawali dengan perencanaan sampai
penatalaksanaan serta monitoring dan evaluasi.

BAB II
STANDAR FASILITAS

I. DENAH
II. STANDAR FASILITAS
Sarana fisik dan peralatan sangat mempengaruhi efisien kerja dan
pelayanan instalasi kamar jenazah. Mengingat tugas pokok instalasi kamar
jenazah adalah melayani pasien yang sudah meninggal dengan atau tanpa
penyakit menular, maka diperlukan sarana dan prasarana yang memadai. Guna
mencegah infeksi silang.

Bangunan
 Bangunan disesuaikan dengan kapasitas Rumah sakit dengan 35 TT

Lokasi
Lokasi jauh dari lalu lintas utama rumah sakit karena berdampak pada
efisiensi kerja dan meningkatkan pengendalian infeksi, yaitu dengan cara
meminimalkan terjadinya kontaminasi. Area tertutup tidak dapat diakses oleh
orang yang tidak berkepentingan.

Syarat Instalasi kamar jenazah


Pada prinsipnya kamar jenazah berada di tempat yang jauh dari lalu
lintas perawatan pasien untuk menghindari terjadinya kontaminasi dan sesuai
dengan alur kerja.

Kebersihan ruangan
1. Setiap hari lantai dan permukaan harus dibersihkan
2. Lakukan dekontaminasi permukaan setelah selesai kegiatan
3. Secara teratur dilakukan pembersihan besar yang disesuaikan dengan
jadwal pembersihan Instalasi kamar jenazah

Sarana fisik dan peralatan instalasi kamar jenazah


Di kamar jenazah tempat tidur untuk perawatan pasien sebelum ditunjukkan
kepada keluarga. Terdapat troli untuk menempatkan alat – alat yang dibutuhkan
untuk pelayanan jenazah. Terdapat brankart untuk memindahkan jenazah dari
rumah sakit ke mobil jenazah. Di dalam kamar jenazah terdapat lemari
penyimpanan APD. Dan keranjang atau box untuk meletakkan APD yang telah
dipakai untuk perawatan jenazah. Yang nantinya akan dibawa ke ruang laundry.
Terdapat wastafel dan antiseptic serta handwash untuk petugas mencuci tangan
setelah menyiapkan jenazah. Peralatan yang diperlukan di kamar jenazah antara
lain :
1. Peralatan antropometri
2. System komunikasi internal
3. Sarung tangan panjang
4. Apron plastic
5. Masker
6. Tutup kepala
7. Surat kematian
8. Label jenazah
9. Senter
BAB III
TATA LAKSANA PELAYANAN
Pelayanan kamar jenazah adalah kegiatan mempersiapkan jenazah sebelum
diperlihatkan kepada keluarga. Untuk memberikan pelayanan yang lebih baik pada
pasien meninggal, maka diperlukan alur penanganan jenazah yang jelas. Tersedianya
kamar jenazah yang standar dapat dipakai sebagai acuan oleh petugas kamar jenazah
dalam memberikan mutu pelayanan yang baik bagi keluaga pasien.

ALUR PENANGANAN JENAZAH DI KAMAR JENAZAH RS PKU


MUHAMMADIYAH WONOSARI

JENAZAH DARI MASUK INSTALASI SURAT


KETERANGAN
INSTALASI LAIN KAMAR JENAZAH
KEMATIAN

PENGAMBILAN JENAZAH OLEH KELUARGA PEMBAYARAN DI


(MENGGUNAKAN KERETA JENAZAH DAN MOBIL
KASIR RS
JENAZAH

1. Pasien dari instalasi lain yang sudah dinyatakan meninggal (jenazah) dikirim ke
kamar jenazah.
2. Di kamar jenazah dilakukan perawatan sebelum ditunjukkan kepada keluarga. Di
kamar jenazah dilakukan pemeriksaan kembali. Kepala diberi tali kassa sampai
mulut jenazah tertutup. Tangan diposisikan diatas perut kemudian pergelangan
tangan ditali. Kemudian diantara jempol kaki diselipkan kassa dan ditali kembali.
Setelah posisi dan keadaan jenazah sudah dirapikan, keluarga dipanggil untuk
melihat keadaan keluarganya yang meninggal.
3. Setelah dilakukan perawatan di kamar jenazah petugas kamar jenazah
memberikan surat kematian.
4. Kemudian keluarga membawa surat kematian ke ruang administrasi rumah sakit
untuk mengurus biaya perawatan selama di Rumah sakit. Setelah surat kematian
dan biaya administrasi telah selesai, keluarga menunjukkan kepada petugas
instalasi kamar jenazah.
5. Setelah itu jenazah diperbolehkan dibawa pulang dengan menggunakan kereta/
brankart khusus untuk jenazah menuju ke mobil jenazah rumah sakit.
BAB IV
LOGISTIK

Instalasi kamar jenazah di RS PKU Muhammadiyah Wonosari sebagai salah


satu bagian penting rumah sakit untuk mencegah resiko infeksi dan menunjang
pelayanan medis baik untuk petugas, pasien dan pengunjung. Apabila alat dan bahan
untuk pemrosesan linen habis maka petugas atau staf menulis permintaan barang
kepada kepala instalasi kamar jenazah. Kepala instalasi kamar jenazah memberikan
formulir permintaan bahan dan alat kepada bagian rumah tangga.
untuk pengajuan kebutuhan logistik serta keperluan gudang kamar jenazah
selama satu tahun dibuatkan dalam satu anggaran pada satu tahun berjalan. Setiap
anggaran yang dibuat diharapkan dapat digunakan secara optimal dalam tahun
berjalan. Sistem Logistik yang digunakan mengacu pada panduan logistik yang
dibuat oleh Bagian Logistik dan Inventaris dengan mengacu pada sistem yang baku.
BAB V
KESELAMATAN PASIEN

I. Pengertian
Keseimbangan pasien adalah suatu sistem di mana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk asesmen resiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko.
Sedangkan insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau
situasi yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm
(penyakit, cedera, cacat, kematian, dan lain-lain) yang tidak seharusnya terjadi.
(KKP-RS)

II. Tujuan
Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cedera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil. Selain itu sistem keselamatan pasien ini
mempunyai tujuan agar terciptan budaya keselamatan pasien di rumah sakit,
meningkatkannya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat,
menurunnya kejadian tidak diharapkan di rumah sakit, dan terlaksananya
program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian
tidak diharapkan. (KKP-RS)

III. Tata Laksana Keselamatan Pasien


Dalam melaksanakan keselamatan pasien terdapat tujuh langkah
menuju keselamatan pasien rumah sakit. Adapun tujuh langkah tersebut
adalah:
1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien. Mencipatakan
kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil.
2. Memimpin dan mendukung karyawan. Membangun komitmen dan fokus
yang kuat dan jelas tentang keselamatan pasien.
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan resiko. Mengembangkan system
dan proses pengelolaan resiko, serta melakukan identifikasi dan asesmen
hal potensial bermasalah.
4. Mengembangkan system pelaporan. Memastikan karyawan agar denngan
mudah dapat melaporkan kejadian/ insiden, serta rumah sakit mengatur
pelaporan kepada KKP-PS.
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien. Mengembangkan cara-cara
komunikasi yang terbuka dengan pasien.
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien. Mendorong
karyawan untuk melakukan analis akar masalah untuk belajar bagaimana
dan mengapa kejadian itu timbul.
7. Mencegah cedera melalui implementasi system keselamatan pasien.
Menggunakan informasi yang ada tentang kejadian atau masalah untuk
melakukan perubahan pada system pelayanan.
Dalam melaksanakan keselamatan pasien standar keselamatan pasien harus
diterapkan. Standar tersebut adalah:
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatan keselamatan pasien
6. Mendidik karyawan tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi yang merupakan kunci bagi karyawan untuk mencapai
keselamatan pasien.
Langkah-langkah penerapan keselamatan pasien rumah sakit:
1. Menetapkan unit kerja yang bertanggung jawab mengelola program
keselamatan pasien rumah sakit.
2. Menyusun program keselamatan pasien rumah sakit jangka pendek 1-2
tahun
3. Mensosialisasikan konsep dan program keselamatan pasien rumah sakit
4. Mengadakan pelatihan keselamatan pasien rumah sakit bagi jajaran
manajemen dan karyawan
5. Menetapkan system pelaporan insiden (peristiwa keselamatan pasien)
6. Menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit seperti
tersebut diatas
7. Menerapkan standar keselamatan pasien rumah sakit (seperti tersebut
diatas) dan melakukan self assessment dengan instrument akreditasi
pelayanan keselamatan pasien rumah sakit
8. Program khusus keselamatan pasien rumah sakit
9. Mengevaluasi secara periodik pelaksanaan program keselamatan pasien
rumah sakit dan kejadian tidak diharapkan.
BAB VI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

UU No 23 tahun 1992 menyatakan bahwa tempat kerja wajib


menyelenggarakan upaya kesehatan kerja adalah tempat kerja yang mempunyai
resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai paling sedikit
10 orang. Rumah Sakit adalah tempat kerja yang termasuk dalam kategori seperti
disebut diatas, berarti wajib menerapkan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.
Program keselamatan dan kesehatan kerja di tim pendidikan pasien dan keluarga
bertujuan melindungi karyawan dari kemungkinan terjadinya kecelakaan di dalam
dan di luar rumah sakit..
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) disebutkan bahwa
“Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan”. Dalam hal ini yang dimaksud pekerjaan adalah pekerjaan yang
bersifat manusiawi, yang memungkinkan pekerja berada dalam kondisi sehat dan
selamat, bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja, sehingga dapat hidup layak
sesuai dengan martabat manusia.
Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan bagian integral dari
perlindungan terhadap pekerja dalam hal ini tim PPK dan perlindungan terhadap
Rumah Sakit. Pegawai adalah bagian integral dari rumah sakit. Jaminan keselamatan
dan kesehatan kerja akan meningkatkan produktivitas pegawai dan meningkatkan
produktivitas rumah sakit. Undang-Undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja dimaksudkan untuk menjamin:
a. Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu berada dalam
keadaan sehat dan selamat.
b. Agar faktor-faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.
c. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan.
Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat
digolongkan pada tiga kelompok, yaitu :
a. Kondisi dan lingkungan kerja
b. Kesadaran dan kualitas pekerja, dan
c. Peranan dan kualitas manajemen
Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan penyakit
akibat kerja dapat terjadi bila :
- Peralatan tidak memenuhi standar kualitas atau bila sudah aus;
- Alat-alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan proses
produksi;
- Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan terlalu
panas atau terlalu dingin;
- Tidak tersedia alat-alat pengaman;
- Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya kebakaran dll.
a. Perlindungan Keselamatan Kerja Dan Kesehatan Petugas Kesehatan
 Petugas kesehatan yang menangani linen kotor harus mendapatkan
pelatihan mengenai cara penularan dan penyebaran penyakit, tindakan
pencegahan dan pengendalian infeksi yang sesuai dengan protokol jika
terpajan.
 Petugas yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus diberikan
penjelasan umum mengenai penyakit tersebut.
 Petugas kesehatan yang kontak dengan pasien penyakit menular melalui
udara harus menjaga fungsi saluran pernapasan (tidak merokok, tidak
minum dingin) dengan baik dan menjaga kebersihan tangan setiap saat dan:
o Memeriksa suhu dua kali sehari dan mewaspadai munculnya gejala
pernapasan terutama batuk
o Memiliki catatan pribadi mengenai kontak yang dialami. Catatan tidak
boleh dibawa ke dalam area isolasi
o Bila timbul demam, segera batasi interaksi dan isolasi diri dari area
umum. Segera lapor kepada Tim Dalin/ Pandalin, Tim Kesehatan
kerja (K3) dan dokter poliklinik RS, adanya kemungkinan terinfeksi
penyakit menular yang sedang ditangani.
b. Petunjuk Pencegahan infeksi untuk Petugas Kesehatan
 Untuk mencegah transmisi penyakit menular dalam tatanan pelayanan
kesehatan, petugas harus menggunakan APD yang sesuai untuk
kewaspadaan Standar dan Kewaspadaan Isolasi (berdasarkan penularan
secara kontak, droplet, atau udara) sesuai dengan penyebaran penyakit.
 Semua petugas kesehatan harus mendapatkan pelatihan tentang gejala
penyakit menular yang sedang dihadapi.
 Semua petugas kesehatan dengan penyakit seperti flu harus dievaluasi
untuk memastikan agen penyebab. Dan ditentukan apakah perlu dipindah
tugaskan dari kontak langsung dengan pasien, terutama mereka yang
bertugas di unit perawatan intensif (ICU), ruang rawat anak, ruang bayi.
 Jika petugas kesehatan mengalami gejala demam atau gangguan
pernapasan dalam jangka waktu 10 hari setelah terpajan penyakit menular
melalui udara, maka ia perlu dirawat di ruang isolasi.
 Petugas terpajan yang tidak memiliki gejala demam atau gangguan
pernapasan tidak perlu dibebastugaskan namun harus melaporkan pajanan
yang dialami segera kepada Tim Dalin.
 Surveilans aktif perlu dilakukan terhadap gejala demam dan gangguan
pernapasan setiap hari kepada petugas kesehatan yang terpajan. Petugas
diinstruksikan untuk mewaspadai timbulnya demam, gangguan pernapasn
dan atau peradangan konjungtiva selama 10 hari setelah terpajan dengan
penyakit menular melalui udara.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek


yang akan ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria, serta standar yang
akan digunakan untuk mengukur mutu pelayanan.
Adapun pengendalian mutu Instalasi kamar jenazah harus sesuai dengan
protap yang telah ditentukan. Setiap proses pelayanan jenazah berjalan petuga selalu
mengenakan APD. Dan tidak ada kejadian infeksi yang terjadi.
BAB IX
PENUTUP

Undang-undang no 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen menjadi


tantangan yang harus diantisipasi oleh para praktisi pelayanan kesehatan. Selain itu
juga dituntut memberikan pelayanan yang professional dengan diberlakukannya
undang–undang tentang praktek kedokteran yang ditujukan kepa da kepastian hukum
baik bagi penerima pelayanan kesehatan maupun pemberi pelayanan kesehatan.
Kejadian infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat atau timbul pada
waktu pasien dirawat di rumah sakit. Bagi pasien dirumah sakit, infeksi nosokomial
merupakan masalah serius yang dapat menjadi penyebab langsung maupun tidak
langsung kematian pasien.
Beberapa kejadian infeksi nosokomial mungkin tidak menyebabkan
kematian namun menyebabkan hari perawatan menjadi lebih lama di rumah sakit. Ini
berarti pasien membayar lebih mahal dan dalam kondisi tidak produktif, disamping
pihak rumah sakit juga akan mengeluarkan biaya yang lebih besar. Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi Rumah Sakit merupakan kegiatan yang sangat penting dan salah
satu factor yang mendukung untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan erat
kaitannya dengan citra rumah sakit. Oleh karena itu pencegahan dan pengendalian
infeksi rumh sakit harus diperhatikan.
Salah satu kegiatan untuk menekan kejadian infeksi nosokomial adalah
dengan melaksanakan pelayanan instalasi kamar jenazah yang baik. Tanggung jawab
untuk melaksanakan semua kegiatan secara aman dilingkungan pusat sterilisasi
menjadi tanggung jawab petugas instalasi kamar jenazah. Pada dasarnya kecelakaan
kerja di lingkungan pusat sterilisasi dapat dihindari dengan cara megetahui potensi
bahaya yang dapat timbul. Dengan cara memperhatikan secara seksama dan melatih
teknik–teknik bekerja secara aman maka resiko terjadinya kecelakaan kerja dapat
diturunkan secara signifikan.

Anda mungkin juga menyukai