Anda di halaman 1dari 22

Modul Holistik Komprehensif

“RADANG TENGGOROKAN (FARINGITIS)

Oleh:
Divi Aditya Romadona (20151033031........)
Intan Aliyatul Ummah (201510330311181)
Azmy Abdah (201510330311125)

Laboratorium Kedokteran Keluarga & Industri


Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Malang
2018

1
I. IDENTITAS
A. PENDERITA

1. Nama (Inisial) : Mochammad Isaa Nur Aziz


2. Umur : 2,5 thn
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan :-
6. Status Perkawinan : Belum menikah
7. Jumlah Anak : Anak kedua dari 2 bersaudara
8. Pendidikan terakhir : Belum sekolah
9. Alamat lengkap : Jl. Nangka no. 36 RT 22 RW 10 Desa / Kelurahan Tajinan
Kecamatan Krebet Kabupaten Malang

B. PASANGAN (Bila sudah menikah atau sudah pernah menikah)

1. Nama (Inisial) :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Agama :
5. Pekerjaan :
6. Status Perkawinan :
7. Jumlah Anak :
8. Pendidikan terakhir :
9. Alamat lengkap :

2
C. GENOGRAM (minimal 3 generasi)

Kasmidi Samrat M. Ratm

Didit Lilik Nunuk Hepi Nduri Ida Fajar Buaji Suyanto Rahman

Jodi Sabil
Keterangan:
- Simbol genogram mengikuti simbol internasional
- Selain identitas nama, disertakan pula usia, pekerjaan, pendapatan dan tingkat pendidikan
- Diberikan tanda melingkar untuk keluarga yang tinggal dalam satu rumah

3
D. INTERAKSI DALAM KELUARGA
Keterangan
Status
Nama Usia Pekerjaan Hubungan Keluarga Domisili
No Sex Perkawinan
(Inisial) (Bln/Th) (deskripsi lengkap) (S, I, AK, AA) Serumah
(TK, K, J, D)
Ya Tdk
Alm. Sri
1 P 40 Guru SD Ibu Kandung Kawin ˅
Sumini
Alm. M.
2 L 65 Pensiun AL Bapak Kandung Kawin ˅
Ratim
3 Suyanto L 45 Swasta Suami Kawin ˅
4 Jodi L 19 Kerja di percetakan Anak Kandung Tidak Kawin ˅
5 Sabil P 14 Sekolah Anak Kandung Tidak Kawin ˅
6 Samrati P 70 Dukun Pijet Ibu Mertua Kawin ˅
Alm.
7 L 68 Jual Burung Bapak Mertua Kawin ˅
Kasmidi
8 Hepi P 53 IRT Saudara Kandung Kawin ˅
9 Nunuk P 55 IRT Saudara Kandung Kawin ˅
10 Lilik P 57 IRT Saudara Kandung Kawin ˅
11 Didit L 58 Buruh Bangunan Saudara Kandung Kawin ˅
12 Nduri P 45 Penjual Parutan Kelapa Saudara Kandung Kawin ˅
13 Fajar L 25 Buruh Pabrik Saudara Kandung Kawin ˅
14 Buaji L 60 Jual Burung Saudara Suami Kawin ˅
15 Rahman L 22 Pelayan Cafe Saudara Suami Tidak Kawin ˅

4
II. DATA DASAR KESEHATAN
STATUS MEDIS (Klinis)

KU : Sakit tenggorokan
Anamnesis : alloanamnesis dengan ibu kandung pasien
RPS
- Pasien rewel karena merasa sakit dengan menunjuk di daerah tenggorokannya sudah 3

hari yang lalu


- Sakit terutama saat makan (menelan) sehingga pasien tidak mau makan dan sulit

minum.
- Sakit ditenggorokan terutama saat malam hari sehingga pasien rewel terus.
- Saat tidur pasien tidak rewel (tidak merasa sakit) namun sering terbangun dari

tidurnya.
- Keluhan penyerta : badan panas (demam), batuk kadang-kadang dan pilek

RPD

- Dulu pernah sakit seperti ini saat umur 2 tahun


- Sudah diberi obat sirup pereda tenggorokan di apotik namun tidak mereda

RPK

- Kakak mengalami flu


- Ayah pasien merokok dan tinggal dalam satu rumah

R Sosial, Budaya, Ekonomi

- Makan dan minum susah karena selalu menolak (rewel) untuk makan dan minum
- Saat malam hari sering terbangun dan menangis
- Sering bermain dengan sang kakak, dimana kakaknya mengalami pilek (flu)
- Lingkungan rumah ayahnya adalah perokok, namun saat ada pasien ayah menjauh

untuk merokok namun asapnya masih dapat terhirup oleh pasien dan keluarga
- Lingkungan rumah (kamar) tidak ada ventilasi hanya mengandalkan kipas angin saja
- Apabila merasa sakit dibawa ke tukang pijat bayi dahulu
- Mengandalkan minyak kayu putih untuk mengobati pasien
- Mencoba obat yang dibeli di apotik dengan harapan sakitnya dapat berkurang
- Membiasakan pasien untuk tidur siang
Pemeriksaan Fisik
Suhu: 38,5 derajat celcius, TD:-, RR: 23, Nadi: 95, tenggorokan terlihat hiperemi dan

sedikit odem)
Riwayat imunisasi :
Rw Persalinan : Sectio pada anak ke 1 dan 2 (pada pasien ini)
Rw KB : Ibu pasien KB pil

5
6
UPAYA & PERILAKU KESEHATAN
UPAYA & PERILAKU KESEHATAN
KETERANGAN
N KOMPONE
URAIAN UPAYA & PERILAKU (RASIONAL ATAU
O N
IRRASIONAL)
- Penyuluhan mengenai informasi gejala-gejala sakit pada balita dan cara
1 Promotif memahami balita yang belum dapat berkomunikasi dengan baik agar Rasional
dapat diketahui secara dini.
- Menjaga pola makan dan makan makanan yang sehat serta gizi
seimbang
2 Preventif Rasional
- Mengupayakan meminum susu formula secara teratur
- Istirahat yang cukup dan mengusahakan tidur siang
- Pasien rewel karena merasakan tidak nyaman pada tenggorokannya
sehingga ibu pasien melakukan procrastination/delay atau penundaan
pencarian pengobatan dengan cara mengoleskan minyak kayu putih dan
banyak minum air putih
- Ibu pasien melakukan self medication kepada pasien yaitu pengobatan
sendiri dengan membeli obat sirup pereda tenggorokan di apotik.
3 Kuratif Rasional
- Ibu pasien melakukan traditional remedy yaitu pijat balita yang tidak
jauh dari rumahnya kepada pasien
- Karena pasien terus rewel dan kesakitan maka ibu pasien membawa ke
pengobatan kefasilitas pengobatan modern yang diselenggarakan oleh
dokter praktek (private medicine) dan diberi resep obat oleh dr. Febri
Endra
4 Rehabilitatif - Pasien diistirahatkan untuk memulihkan kesehatannya sedia kala Rasional

7
Catatan:
a. Uraian merupakan upayadanperilaku yang dilakukanolehpasiendanataukeluargaterhadapmasalahkesehatan yang dialami penderita,
khususnyaterhadapmasalahkesehatan yang dialaminyasaatini.
b. Uraian merupakanupayapromotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, namun tidak harus ada semua, tergantung pada upaya dan perilaku
yang telah dilakukan oleh penderitadanataukeluarganya.
c. Uraianupayadanperilakuberdasarkanpadakategoridansifat Health Seeking Behavior
dancarikejelasanmengapa/alasanpasiendanataukeluargamemilihlangkahtersebut.
d. KategoriHealth Seeking Behavior:
1. Tidakbertindak/kegiatanapa-apa (no action).
2. Tindakanmengobatisendiri (self treatment)
3. Mencaripengobatankefasilitaspengobatantradisional (traditional remedy)
4. Mencaripengobatandenganmembeliobat-obatkewarung-warungobat (chemist shop) dansejenisnya, termasukketukang-tukangjamu.
5. Mencaripengobatankefasilitas-fasilitaspengobatan modern yang diadakanolehpemerintahataulembaga-lembagakesehatanswasta, yang
dikategorikankedalambalaipengobatan, Puskesmas, danRumahSakit.
6. Mencari pengobatan kefasilitas pengobatan modern yang diselenggarakan oleh dokter praktek (private medicine).
e. SelainitudigalijugasifatHealth Seeking Behavior yang meliputi:
1. Procrastination/delay
2. Shopping
3. Fragmentation
4. Discontinuity

8
RIWAYAT PEKERJAAN

Pasien tidak sedang bekerja karena masih balita (berumur 2,5 tahun)

Berikut riwayat pekerjaan orang tua pasien :

Ayah :

Pekerjaaan saat ini :

Berapa lama sudah menjalani : 11 tahun

Jarak rumah dengan tempat kerja : 15 km

Transportasi menuju tempat kerja : sepeda motor

Jumlah rekan kerja anda : 10 orang

Pekerjaan yang pernah dilakukan sebelumnya:

a. Pekerja Pabrik sepatu di Jakarta

9
FUNGSI KELUARGA

FUNGSI KELUARGA
NO KOMPONEN KETERANGAN (Deskripsikan dengan lengkap dan jelas)
Keluarga inti (Nuclear Family) karena terdiri dari suami, isteri dan 2 anak kandung yang tingal
1 TipeKeluarga
satu rumah
Adaptation : Pasien merasa bahwa pasien mendapatkan bantuan dari keluarga saat mengalami sakit.
karena suaminya bersedia mengantarkan pasien untuk ke dokter dan membelikan obat. Anaknya
membantu pekerjaan rumah yaitu memasak dan membersihkan rumah (skor 2)
Partnership : pasien menilai sedikit kurang puas dalam komunikasi dalam keluarga dalam
memecahkan masalah yang terjadi. Kurangnya waktu komunikasi karena anaknya yang bekerja shift,
yang kadang tidak sesuai dengan jam pasien berada dirumah sehingga jarang bertemu (skor 1)
Growth : pasien merasa keluarga selalu memberikan support dan mendukung keinginan untuk
melakukan aktivitas. Karena semenjak di PHK dari pabrik sepatu, pasien didukung untuk bekerja
2 APGAR Famiily bersama suami di bengkel meskipun itu merupakan pekerjaan laki-laki (skor 2)
Affecion : pasien merasa keluarganya selalu saling memberikan kasih sayang, seperti saat sakit anak
perempuannya menunjukkan rasa perhatian dan suami yang selalu perhatian dan mengungkapkan rasa
sayangnya (skor 2)
Resolve : Pasien merasa puas dengan anak menyediakan waktu untuk keluarga, walaupun disaat
mereka dirumah, anaknya bekerja. Meskipun komunikasi kurang tetapi anaknya selalu makan
dirumah, lebih memilih untuk pulang daripada jalan-jalan (skor 2)
Total score : 9 menandakan bahwa fungsi keluarga baik (High Functional Family)

10
FAKTOR RESIKO LINGKUNGAN
KOMPONEN
NO KETERANGAN
LINGKUNGAN
1 Fisik Suhu kamar lembab karena kurang ventilasi

2 Biologi Kontaminasi dengan bakteri di dalam rumah (tertular kakak yang flu)

3 Kimia Debu, asap rokok

4 Sosial Interaksi dengan kakak yang flu

5 Budaya -

6 Psikologi Rewel dan sering menangis

7 Ekonomi Penghasilan orang tua pasien yang hampir kurang dari cukup

8 Ergonomi -

11
III. DIAGNOSIS HOLISTIK (Lima ASPEK)

Aspek 1 (Aspek Personal):


Pasien mengeluh sakit di tenggorokan sejak 3 hari yang lalu, sakit terutama saat makan
(menelan) sehingga pasien tidak mau makan dan sulit minum. Sakit ditenggorokan
terutama saat malam hari sehingga pasien rewel terus. Saat tidur pasien tidak rewel (tidak
merasa sakit) namun sering terbangun dari tidurnya. Selain itu badannya panas dan lebih
parah saat malam hari. Keluhan lain yaitu pasien kadang batuk dan sedikit pilek. Pasien
sudah pijat, diberikan minyak kayu putih dan ibu pasien membelikan obat sirup di apotik
namun pasien tetap rewel (sakit tenggorokan).

Aspek 2 (Aspek Klinis):


Setelah dilakukan alloanamnesis pada ibu kandung pasien dan pemeriksaan fisik (suhu:
38,5 derajat celcius, TD:-, RR: 23, Nadi: 95, tenggorokan terlihat hiperemi dan sedikit
odem) didapatkan diagnosis : Radang tenggorokan (faringitis)

Aspek 3 (Aspek Internal):


Kakak mengalami flu sedangkan ayah pasien merokok dan tinggal dalam satu rumah

Aspek 4 (Aspek Eksternal):


Hubungan pasien dengan keluarga harmonis karena ibu pasien selalu di rumah untuk
menjaga dan merawat pasien sedangkan ayahnya bekerja dari pagi hingga sore. Faktor
lingkungan yang berpengaruh terhadap masalah kesehatan yang terjadi adalah faktor
fisik, biologi, kimia, social.

Aspek 5 (Aspek Fungsi Sosial):


(Tingkat 4) karena pasien memerlukan bantuan orang lain pada sebagian besar
aktivitasnya sehari-hari. Balita masuk dalam fungsi sosial tingkat 4 karena pasien masih
berumur 2,5 tahun dimana masih memerlukan bantuan orang tuanya untuk mandi,
makan, berpakaian dll.

12
IV. PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF:

No Aspek Dx Holistik Penatalaksanaan Komprehenship yang dapat dilakukan oleh


(Uraian permasalahan/penyebab maslah kesehatan penderita (Langkah Operasional => uraian jelas, detail, lengkap
berdasarkan tiap aspek) dan dapat dilaksanakan oleh penderita pada kasus anda)

1 Personal: Pasien mengeluh sakit di tenggorokan sejak 3 hari - Promotif:


yang lalu, sakit terutama saat makan (menelan) sehingga pasien Ibu pasien sebaiknya megikuti penyuluhan mengenai
tidak mau makan dan sulit minum. Sakit ditenggorokan informasi gejala-gejala sakit pada balita dan cara memahami
terutama saat malam hari sehingga pasien rewel terus. Saat balita yang belum dapat berkomunikasi dengan baik agar
tidur pasien tidak rewel (tidak merasa sakit) namun sering dapat diketahui secara dini.
terbangun dari tidurnya. Selain itu badannya panas dan lebih
parah saat malam hari. Keluhan lain yaitu pasien kadang batuk - Preventif:
dan sedikit pilek. Pasien sudah pijat, diberikan minyak kayu Istirahat yang cukup dengan melakukan pola tidur yang baik,
putih dan ibu pasien membelikan obat sirup di apotik namun Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makan makanan yang
pasien tetap rewel (sakit tenggorokan). sehat dan bergizi, mengusahkan agar tetap makan dan minum
2 Klinis: Setelah dilakukan alloanamnesis pada ibu kandung yang cukup, mengatasi rewel pada pasien
pasien dan pemeriksaan fisik (suhu: 38,5 derajat celcius, TD:-,
RR: 23, Nadi: 95, tenggorokan terlihat hiperemi dan sedikit - Kuratif:
odem) didapatkan diagnosis kerja: Radang tenggorokan Terapi simptomatik:
(faringitis)
3 Internal: kakak mengalami flu sedangkan ayah pasien
merokok dan tinggal dalam satu rumah
4 Eksternal: Hubungan pasien dengan keluarga harmonis karena - Rehabilitatif:
ibu pasien selalu di rumah untuk menjaga dan merawat pasien Pasien diistirahatkan untuk memulihkan kesehatannya sedia
sedangkan ayahnya bekerja dari pagi hingga sore. Faktor kala
lingkungan yang berpengaruh terhadap masalah kesehatan yang
terjadi adalah faktor fisik, biologi, kimia, sosial.
5 Fungsi Sosial: (Tingkat 4) karena pasien memerlukan bantuan
orang lain pada sebagian besar aktivitasnya sehari-hari. Balita

13
masuk dalam fungsi sosial tingkat 4 karena pasien masih
berumur 2,5 tahun dimana masih memerlukan bantuan orang
tuanya untuk mandi, makan, berpakaian dll.

14
V. RESUME KASUS

Radang Tengorokan (Faringitis)

Faringitis akut adalah radang akut pada mukosa faring dan jaringan limfoid pada
dinding faring (Rospa, 2011). Menurut Vincent (2004) Faringitis akut adalah infeksi pada
faring yang disebabkan oleh virus atau bakteri, yang ditandai oleh adanya nyeri tenggorokan,
faring eksudat dan hiperemis, demam, pembesaran limfonodi leher dan malaise.
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa Faringitis akut adalah
suatu peradangan akut yang menyerang tenggorokan atau faring yang disebabkan oleh virus
atau bakteri tertentu yang di tandai dengan nyeri tenggorokan.

1. Epidemiologi
Frekuensi munculnya faringitis lebih sering pada populasi anak-anak. Kira-kira 15−30%
kasus faringitis pada anak. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (2008) Virus
merupakan etiologi terbanyak faringitis akut, terutama pada anak berusia < 3 tahun
(prasekolah).

2. Etiologi
Penyebab tersering dari faringitis ini yaitu streptokokus grup A, karena itu sering disebut
faringitis GAS (Group A Streptococci). Bakteri penyebab tersering yaitu Streptococcus
pyogenes. Sedangkan, penyebab virus tersering yaitu rhinovirus dan adenovirus.

3. Faktor Resiko
- Cuaca dingin dan musim flu
- Kontak dengan pasien penderita faringitis karena penyakit ini dapat menular
melalui udara
- Merokok, atau terpajan oleh asap rokok
- Infeksi sinus yang berulang
- Alergi

4. Patogenesis

15
Bakteri S. Pyogenes memiliki sifat penularan yang tinggi dengan droplet udara
yang berasal dari pasien faringitis. Droplet ini dikeluarkan melalui batuk dan bersin. Jika
bakteri ini hinggap pada sel sehat, bakteri ini akan bermultiplikasi dan mensekresikan
toksin. Toksin ini menyebabkan kerusakan pada sel hidup dan inflamasi pada orofaring
dan tonsil. Kerusakan jaringan ini ditandai dengan adanya tampakan kemerahan pada
faring.
Periode inkubasi faringitis hingga gejala muncul yaitu sekitar 24 – 72 jam.
Beberapa strain dari S. Pyogenes menghasilkan eksotoksin eritrogenik yang
menyebabkan bercak kemerahan pada kulit pada leher, dada, dan lengan. Bercak tersebut
terjadi sebagai akibat dari kumpulan darah pada pembuluh darah yang rusak akibat
pengaruh toksin

.
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (2008) Faringitis streptokokus sangat mungkin jika di
jumpai tanda dan gejala berikut:
a. Awitan akut, disertai mual dan muntah
b. Faring hiperemis
c. Demam
d. Nyeri tenggorokan
e. Tonsil bengkak dengan eksudasi
f. Kelenjar getah bening leher anterior bengkak dan nyeri
g. Uvula bengkak dan merah
h. Ekskoriasi hidung disertai lesi impetigo sekunder
i. Ruam skarlantina
j. Petikie palatum mole
5. Penatalaksanaan faringitis

16
Non Farmakologi:

1. Istirahat cukup
2. Minum air putih yang cukup
3. Berkumur dengan air yang hangat
4. Makan makanan yang sehat dengan gizi seimbang
5. Memberitahu keluarga untuk berhenti merokok.
6. Memberitahu keluarga untuk menghindari makan-makanan yang dapat mengiritasi
tenggorok.

Farmakologis:
Parasetamol diberikan 3 kali sehari jika demam
- di bawah 1 tahun : 60 mg/kali (1/8 tablet)
- 1 - 3 tahun : 60 - 120 mg/kali (1/4 tablet)
- 3 - 6 tahun : 120 - 170 mg/kali (1/3 tablet)
- 6 - 12 tahun : 170 - 300 mg/kali (1/2 tablet)

Obati dengan antibiotik jika diduga ada infeksi :


-Kotrimoksazol 2 tablet anak 2 x sehari selama 5 hari
-Amoksisilin 30 - 50mg/kgBB perhari selama 5 hari
-Eritromisin 20 – 40 mg/kgBB perhari selama 5 hari

6. Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang bila diperlukan (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014).
 Anamnesis
Anamnesis harus sesuai dengan mikroorganisme yang menginfeksi. Secara garis besar
pasien faringitis mengeluhkan sakit tenggorokan, nyeri menelan, lemas, anorexia,
demam, suara serak, kaku dan sakit pada otot leher.
 Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan tampak tonsil membesar, faring dan tonsil hiperemis dan terdapat
eksudat dipermukaannya. Beberapa hari kemudian timbul bercak petechiae pada
palatum dan faring. Kadang ditemukan kelenjar limfa leher anterior membesar, kenyal
dan nyeri pada penekanan
 Pemeriksaan penunjang :
1. Kultur Swab tenggorokan (Gold standard)
2. Darah Rutin
3. Kultur BTA untuk diagnosis Faringitis Tb
4. Tes infeksi jamur dengan menggunakan pewarnaan KOH
5. Tes Antigen
6. ELISA

7. Komplikasi
Adapun komplikasi dari faringitis yaitu sinusitis, otitis media, epiglotitis,

17
mastoiditis, pneumonia, abses peritonsilar, abses retrofaringeal. Selain itu juga dapat
terjadi komplikasi lain berupa septikemia, meningitis, glomerulonefritis, demam rematik
akut. Hal ini terjadi secara perkontuinatum, limfogenik maupun hematogenik

7. Prognosis :
- Baik  Jika terdeteksi dini dan ditangani dengan cepat
-Buruk  Jika ditangani dengan lambat  terjadi komplikasi
Umumnya prognosis pasien dengan faringitis adalah baik, akan tetapi tergantung dari
berat ringan nya infeksi. Pasien dengan faringitis ringan biasanya sembuh dalam waktu 1-
2 minggu.

Daftar Pustaka

18
Aalbers, J., K. K. O’Brien., W. S. Chan., G. A. Falk., C. Telkeur., B. D. Dimitrov., T. Fahey.
2011. Predicting Streptococcal Pharyngitis in Adults in Primary Care: A Systematic
Review of The Diagnostic Accuracy of Symptoms and Signs and Validation of the
Centor Score. BioMed Central (BMC) Medicine. (9)67: 1-11.
Aaronso, Emily., N. Ludwig., I. Price. 2011. Pharyngitis in the Emergency Department: An
Evaluation of the McIsaac Clinical Decision Rule in Practice. MUMJ. 8(1): 16-19
Acerra JR. Pharyngitis in Emergency Medicine. 2010. Diambil dari
Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala & Leher. Edisi
Burns, C. E. 2004. Pediatric Primary Care. USA : Elsevier
Dhingra PL. Diseases of Ear, Nose, Throat. India: Reed Elsevier; 2000
FKUI. Jakarta: 2010
Hidung Tenggorokan Kepala & Leher. Edisi Keenam. Cetakan ke-5. Balai Penerbit
http://emedicine.medscape.com/article/764304-overview.a0199
Ikatan Dokter Indonesia. 2008. Respirologi Anak Edisi Pertama. Jakarta : EGC
Jones & Bartlett Publisher; 2011
Keenam. Cetakan ke-5. Balai Penerbit FKUI. Jakarta: 2010
Lipsky MS, King MS. Blueprints Family Medicine. Philadelphia: Lipincott; 2010
Mandal, B.K,dkk. 2006. Penyakit Infeksi Edisi Keenam. Jakarta : Erlangga
Mansjoer, A (ed). Ilmu Penyakit Telinga, Hidung, dan Tenggorok, Edisi 3. FK
Masjoer, Arif, dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius
Palla, A. H., R. A. Khan., A. H. Gilani and F. Marra. 2012. Over Prescription of antibiotics
for Adult Pharyngitis is Prevalent in Developing Countries but Can be Rreduced
Using McIsaac Modification of Centor Scores: a cross-sectional study. BMC
Pulmonary Medicine. 12(70): 17
Pommerville JC. Alcamo’s Fundamentals of Microbiology. Ed ke-9. Sudbury
Rusmarjono dan Hermani B. Odinofagia. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Rusmarjono dan Soepardi EA. Faringitis, Tonsilitis, dan Hipertrofi Adenoid. Buku
Sarrell, E. M dan S. M. Giveon. 2012. Clinical Study. Streptococcal Pharyngitis: A
Prospective Study of Compliance and Complications. International Scholarly
Research Network (ISRN) Pediatric. 2012: 1-8
Steer, A. C., M. H. Danchin., J. R. Carapetis. 2007. Group A Streptococcal Infections in
Children. Journal of Paediatrics and Child Health. 43: 203-213.
Susi, Natalia. 2003. Penanganan ISPA pada anak di Rumah Sakit Kecil Negara Berkembang.
Jakarta : EGC
19
UI.Jakarta.2005
Widagdo., H. Mawardi., E. P. Gandaputra., F. Fairuza., R. Pou., P. Bukitwetan. 2007. Clinical
Manifestations of Upper Respiratory Tract Infection in Children at Kalideres
Community Health Center, West Jakarta. Universa Medicina. 26(4): 168-178.
Wong, Donna L. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Edisi 6. Jakarta : EGC

20
Lampiran:

21
- Foto home visit dan home care (bila diijinkan penderita)
- Foto pada saat anamnesis dan pemeriksaan fisik (bila diijinkan penderita)
- Dokumen pendukung lainnya termasuk hasil searching buku dan jurnal

22

Anda mungkin juga menyukai