UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2019
REFLEKSI KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. JS
Umur : 13 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Pelajar
Status : Belum menikah
Agama : Islam
Alamat : Nengahan, Trimurti, Srandakan, Bantul
Masuk RS tanggal : 8 Januari 2019
Tanggal Pemeriksaan : 9 Januari 2019
Bangsal : Melati kamar 6B
Dokter : dr. Surya Habsara Sp.B
Co-Assisten : Alif Rasyid Humanindio
B. KASUS
Pasien wanita, berusia 13 tahun, datang ke rumah sakit dengan keluhan adanya benjolan yang
muncul di leher depan sisi kanan sejak 6 bulan yang lalu. Benjolan awalnya sebesar kelereng,
semakin lama benjolan semakin membesar perlahan-lahan hingga saat ini sebesar bola pingpong.
Benjolan tidak terasa nyeri dan tidak terlihat perubahan warna seperti kemerahan. Tidak ada keluhan
gangguan bernapas atau gangguan menelan. Pasien tidak ada mengeluhkan sering berkeringat pada
kedua tangannya, nafsu makan normal, dan tidak ada penurunan berat badan. Tidak ada keluhan
demam, cepat haus, gangguan buang air besar, gangguan siklus menstruasi, rasa berdebar-debar,
intoleransi terhadap dingin maupun panas, cepat lelah, rasa cemas dan sulit tidur. Pasien mengaku
selalu menggunakan garam beryodium dirumahnya. Riwayat demam, batuk lama, keringat dingin
dimalam hari, riwayat penggunaan obat batuk serta perubahan suara disangkal. Sebelumnya pasien
telah mengkonsumsi obat selama 3 bulan tetapi tidak ingat jenis obatnya
A. Riwayat Penyakit Dahulu
1
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2019
REFLEKSI KASUS
PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
a. Keadaan Umum : Sedang
b. Kesadaran : Compos mentis
B. Vital Sign
a. TD : 110/80 mmHg
b. Nadi : 74 x/menit
c. Respirasi : 18 x/menit
d. Suhu : 36,6o C
e. Skala nyeri :1
C. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala: Simetris
Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), exopthalmus (-)
Hidung : Deviasi (-), discharge (-), pendarahan (-)
Telinga : Sekret (-), nyeri (-), perdarahan (-)
Mulut : Sianosis (-), gusi berdarah (-), mukosa bibir lembab, nyeri telan (-)
b. Leher
2
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2019
REFLEKSI KASUS
Inspeksi : tampak masa di regio coli anterior dextra warna sama dengan kulit sekitar
simetris, tidak tampak pulsasi vena jugularis.
Palpasi :
KGB tidak teraba membesar.
Tiroid teraba membesar dengan ukuran 3x2x4 cm. kenyal, mobile, batas tegas, tidak
teraba hangat, tidak ada nyeri tekan dan bergerak saat menelan.
Trakea terletak ditengah, denyut arteri carotis teraba.
c. Thorax
Jantung :
- Inspeksi : Ictus cordis tak tampak pada SIC IV
- Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC IV
- Perkusi : Sonor
- Auskultasi : S1 dan S2 tunggal, reguler, bising jantung (-)
Paru-paru
- Inspeksi : Simetris, retraksi (-)
- Palpasi : Vokal fremitus kanan dan kiri sama, ketinggalan gerak nafas (-)
- Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
- Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
d. Abdomen
- Inspeksi : Deformitas (-), kemerahan (-)
- Auskultasi : Bising usus (+)
- Palpasi : Supel (+), hepar dan lien tak teraba, nyeri tekan (-)
- Perkusi : Timpani
e. Ekstremitas
Superior : Akral hangat (+ /+), edema (-/-), Tremor (-), CRT <2dtk
Inferior : Akral hangat (+ /+), edema (-/-), CRT <2dtk
3
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2019
REFLEKSI KASUS
Pemeriksaan Penunjang
A. Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 10.8 12.0-16.0 g/dl
Lekosit 6.06 4.00-11.00 10^3/uL
Eritrosit 4.41 4.50-5.50 10^6/uL
Trombosit 410 150-450 10^3/uL
Hematokrit 33.7 42.0-52.0 vol%
HITUNG JENIS
LEUKOSIT
Eosinofil 3 2-4 %
Basofil 1 0-1 %
Batang 1 0-1 %
Segmen 60 51-67 %
Limfosit 25 20-35 %
Monosit 10 4-8 %
GOL DARAH
Golongan Darah O
HEMOSTASIS
PPT 12.9 12.0-16.0 Detik
APTT 30.7 28.0-38.0 Detik
Control PPT 14.7 11.0-16.0 Detik
Control APTT 33.7 28.0-36.5 detik
KIMIA KLINIK
FUNGSI HATI
SGOT 11 <37 U/L
SGPT 8 <41 U/l
Albumin 3.63
DIABETES
Glukosa Darah Sewaktu 85 80-200 mg/dl
ELEKTROLIT
Natrium 139.1 137.0-145.0 mmol/l
Kalium 4.09 3.50-5.10 mmol/l
4
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2019
REFLEKSI KASUS
D. PEMBAHASAN
Pembesaran kelenjar tiroid (kecuali keganasan).
Menurut American society for Study of Goiter membagi :
5
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2019
REFLEKSI KASUS
6
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2019
REFLEKSI KASUS
5. Riwayat radiasi kepala dan leher : Riwayat radiasi selama masa kanak-kanak
mengakibatkan nodul benigna dan maligna.
7
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2019
REFLEKSI KASUS
GEJALA KLINIS
Kebanyakan penderita tidak mengalami keluhan karena tidak ada hipotiroidisme atau
hipertiroidisme, penderita datang berobat karena keluhan kosmetik atau ketakutan akan keganasan.
Namun sebagian pasien mengeluh adanya gejala mekanis yaitu :
• Penekanan pada esofagus (disfagia)
• Penekanan pada trakea (sesak napas)
• Penekanan pada nervus laryngeus reccurens (suara serak)
Biasanya tidak disertai rasa nyeri kecuali bila timbul perdarahan di dalam nodul
Struma nodosa dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal (Mansjoer, 2001) :
1. Berdasarkan jumlah nodul : bila jumlah nodul hanya satu disebut struma nodosa soliter
(uninodosa) dan bila lebih dari satu disebut multinodosa.
2. Berdasarkan kemampuan menangkap yodium radoiaktif : nodul dingin, nodul hangat, dan
nodul panas.
3. Berdasarkan konsistensinya : nodul lunak, kistik, keras, atau sangat keras.
Kadang-kadang penderita datang dengan karena adanya benjolan pada leher sebelah lateral atas yang
ternyata adalah metastase karsinoma tiroid pada kelenjar getah bening, sedangkan tumor primernya
sendiri ukurannya masih kecil. Atau penderita datang karena benjolan di kepala yang ternyata suatu
metastase karsinoma tiroid pada kranium.
8
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2019
REFLEKSI KASUS
2. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
Pemeriksa berada di depan penderita. Penderita posisi duduk dengan kepala sedikit fleksi atau leher
terbuka sedikit hiperekstensi agar m. sternokleidomastoideus relaksasi sehingga tumor tiroid mudah
dievaluasi.
Apabila terdapat pembengkakan atau nodul, perlu diperhatikan beberapa komponen berikut
• Lokasi : lobus kanan, lobus kiri, ismus
• Ukuran : besar/kecil, permukaan rata/noduler
• Jumlah : uninodusa atau multinodusa
9
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2019
REFLEKSI KASUS
• Bentuk : apakah difus (leher terlihat bengkak) ataukah berupa noduler local
• Gerakan : pasien diminta untuk menelan, apakah pembengkakannya ikut bergerak
• Pulsasi : bila nampak adanya pulsasi pada permukaan pembengkakan.
2) Palpasi
Pasien diminta untuk duduk, leher dalam posisi fleksi, pemeriksa berdiri di belakang pasien dan
meraba tiroid dengan menggunakan kedua tangan. Beberapa hal yang perlu dinilai pada pemeriksaan
palpasi :
• Perluasan dan tepi
• Gerakan saat menelan, apakah batas bawah dapat diraba atau tidak dapat diraba trachea dan
kelenjarnya.
• Konsistensi, temperatur, permukaan, dan adanya nyeri tekan
• Hubungan dengan m. sternocleidomastoideus (tiroid letaknya lebih dalam daripada musculus ini.
• Limfonodi dan jaringan sekitar
10
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2019
REFLEKSI KASUS
3) Auskultasi
Pada auskultasi perlu diperhatikan adanya bising tiroid yang menunjukkan adanya hipertiroid.
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
a) Pemeriksaan untuk mengukur fungsi tiroid
Pemeriksaan hormone tiroid dan TSH paling sering menggunakan radioimmuno-assay (RIA) dan
cara enzyme-linked immune-asay (ELISA) dalam serum atau plasma darah. Pemeriksaan T4 total
dikerjakan pada semua penderita penyakit tiroid, kadar normal pada orang dewasa 60-150 nmol/L
atau 50-120 ng/dL; T3 sangat membantu untuk hipertiroidisme, kadar normal pada orang dewasa
antara 1,0-2,6 nmol/L atau 0,65-1,7 ng/dL; TSH sangat membantu untuk mengetahui hipotiroidisme
primer dimana basal TSH meningkat 6mU/L. Kadang-kadang meningkat samapi 3 kali normal.
11
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2019
REFLEKSI KASUS
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi dengan foto rontgen dapat memperjelas adanya deviasi trakea, atau
pembesaran struma retrosternal yang pada umumnya secara klinis pun sudah bisa diduga, foto
rontgen leher (posisi AP dan Lateral diperlukan untuk evaluasi kondisi jalan nafas berhubungan
dengan intubasi anestesinya, bahkan tidak jarang untuk konfirmasi fiagnostik tersebut sampai
memerlukan CT-scan leher.
Pemeriksaan USG
Dilakukan untuk mendeteksi nodul yang kecil atau nodul di posterior yang secara klinis belum
dapat dipalpasi. Di samping itu, dapat dipakai untuk membedakan nodul yang padat atau kistik serta
dapat dimanfaatkan untuk penuntun dalam tindakan biopsy aspirasi jarum halus.
TERAPI
1. Konservatif/medikamentosa
a. Indikasi :
- Usia tua
- Pasien sangat awal
- Rekurensi pasca bedah
- Pada persiapan operasi
12
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2019
REFLEKSI KASUS
- Struma residif
- Pada kehamilan, misalnya pada trimester ke-3
b. Struma non toksik : iodium, ekstrak tiroid 20-30 mg/dl
c. Struma toksik :
- Bed rest
- PTU 100-200 mg (propilthiouracil)
Merupakan obat anti-tiroid, dimana bekerjanya dengan prevensi pada sintesis dan akhir dari
tiroksin. Obat ini bekerja mencegah produksi tiroksin (T4). Diberikan dosis 3x 100 mg/hari tiap 8
jam sampai tercapai eutiroid. Bila menjadi eutiroid dilanjutkan dengan dosis maintenance 2 x 5
mg/hari selama 12-18 bulan.
- Lugol 5 – 10 tetes
Obat ini membantu mengubah menjadi tiroksin dan mengurangi vaskularisasi serta kerapuhan
kelenjar tiroid. Digunakan 10-21 hari sebelum operasi. Namun sekarang tidak digunakan lagi, oleh
karena propanolol lebih baik dalam mengurangi vaskularisasi dan kerapuhan kelenjar. Dosis 3 x 5-
10 mg/hari selama 14 hari.
2. Radioterapi
Menggunakan I131, biasanya diberikan pada pasien yang telah diterapi dengan obat anti-tiroid
dan telah menjadi eutiroid. Indikasi radioterapi adalah pasien pada awal penyakit atau pasien dengan
resiko tinggi untuk operasi dan untuk pasien dengan hipotiroid rekuren. Radioterapi merupakan
kontraindikasi bagi wanita hamil dan anak-anak.
3. Operatif
a. Isthmulobectomy , mengangkat isthmus
b. Lobectomy, mengangkat satu lobus, bila subtotal sisa 3 gram
c. Tiroidectomi total, semua kelenjar tiroid diangkat
d. Tiroidectomy subtotal bilateral, mengangkat sebagian lobus kanan dan sebagian kiri.
13
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2019
REFLEKSI KASUS
e. Near total tiroidectomi, isthmulobectomy dextra dan lobectomy subtotal sinistra dan
sebaliknya.
f. RND (Radical Neck Dissection), mengangkat seluruh jaringan limfoid pada leher sisi yang
bersangkutan dengan menyertakan n. accessories, v. jugularis eksterna dan interna, m.
sternocleidomastoideus dan m. omohyoideus serta kelenjar ludah submandibularis.
Operasi/Pembedahan
Pembedahan menghasilkan hipotiroidisme permanen yang kurang sering dibandingkan dengan
yodium radioaktif. Terapi ini tepat untuk para pasien hipotiroidisme yang tidak mau
mempertimbangkan yodium radioaktif dan tidak dapat diterapi dengan obat-obat anti tiroid. Reaksi-
reaksi yang merugikan yang dialami dan untuk pasien hamil dengan tirotoksikosis parah atau
kekambuhan. Pada wanita hamil atau wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal (suntik atau
pil KB), kadar hormon tiroid total tampak meningkat. Hal ini disebabkan makin banyak tiroid yang
terikat oleh protein maka perlu dilakukan pemeriksaan kadar T4 sehingga dapat diketahui keadaan
fungsi tiroid.
Pembedahan dengan mengangkat sebagian besar kelenjar tiroid, sebelum pembedahan tidak perlu
pengobatan dan sesudah pembedahan akan dirawat sekitar 3 hari. Kemudian diberikan obat tiroksin
karena jaringan tiroid yang tersisa mungkin tidak cukup memproduksi hormon dalam jumlah yang
adekuat dan pemeriksaan laboratorium untuk menentukan struma dilakukan 3-4 minggu setelah
tindakan pembedahan.
Yodium Radioaktif
Yodium radioaktif memberikan radiasi dengan dosis yang tinggi pada kelenjar tiroid sehingga
menghasilkan ablasi jaringan. Pasien yang tidak mau dioperasi maka pemberian yodium radioaktif
dapat mengurangi gondok sekitar 50 %. Yodium radioaktif tersebut berkumpul dalam kelenjar tiroid
sehingga memperkecil penyinaran terhadap jaringan tubuh lainnya. Terapi ini tidak meningkatkan
resiko kanker, leukimia, atau kelainan genetik35 Yodium radioaktif diberikan dalam bentuk kapsul
14
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2019
REFLEKSI KASUS
atau cairan yang harus diminum di rumah sakit, obat ini ini biasanya diberikan empat minggu setelah
operasi, sebelum pemberian obat tiroksin.
E. KESIMPULAN
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan,
disimpulkan diagnosis kerja pada pasien ini adalah struma nodusa non toksik (SNNT). Pemeriksaan
lanjutan masih diperlukan untuk memastikan asal benjolan secara patologi anatomi, untuk
direncanakan dilakukan FNAB. Penatalaksanaan yang dapat dipilih adalah pembedahan.
F. DAFTAR PUSTAKA
- Brunicardi JH, Andersen DK, Billiar TR, Dunn DL, Hunter JG, Matthews JB. “Thyroid,
Parathyroid, and Adrenal” in Schwartz Principles of Surgery. 9th ed. the McGrawHill Companies,
Chapter 38; 2010.
- Lee, Stephanie L., 2004., Goiter, Non Toxic., eMedicine.,
http://www.emedicine.com/med/topic919.htm
- Mulinda, James R., 2005., Goiter., eMedicine., http://www.emedicine.com/MED/topic916.htm
- Mansjoer A et al (editor) 2001., Struma Nodusa Non Toksik., Kapita Selekta Kedokteran., Jilid 1,
Edisi III., Media Esculapius., FKUI., Jakarta
- Sabiston, David. Buku Ajar Bedah. Bagian 1: hal 415- 425. Jakarta : EGC ; 1995
- AACE. Guidelines for Clinical Practice for the Diagnosis and Management of Thyroid Nodules.
2010
15
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2019
REFLEKSI KASUS
Dokter Pembimbing,
16