Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH FISIOLOGI MANUSIA

“FISIOLOGI KELENJAR OVARIUM”

OLEH:

ADELA SEPTIANA (E1A016002)


ANGELINA PUTRI AYU L. (E1A016004)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-
Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini merupakan tugas
kelompok yang berjudul Fisiologi Kelenjar Ovarium. Segala usaha telah penulis lakukan
untuk menyusun makalah ini. Namun, dalam usaha yang maksimal itu, penulis menyadari
tentu masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
dari semua pihak demi penyempurnaan hasil makalah ini.
Demikian pengantar dari penulis, semoga tulisan sederhana ini dapat diterima dan
bermanfaat bagi semua pembaca. Khususnya untuk meningkatkan pengetahuan dalam
bidang Fisiologi Hewan. Atas semua ini penulis mengucapkan terima kasih bagi semua pihak
yang telah ikut membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Mataram, 5 Mei 2019

Adela & Angelina

FISIOLOGI OTOT POLOS i


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i


HALAMAN PERSETUJUAN KEPALA SEKOLAH ..................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 2
C. Tujuan .................................................................................................. 3
D. Manfaat ......................................................................... ....................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Anatomi dan Fisiologi ovarium ........................................................... 3
B. Kelenjar penghasil ovarim ......................................................................
C. Mekanisme kerja hormone .....................................................................
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .............................................................................................
B. Saran .......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

FISIOLGI MANUSIA ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem reproduksi wanita manusia dirancang untuk memfasilitasi
pertumbuhan dan perkembangan anak sebelum kelahiran. Setiap
komponen individual dari sistem ini bertanggung jawab untuk satu set
tertentu fungsi yang terkait dengan melahirkan anak. Salah satu bagian
penting dari sistem reproduksi wanita adalah ovarium.
Ovarium adalah organ reproduksi perempuan, atau organ penghasil
sel jenis kelamin , yang menghasilkan telur, atau ovum. (Pada pria, testis
adalah organ reproduksi dan mereka memproduksi sperma.) Umumnya,
tubuh perempuan akan memiliki dua indung telur, meskipun tubuh wanita
dapat bertahan hidup dengan satu atau tidak ada ovarium.
Ovarium kira-kira empat sentimeter kubik dalam ukuran, yang
adalah kira-kira seukuran kenari. Mereka berada di ujung tabung rahim,
yang merupakan tabung koneksi yang menempel pada rahim. Dalam tubuh
wanita, indung telur (dan organ reproduksi lainnya) yang terletak di
rongga abdominopelvic. Meskipun ovarium cukup kecil, mereka sangat
penting dalam fungsi reproduksi secara keseluruhan dari tubuh wanita.
Banyak fungsi yang baik secara langsung dikendalikan atau tidak langsung
dipengaruhi oleh indung telur. beberapa fungsi ovarium seperti Oogenesis,
Ovulasi, dan Produksi hormon.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi ovarium ?
2. Apa saja hormon yang dihasilkan oleh ovarium ?
3. Bagaimana mekanisme kerja hormon yang dihasilkan ovarium?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi ovarium
2. Untuk mengetahui apa saja hormon yang dihasilkan oleh ovarium
3. Untuk mengetahui apa mekanisme kerja hormon yang dihasilkan
ovarium

FISIOLGI OTOT POLOS iii


D. Manfaat
Diharapkan makalah ini dapat memberikan pemahaman yang
mendalam bagi pembaca dalam memahami fisologi kelenjar ovarium pada
manusia.

FISIOLGI OTOT POLOS iii


BAB II
PEMBAHASAN
1. Anatomi dan Fisiologi Ovarium
Ovarium adalah salah satu organ sistem reproduksi wanita, sistem
reproduksi terdiri dari ovarium, tuba fallopi, uterus dan vagina. Kedua
ovarium terletak dikedua sisi uterus dalam rongga pelvis dengan panjang
sekitar 1,5 – 2 inchi dan lebar < 1 inchi, ovarium akan mengecil setelah
menopause. Wanita pada umumnya memiliki dua indung telur kanan dan
kiri, yang dengan mesovarium menggantung di bagian belakang
ligamentum latum, kiri dan kanan. Ovarium adalah kurang lebih sebesar
ibu jari tangan dengan ukuran panjang kira-kira 4 cm, lebar dan tebal kira-
kira 1,5 cm.

Gambar 1. Anatomi ovarium

Pinggir atasnya atau hilusnya berhubungan dengan mesovarium


tempat ditemukannya pembuluh-pembuluh darah dan serabut-serabut saraf
untuk ovarium. Pinggir bawahnya bebas. Permukaan belakangnya pinggir
keatas dan belakang, sedangkan permukaan depannya ke bawah dan
depan. Ujung yang dekat dengan tuba terletak lebih tinggi daripada ujung
yang dekat pada uterus, dan tidak jarang diselubungi oleh beberapa fimbria
dari infundibulum. Ujung ovarium yang lebih rendah berhubungan dengan
uterus dengan ligamentum ovarii proprium tempat ditemukannya jaringan

FISIOLGI OTOT POLOS iii


otot yang menjadi satu dengan yang ada di ligamentum rotundum.
Embriologik kedua ligamentum berasal dari gubernakulum. Secara
makroskopis, ovarium menyerupai buah pir, dengan ukuran yang
bervariasi, tergantung usia.Pada usia reproduksi, ukuran ovarium:
 Panjang : 2,5-5 cm
 Lebar : 1,5-3 cm
 Tebal : 0,5-1,5 cm
Normalnya, ovarium terletak di bagian atas rongga pelvis,
bersandar sedikit inferior dari dinding lateral pelvis pada daerah
percabangan pembuluh darah iliaka eksternal dan internal, yakni fossa
ovarika Waldeyer. Posisi ini sangatlah bervariasi dan biasanya berbeda
antara ovarium kiri dengan kanan. Masing-masing ovarium mengandung
sejumlah folikel primordial yang berkembang pada saat awal kehidupan
fetus dan menunggu saat pematangan menjadi ovum. Selain memproduksi
ovum, ovarium juga menghasilkan hormon seksual. Ovarium berbentuk
oval dengan panjang 3-4 cm. Ovarium berada di dalam rongga badan, di
daerah pinggang. Umumnya setiap ovarium menghasilkan ovum setiap 28
hari. Ovum yang dihasilkan ovarium akan bergerak ke saluran reproduksi.
Fungsi ovarium yakni menghasilkan ovum (sel telur) serta hormon
estrogen dan progesteron.
Ovarium mamalia berbentuk pipih bila dalam keadaan istirahat,
sedang dalam masa reproduksi berbentuk bulat panjang dan pada
permukaan tampak seperti bisul-bisul, itulah folikel yang masak. Fase
folikel ialah masa pertumbuhan folikel sejak dari primer, sekunder, tertier,
sampai folikel De Graf. Sel telur yang masih muda dikelilingi oleh 1 lapis
sel folikel yang disebut folikel primer. Lapisan sel itu bertambah banyak
maka disebut folikel sekunder. Akhirnya folikel tertier yang sudah
mempunyai rongga antara sel-sel folikel. Folikel De Graf sudah berbentuk
ketika anak umur 7 tahun, tetapi baru matang dan melakukan ovulasi
setelah akil balig pada umur 12-13 tahun. Pertumbuhan folikel dirangsang
oleh FSH dan LH dari hipofosa.

FISIOLGI OTOT POLOS iii


Tiap ovarium dikelilingi oleh kapsula fibrosa, yang disebut tunika
albuginea. Tunika albuginea ini merupakan permukaan terluar korteks. Di
atas tunika albuginea terdapat epitel kuboid selapis, epitel germinativum
Waldeyer. Medula merupakan bagian tengah yang terdiri dari jaringan ikat
longgar yang merupakan kelanjutan dari mesovarium. Pada medula
banyak terdapat pembuluh darah dan sedikit jaringan otot halus yang
merupakan kelanjutan dari ligamentum infundibulo pelvikum.
1.1 Ovarium memiliki fungsi yaitu:
a. Menyimpan ovum (telur) yang dilepaskan satu setiap bulan, ovum
akan melalui tuba fallopi tempat fertilisasi dengan adanya sperma
kemudian memasuki uterus, jika terjadi proses pembuahan (fertilisasi)
ovum akan melekat (implantasi) dalam uterus dan berkembang
menjadi janin (fetus), ovum yang tidak mengalami proses fertilisasi
akan dikeluarkan dan terjadinya menstruasi dalam waktu 14 hari
setelah ovulasi. Memproduksi hormon estrogen dan progesteron,
kedua hormon ini berperan terhadap pertumbuhan jaringan payudara,
gambaran spesifik wanita dan mengatur siklus menstruasi.
b. Ovarium berfungsi mengeluarkan hormon steroid dan peptida seperti
estrogen dan progesteron. Kedua hormon ini penting dalam proses
pubertas wanita dan ciri-ciri seks sekunder. Estrogen dan progesteron
berperan dalam persiapan dinding rahim untuk implantasi telur yang
telah dibuahi. Selain itu juga berperan dalam memberikan sinyal
kepada hipotalamus dan pituitari dalam mengatur sikuls menstruasi.
Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur
(oogenesis). Di dalam proses ini sel telur akan disertai dengan suatu
kelompok sel yang disebut sel folikel. Pada manusia, perkembangan
oogenesis dari oogonium menjadi oosit terjadi pada embrio dalam
kandungan dan oosit tidak akan berkembang menjadi ovum sampai
dimulainya masa pubertas. Pada masa pubertas, ovum yang sudah
matang akan dilepaskan dari sel folikel dan dikeluarkan dari ovarium.
Proses pelepasan dari ovarium disebut ovulasi. Sel ovum siap untuk

FISIOLGI OTOT POLOS iii


dibuahi oleh sel spermatozoa dari pria, yang apaabila berhasil
bergabung akan membentuk zigot.

Gambar 2. Fase-fase perkembangan folikel

Setelah sel telur diovulasikan, maka akan masuk ke tuba fallopi


dan bergerak pelan menuju rahim. Jika dibuahi oleh sperma di (tuba
fallopi), sel telur akan melakukan implantasi pada dinding uterus dan
brkembang menjadi sebuah proses kehamilan. Jika pembuahan tidak
terjadi di tuba fallopi, maka dapat terjadi kehamilan ektopik, di mana
kehamilan tidak terjadi di rahim. Perkembangan janin pada kehamilan
ektopik, dapat terjadi di tuba fallopi sendiri, bibir rahim, bahkan
ovarium.
2. Kelenjar Penghasil Hormon Ovarium
Dalam sistem Endokrin terdapat 2 kelenjar dari 8 kelenjar yang
mempunyai peran menghasilkan hormon-hormon yang berhubungan
dengan sistem reproduksi yaitu:
a. Kelenjar Hipofisis
Nampaknya Hipofise-pun dirangsang dan diatur oleh pusat
yang lebih tinggi yaitu Hypothalamus yang menghasilkan
Gonadotropin releasing factors yang fungsinya yaitu merangsang
hipofise untuk melepaskan gonadotropin, dan juga fungsi
hypothalamus yaitu mengeluarkan prolaktin inhibitory hormon (PIH)

FISIOLGI OTOT POLOS iii


yang menghambat produksi prolaktin. Disebut juga kelenjar pituitari,
karena menghasilkan hormon pada bagian tubuh lainnya maka disebut
juga “Master Gland”. Terletak di dasar tengkorak, di dalam fossa
hipofisis tulang sfenoid. Dengan berat kelenjar ± 0,5 gram dan
bentuknya seperti kacang segilima.
 Terdiri atas 3 lobus yaitu:
 Lobus Anterior (adenohipofise); yaitu kelenjar hipofise yang
menghasilkan sejumlah hormon yang bekerja sebagai zat
pengendali produksi sekresi dari semua organ endokrin lain.
 Lobus Posterior( Neurohipofise ) yaitu salah satu kelenjar
hipofisis yang mengeluarkan 1 hormon yang berhubungan
dengan sistem reproduksi yaitu: Hormon Oksitosin merupakan
Hormon yang merangsang dan menguatkan kontraksi uterus
sewaktu melahirkan dan mengeluarkan air susu sewaktu
menyusui.
2.1. Hormon yang dihasilkan yang berhubungan dengan sistem reproduksi
antara lain :
a. Follicle Stimulating Hormon (FSH)
Hormon yang bekerja sama dengan LH untuk menyebabkan
terjadinya sekresi estrogen dari folikek de graaf. Dalam jumlah besar
folikel ini ditemukan pada urine wanita menopause. FSH mulai
ditemukan pada gadis umur 11 tahun dan jumlahnya terus bertambah
sampai dewasa. FSH akan berkurang pada peningkatan estrogen.
b. Prolaktin (Luteotropin/LTH)
Hormon yang berfungsi untuk memulai dan mempertahankan
produksi progesterone dari corpus luteum dan memproduksi ASI.
Ditemukan pada wanita yang mengalami menstruasi, terbanyak pada
urine wanita hamil, pada masa laktasi dan post menopause.
c. Hormon Gonadotropik (Hormon perangsang folikel yang berasal dari
Folikel stimulating hormone (FSH). Hormon yang merangsang

FISIOLGI OTOT POLOS iii


perkembangan folikel de graaf di dalam ovarium dan permatozoa di
dalam testis.
d. Hormon Luteinizing (LH) atau disebut juga hormon Interstitial-Cell-
Stimulating-hormon (ICSH). Hormon yang mengendalikan sekresi
estrogen dan progesterone di dalam ovarium dan testosteron di dalam
testis. Bila estrogen dibentuk dalam jumlah cukup besar maka akan
menyebabkan pengurangan produksi FSH sehingga produksi LH
bertambah dan terjadilah ketidakseimbangan antara ratio FSH & LH
yang menyebabkan terjadinya ovulasi.
e. Kelenjar Kelamin/Kelenjar Gonad
Kelenjar kelamin/gonad pada pria yaitu testis sedangkan pada
wanita yaitu ovarium. Testis dan ovarium masing-masing
menghasilkan hormon yang mengatur fungsi reproduksi manusia.
Testis berbentuk oval (lonjong) dengan berat kira-kira 10-14 gr,
panjangnya 4-5 cm dan lebar 2,5 cm. masing-masing testis terdiri dari
lilitan tubulus seminiferus yang menghasilkan sperma. Diantara
tubulus seminiferus terdapat sel-sel yang menghasilkan hormone
kelamin yang disebut Interstitial Cells atau sel Leydig, sel-sel tersebut
mengeluarkan hormone kelamin laki-laki (androgen) yaitu hormone
testosterone yang berfungsi untuk perkembangan sifat seksual pria dan
membentuk protein dari asam amino.
Ovarium terdiri dari 2 buah, berbentuk memanjang dengan panjang
kira-kira 2,5 – 5 cm, lebar 1,5 – 3 cm dan tebalnya 0,6 – 1,5 cm. Letak
ovarium pada bagian pelvic abdomen pada sisi uterus. Ovarium
berfungsi sebagai penghasil ovum, hormone endokrin dari sel-sel
folikel ovarium dan pengganti folikel korpus luteum.

3. Hormon yang dihasilkan oleh ovarium diantaranya adalah :


a. Hormon Estrogen
Hormon yang dibentuk oleh folikel ovarium yang matang dan
korpus luteum. Hormone ini bertanggung jawab dalam perkembangan

FISIOLGI OTOT POLOS iii


sifat seks sekunder wanita (tumbuhnya buah dada, rambut kemaluan,
dll ) dan untuk menghasilkan perubahan siklus dalam endometrium
serta menambah kontraktilitas uterus. Hormon ini dapat digunakan
untuk mengatur haid, pengobatan menopause. Hormone estrogen
dihasilkan oleh kelenjar ovarium.
 Fungsi:
1) Membentuk ciri-ciri perkembangan seksual pada wanita. Pada
siklus menstruasi dengan membentuk ketebalan endometrium,
menjaga kualitas dan kuantitas cairan serviks dan vagina
sehingga sesuai untuk penetrasi sperma.
2) Merangsang produksi LH dan menghambat produksi FSH.
b. Hormon Progesteron
Hormon yang disekresi oleh korpus luteum sebagai respon
terhadap sekresi Luteinizing hormone (LH). Pengaruh hormon ini
terutama pada alat-alat reproduksi seperti uterus dan mamae.
 Fungsi:
1) Mempertahankan ketebalan endometrium sehingga dapat
menerima implantasi zygot.
2) Sekresi lendir pada vagina.
3) Pertumbuhan kelenjar susu
4) Hormon Relaksin
c. Hormon Relaksin
Relaksin merupakan hormon yang diproduksi oleh ovarium dan
plasenta yang memiliki efek penting dalam sistem reproduksi wanita
dan selama kehamilan9, 12. Relaksin adalah suatu hormon peptide
yang terdiri dari satu rantai A dan satu rantai B serta secara struktural
mirip dengan family protein dari insulin.9,11,21 Terdapat 2 tipe
hormon relaksin yaitu hormon relaksin sistemik (sRLN atau s-relaksin)
yang dihasilkan oleh korpus luteum dan hormon relaksin yang bekerja
secara lokal (dRLN) yang dihasilkan oleh desidua. Gen relaksin pada
manusia memiliki tiga bentuk yaitu: RLN1, RLN2, RLN3. Gen RLN1

FISIOLGI OTOT POLOS iii


maupun RLN2 dihasilkan desidua dan plasenta manusia. RLN2 juga
diproduksi oleh korpus luteum yang nantinya akan memasuki sirkulasi
sistemik pada kehamilan.Sekresi RLN2 dari desidua maternal (dRLN)
dan trofoblas janin merupakan sekresi autokrin / parakrin murni dan
hormon ini tidak masuk ke dalam sirkulasi sistemik.
 Peran Hormon Relaksin pada Kehamilan
Relaksin merupakan suatu hormon yang diketahui memiliki
peranan penting dalam sistem reproduksi wanita. Selama
kehamilan relaksin berperan dalam remodeling jaringan reproduksi
untuk mengakomodasi kehamilan serta untuk mempersiapkan
proses persalinan.20,26 Dari hasil studi didapatkan bahwa mRNA
relaksin diekspresikan di endometrium serta kadarnya lebih banyak
meningkat pada fase ploriferasi pada wanita normal yang tidak
hamil dengan siklus menstruasi teratur. Pada kondisi ini relaksin
pada dinding rahim akan menghambat kontraksi dan
mempersiapkan rahim untuk kehamilan, namun jika kehamilan
tidak terjadi maka sekresi relaksin akan terhenti. Pada masa
kehamilan, relaksin dihasilkan oleh desidua dan plasenta. Relaksin
yang di produksi oleh korpus luteum dapat dideteksi di perifer,
sedangkan relaksin yang diproduksi oleh desidua dan plasenta
terdeteksi secara lokal di plasenta. Pada awal masa kehamilan,
reseptor hormon relaksin di endometrium meningkat yang
bertujuan untuk mempersiapkan proses desidualisasi. Proses
desidualisasi adalah suatu perubahan fisiologis yang terjadi di
endometrium pada awal kehamilan, dimana akan terbentuk
jaringan fungsional yang berasal dari diferensiasi sel endometrium.
Pada penelitian didapatkan bahwa endometrium lebih
terdesidualisasi pada subjek yang diberi relaksin dibanding yang
tidak diberi relaksin. Pada endometrium yang lebih terdesidualisasi
terjadi perubahan sel stromal menjadi lebih besar, peningkatan
rasio sitoplasma berbanding nukleus sel, lebih banyak sel

FISIOLGI OTOT POLOS iii


periarterioral serta peningkatan jumlah arteriol dan limfosit.
Relaksin juga meningkatkan jumlah neutrofil, sel CD56 positif (sel
NK uterus), sel CD68 positif (makrofag) pada endometrium,
namun tidak terdapat peningkatan jumlah pada sel CD3 positif
(limfositT). Peningkatan jumlah yang spesifik pada sel NK uterus
terutama sangat penting dalam remodeling arteri spiralis serta
memproduksi berbagai sitokin, faktor angiogenik dan sintase nitrat
oksida yang penting dalam implantasi dan pemeliharaan
kehamilan. Remodeling ini nantinya dapat mengatur system
kardiovaskular dan ginjal ibu dalam masa kehamilan untuk
membantu mereka beradaptasi dengan peningkatan permintaan
oksigen dan nutrisi bagi janin dan untuk memproses produk-
produk limbah yang dihasilkan dengan merelaksasi pembuluh
darah ibu untuk meningkatkan aliran darah ke plasenta dan ginjal.
Integritas jaringan ikat endometrium juga perlu dipertahankan
selama masa awal kehamilan, oleh karena itu pembentukan dan
degradasi (oleh MMP) dari kolagen tipe 1 perlu dijaga
keseimbangannya. Pada awal kehamilan, relaksin secara signifikan
menghambat proMMP-1 dan proMMP3 dalam endometrium, serta
meningkatkan kadar inhibitor endogen TIMP-1 (Tissue Inhibitor
Metalloprotease) yang bekerja sebagai inhibitor
metalloproteinases. TIMP sangat berperan dalan proses
desidualisasi, hal ini ditunjukkan diekspresikannya secara
maksimal TIMP pada stroma desidualisasi dalam pembentukan
jaringan desidua dan pembuluh darah dibandingkan pada
endometrium dalam siklus mestruasi. Studi oleh Vogel dkk (2004)
mendapatkan bahwa konsentrasi serum relaksin (s-relaksin) pada
wanita hamil normal, kadarnya meningkat sampai usia kehamilan
10 – 12 minggu, kemudian menurun secara bertahap setelah usia
kehamilan 12 – 24 minggu dan kadarnya tetap konstan selama sisa
akhir kehamilan dan tidak ditemukan variasi diurnal atau

FISIOLGI OTOT POLOS iii


peningkatan prainpartu pada s-relaksin. Namun bila terjadi
peningkatan kadar s-relaksin pada usia kehamilan antara 18 sampai
30 minggu, hal tersebut berguna dalam memprediksi kelahiran
premature pada kehamilan berisiko rendah.19 Studi lain
membuktikan bahwa terdapat peningkatan total relaksin yang
signifikan pada pasien dengan PPROM (Preterm Premature
Rupture of Membrane) dibandingkan dengan pasien dengan
persalinan prematur saja tanpa pecah ketuban atau bedah sesar
prematur akibat komplikasi medis pada ibu. Peran relaksin lainnya
selama kehamilan yaitu pada trimester ke-3, peningkatan kadar
serum relaksin penting dalam meningkatkan sensitivitas insulin
terhadap adiposit sehingga terjadi peningkatan penyimpanan
glukosa pada adiposit. Pengaruh relaksin dalam kehamilan ini
dapat mencegah terjadinya diabetes gestasional.26 Pada proses
persalinan, relaksin berperan melemaskan ligament di panggul dan
pematangan serviks, hal ini sangat penting untuk memberi ruang
yang cukup pada bayi untuk lahir.
 Peran Hormon Relaksin pada Ketuban Pecah Dini
Peningkatan kadar serum relaksin yang terus berlangsung
selama masa kehamilan, dapat memicu terjadinya persalinan
preterm. Penelitian dengan subjek wanita hamil yang
sebelumnya telah dilakukan stimulasi ovarium, dibandingkan
dengan kontrolnya yang tidak diberi perlakuan, didapatkan
hubungan yang signifikan pada peningkatan serum relaksin
setelah dilakukan stimulasi ovarium dengan kejadian persalinan
preterm. Studi yang dilakukan di Denmark oleh Vogel dkk
(2004), menggunakan subjek wanita sehat dengan kehamilan
tunggal yang mengalami gejala inpartu sebelum usia kehamilan
34 minggu, mendapatkan bahwa kadar s-relaksin secara
signifikan lebih tinggi pada wanita yang melahirkan pada usia
kehamilan kurang dari 34 minggu dibandingkan wanita yang

FISIOLGI OTOT POLOS iii


melakukan persalinan pada usia kehamilan lebih dari 34
minggu. Berdasarkan kurva ROC didapatkan cutt-off kadar s-
relaksin yang digunakan untuk memprediksi kelahiran
prematur sebelum usia kehamilan 34 minggu yaitu sebesar
>300 pg/mL.19, Pada persalinan preterm, juga didapatkan
ekspresi gen reseptor relaksin (LGR7) dan proteinnya dalam
desidua dan plasenta jumlahnya meningkat secara signifikan
pada pasien dengan persalinan preterm akibat PPROM
(Preterm Premature Rupture of Membrane) dibandingkan pada
persalinan aterm, pengikatan hormon relaksin dan ekspresi gen
reseptor relaksin (LGR7) terutama terjadi dalam korion dan
desidua. Selanjutnya ekspresi LGR7 dan relaksin menurun
jumlahnya setelah proses persalinan spontan baik pada
persalinan preterm maupun aterm. Hal ini menunjukkan bahwa
peran relaksin mungkin berbeda dalam persalinan aterm
dibandingkan patologi pada persalinan preterm.20,21. Kadar
serum relaksin (s-relaksin) yang meningkat juga berkontribusi
dalam memprediksi terjadinya persalinan preterm pada
PPROM (Preterm Premature Rupture of Membrane) dalam
waktu kurang dari 3 hari sejak dimulainya gejala inpartu
(terdiri dari gejala kontraksi dan pematangan serviks). Kadar s-
relaksin secara signifikan memiliki angka lebih tinggi pada
wanita dengan PPROM (PretermPremature Rupture of
Membrane) dibandingkan pada wanita dengan gejala kontraksi
saja pada persalinan preterm. Selain itu penelitian secara invitro
dengan melakukan inkubasi jaringan ketuban dengan hormon
relaksin, mendapatkan bahwa hormon relaksin dapat
mengakibatkan kekuatan regangan jaringan ketuban
berkurang.19,20 Berkurangnya kekuatan jaringan selaput
ketuban akibat regangan yang dipengaruhi ukuran janin yang
lebih besar dipercaya dapat menyebabkan kelahiran prematur

FISIOLGI OTOT POLOS iii


akibat PPROM dibandingkan pada kehamilan dengan ukuran
janin normal. Atas dasar ini dilakukan studi in Vitro
menggunakan human amniotic epithelial-like cell line (WISH)
untuk membuktikan efek dari relaksin terhadap pertumbuhan
janin dan pertumbuhan epitel amnion. Didapatkan bahwa
relaksin bekerja sebagai faktor pertumbuhan untuk ketuban
terutama dengan menyebabkan ekspresi IGF-II pada sel-sel
epitel amnion dan sitotrofoblas yang menyebabkan peningkatan
proliferasi yang signifikan pada media WISH. Didukung
dengan studi in vivo yang mendapatkan bahwa ekspresi gen
relaksin secara signifikan lebih besar pada ketuban pasien
dengan bayi makrosomia atau bayi yang lebih besar dari pada
ukuran normal.20 Terkait dengan regangan pada selaput
ketuban, hormon relaksin dipercaya berperan dalam renovasi
kolagen pada unit uteroplasenta yang dapat menurunkan
elastisitas selaput ketuban. Konsentrasi kolagen pada selaput
ketuban manusia menurun dengan bertambahnya usia
kehamilan dan juga menurun pada wanita dengan PPROM
(Preterm Premature Rupture of Membrane). Karena selaput
janin seperti halnya leher rahim, mengalami perubahan selama
kehamilan ada kemungkinan bahwa relaksin terlibat dalam
proses pematangan ini, karena didapatkan konsentrasi relaksin
serum meningkat pada usia kehamilan 18 dan 30 minggu pada
wanita yang mengalami persalinan prematur atau PPROM
(Preterm Premature Rupture of Membrane). Studi in vitro
menunjukkan bahwa rangsangan relaksin terhadap sel amnion
dan korion akan menginduksi peningkatan aktivitas
collagenolytic, serta relaksin menginduksi peningkatan
kolagenase interstitial (MMP-1), stromelysin (MMP-3)
dangelatinase B (MMP-9) di selaput ketuban manusia utuh
setelah 48 jam inkubasi.7 Penelitian lainnya juga mendapatan

FISIOLGI OTOT POLOS iii


bahwa penambahan relaksin ke dalam media eksplan ketuban
in vitro dapat menyebabkan peningkatan yang tergantung dosis
dalam ekspresi gen tertentu, protein, dan aktivitas kolagenase
interstitial (MMP-1), stromelysin-1 (MMP3), dan gelatinase B
(MMP-9), tetapi tidak untuk gelatinase A (MMP-2) atau
inhibitor TIMP-1. Sehingga relaksin lokal desidua (dRLN) bisa
menyebabkan aktivasi kaskade enzim spesifik yang dapat
mengakibatkan degradasi dalam spektrum yang luas pada
komponen matriks ekstraseluler.22,23,24 Studi oleh Vogel dkk
(2004) di Denmark salah satunya untuk membuktikan efek dari
relaksin terhadap sifat biomekanik dari selaput ketuban
manusia pada rentang konsentrasi tertentu. Studi ini
menggunakan spesimen dari selaput ketuban yang diambil
dalam waktu lima menit setelah persalinan dengan bedah
Caesar elektif dari kehamilan aterm sebelum adanya inpartu,
kemudian jaringan diinkubasi selama 48 jam dengan relaksin
H1 dan H2 pada konsentrasi yang berbeda (10-12, 10-11, 10-
10, 10-9, 10-8 M). Selain itu, inkubasi juga dilakukan dengan
kolagenase inhibitor sintetis (10-6 M CI - 1, N - [3 - N -
(benzyloxycarbonyl) amino - (R) - carboxypropyl] – L – leucyl
– O – methyl – L - tyrosineN - methylamid), sedangkan untuk
kelompok kontrol tidak dilakukan inkubasi baik dengan
relaksin maupun kolagenase inhibitor. Pengujian biomekanis
dilakukan menggunakan mesin uji material (Alwetron TCT5,
Lorentzen dan Wettre, Stockholm, Swedia). Strip dipasang
pada 2 klem, jarak antaranya ditingkatkan pada kecepatan
konstan 10 mm / menit sampai pecahnya jaringan. Didapatkan
bahwa spesimen yang diinkubasi dengan relaksin H2 (10-9 M)
secara signifikan lebih lemah dari pada kontrolnya dan secara
signifikan lebih lemah dari spesimen yang diinkubasi dengan
10-8 M serta didapatkan efek kolagenase inhibitor BB-250

FISIOLGI OTOT POLOS iii


menghapuskan efek relaksin terkait sifat biomekanik dari
ketuban manusia, enzim ini juga menghambat MMP-1, MMP-
3, MMP-2, MMP-9 dan MMP-7. Sedangkan inkubasi 48 jam
dengan relaksin H1 tidak menunjukkan pengaruh yang
signifikan terhadap sifat biomekanik selaput ketuban.
Pelemahan selaput janin setelah inkubasi dengan relaksin dapat
menjelaskan hubungan antara tingginya kadar serum relaksin
H2 dan peningkatan risiko kelahiran preterm akibat PPROM
(Preterm Premature Rupture of Membrane).16,22 Mengenai
pengaruh relaksin terhadap apoptosis sel jaringan ketuban,
karena apoptosis sel dianggap berperan penting dalam PPROM
(Preterm Premature Rupture of Membrane). Studi in vitro
mendapatkan bahwa relaksin memiliki efek protektif ketika sel-
sel terkena agen yang menginduksi apoptosis. Salah satu yang
dapat menginduksi apoptosis sel adalah infeksi, banyak
penelitian telah dilakukan dalam beberapa tahun terakhir ini
untuk meneliti peran infeksi sebagai penyebab kelahiran
prematur. Telah jelas bahwa infeksi mikroba pada saluran
kencing bagian atas berkaitan dengan kelahiran premature
spontan. Sebuah studi dilakukan untuk mencari hubungan
antara jalur yang diinduksi infeksi ini dengan kelahiran
premature dan peran relaksin pada PPROM (Preterm Premature
Rupture of Membrane). Studi in vivo menggunakan media
eksplan dari membrane janin aterm manusia dikumpulkan
sebelum inpartu persalinan aterm, lalu diinkubasi selama 4 dan
24 jam dengan lipopolisakarida bakteri, kemudian dilakukan
pengukuran kadar relaksin, reseptor LGR7, IL-1β, dan IL-6
dalam eksplan, dan tingkat ekspresinya dibandingkan dengan
hasil dari kontrol yang tidak diberi perlakuan. Didapatkan
respon yang kuat dari kedua interleukin pada jam ke- 4 dan ke-
24, namun tidak ada respon yang signifikan dalam ekspresi

FISIOLGI OTOT POLOS iii


relaksin atau LGR7. Dengan demikian, infeksi tampaknya
memiliki efek kecil pada ekspresi system relaksin dalam
jaringan tersebut. Dapat dikatakan bahwa jalur yang
diperantarai relaksin untuk PPROM (Preterm Premature
Rupture of Membrane) adalah berbeda dari jalur akibat infeksi.
d. Inhibin juga disebut folliculostatin, struktur kimia hormone ini belum
diketahui. Hormone ini diproduksi oleh sel sertoli pada hewan jantan
dan sel granulosa pada hewan betina. Inhibin dapat menghambat
pelepasan FSH dari hipofisis anterior tanpa mempengaruhi pelepasan
LH. Mekanisme pengaturan pelepasannya belum diketahui.

3.1. Hormon yang Berperan Saat Mentruasi


Secara garis besar terdapat tiga hirarki hormonal yang berperan
saat pubertas pada wanita yaitu : Gonadotopin-releasing hormone (GnRH)
yang dihasilkan oleh hipotalamus, follicle-stimulating hormone (FSH) dan
luteinizing hormone (LH) yang dihasilkan oleh hipofisis anterior sebagai
respons atas GnRH, dan estrogen dan progesteron yang dihasilkan oleh
ovarium sebagai respons atas FSH dan LH.
a. Gonadotopin releasing hormone(GnRH)
GnRH adalah hormon peptida yang dihasilkan oleh hipotalamus,
yang menstimulasi sel-sel gonadotrop pada hipofisis anterior. Di
hipotalamus sendiri pengeluaran GnRH diatur oleh nukleus arkuata.
Neuron pada nukleus arkuata memiliki kemampuan untuk
memproduksi dan melepas gelombang GnRH ke hipofisis.
 Fungsi:
1) Merangsang lobus anterior hipofisis memproduksi FSH. Bila
kadar estrogen tinggi, maka estrogen akan memberikan umpan
balik ke hipotalamus sehingga kadar GnRH akan menjadi
rendah, begitupun sebaliknya.

FISIOLGI OTOT POLOS iii


b. Gonadotopin
Gonadotropin pada wanita meliputi Follicle-stimulating hormone
(FSH) dan Luteinizing hormone (LH). Baik FSH dan LH disekresikan
oleh kelenjar hipofisis anterior pada usia antara 9-12 tahun. Efek dari
sekresi hormon tersebut adalah siklus menstruasi yang terjadi pada
usia sekitar 11-15 tahun. Periode ini dikatakan pubertas sedangkan
siklus menstruasi pertama disebut menarche. FSH dan LH bekerja
menstimulasi ovarium dengan berikatan pada reseptor FSH dan
reseptor LH. Reseptor yang teraktivasi akan meningkatkan laju sekresi
sel, pertumbuhan, dan proliferasi sel. Aktivitas ini diperantarai oleh
cAMP.
c. Follicle-stimulating hormone (FSH)
FSH merupakan hormon yang memiliki struktur glikoprotein,
diproduksi di sel gonadotrop hipofisis, distimulasi oleh hormon aktivin
dan dihambat oleh hormon inhibin. FSH dihasilkan oleh lobus anterior
hipofisis.
 Fungsi:
1) Merangsang pengeluaran hormon estrogen.
2) Menstimulasi perkembangan /pematangan folikel.
Pada wanita, FSH menstimulasi maturasi sel-sel germinal,
menstimulasi pertumbuhan folikel terutama pada sel-sel granulosa dan
mencegah atresia folikel. Pada akhir fase folikular kerja FSH dihambat
oleh inhibin dan pada akhir fase luteal aktivitas FSH kembali
meningkat untuk mempersiapkan siklus ovulasi berikutnya, demikian
seterusnya. Kerja FSH juga dihambat oleh estradiol (estrogen) yang
dihasilkan oleh folikel matang sehingga menyebabkan folikel tersebut
dapat mengalami ovulasi sedangkan folikel lainnya mengalami atresia.
d. Luteinizing hormone (LH)
LH dihasilkan oleh lobus anterior hipofisis. LH merupakan
hormone yang memiliki struktur glikoprotein heterodimer, diproduksi
di sel gonadotrop hipofisis dan kerjanya tidak dipengaruhi oleh

FISIOLGI OTOT POLOS iii


aktivitas aktivin, inhibin, dan hormon seks. Pada saat FSH
menstimulasi pertumbuhan folikel, khususnya sel granulosa, maka
pengeluaran estrogen akan memicu munculnya reseptor untuk LH. LH
akan berikatan pada reseptornya tersebut dan estrogen akan mengirim
umpan balik positif untuk mengeluarkan lebih banyak lagi LH. Dengan
semakin banyaknya LH, maka akan memicu ovulasi (pengeluaran
ovum) dari folikel sekaligus mengarahkan pembentukan korpus
luteum. Korpus luteum yang terbentuk akan menghasilkan progesteron
yang berguna pada saat implantasi.
 Fungsi:
1) Pembentukan korpus luteum (badan kuning) didalam ovarium
setelah terjadinya ovulasi.
e. Estrogen dan progestin Estrogen
1) Estrogen
Pada wanita yang sedang tidak hamil, estrogen diproduksi di
ovarium dan korteks adrenal, sedangkan pada wanita hamil
estrogen juga diproduksi di plasenta.
Ada tiga macam estrogen yang terdapat dalam jumlah signifikan:
 β-estradiol, banyak diproduksi di ovarium.
 estrone, lebih banyak diproduksi di korteks adrenal dan sel-sel
teka, dan
 estriol adalah turunan β-estradiol dan estrone yang sudah
dikonversi di hati. Karena β-estradiol memiliki potensi
estrogenik 12 kali lebih kuat dibanding estrone dan 80 kali
lebih kuat dari estriol, maka β-estradiol dikatakan sebagai
estrogen mayor. Efek dari estrogen adalah menstimulasi
proliferasi seluler dan pertumbuhan organ seks dan jaringan
lainnya terkait reproduksi.

FISIOLGI OTOT POLOS iii


Berikut adalah efek estrogen secara spesifik:
1. Uterus dan organ seks eksternal
Pada masa pubertas, estrogen diproduksi sekitar 20 kali lipat
lebih banyak dibanding masa prepubertas. Peningkatan kadar hormon
ini, bersamaan dengan penimbunan lemak, menyebabkan perubahan-
perubahan spesifik yaitu pembesaran ovarium, tuba fallopi, uterus dan
vagina. Estrogen juga mengubah epitel vagina dari epitel kuboid
menjadi epitel bertingkat yang lebih resisten terhadap trauma dan
infeksi.
2. Tuba fallopi
Estrogen menyebabkan proliferasi jaringan pada lapisan
mukosa tuba fallopi. Selain itu estrogen juga meningkatkan jumlah dan
aktivitas sel-sel silia, yang penting dalam pergerakan ovum yang telah
difertilisasi.
3. Payudara
Estrogen menyebabkan perkembangan jaringan stromal pada
kelenjar payudara, pertumbuhan sistem duktus, serta deposisi lemak.
Lobulus-lobulus dan alveoli berkembang menjadi lebih luas.
4. Sistem rangka
Estrogen menghambat aktivitas osteoklas sehingga mengurangi
penyerapan osteosit dan meningkatkan pertumbuhan tulang. Estrogen
juga menyebabkan penyatuan epifisis pada tulang-tulang panjang.
Diketahui bahwa efek estrogen pada wanita lebih kuat dibandingkan
efek testosteron pada pria, namun penghentiannya yang cepat
menyebabkan wanita cenderung lebih pendek dibanding pria.
5. Deposisi protein
Estrogen menyebabkan peningkatan protein total tubuh, hal ini
dibuktikan oleh keseimbangan nitrogen yang lebih positif setelah
pemberian estrogen. Namun jika dibandingkan dengan testosteron,
efek deposisi protein yang ditimbulkan oleh testosteron lebih kuat
dibandingkan estrogen.

FISIOLGI OTOT POLOS iii


6. Metabolisme tubuh dan deposisi lemak
Estrogen meningkatkan laju metabolik tubuh, namun lebih
lemah jika dibandingkan dengan efek yang sama oleh testosteron pria.
Selain itu estrogen juga meningkatkan jumlah lemak subkutan dan
mendeposisinya pada daerah-daerah tertentu seperti payudara, bokong,
dan paha sehingga memunculkan gambaran melekuk wanita yang
khas.
7. Distribusi rambut
Estrogen tidak memiliki efek besar terhadap pendistribusian
rambut. Adapun tumbuhnya rambut di daerah pubis dan aksila
merupakan peran dari androgen adrenal.
8. Kulit
Estrogen menyebabkan kulit wanita memiliki tekstur yang lembut
dan halus namun lebih tebal jika dibandingkan dengan kulit anak-anak.
Selain itu estrogen juga menyebabkan kulit menjadi lebih vaskular.
Hal ini sering diasosiasikan dengan peningkatan suhu pada kulit dan
perdarahan yang lebih banyak jika terjadi sayatan pada kulit wanita
dibandingkan dengan kulit pria.
9. Kesetimbangan elektrolit
Estrogen menyebabkan retensi air dan sodium oleh tubulus-tubulus
ginjal.
2) Progestin
Progestin terpenting adalah progesteron. Pada wanita yang sedang
tidak hamil, progesteron diproduksi oleh korpus luteum pada paruh
terakhir siklus ovarium.
Fungsi progesteron berdasarkan organ yang dipengaruhinya adalah:
1. Uterus
Fungsi terpenting progesteron adalah meningkatkan perubahan
sekretorik pada endometrium uterin selama paruh akhir siklus seksual
sehingga mempersiapkan uterus untuk implantasi ovum. Selain itu
progesteron juga mengurangi frekuensi dan intensitas kontraksi

FISIOLGI OTOT POLOS iii


uterine, sehingga dengan demikian mengurangi risiko terjadinya
peluruhan ovum yang telah diimplantasi.
2. Tuba fallopi
Progesteron meningkatkan sekresi lapisan mukosa yang ada pada
tuba fallopi. Sekresi ini diperlukan untuk nutrisi ovum yang telah
difertilisasi sebelum mengalami implantasi.
3. Kelenjar payudara
Progesteron memicu perkembangan lobulus dan alveoli pada
payudara, menyebabkan sel-sel alveolar berproliferasi, membesar, dan
menjadi sekretorik. Namun progesteron tidak berperan dalam sekresi
ASI. Progesteron juga menyebabkan pembesaran kelenjar payudara
karena peningkatan cairan di jaringan subkutan.

3.2.SIKLUS MENSTRUASI
Umumnya siklus menstruasi terjadi secara periodik setiap 28 hari
(ada pula setiap 21 hari dan 30 hari) yaitu sebagai berikut : Pada hari 1
sampai hari ke-14 terjadi pertumbuhan dan perkembangan folikel primer
yang dirangsang oleh hormon FSH. Pada saat tersebut sel oosit primer
akan membelah dan menghasilkan ovum yang haploid. Saat folikel
berkembang menjadi folikel de Graaf yang masak, folikel ini juga
menghasilkan hormon estrogen yang merangsang keluarnya LH dari
hipofisis. Estrogen yang keluar berfungsi merangsang perbaikan dinding
uterus yaitu endometrium yang habis terkelupas waktu menstruasi, selain
itu estrogen menghambat pembentukan FSH dan memerintahkan hipofisis
menghasilkan LH yang berfungsi merangsang folikel de Graaf yang masak
untuk mengadakan ovulasi yang terjadi pada hari ke-14, waktu di sekitar
terjadinya ovulasi disebut fase estrus.
Selain itu, LH merangsang folikel yang telah kosong untuk
berubah menjadi badan kuning (Corpus Luteum). Badan kuning
menghasilkan hormon progesteron yang berfungsi mempertebal lapisan
endometrium yang kaya dengan pembuluh darah untuk mempersiapkan

FISIOLGI OTOT POLOS iii


datangnya embrio. Periode ini disebut fase luteal, selain itu progesteron
juga berfungsi menghambat pembentukan FSH dan LH, akibatnya korpus
luteum mengecil dan menghilang, pembentukan progesteron berhenti
sehingga pemberian nutrisi kepada endometriam terhenti, endometrium
menjadi mengering dan selanjutnya akan terkelupas dan terjadilah
perdarahan (menstruasi) pada hari ke-28. Fase ini disebut fase perdarahan
atau fase menstruasi. Oleh karena tidak ada progesteron, maka FSH mulai
terbentuk lagi dan terjadilan proses oogenesis kembali.

Gambar 3. Siklus Menstruasi

3.3.SIKLUS OVARIUM
Fase folikuler (primordial/prenatal  preantral  antral  preovulatory)
a) Fase Folikuler (Primordial/prenatal)
Pada bayi perempuan, oosit mengalami meiosis sampai pada
profase I-diploten meiosis. Setelah itu oosit akan mengalami masa
istirahat, dimulai pada bayi usia 15 minggu sampai suatu hari nanti

FISIOLGI OTOT POLOS iii


ketika sebuah sperma datang dan berhasil membuahinya. Pada seorang
bayi perempuan, telah terdapat banyak folikel primordial dalam
ovariumnya, yang semuanya sedang beristirahat. Masa istirahat ini
dibantu oleh OMI (Oocyte Maturation Inhibitio) yang menghambat
proses meiosis.
b) Fase Folikuler – Preantral
Pada saat seorang gadis mengalami menarche (masa menstruasi
awal, usia 9-18 tahun), hormon yang pertama kali meningkat adalah
FSH (Follicle Stimulating Hormone). FSH bertugas untuk
perkembangan sel-sel granulosa. Nah, sel-sel granulosa ini yang
menghasilkan estradiol/estrogen*. Naiknya estradiol akan
memperbanyak jumlah FSH reseptor sehingga jumlah FSH semakin
bertambah banyak. Tingginya FSH membuat salah satu folikel di
dalam ovarium pada hari ke-6 tumbuh berkembang menjadi folikel
dominan. Folikel yang lain adalah folikel yang tidak banyak
mengandung FSH reseptor. Akhirnya folikel-folikel yang tidak
dominan tersebut mengalami atresia/apoptosis/bunuh diri.Tahap ini
biasanya terjadi pada selama 5-7 hari.
c) Fase Folikuler – Antral
Setelah hari ketujuh, estradiol menghambat FSH agar tidak lagi
menciptakan folikel dominan. Estradiol merangsang pembentukan LH
(Luteinizing Hormone). Naiknya LH ini membuat hormon
prostaglandin dan progesteron naik. Naiknya jumlah progesteron
membuat jumlah FSH naik lagi untuk mendewasakan folikel dominan.
Hal ini terjadi sampai kira-kira hari ketiga belas. Pada hari ketiga belas
folikel telah menjadi folikel de graaf dan telah siap mengalami ovulasi.
d) Fase Folikuler – Preovulatory
Menjelang ovulasi, estradiol naik seiring dengan naiknya hormon
LH. Sebelum terjadi ovulasi, terjadi lonjakan jumlah LH yang sangat
banyak yang disebut LH surge. Hal ini membuat LH mampu

FISIOLGI OTOT POLOS iii


menghambat OMI dan memicu kembali meiosis oosit sampai ke tahap
metafase II.
e) Fase ovulasi
LH surge merangsang pembentukan sekresi prsotaglandin.
Prostaglandin naik untuk membantu rupturing/memecahkan dinding
folikel. Sedangkan FSH sendiri mencapai masa puncaknya (FSH peak)
yang akan melepas oosit keluar dari folikel. FSH peak juga
membentuk reseptor LH untuk persiapan fase luteal. Sekitar 9 jam
setelah LH surge, folikel robek dan melepas ovum matang (haploid/n).
Inilah yang disebut ovulasi, terjadi pada hari ke-14 SEBELUM
menstruasi. Setelah telur lepas, maka folikel berubah menjadi corpus
luteum dan menghasilkan progesteron (+ sedikit estrogen). Progesteron
menjaga agar tidak terjadi perkembangan folikel baru.
f) Fase Luteal
Masa luteal juga biasa disebut sebagai masa subur. Pada masa
subur ini, oosit (atau yang lebih sering disebut ovum*) menunggu
sebuah sperma untuk membuahinya. Masa subur bisa ditandai dengan
3 hal, yaitu:
 Naiknya suhu tubuh wanita satu derajat celcius (suhu tubuh normal
manusia +/- 37 derajat celcius).
 Lendir serviks/rahim jernih dan molor hingga 8cm. Tujuannya
adalah agar sperma mudah masuk dan terlindungi dari keasaman
vagina. Dilihat secara mikroskopis, jika tidak ada sperma yang
berhasil membuahi, maka lama kelamaan hormon progesteron dan
estrogen menurun sehingga terbentuklah korpus albikans.
Turunnya progesteron itu sendiri menyebabkan tidak adaanya
penahan dinding endometrium dan terjadilah menstruasi.
Meluruhnya dinding endometrium akan dijelaskan setelah ini.

FISIOLGI OTOT POLOS iii


3.4.SIKLUS UTERUS/ENDOMETRIUM
a. Fase proliferasi (penebalan, hari 1-5)
Fase proliferasi terjadi sebelum ovulasi. Pada saat ini terjadi
penebalan dinding endometrium yang didominasi oleh
estradiol/estrogen.
b. Fase sekresi (mempertahankan, hari 6-14)
Setelah hari kelima, LH dan FSH mempertahankan dinding
endometrium sampai hari keempat belas. Seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya, bahwa LH surge menyebabkan folikel berubah menjadi
korpus luteum. Korpus luteum ini menghasilkan progesteron. Nah,
progesteron inilah yang selanjutnya (menghambat dan menggantikan
LH dan FSH untuk) menjaga ketebalan dinding endometrium,
mempersiapkannya jika terjadi kehamilan. Ada dua hal yang mungkin
terjadi (sama seperti pada siklus ovarium), sperma berhasil membuahi
ovum atau tidak.
1. Hamil
Ketika sperma berhasil membuahi maka akan terjadi
kehamilan. Tugas mempertahankan dinding uterus dibantu oleh
hormon hCG (human Chorionic Gonadotropin). Hormon hCG ini
mencegah degenerasi korpus luteum sehingga sekresi progesteron
terus berlanjut. Progesteron berhenti menjaga ketebalan dinding
endometrium kira-kira pada minggu ke-12 (3--4 bulan) siklus
tersebut. Hal tersebut terjadi karena hCG akhirnya merasa plasenta
sudah siap untuk menyekresi progesteron sendiri, sehingga ia pun
membunuh korpus luteum tersebut (dan berlanjut ke korpun
albikans).
2. Haid
Ketika tidak terjadi kehamilan, maka kadar progesteron
menurun, kira-kira pada hari ke-26 siklus tersebut. Korpus luteum
mulai berdegenerasi, nutrisi endometrium berkurang dan terjadilah

FISIOLGI OTOT POLOS iii


menstruasi. Menstruasi berhenti setelah hari ke 4--7 karena
endometrium mengalami epitalisasi kembali.

Gambar 4. Siklus menstruasi

Naik  merangsang pembentukan sel granulosa  estradiol


dihasilkan  meningkatkan FSH reseptor  folikel dominan  estradiol
semakin tinggi menghambat FSH  estradiol meningkatkan LH 
Meningkatkan progesteron  FSH kembali naik  ovulasi, setelah
ovulasi, progesteron mempertahankan dinding endometrium. Sekresi FSH-
LH telah dihambat. Ketika tidak terjadi pembuahan,
progesteron+estrogen menurun dan terjadilah menstruasi. Siklus
mentruasi ini melibatkan kompleks hipotalamus-hipofisis-ovarium.

FISIOLGI OTOT POLOS iii


Gambar 5. Kompleks Hipotalamus-Hipofisis-Ovarium.

Sistem hormonal yang mempengaruhi siklus menstruasi adalah:


1. FSH-RH (follicle stimulating hormone releasing hormone) yang
dikeluarkan hipotalamus untuk merangsang hipofisis
mengeluarkan FSH
2. LH-RH (luteinizing hormone releasing hormone) yang dikeluarkan
hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan LH
3. PIH (prolactine inhibiting hormone) yang menghambat hipofisis
untuk mengeluarkan prolaktin

Gambar 6. Siklus Hormonal

FISIOLGI OTOT POLOS iii


 Pada tiap siklus dikenal 3 masa utama yaitu:
1. Masa menstruasi yang berlangsung selama 2-8 hari. Pada saat itu
endometrium (selaput rahim) dilepaskan sehingga timbul perdarahan
dan hormon-hormon ovarium berada dalam kadar paling rendah
2. Masa proliferasi dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14.
Setelah menstruasi berakhir, dimulailah fase proliferasi dimana terjadi
pertumbuhan dari desidua fungsionalis untuk mempersiapkan rahim
untuk perlekatan janin. Pada fase ini endometrium tumbuh kembali.
Antara hari ke-12 sampai 14 dapat terjadi pelepasan sel telur dari
indung telur (disebut ovulasi).
3. Masa sekresi. Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi.
Hormon progesteron dikeluarkan dan mempengaruhi pertumbuhan
endometrium untuk membuat kondisi rahim siap untuk implantasi
(perlekatan janin ke rahim).

Gambar 7. Daur Menstruasi

Masa Subur adalah masa dimana akan terjadi kehamilan pada saat
fertilisasi. Pada masa itulah, sel telur yang dihasilkan berada dalam keadaan siap
untuk dibuahi.

FISIOLGI OTOT POLOS iii


BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Ovarium adalah salah satu organ sistem reproduksi wanita, sistem
reproduksi terdiri dari ovarium, tuba fallopi, uterus dan vagina. Wanita
pada umumnya memiliki dua indung telur kanan dan kiri, yang dengan
mesovarium menggantung di bagian belakang ligamentum latum, kiri dan
kanan.
Ovarium terdiri dari 3 fungsi utama, yaitu:
a. Menyimpan ovum (telur) yang dilepaskan satu setiap bulan.
b. Memproduksi hormon estrogen dan progesterone.
c. Ovarium berfungsi mengeluarkan hormon steroid dan peptida seperti
estrogen dan progesteron.
 Struktur ovarium terdiri atas: korteks disebelah luar yang diliputi oleh
epitelium germinativum dan medulla di sebelah dalam korteks.
 Ovarium menghasilkan beberapa hormon antara lain : hormon
esterogen, progesteron, GNRH (gonatrofin realising hormone), FSH,
dan LH. Estrogen sebenarnya terdiri dari estradiol, estron dan estriol.
Namun zat yang paling berperan adalah estradiol. Oleh karena itu
dalam penjelasan di atas lebih sering digunakan kata estradiol, meski
di buku-buku lain banyak yang menggunakan kata estrogen. Istilah
ovum sendiri adalah imajiner/tidak bisa dibayangkan. Sel yang
diovulasikan adalah oosit. Setelah keluar, oosit tersebut lebih sering
dipanggil ovum.

FISIOLGI OTOT POLOS iii


DAFTAR PUSTAKA
Guyton AC, Hall JE. Textbook of medical physiology. 11th ed.
Pennsylvania: Elsevier Inc; 2006. p. 1011-22.
Sheerwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. 2nd ed. Jakarta: EGC;
2001. p. 633-732.
Vander et.al. Human physiology – the mechanism of body function. 8th ed.
USA: The McGraw-Hill Companies; 2001. p. 681-3.
Ganong WF. Review of medical physiology. 20th ed. USA: The McGraw-
Hill Companies; 2001. p.505-6.

FISIOLGI OTOT POLOS iii

Anda mungkin juga menyukai