Anda di halaman 1dari 21

TUGAS KELOMPOK KEPERAWATAN ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KELAINAN


KONGENITAL PADA SISTEM RESPIRASI : BRONCHOMALASIA

Disusun Oleh :
Kelompok II

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RS BAPTIS KEDIRI


PRODI KEPERAWATAN STRATA 1
TAHUN 2017/2018
Daftar Nama Kelompok

1. Alif Lusy W
2. Ardaninggar Kusumaning Ratri N.A.W
3. Ellen Naftalia K
4. Verenika Okcitasinara H
5. Yerni Rambu Woji
6. Yusak Briga Prakusa
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "Asuhan keperawatan pada anak dengan
kelainan congenital pada system respirasi : bronchomalasia” Makalah ini disusun
guna memenuhi tugas mata kuliah keperawatan anak. Makalah ini tentunya jauh dari
sempurna, maka dari itu kritik dan saran kami perlukan guna perbaikan penyusunan
makalah berikutnya.

Kediri, 18 Maret 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

Daftar Nama kelompok


Kata Pengantar
Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan

BAB II PEMBAHASAAN
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
2.3 Klasifikasi
2.4 Patofisiologi
2.5 Pathway
2.6 Manifestasi klinis
2.7 Komplikasi
2.8 Pemeriksaan Penunjang
2.9 Penatalaksanaan Medis
2.10 Penatalaksanaan Keperawatan

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Bronkomalsia dapat dideskripsikan sebagai defek kelahiran pada bronkus di
traktus respiratorius. Malasia kongenital pada saluran udara/nafas besar
merupakan salah satu dari respiratorius. Malasia kongenital pada saluran
udara/nafas besar merupakan salah satu dari beberapa penyebab okstruksi
saluran nafas ireversibel pada anak, dengan gejala bervariasi yang dapat
berupa wheezing rekuren dan infeksi saluran nafas bawah rekuren sampai
dispneu berat dan insufisiensi respirasi
1.2 Rumusan masalah
a. Apa yang dimaksud dengan bronchomalasia?
b. Bagaimana penatalaksanaan asuhan keperawatan pada anak dengan kelainan
kongenital pada system respirasi : bronchomalasia?
1.3 Tujuan
a. Memahami tentang bronchomalasia
b. Mengetahui bagaimana penatalaksaan pada pasien anak dengan
bronchomalasia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Malasia napas kongenital adalah salah satu dari beberapa penyebab
obstruksi saluran udara ireversibel pada anak-anak, tetapi kejadian pada populasi
umum tidak diketahui. udara ireversibel pada anak-anak, tetapi kejadian pada
populasi umum tidak diketahui. Malasia nafas berat atau malacia berhubungan
dengan sindrom tertentu biasanya diakui dan didiagnosis awal masa bayi, tetapi
informasi tentang fitur klinis anak didiagnosis awal masa bayi, tetapi informasi
tentang fitur klinis anak dengan malacia primer, sering didiagnosis hanya kemudian
di masa kecil, langka (Firdiansyah, 2017)

Bronkomalasia adalah masalah bawaan yang timbul dari dukungan tulang


rawan berkurang dari saluran udara yang lebih kecil (di bawah trakea, atau
tenggorokan). Tulang rawan melemah biasanya menyempit lebih mudah selama
ekspirasi dan memperpanjang rawan melemah biasanya menyempit lebih mudah
selama ekspirasi dan memperpanjang waktu, atau mencegah dahak dan sekresi
mnejadi terperangkap. Biasanya banyak menyerang waktu, atau mencegah dahak dan
sekresi menjadi terperangkap. Biasanya banyak menyerang pada anak usia kurang
dari 6 tahun (Children’s National Health System,2016)

Bronkomalsia juga dapat dideskripsikan sebagai defek kelahiran pada bronkus di


traktus respiratorius. Malasia kongenital pada saluran udara/nafas besar merupakan
salah satu dari respiratorius. Malasia kongenital pada saluran udara/nafas besar
merupakan salah satu dari beberapa penyebab okstruksi saluran nafas ireversibel
pada anak, dengan gejala bervariasi yang dapat berupa wheezing rekuren dan
infeksi saluran nafas bawah rekuren sampai dispneu berat dan insufisiensi respirasi
(Akhyar, 2010)
2.2 Etiologi
Bronkomalasia paling sering terjadi pada saat lahir (kongenital) dan hingga saat
ini tidak diketahui mengapa tulang rawan tidak terbentuk dengan baik (Firdiansyah,
2017)

Bronkomalasia adalah runtuhnya dinamis dari satu atau kedua bronkus utama dan
atau divisi lobus atau segmental distal mereka yang dapat terjadi karena cacat yang
melekat pada divisi lobus atau segmental distal mereka yang dapat terjadi karena
cacat yang melekat pada kartilago atau dari kompresi extinsik. Bronkomalasia
lebih sering muncul dengan trakeomalasia dibandingkan dengan lesi yang terisolasi.
bronchomalacia terlihat dominan di sisi kiri (35,7%) dibandingkan dengan kanan
(22%). Bronkomalasia paling sering terlihat pada bronkus batang utama kiri,
bronkus lobus kiri atas, bronkus lobus kanan tengah, dan bronkus batang utama
kanan, dalam urutan prevalensi menurun. ada juga dominasi laki-laki pada lesi ini
(Laberge, 2008)

Pengobatan sering konservatif, karena banyak dari anak-anak ini akan membaik
ketika saluran udara mereka matang dan tumbuh dengan berjalannya waktu. Ketika
Bronkomalasia parah dan berkembang menjadi kompromi pernapasan,
tracheostomy dan ventilasi tekanan positif dapat diindikasikan. Selain itu,
perawatan bedah dari sumber kompresi eksternal, seperti dengan aortopeksi dapat
membantu. Stent juga dapat digunakan, seperti yang didiskusikan dengan
Traakomalasia, tetapi mereka memiliki komplikasi serius termasuk caut,
penghilangan yang sulit, pembentukan jaringangranulasi. Dengan demikian ini harus
disediakan untuk situasi yang muncul dan bukan untuk terapi jangka panjang
saat ini (Laberge, 2008)

Bronkomalasia primer melibatkan defek pada kartilago. Ini dapat berasal


dari prematuritas, defek struktural tulang rawan yang melekat, atau dari
ketiadaan congenital cincin tulang rawan di bronkus subsegmental sepertiyang
terlihat dengan sindrom Williamscampbell. rembesan saluran napas distal pada
sindrom William-Campbell dapat menyebabkan bronkiektasis. bronchomalacia
sekunder terjadi dari kompresi eksternal oleh struktur jantung diperbesar atau
anomali vaskular mirip dengan trakeomalasia sekunder. Bronchomalacia juga
dapat dikaitkan dengan emfisemalobus kongenital yang menyebabkan hiperinflasi
pada jaringan yang terkena. (Laberge, 2008)

Secara simtomatik, pasien datang dengan gambaran yang mirip dengan


trakeomalasia. Pasien dapat mengalami stridor, mengi, batuk terus-menerus,
infeksi pernapasan berulang, gangguan pernapasan, dan sianosis. Mereka sering
hadir pada masa bayi dengan infeksi pernafasan pertama mereka.
Bronchomalacia sering salah didiagnosis sebagai asma dan dengan demikian
dapat terjadi keterlambatan diagnosis. Diagnosis dan diferensiasi dari asma dilakukan
oleh bronkoskopi dengan pernapasan spontan di mana karakteristik dinamis dari
saluran napas dapat disaksikan. (Laberge, 2008)

2.3 Klasifikasi
1. Bronkomalasia primer
a) Disebabkan oleh defisiensi pada cincin kartilago
b) Diklasifikasikan sebagai kongenital
2. Bronkomalasia sekunder
a) Merupakan kelainan didapat (bukan kongenital)
b) Disebabkan oleh kompresi ekstrinsik (luar), dapat dari pelebaran pembuluh-
pembuluh darah, cincin vascular, atau kista bronkogenik.

2.4 Patofisiologi
Ketika kita hirup masuk dan keluar, udara masuk ke dalam hidung dan mulut,
melalui kontak suara (Laring) ke dalam tenggorokan (trakea), yang terbagi
menjadi dua cabang(bronkus kanan dan kiri) yang masing-masing paru-paru. Trakea
dan bronkus terbuat dari cincin tidak lengkap dari tulang rawan dan jika tulang
rawan ini lemah tidak dapat mendukung jalan nafas (Firdiansyah, 2017)
Pada bayi cincin tulang rawan trakea terbuka sehingga udara bisa
didapatkan dari tenggorokan ke paru-paru. Ketika cincin ini kecil, berbentuk aneh,
tidak kaku cukup, atau tidak membentuk sama sekali maka trakea dapat menutup ke
dalam dirinya sendiri. Hal ini mungkin terjadi saat mengembusankan nafas dan
menangis. Hal ini dapat menyebabkan mengi, batuk, sesak napas, dan/atau napas
cepat. Biasanya tulang rawan berkembang dengan sendirinya dari waktu ke waktu
sehingga tracheomalasia tidak lagi masalah. Sementara lebih umum pada bayi,
tracheomalasia tidak terjadi pada orang dewasa. Ketika masalah yang sama
terjadi di saluran napas kecil disebut bronchomalacia. Saluran udara dari paru-
paru yang pelunakan (dinding saluran kemih) (Firdiansyah, 2017)

2.5 Pathway

BRONKOMALASIA

Kelainan Kongenital

Defisiensi pada cincin kartilago

Menutup saluran pernafasan kecil


(bronkus)

Sesak nafas

KETIDAKEFEKTIFAN
RISIKO ASPIRASI Batuk tidak efektif POLA NAFAS
Akumulasi mukus Mudah terjadi infeksi di
KETIDAKSEIMBANGAN tulang rawan
NUTRISI KURANG DARI
Pengeluaran energy
KEBUTUHAN TUBUH
berlebihan
RISIKO INFEKSI

Anoreksia Kelelahan INTOLERANSI


AKTIVITAS

Cemas
DEFISIT
PENGETAHUAN

ANSIETAS

2.6 Manifestasi klinis


1. Batuk dengan suara brassy atau barking
2. Sesak nafas
3. Ditemukan suara wheezing(mengi)
4. Infeksi pada saluran nafas bawah berulang
5. Kelelahan
6. Apnea

2.7 Komplikasi
1. Pneumonia
2. Bronkitis
3. Polychondritis
4. Asma
2.8 Pemeriksaan Penunjang
1. Bronkoskopi
2. CT Scan dada
3. MRI dada

2.9 Penatalaksanaan Medis


1. Time Invasisf minimal, bersamaan dengan pemberian tekanan udara positif yang
kontinu.
2. Tekanan udara positif kontinu
3. Trakheotomi Prosedur pembedahan pada leher untuk membuka/ membuat saluran
udara langsung melalui sebuah insisi di trakhe (the windpipe).

2.10 Penatalaksanaan Keperawatan


2.10.1 Pengkajian
Pada pengkajian pasien dengan Bronkomalasia (Kharismawati, 2017)
biasanya akan didapatkan data:
a. Aktivitas/istirahat
Gejala :
- Keletihan, kelelahan, malaise.
- Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari – hari.
- Ketidakmampuan untuk tidur.
- Dispnoe pada saat istirahat.
Tanda: Keletihan, Gelisah, insomnia.

b. Kelemahan umum/kehilangan massa otot.


Gejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah.
Tanda :
- Peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi jantung/takikardia berat.
- Distensi vena leher.
- Edema dependent
- Bunyi jantung redup.
- Warna kulit/membran mukosa normal/cyanosis
- Pucat, dapat menunjukkan anemi.

c. Integritas Ego
Gejala :
- Peningkatan faktor resiko
- Perubahan pola hidup
Tanda : Ansietas, ketakutan, peka rangsang.

d. Makanan/cairan
Gejala :
- Mual/muntah.
- Nafsu makan buruk/anoreksia
- Ketidakmampuan untuk makan
- Penurunan berat badan, peningkatan berat badan
Tanda :
- Turgor kulit buruk
- Edema dependen
- Berkeringat.
- Penurunan berat badan
- Palpitasi abdomen

e. Hygiene
Gejala : Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan
Tanda : Kebersihan buruk, bau badan.

f. Pernafasan
Gejala :
- Batuk brassy
- Episode batuk terus menerus
Tanda :
- Pernafasan biasa cepat.
- Penggunaan otot bantu pernafasan
- Bunyi nafas ronchi/wheezing
- Perkusi hyperresonan pada area paru.
- Warna pucat dengan cyanosis bibir dan dasar kuku, abu – abu keseluruhan.

g. Keamanan
Gejala :
- Riwayat reaksi alergi terhadap zat/faktor lingkungan.
- Adanya/berulangnya infeksi.

h. Interaksi sosial
Gejala :
- Hubungan ketergantungan
- Kegagalan dukungan/terhadap pasangan/orang dekat

i. Penyakit lama/ketidakmampuan membaik.


Tanda : Ketidakmampuan untuk mempertahankan suara karena distress pernafasan

2.10.2 Diagnosa Keperawatan


Berdasarkan Nanda 2015- 2017, diagnosa pada pasien dengan Bronkomalasia
berupa:
a) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan deformitas tulang rawan.
b) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispneu,
anoreksia, mual muntah.
c) Resiko tinggi terhadap infeksi
d) Intoleran aktifitas berhubungan dengan insufisiensiventilasi dan oksigenasi.
e) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
f) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
proses penyakit
2.10.3 Intervensi Keperawatan
No DX Tujuan Rencana Tindakan Rasional
KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak Perbaikan  Ajarkan pasien  Membantu pasien
efektif dalam pola pernafasan memperpanjang
berhubungan nafas. diafragmatik waktu ekspirasi.
dengan deformitas dan pernafasan Dengan teknik ini
tulang rawan bibir pasien akan
bernafas lebih
efisien dan efektif.
 Berikan  Memungkinkan
dorongan pasien untuk
untuk melakukan
menyelingi aktivitas tanpa
aktivitas dan distres berlebihan.
periode istira
hat

 Berikan  Menguatkan dan


dorongan mengkondisikan
penggunaan otot- otot
pelatihan otot- pernafasan
otot pernafasan
jika diharuskan
2. Perubahan nutrisi Menunjukk  Kaji kebiasaan  Pasien distress
kurang dari an peningka diet. pernafasan akut,
kebutuhan an berat anoreksia karena
berhubungan badan. dispnea, produksi
dengan dispneu, sputum.
anoreksia, mual  Auskultasi  Penurunan bising
muntah. bunyi usus usus menunjukkan
penurunan
motilitas gaster.
 Berikan  Rasa tidak enak,
perawatan oral bau adalah
pencegahan utama
yang dapat
membuat mual
dan muntah.
 Timbang berat  Berguna
badan sesuai menentukan
indikasi. kebutuhan kalori
dan evaluasi
keadekuatan
rencana nutrisi.
 Konsul ahli  Kebutuhan kalori
gizi yang didasarkan
pada kebutuhan
individu memberi
kan nutrisi maksi
mal
3. Resiko tinggi Mengidentif  Awasi suhu.  Demam dapat
terhadap infeksi ikasi terjadi karena
berhubungan intervensi infeksi atau
dengan menetap untuk dehidrasi.
nya sekret, proses mencegah  Observasi  Sekret berbau,
penyakit kronis resiko warna, bau kuning dan
tinggi sputum. kehijauan
menunjukkan
adanya infeksi.
 Tunjukkan dan  Mencegah penye
bantu pasien baran patogen.
tentang
pembuangan
sputum.

 Diskusikan  Malnutrisi dapat


kebutuhan mempengaruhi
masukan kesehatan umum
nutrisi dan menurunkan
adekuat. tekanan darah
terhadap infeksi.

 Berikan anti  Dapat diberikan


mikroba sesuai untuk organisme
indikasi khusus yang
teridentifikasi
dengan kultur.
4. Intoleran aktifitas Menunjukk  Dukung pasien  Otot-otot yang
berhubungan an perbaik dalam mene mengalami
dengan insufisiensi an dengan gakkan latihan kontam inasi
ventilasi dan aktivitas teratur dengan membutuhkan
oksigenasi. intoleran menggunakan lebih banyak O2
exercise,berjal
an perlahan/
latihan yang se
suai.
5. Ansietas Pasien akan  Kaji tingkat  Dengan menge
berhubungan mengalami kecemasan tahui tingkat
dengan perubahan penurunan (ringan, kecemasan klien,
status kesehatan rasa ketakut sedang, berat). sehingga mem
an dan ansie udahkan tindakan
tas. selanjutnya.

 Berikan  Dukungan yang


dorongan baik memberikan
emosional. semangat tinggi
untuk menerima
keadaan penyakit
yang dialami.

 Beri dorongan  Mengungkapkan


mengungkap masalah yang
kan ketakutan dirasakan akan
/masalah. mengurangi beban
pikiran yang
dirasakan.
 Jelaskan jenis  Penjelasan yang
prosedur dari tepat dan memaha
pengobatan. mi penyakitnya
sehingga mau
bekerjasama
dalam tindakan
perawatan dan
pengobatan.

 Beri dorongan  Diharapkan


spiritual kesabaran yang
tinggi untuk
menjalani perawat
an dan menyerah
kan pada Tuhan
YME atas kesem
buhannya.
6 Kurang pengetahu Mengatakan  Jelaskan  Menurunkan
an yang berhubung pemahaman proses ansietas dan dapat
an dengan kurang kondisi/ penyakit menimbulkan
nya informasi proses individu partisipasi pada
tentang proses penyakit rencana
penyakit dan pengobatan.
tindakan.
 Instruksikan  Nafas bibir dan
untuk latihan nafas abdominal
nafas, batuk membantu
efektif dan meminimalkan
latihan kondisi kolaps jalan nafas
umum. dan meningkatkan
toleransi aktivitas
 Diskusikan Faktor
faktor individu lingkungan dapat
yang menimbulkan
meningkatkan iritasi bronchial
kondisi dan peningkatan
misalnya produksi sekret
udara, serbuk, jalan nafas.
asap tembakau
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bronkomalasia adalah masalah bawaan yang timbul dari dukungan
tulang rawan berkurang dari saluran udara yang lebih kecil (di bawah trakea,
atau tenggorokan). Tulang rawan melemah biasanya menyempit lebih mudah
selama ekspirasi dan memperpanjang rawan melemah biasanya menyempit lebih
mudah selama ekspirasi dan memperpanjang waktu, atau mencegah dahak dan
sekresi menjadi terperangkap.
3.2 Saran
Pada saat bayi baru lahir harus sesegera mungkin untuk memeriksa bagaimana
cara nafas bayi, untuk mengetahui apakah terjadi penyumbatan atau tidak.
Daftar Pustaka
https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://edoc.site/downloa
d/makalah-bab-ii-dan-iii-bronkomalasia-pdf-
free.html&ved=2ahUKEwjohZLyvZDhAhWOWX0KHaKNAmkQFjAIegQICBAB
&usg=AOvVaw0NOneGDfHwkX73R894JyUG&cshid=1553076892800

Lampiran

Anda mungkin juga menyukai