LEMBAR PENGESAHAN
Telah disetujui dan disahkan oleh PT. Indonesia Power UBP Suralaya
PEMBIMBING :
MENGETAHUI,
DEPUTY GENERAL MANAGER
BIDANG UMUM
LEMBAR PENGESAHAN
Telah disetujui dan disahkan oleh PT. Indonesia Power UBP Suralaya
PEMBIMBING :
MENGETAHUI,
DEPUTY GENERAL MANAGER
BIDANG UMUM
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
Rahmat dan Karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan kerja praktek yang
dilikukan di PT. Indonesia Power UBP Suralaya yang ditandai dengan selesainya
penuliusan laporan ini. Penulisan laporan kerja praktek ini merupakan persyaratan
akademis yang wajib dipenuhi oleh setiap mahasiswa Program Studi Teknik Elektro
Universitas Mercu Buana.
Selama pelaksanaan kerja praktek dan penulisan laporan, penulis memperoleh
banyak mendapatkan bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak, selain itu penulis
mendapatkan kesempatan untuk merasakan situasi dan kondisi di dunia kerja yang cukup
berbeda dengan lingkungan di kampus saat menjalani peruses perkuliahan. Selain itu
penulis juga diberi kesempatan untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang ada
sehingga penulis dapat mencoba menyimpulkan serta melakukan analisis permasalahan
yang terjadi dengan menggunakan pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah,
meskipun kondisi dilapangan tidak selalu sesuai dengan teori yang ada.
Dalam penulisan praktek kerja praktek ini serta pelaksanaan kerja praktek ini
penulis banyak mendapatkan bimbingan, bantuan serta pantauan dari berbagai pihak,
maka dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih pada semua pihak
yang telah membantu dalam pelaksanaan kerja praktek serta penyusunan laporan ini,
khususnya kepada :
1. Orang tua tercinta serta kakak-kakakku yang selama ini telah memberikan
semangat, dukungan serta bantuan dan doa sehingga penulis dapat melakukan
kerja praktek dengan lancar.
2. Bpk. Ir. Yudhi Gunardhi, selaku dosen pembimbing dan Kepala Program Studi
Teknik Elektro Universitas Mercu Buana yang telah memberikan motivasi serta
masukan selama proses sosialisasi kerja praktek.
3. Bpk. Ir. Sudirmanto, MM selaku General Manajer PT. Indonesia Power UBP
Suralaya dimana saya menunaikan kerja praktek.
4. Bpk. Ridwan Suwarno, SE selaku Deputi General Manager bidang Umum PT.
Indonesia Power UBP Suralaya.
5. Bpk. Endang Hidayat selaku Manager SDM dan HUMAS PT. Indonesia Power
UBP Suralaya.
6. Bpk. Ade Hendratno, BE selaku Manager Bidang PEP PT. Indonesia Power
UBP Suralaya.
7. Bpk. Agus Tresma, A.Md. selaku Supervisor Pemeliharaan Listrik Energi
Primer yang telah membimbing baik diruang kerja dan pengarahan langsung
di lapangan Unit 1-7.
8. Bpk. Tatang Sahmadi selaku SPS KAM&MAS.
9. Bpk. M. Kurniawan dan Bpk. Mulyadi selaku senior teknisi senior energi
primer UNIT 1-7 yang telah banyak membantu penulis menyelesaikan
permasalahan yang belum penulis pahami dari awal kerja praktek.
10. Bpk. Joko Mulyono, S.Sos. yang telah memberikan masukan serta dorongan
agar mengikuti kegiatan layaknya karyawan yang berada di Suralaya.
11. Bpk. Cutarya selaku pelaksana publikasi, yang telah memberikan banyak
masukan, penjelasan serta pengetahuan mengenai UBP Suralaya, serta
bimbingan ketika pertama kali memulai kerja praktek.
12. Teman – teman Teknik Elektro UMB : Dian Novira, Ridwan, Vicky, Galih,
B’dhu, Janu, Anton, Rijal dan Sumardi yang selalu memberikan motivasi untuk
tidak tertinggal rekan satu angkatan.
13. Teman – teman PKL di Lingkungan Suralaya : Abi, Deden, Faisal, Adit, Randa,
Hafizz, Arie dkk.
14. Seluruh Staff Suralaya yang bersedia bersenda gurau ketika jam makan siang
serta istirahat.
15. Dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan kerja
praktek ini.
Penulis berharap laporan kerja praktek ini tidak menjadi sesuatu yang sia – sia
karena penulis berharap agar kerja praktek ini dapat menjadi bekal untuk kedepannya.
Keritik dan saran membangun sangat diharapkan untuk perbaikan di kemudian hari.
Akhir kata semoga hasil penulisan laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
)...........................
III.3. Coal Handling Area 34
....................................................................................
III.3.1. Unloading Area 34
....................................................................................
III.3.2. Coal Stock Area ................................................................................... 36
III.3.3. Power Plant 36
..........................................................................................
III.4. Bagian – Bagian Coal Handling System .................................................... 37
III.4.1. Peralatan Utama 37
...................................................................................
III.4.2. Peralatan Bantu 43
....................................................................................
III.4.3. Peralatan Pengaman ( Proteksi ) 45
..........................................................
III.5. Coal Handling System 1 – 4 dst Berikut Penjelasannya ............................ 47
- Wiring Diagram -
- Tabel Preventive Maintenance & Prosedur Pengecekan Kendala -
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Salah satu energi pada era teknologi dan globalisasi seperti sekarang inni sulit dipisahkan
dari kehidupan manusia ialah kebutuhan akan energi listrik. Kemudahan energi listrik
untuk diubah menjadi energi lain membuat pemanfaatanya telah mencangkup hampir
keseluruh aspek kehidupan baik rumah tangga, industri, pemerintahan, pertahanan dan
sebagainya. Perkembangan pertumbuhan industri serta bertambahnya jumlah penduduk
menuntun penyediaan energi yang semakin banyak. Oleh karena itu didirikanlah
pembangkit-pembangkit tenaga listrik yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhsn
konsumen. Dari berbagai jenis pembangkit yang ada maka penulis memfokuskan
pembahasan pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap ( PLTU ). Untuk mendukung
keberlanggsungan proses produksi PLTU dalam jangka waktu yang lama maka
dibutuhkan bagian pemeliharaan ( maintenance ) agar tercipta efisiensi pada perusahaan
serta menjamin berjalanya proses keseluruhan sistem dalam waktu yang lama.
Pentinganya fungsi maintenance dalam industri merupakan hal yang tidak
terbantahkan. Meskipun tidak segemerlap fungsi pemasaran atau penelitian serta tidak
terlalu diperhatikan sebagaimana fungsi produksi. Akan tetapi akan banyak permasalahan
yang akan timbul jika maintenance tidak dilakukan, antara lain ialah operasi yang tidak
aman, kerugian daya, terhambatnya produksi, kegagalan sistem secara keseluruhan dan
lain sebagainya. Jika ditinjau lebih lanjut maka maintenance mencakup terhadap dua jenis
konsep yaitu pemeliharaan dan perawatan. Pemeliharaan dapat diartikan sebagai
kegiatan untuk menjaga suatu barang agar tetap baik dan sehat selama mungkin,
Sedangkan pemeliharaan dapat diartikan sebagai kegiatan mengembalikan/merawat
barang yang telah rusak agar dapat kembali berfungsi seperti semula. Pada lokasi sistem
yang ditinjau yaitu UBP Suralaya, memiliki beberapa unit pembangkit sehingga
penanggung jawab pemeliharaan dibagi menjadi dua, yaitu untuk unit 1-4 dan untuk 5-7.
Pada unit 5-7 memiliki bagian maintenance harian yang dikepalai oleh manager harian 5-
7 yang disusun oleh supervisor senior harian pada bidang dan bagian masing-masing,
yaitu turbin,listrik,boiler, control serta Auxiliary.
Penelitian yang dilakukan kali ini difokuskan pada bagian Magnetic Separator (
MS ) karena dari proses pemeliharaan serta perawatan, maka magnetic separator
merupakan salah satu bagian terpenting dari PLTU Suralaya. Hal ini dikarenakan jika
dilihat dari proses pemeliharaan baik mingguan atau bulanan Magnetic Separator cukup
sederhana dan memiliki peranan yang cukup besar dalam berjalannya seluruh sistem
tanpa harus merusak mill ( penghalus batu bara ). Jika hal tersebut terjadi atau dengan
kata lain pasokan batu bara yang akan masuk ke dalam boiler akan terganggu. Kegiatan
maintenance magnetic separator unit 1 – 4 dibagi menjadi beberapa bagian diantaranya
maintenance periodok, serta work order preventif maintenance. Supervisor senior harian
magnetik separator membawahi tiga bidang str room, teknisi ahli, serta elektro magnet.
Analisa akan difokuskan terhadap Magnetic Separator ( M.S.), jika ditinjau lebih dalam
banyak terdapat kasus yang menarik. Mulai dari analisa di Kontaktor, Fuse, Motor AC
dan AC. Apakah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap produksi sistem di unit 1 – 4
maupun antara status work ordernya sendiri serta apakah kinerja para pegawai masih
dapat ditingkatkan agar efektifitas preventif dapat dioptimalkan.
I.2 Batasan Permasalahan
Karena sistem instalasi Coal Handling ini sangat luas dan terdiri dari banyak peralatan
dan keterbatasan waktu dalam kerja praktek ini, maka penulis membatasi topik permasalahan
pada Magnetic Separator Unit 1 – 4 PT. INDONESIA POWER.
I.3 Tujuan
Tujuan Umum
Mengetahui kondisi eksisting bagian pemeliharaan Magnetik Separator unit 1 – 4
khususnya work order serta efektifitas Preventif Maintenance ( PM )
Tujuan Khusus
a. Mengetahui tren kerusakan yang terjadi pada masa PKL mulai 3 Agustus 2010
– 28 Agustus 2010.
b. Mengetahui waktu efektif pekerja pada bagian pemeliharaan Magnetik
Separator unit 1 – 4.
c. Membandingkan kriteria performasi kinerja bidang yang ditetapkan oleh SPS
( Supervisor Harian ) dengan performansi pada literatur mengenai
maintenance manajemen dengan standar manufaktur.
d. Mengetahui korelasi antara work out M.S antara :
1. 60 VDC atau 15 %
2. 220 VDC atau 55 %
3. 400 VDC atau 100 %
e. Menganalisa apabila ada trouble shoot baik di Junction House B maupun di
MCC room
I.4 Manfaat
Bagi mahasiswa
a. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kerja Praktek berupa laporan yang mana
penulis memilih jenis laporan dengan konten berupa analisa troubleshooting
serta proses analisa terhadap kondisi eksisting perusahaan yang kemudian
memberikan usulan perbaikan dari kondisi yang ada saat ini.
b. Memperoleh pengalaman secara langsung penerapan ilmu yang diperoleh saat
kuliah pada kondisi nyata di dunia industri.
c. Menambah wawasan serta pengalaman mengenai situasi dunia kerja yang
sebenarnya.
d. Melatih kemampuan analisa permasalahan menggunakan tools – tools yang
telah dipelajari ( wiring diagram ).
Bagi institusi pendidikan
a. mendapatkan masukan mengenai sistem pengajaran yang sesuai dengan
lingkungan kerja yang sebenarnya.
b. meningkatkan kualitas dan pengalaman lulusan yang dihasilkan.
Bab I Pendahuluan
Pada bab ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah, batasan permasalahan
tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II
DATA UMUM PT. INDONESIA POWER SURALAYA
hingga 28 Agustus 2010. Berikut ialah susunan kegiatan selama peroses Kerja Praktek
yang telah di strukturkan oleh perusahaan :
Minggu ke – 1 : Proses orientasi perusahaan, dengan diberikan penjelasan
mengenai keseluruhan sistem di perusahaan serta peninjauan terhadap lokasi –
lokasi keseluruh bagian perusahaan, menuju lokasi penempatan dibagian untuk
Kerja Praktek
Minggu ke – 2 : Menuju ke lapangan untuk mengetahui peroses sesuai dengan
bidang yang difokuskan, yaitu pemeliharaan Magnetik Separator unit 1 – 4.
melaksanakan tugas yang diberikan SPV harian Coal Handling, serta belajar
mengenai maintenance, mengumpulkan data dari ruang kerja SPS, serta dari
lapangan.
Minggu ke – 3 dan 4 : penyusunan dan penyelesaian laporan serta pengumpulan
data yang diambil dari data perusahaan. Mmempelajari ilmu maintenance lainnya
yang diberikan SPS harian mengenai Magnetik Separator.
Logo mencerminkan identitas dari PT. Indonesia Power sebagai Power Utility
Company terbesar di Indonesia.
II. 3. 1. Bentuk
II. 3. 2 Warna
POWER, maka warna ini menunjukkan produk tenaga listrik yang dihasilkan
perusahaan memiliki ciri-ciri :
- Berteknologi tinggi.
- Efisien.
- Aman.
- Ramah lingkungan.
II.4 Visi, Misi, Motto, Tujuan, dan Paradigma PT. INDONESIA POWER
“Menjadi Perusahaan publik dengan kinerja kelas dunia dan bersahabat dengan
lingkungan”.
Misi
“Melakukan usaha dalam bidang ketenagalistrikan dan mengembangkan usaha
lainnya yang berkaitan berdasarkan kaidah industri dan niaga yang sehat guna
menjamin keberadaan dan pengembangan perusahaan dalam jangka panjang”.
Motto
“ Bersama kita maju “.
Tujuan
A. Menciptakan mekanisme peningkatan efisiensi yang terus menerus dalam
penggunaan sumber daya perusahaan.
B. Meningkatkan pertumbuhan perusahaan secara berkesinambungan dengan
bertumpu pada usaha penyediaan tenaga listrik dan sarana penunjang yang
berorientasi pada permintaan pasar yang berwawasan lingkungan.
C. Menciptakan kemampuan dan peluang untuk memperoleh pendanaan dari
berbagai sumber yang saling menguntungkan.
D. Mengoperasikan pembangkit tenaga listrik secara kompetitif serta mencapai
standar kelas dunia dalam hal keamanan, kehandalan, efisiensi, maupun
kelestarian lingkungan.
E. Mengembangkan budaya perusahaan yang sehat diatas saling menghargai
antar karyawan dan mitra serta mendorong terus kekokohan integritas pribadi
dan profesionalisme.
II. 4. 1. Paradigma
“Hari ini lebih baik dari hari kemarin, hari esok lebih baik dari hari ini”.
II. 5. Budaya perusahaan, Lima filosofi Perusahaan, dan Tujuh nilai Perusahaan PT.
INDONESIA POWER (IP-HaPPPI)
Sasaran dari bidang ini adalah mendukung pemenuhan rencana penjualan dengan
biaya yang optimal dan kompetitif serta meningkatkan pelayanan pasokan. Untuk
mencapai sasaran tersebut, strateginya adalah sebagai berikut :
1. Melakukan optimalisasi kemampuan produksi terutama pembangkit beban
dasar dengan biaya murah.
2. Meningkatkan efisiensi operasi pembangkit baik biaya bahan maupun biaya
pemeliharaan.
3. Meningkatkan optimalisasi pola operasi pembangkit.
4. Meningkatkan kehandalan pola pembangkit.
5. Meningkatkan keandalan dengan meningkatkan availability, menekan gangguan
dan memperpendek waktu pemeliharaan.
UBP Suralaya merupakan salah satu unit pembangkit yang dimiliki oleh PT Indonesia
Power. Diantara pusat pembangkit yang lain, UBP Suralaya memiliki kapasitas daya terbesar
dan juga merupakan pembangkit paling besar di Indonesia. PLTU Suralaya dibangun melalui
tiga tahapan yaitu :
Tahap I Membangun dua unit PLTU, yaitu unit 1 dan 2 yang masing-masing berkapasitas
400 MW. Dimana pembangunannya dimulai pada bulan Mei 1980 sampai
dengan bulan Juni 1985 dan telah beroperasi sejak tahun 1984, tepatnya pada
tanggal 4 April 1984 untuk unit 1 dan 26 Maret 1985 untuk unit 2.
Tahap II Membangun dua unit PLTU yaitu unit 3 dan 4 yang masing-masing berkapasitas
400 MW. Dimana pembangunannya dimulai paada bulan Juni 1985 dan berakhir
sampai dengan bulan Desember 1989. dan telah beroperasi sejak 6 Februari
1989 untuk unit 3 dan 6 November 1989 untuk unit 4.
Tahap III Membangun tiga unit PLTU, yaitu unit 5,6, dan 7 yang masing-masing
berkapasitas 600 MW. Pembangunannya dimulai sejak bulan Januari 1993
dan telah beroperasi pada bulan Oktober 1996 untuk 5. untuk unit 6 pada
bulan April 1997 dan Oktober 1997 untuk unit 7.
No. Item Unit 1 Unit 2 Unit 3 Unit 4 Unit 5 Unit 6 Unit 7 Unit 8
2 FIRST FIRING 26-06-84 11-03-85 28-05-88 04-02-89 22-06-96 26-01-97 14-07-97 PROSES
COMMERCIAL
4 OPERATOR
04-04-85 26-03-86 06-02-89 06-11-89 25-06-97 25-06-97 19-12-97 PROSES
LOUNCHING BY
5 PRESIDENT
10-08-1985 17-05-1990 PROSES
Untuk produksi listrik pada unit-unit bisnis pembangkitan dari tahun 1999 sampai
dengan Triwulan pertama tahun 2005 dapat di lihat pada Tabel II.4.
Sedangkan dalam menyuplai kebutuhan akan tenaga listrik dari Jawa Bali dari
tahun 1998 sampai 2004 tidak hanya PT. Indonesia Power yang menyuplai tetapi juga
pembangkit yang lain yaitu IPP dan PJB, seperti diperlihatkan pada Tabel II.4.
PLTU Suralaya terletak di desa Suralaya, Kecamatan Pulo Merak, Serang, Banten.
120 km ke arah barat dari Jakarta menuju pelabuhan Ferry Merak, dan 7 km ke arah
utara dari Pelabuhan Merak tersebut.
Lokasi PLTU Suralaya dapat dilihat pada gambar II. 1.
Gambar II. 3. Rute Transportasi Batubara dari Tanjung Enim ke PLTU Suralaya
Batubara yang dibongkar dari kapal di Coal Jetty dengan menggunakan Ship
Unloader atau dengan peralatan pembongkaran kapal itu sendiri, dipindahkan ke hopper
dan selanjutnya diangkut dengan conveyor menuju penyimpanan sementara (temporary
stock) dengan melalui Telescopic Chute (2) atau dengan menggunakan Stacker/Reclaimer
(1) atau langsung batubara tersebut ditransfer malalui Junction House (3) ke Scrapper
Conveyor (4) lalu ke Coal Bunker (5), seterusnya ke Coal Feeder (6) yang berfungsi
mengatur jumlah aliran ke Pulverizer (7) dimana batubara digiling dengan ukuran yang
sesuai kebutuhan menjadi serbuk yang halus.
Keterangan :
1. Stacker Reclaimer 6. Coal Feeder
2. Telescopic Chute 7. Pulverizer
3. Junction House 8. Primary Air Fan
4. Scraper Conveyor 9. Coal Burner
5. Coal Bunker 10. Forced Draft Fan
Serbuk batubara ini dicampur dengan udara panas dari Primary Air Fan (8) dan
dibawa ke Coal Burner (9) yang menyemburkan batubara tersebut ke dalam ruang bakar
untuk proses pembakaran dan terbakar seperti gas untuk mengubah air menjadi uap.
Udara pembakaran yang digunakan pada ruangan bakar dipasok dari Forced Draft Fan
(FDF) (10) yang mengalirkan udara pembakaran melalui Air Heater (11). Hasil proses
pembakaran yang terjadi menghasilkan limbah berupa abu dalam perbandingan 14:1. Abu
yang jatuh ke bagian bawah boiler secara periodik dikeluarkan dan dikirim ke Ash Valley.
Gas hasil pembakaran dihisap keluar dari boiler oleh Induce Draft Fan (IDF) (12) dan
dilewatkan melalui Electric Precipitator (13) yang menyerap 99,5% abu terbang dan debu
dengan sistem elektroda, lalu dihembuskan ke udara melalui cerobong/Stak (14). Abu dan
debu kemudian dikumpulkan dan diambil dengan alat pneumatic gravity conveyor yang
digunakan sebagai material pembuat jalan, semen dan bahan bangunan (conblok).
Panas yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar, diserap oleh pipa pipa
penguap (water walls) menjadi uap jenuh atau uap basah yang kemudian dipanaskan di
Super Heater (SH) (15) yang menghasilkan uap kering. Kemudian uap tersebut dialirkan
ke Turbin tekanan tinggi High Pressure Turbine (16), dimana uap tersebut diexpansikan
melalui Nozzles ke sudu-sudu turbin. Tenaga dari uap mendorong sudu-sudu turbin dan
membuat turbin berputar. Setelah melalui HP Turbine, uap dikembalikan kedalam Boiler
untuk dipanaskan ulang di Reheater (17) guna menambah kualitas panas uap sebelum uap
tersebut digunakan kembali di Intermediate Pressure (IP) Turbine (18) dan Low Pressure
(LP) Turbine (19).
Sementara itu, uap bekas dikembalikan menjadi air di Condenser (23) dengan
pendinginan air laut (26) yang dipasok oleh Circulating Water Pump (32). Air kondensasi
akan digunakan kembali sebagai air pengisi Boiler. Air dipompakan dari kondenser
dengan menggunakan Condensate Extraction Pump (24), pada awalnya dipanaskan
melalui Low Pressure Heater (25), dinaikkan ke Deaerator (27) untuk menghilangkan gas-
gas yang terkandung didalam air. Air tersebut kemudian dipompakan oleh Boiler Feed
Pump (28) melalui High Pressure Heater (29), dimana air tersebut dipanaskan lebih lanjut
sebelum masuk kedalam Boiler pada Economizer (30), kemudian air masuk ke Steam
Drum (31). Siklus air dan uap ini berulang secara terus menerus selama unit beroperasi.
Poros turbin dikopel dengan Rotor Generator (20), maka kedua poros memiliki jumlah
putaran yang sama. Ketika telah mencapai putaran nominal 3000 rpm, pada Rotor
generator dibuatlah magnetasi dengan Brushless Exitation System dengan demikian Stator
Generator (21) akan membangkitkan tenaga listrik dengan tegangan 23 kV. Listrik yang
dihasilkan kemudian disalurkan ke Generator Transformer (22) untuk dinaikan
tegangannya menjadi 500 kV. Sebagian besar listrik tersebut disalurkan kesistem jaringan
terpadu (Interkoneksi) se-Jawa-Bali melalui saluran udara tegangan extra tinggi 500 kV
dan sebagian lainnya disalurkan ke gardu induk Cilegon dan daerah Industri Bojonegara
melalui saluran udara tegangan tinggi 150 kV.
2. Turbin
Pabrik pembuat : Mitsubishi Heavy
Industries, Japan
Tipe : Tandem Compound Double
Exhaust
Kapasitas : 400 MW
Tekanan uap masuk : 169 kg/cm2
Temperatur uap masuk : 538oC
Tekanan uap keluar : 56 mmHg
Kecepatan putaran : 3000 rpm
Jumlah tingkat : 3 tingkat
- Turbin tekanan tinggi : 12 sudu
- Turbin tekanan menengah : 10 sudu
- Turbin tekanan rendah 1 : 2 x 8 sudu
- Turbin tekanan rendah 2 : 2 x 8 sudu
3. Generator
Pabrik pembuat : Mitsubishi Electric Corporation, Japan
Kecepatan putaran : 3000 rpm
Jumlah fasa :3
Frekuensi : 50 Hz
Tegangan : 23 kV
KVA keluaran : 471 MVA
kW : 400.350 kW
Arus : 11.823 A
Faktor daya : 0,85
Rasio hubung singkat : 0,5
Media pendingin : Gas Hidrogen
Tekanan gas H2 : 4 kg/cm2
Volume gas : 80 m3
Tegangan penguat medan : 500 V
Kumparan :Y
4. Sistem Eksitasi
a. Penguat Medan Tanpa Sikat (Brushless Exciter)
Pabrik pembuat : Mitsubishi Electric Corporation, Japan
Tipe : Totally enclosed
kW keluaran : 2400 kW
Tegangan : 500 V
Arus : 4800 A
Kecepatan putaran : 3000 rpm
b. Penyearah (Rotating rectifier)
Pabrik pembuat : Mitsubishi Electric Corporation, Japan
Tipe : Penyearah silicon (silicon rectifier)
kW keluaran : 2400 kW
Tegangan : 500 V
Arus : 400 A
Tegangan primer : 23 kV
Arus primer : 7080/9440/11.800 A
Tegangan skunder : 500 kV
Arus skunder : 326/434/543 A
Frekuensi : 50 Hz
Jumlah fasa :3
Uji tegangan tinggi saluran : 1550 kV
Uji tegangan rendah : 125 kV
Uji tegangan netral : 125 kV
Prosentasi impedansi : 11,66 – 11,69 %
9. Penangkap Abu (Electrostatic Precipitator)
Pabrik pembuat : Wheelabarator, Canada
Jumlah aliran gas : 1.347.823 Nm3/jam
Temperatur gas : 195oC
Kecepatan aliran gas : 1,47 m/detik
Tipe elektroda : Isodyne & Star Type Unit 1&2, Coil
Unit 3&4
Tegangan elektroda : 55 kV DC
Arus elektroda : 1250 – 1700 mA
Efisiensi : 99,5 %
Jumlah abu hasil penangkapan : 11,2 ton/jam
10. Cerobong (Stack)
Jumlah : 2 buah (4 unit)
Tinggi : 200 m
Diameter luar bagian bawah : 22,3 m
Diameter luar bagian atas : 14 m
Diameter pipa saluran gas buang : 5,5 m
Suhu gas masuk cerobong : ± 140oC
Kecepatan aliran gas : ± 2 m/detik
Material cerobong : Beton dan di bagian dalamnya
terdapat 2 pipa aluran gas berdiameter
5,5 meter
B. Data Teknik Peralatan PLTU Suralaya Unit 5 – 7
1. Ketel (Boiler)
Pabrik pembuat : Babcock & Wilcox, Canada
Tipe : Radian Boiler, Balance Draft.
Natural Circulation, Single Reheat. Top
Supported with Single Drum.
Kapasitas : 1.953.866 kg uap/jam
Tekanan uap keluar superheater : 174 kg/cm2
Suhu uap keluar superheater : 540oC
Tekanan uap keluar reheater : 59 kg/cm2 design.
Bahan bakar utama : Batubara
Bahan bakar untuk penyalaan awal : Minyak solar
2. Turbin
Pabrik pembuat : Mitsubishi Heavy Industries, Japan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
tempat bongkar menuju tempat tujuan. Coal Handling System di PLTU Suralaya
menggunakan sistem Belt Conveyor, Belt Feeder, Apround Feeder, dan Scrapper
Conveyor. beberapa keuntungan yang bisa diperoleh dengan system conveyor diantaranya
adalah :
1. Menurunkan biaya dan waktu pada saat memindahkan batubara.
2. Menigkatkan efisiensi pemindahan material.
3. Menghemat ruang.
4. Meningkatkan kondisi lingkungan kerja (bersahabat dengan
lingkungan).:
a. Tidak berisik
b. Menurunkan tingkat polusi udara
Berikut ini adalah lay out dari coal handling system Suralaya Power Plant Unit 1 –
7 dapat kita liat pada Gambar III. 1.
Gambar III. 1. Coal Handling System Suralaya Power Plant Unit 1-7
Selain fungsi utama untuk menyalurkan batu bara, Coal Handling System dilengkapi
dengan sistem AMDAL, untuk meminimalisir polusi udara dari debu batu bara yaitu
berupa sistem penyiraman batu bara dengan media air tawar ( Dust Suppression ), sistem
penangkapan debu batu bara ( Dust Collector ) dan pelindung curahan batu bara dari
angin yaitu berupa corong yang bisa dinaik – turunkan ( Telescopic Chute )
Agar batu bara yang dibongkar dari kapal dan batu bara yang di salurkan ke
penampungan utama unit pembangkit listrik tidak tercampur dengan material yang tidak
di kehendaki terutama pada jenis logam, maka pada system penyaluran batu bara ini
dilengkapi dengan sarana pemisah antara batu bara dengan logam ( Fe ) yang
tercampur pada batu bara yang disalurkan dengan system magnetisasi ( Magnet Separator
).
Selain hal di atas, pada system penanganan batu bara juga dilengkapi sarana untuk
mengambil contoh dari batu bara yang sedang dibongkar dari kapal guna keperluan
laboratorium untuk mengetahui kualitasnya.
Secara garis besar, coal handling area di PLTU Suralaya dapat dikelompokkan
menjadi :
• Pelabuhan/Dermaga II
Merupakan pelabuhan yang digunakan yang tidak mempunyai alat bongkar
sendiri. Dilengkapi dengan 2 buah ship unloader yang berkapasitas masing-masing 1750
ton/jam. Selain itu pelabuhan II juga dilengkapi dengan movable hopper untuk
pembongkaran dari kapal yang punya alat bongkar sendiri.
Secara umum, peralatan dalam Coal Handling System dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu peralatan utama dan peralatan bantu.
Alat yang ada diantara motor penggerak dan reducer untuk menyalurkan
putaran dari motor ke reducer agar lebih halus
d. Drive Pulley
Drive pulley yang terhubung dengan gear box yang digunakan untuk
menggerakan belt. Merupakan pulley yang secara langsung atau tidak
langsung terhubung dengan motor listrik dan dikopling dengan gearbox.
Fungsinya untuk memutar belt menuju ke depan. Posisi drive pulley tidak harus
selalu di depan, bisa dipasang dimana saja yang dianggap memungkinkan
GEAR BOX
MOTOR
FLUID COUPLING
e. Snub Pulley
Digunakan untuk memperbesar luas permukaan singung antara belt dengan
drive pulley. Pulley yang digunakan untuk memperbesar sudut llitan kontak
antara pulley dengan belt. Biasanya Snub pulley terletak di dekat drive pulley.
f. Band Pulley
Pulley yang digunakan untuk membelokan arah belt
g. Tail Pulley
Pulley yang berada di ujung belakang belt yang berfungsi memutar Belt
conveyor ke arah Drive pulley. Berada di sisi belakang conveyor. Berfugnsi
untuk memutar kembali Belt Conveyor menuju ke arah drive pulley. Tail pulley
dilengkapi dengan belt cleaner yang berfungsi untuk mencegah batubara agar
tidak masuk ke tail pulley. pada conveyor jenis light duty, tail puley juga sering
dijadikan sebagai take up pulley.
h. Take Up Pulley
Pulley yang digunakan untuk menyangga belt dimana pulley tersebut terhubung
dengan pemberat agar belt tetap tegang. Pulley yang berfungsi untuk menjaga
ketegangan belt. Take up pulley terhubung dengan counter weight.
i. Scrapper
Digunakan membersihkan belt dari kotoran
Merupakan perangkat yang berfungsi membersihkan material yang menempel
pada belt.
j. Carring Idler
Suatu alat yang berbentuk roller yang berfungsi untuk menyangga belt yang
terbebani oleh batu bara agar posisi tetap pada jalurnya. Belt pada bagian
yang berbeban atau sebagai roll penunjang ban bermuatan material. Posisi
dari Carrying idler berada di atas conveyor table. Komposisinya terdiri dari 3
buah roll penggerak berbentuk V.
k. Return Idler
Idler yang berada di bagian arah balik belt yang digunakan untuk menyangga
belt. Berada di bawah belt pada sisi balik conveyor. Komposisinya hanya
terdiri dari 1 buah roll penyangga dan berfungsi untuk menyangga belt dengan
arah putar balik.
l. Impact Idler
Idler yang berada di bawah belt yang ada di bawah hopper atau chute yang
berfungsi untuk menahan beban tiba-tiba saat batu bara di jatuhkan ke belt.
Indler ini dilapisi dengan karet sebagai peredam. Posisinya persis di bawah
chute. Pada bagian luarnya dilapisi dengan karet dan jarak antara satu sama
lain lebih rapat dari carrying idler. Fungsinya untuk menahan belt agar tidak
sobek/rusak akibat batubara yang jatuh dari atas.
m. Belt
Sabuk yang berfungsi untuk mengangkut batu bara dibuat dari bahan Polyster
Warf / Nylon Weft
n. Steering Idler
Merupakan idler yang berfungsi untuk menjaga kelurusan belt agar tidak
jogging (bergerak ke kiri/kanan). Posisinya di bagian pinggir belt.
o. Counter Weight
Merupakan bandul yang terhubung dengan take up pulley yang berfungsi untuk
memberi/menjaga ketegangan belt.
p. Head Pulley
Pulley terakhir yang berada pada ujung depan conveyor. Tidak semua head
pulley dapat dipakai sebagai drive pulley. head pulley yang tidak dapat
dihubungkan dengan drive pulley tidak dapat disebut sebagai drive pulley.
q. Rubber Skirt ( Skirt Board )
Merupakan peralatan yang berfungsi mencegah agar material tidak tumpah
keluar dari belt pada saat muat.
r. Plough Scrapper
Berfungsi untuk membersihkan material yang tertumpah pada arah balik belt.
Biasanya terdiri dari primary dan v-plough scrapper.
2. Hopper
Berfungsi untuk penampungan batu bara sementara sebelum disalurkan
ke sistem Conveyor berikut. Hopper dilengkapi dengan corong
pengarah ( Chute ) agar tidak terjadi penyumbatan. Berada di sisi
depan Conveyor. Memiliki bentuk yang lebih besar.
3. Belt Feeder
Berada dibawah hopper dan belt conveyor, berfungsi untuk
mengumpankan batu bara dari hopper menuju belt conveyor
dibawahnya yang relative dekat. Belt feeder yang berfungsi untuk
mengalirkan batubara yang berasal dari suatu hopper ke Belt Conveyor
melalui chute untuk dikirim ketempat yang dikehendaki. Belt feeder ini
mempunyai kecepatan yang rendah dengan jarak penghantaran yang
relatif pendek. Kapasitas maksimum belt feeder tergantung dari
kapasitas Belt Conveyor yang mengikutinya, dan kecepatannya dapat
diatur sesuai dengan aliran batubara yang dibutuhkan.
Inlite Hopper
Outlet Chute
4. Stacker/Reclaimer (ST/RE)
Peralatan ini digunakan untuk penimbunan (stacking) dan pengerukan
(reclaiming) batubara di stock area. Peralatan ini terdiri dari suatu
Bucket Whell yang ditempatkan pada ujung/akhir dari slewing dan
lufting boom yang terpasang pada suatu Reversible Boom Conveyor.
Komponen-komponen tersebut diatas dimuatkan pada suatu mobile
Gantri yang akan menggerakan secara parallel ke stock area dan
mengisi inner hopper. Mobile Gantri bergerak sepanjang jalur rel yang
dipasang di area penimbunan. Batubara yang dikeruk kemudian
diserahkan ke Belt Conveyor untuk dilakukan proses conveying
5. Junction House
Bangunan yang berisi pertemuan dua conveyor atau lebih yang
digunakan untuk mengatur arah aliran batu bara, apakah akan dikirim
langsung ke Coal Bunker di tiap unit atau ke Stack area terlebih
dahulu. Pengaturan dilakukan dengan mengatur posisi dari Deverter
Gate atau Isolating Shutle. Pengaturan arah aliran tersebut dilakukan
disuatu bangunan yang memuat alat pemindah arah aliran yang
pengendaliannya dapat dikendalikan dari Control Room Coal handling
(CHCR). Pengaturan dilakukan dengan cara mengatur posisi dari
Diverter Gate/ Isolating Shutle yang terdapat pada peralatan pemindah
aliran. Bangunan ini dikenal dengan nama Junction House.
7. Uprond Feeder
Merupakan system conveyor khusus dimana media pembawa batu bara
berupa plat-plat besi, bukan belt alat ini hanya digunakan di Unit 1 – 4
8. Coal Bunker
Merupakan tempat penampung akhir batu bara pada instalasi Coal
Handling dan merupakan tempat penampungan utama bagi Unit
Pembangkit sebelum masuk ke dalam Pulverizer
9. Ship Unloader (S/U)
Adalah suatu peralatan yang digunakan untuk pembongkaran batubara
dari kapal yang tidak mempunyai peralatan bongkar sendiri (non self
Unloading) peralatan ini dilengkapi dengan Grab (bucket) dengan
kapasitas bongkar 1750 ton/jam masing-masing ship unloader
1. Isolating Shuttle
Isolating Shuttle adalah peralatan yang berfungsi untuk merubah arah curah
batu bara pada corong pengarah ( Chute ) dari satu arah ke arah yang lain.
Alat ini juga di sebut diverter gat.Adalah suatu peralatan untuk mindahkan
aliran batubara dari arah yang satu ke yang lainnya. Diverter Gate ini
mempunyai dua posisi pada sisi pengeluaran, dan tidak boleh dipindahkan
pada saat ada aliran batubara.
3. Panel pengoperasian.
Jika debu yang tersedot sudah terkumpul maka akan dikembalikan ke Belt
Conveyor. Dapat dilihat pada Gambar III. 15. dibawah ini.
6. Dust Suppression
Dust suppersion berfungsi untuk menyemprot batu bara yang baru dibongkar
dari kapal dengan media air tawar guna mengurangi debu abu yang
berterbangan yang menimbulkan polusi udara.
3. Plugged Chute
Berfungsi untuk memberhentikan conveyor secara otomatis yang ada
dibelakang (di sisi inlet) plugged chute apabila terjadi penumpukan di outlet
chute (hopper).
4. Speed Motion Detector
Berfungsi memberhentikan motor apabila putaran conveyor tidak normal (slip,
overload), biasanya alat ini dipasang di Band Pulley.
5. Push Button Emergency Stop Local Box
Tombol switch untuk memberhentikan jika ada gangguan atau kelainan
dilokal, juga pada saat dilakukan pemeliharaan/perbaikan. Alat ini lokasinya
di dekat motor penggerak.
Emergency LPS
Alat ini berfungsi untuk menahan putaran balik conveyor, alat ini bekerja
secara mekanik dan dipasang pada Belt Conveyor.
BAB IV
ANALISIS PEMECAHAN MASALAH
IV. 1. Pendahuluan
Pada bahasan bab ini penulis sengaja memfokuskan pada satu permasalahan
dimana apa yang telah penulis dapatkan di lapangan dengan sediki banyak mengenal dan
mengetahui bagaimana pekerjaan / peralatan mekanikal pada suatu project PLTU
beroperasi, kurun waktu 1 bulan terhitung 3 Agustus 2009 – 28 Agustus 2009 di
perusahaan PT. INDONESIA POWER UBP SURALAYA. Salah satunya yaitu proses
terjadinya pemisahan logam yang terdapat pada batu bara. Alat tersebut dinamakan
Mgnetic Separator ( M.S ).
Magnetic Separator ( M.S ) merupakan alat atau instrumen yang digunakan untuk
memisahkan Logam dengan Batu Bara sebelum Batu Bara tersebut diolah untuk dijadikan
Bahan Bakar. Logam tersebut harus dipisahkan dari Batu Bara karena dapat
mengakibatkan terjadinya kerusakan pada Peralatan penghalus Batu Bara ( mill ), karena
Batu Bara yang tidak halus dapat mengakibatkan peroses pembakaran tidak sempurna
atau terganggu.
Mode lokal berkerja pada saat Belt Conveyor ( B.C ) off. Mode lokal ini digunakan
untuk memeriksa kesiapan semua peralatan atau instrument yang ada pada magnetic
separator, apabila semua peralatan telah siap, mode dikembalikan ke Mode Remote, Mode
Remote digunakan magnetic separator berkerja secara automatic dan Belt Conveyor
sudah bisa dijalankan / dioperasikan .
Tegangan keluaran Magnetic Separator dibagi dalam 3 tahap :
1. 60 VDC atau 15%
START
B.C. ON ? TDK
YA MODE L
OUT PUT
OUTPUT
55% R SELECT
TDK ADA
OUT PUT
LOGAM ? 15 % 15 %
60 V 60 V
YA
K.52&K.53
ON 55 %
220 V
100 %
YA 400 V
T=T-1 T K.62=0
OUT PUT
100% DRV
TDK ON
YA T T=T-1
K.63 = 0
TDK
V A -H91-H93-H94-H95-H96
-P32 -P34
2300
1450
S57
100
1100
Magnetic Separation adalah adalah suatu cara pemisahan mineral atau bijih yang
mendasarkan pada sifat kemagnetannya. Hal ini dapat dilakukan karena bijih yang
terdapat di alam mempunyai sifat kemagnetan yang berbeda - beda antara bijih yang satu
dengan yang lain. Ada yang sifat kemagnetannya tinggi (ferromagnetic), lemah
(paramagnetic) dan non magnetic (diamagnetic).
1. Diamagnetic
Merupakan sifat mineral yang ditolak sepanjang garis gaya magnet, jika mineral
tersebut dalam medan magnet. Hal ini disebabkan karena mineral tersebut sukar
menyesuaikan medan magnet sekitarnya, karena sifat kemagnetanya berubah-ubah.
Contoh bijih antara lain ; garnet, pyrit, kuarsa, kalsit, cassiterite (non magnetic)
2. Paramagnetic
Merupakan sifat mineral yang tertarik sepanjang garis gaya magnet, jika mineral
tersebut berada dalam medan magnet. Hal ini disebabkan karena sifat kemagnetannya
mudah menyesuaikan dengan keadaan medan magnet sekitarnya.Contoh bijih antara lain :
siderit, hematit, pyrhotit, limonit (weakly magnetic)
3. Ferromagnetic
Sama dengan paramagnetic hanya saja lebih kuat bila dibandingkan dengan
paramagnetic.
Contoh bijih antara lain : magnetit, ilmenit, franklinite (strongly magnetic).
Medan magnet suatu magnet merupakan suatu ruangan yang mengitari magnet yang
masih dipengaruhi oleh magnet itu sendiri. Medan magnet digambarkan oleh garis gaya
magnet, sedangkan besarnya gaya tarik menarik maupun gaya tolak menolak yang
ditimbulkan oleh kutub-kutubnya, menurut hukum coulomb sebesar :
dimana :
F = gaya tolak menolak atau gaya tarik menarik
m1,2 = kekuatan kedua kutub magnet
d = jarak antara kedua kutub
= magnetic permeability
Apabila suatu mineral diletakkan dalam medan magnet (H), maka benda tersebut
akan menjalani induksi magnet (B) sebesar :
B=H+M
Dimana M adalah magnetisasi suatu bahan yang dinyatakan dalam Tesla( besarnya
dalam ruang hampa = 0).
Suatu medan magnet dapat dinyatakan dalam Magetic Flux Density dengan satuan
tesla, dimana dan 1 tesla = 104 gauss.Perbandingan antara magnetisasi suatu bahan (M)
dengan intensitas medan magnet (H) disebut Manetic Susceptibility (K).Mineral magnetik
dapat tertarik oleh salah satu kutub magnet yang bekerja pada mineral tersebut. Gaya
magnet tersebut tergantung dari besarnya intensitas medan magnet dan gradient medan
magnetnya. Untuk membangkitkan intensitas medan magnet dan gradien medan magnet
dalam alat magnetic separator digunakan berbagai macam cara.
Gaya-gaya yang bekerja dalam magnetic separator adalah :
gaya magnet
gaya hambatan yang terdiri dari gaya gravitasi, gaya hambatan hidrodinamis, gaya,
gesek,gaya momen/gaya sentrifugal.
a. Magnetic Pulleys
Mineral non magnetic akan terjatuh karena tidak tertarik oleh magnet pada
separator dan karena gaya gravitasinya sendiri. Sementara mineral magnetic
akan terus menempel pada belt conveyor sampai pada suatu titik saat gaya
magnet sudah tidak menjangkau lagi dan akhirnya akan jatuh ditempat yang
sudah tersedia.
garis lurus, konstan negative untuk diamagnetic ( atau hampir lurus ) dan bervariasi untuk
ferromagnetic tergantung pada medan magnet dan induksi magnet.
Apabila material ferromagnet berada dalam medan magnet, maka momen dipole dari
material ferromagnet akan berubah apabila telah mencapai taraf jenuh magnet. Apabila
medan magnet tersebut dipindahkan, maka momen dipole magnet akan berkurang akan
tetapi tidak mencapai nol.
Seperti proses induksi magnet yang dikenakan pada sekumparan kawat yang
prosesnya merupakan proses tidak reversible. Proses ini disebut dengan akan berubah
apabila telah mencapai taraf jenuh magnet. Apabila medan magnet tersebut dipindahkan,
maka momen dipole magnet akan berkurang akan tetapi tidak mencapai nol. Seperti
proses induksi magnet yang dikenakan pada sekumparan kawat yang prosesnya
merupakan proses tidak reversible. Proses ini disebut dengan hysteresis. Sebelum
membahas peralatan yang digunakan pada percobaan ini maka terlebih dahulu akan
dibahas mengenai gaya magnetic dan perumusan matematisnya.
negative. Daerah kontak antara partikel ini cukup kecil, oleh karena itu untuk
membangun daerah charge partikel yang akan dipisahkan, proses charge
( pengisian muatan ) memerlukan kontak beberapa kali. Hal ini terutama terjadi
apabila ada pergerakan bulk, apabila partikel memiliki sifat isolator maka densitas
dari permukaan charge dapat menjadi basis bagi proses konsentrasi. Teori
mengenai mekanisme ini sangatlah komplek, akan tetapi proses perpindahan muatan
ini terjadi karena transfer electron, meskipun pada beberapa system hal ini terjadi
karena adanya perpindahan ion.
2. Charging Oleh Ion Bombardment
Ion atau electron bombardment melalui udara adalah lebih kurang seperti proses
konduktivitas listrik melaui media udara. Gas berbeda dari liquid dan padatan
dalam hal proses menghantarkan listrik. Logam, baik itu berada dalam fasa liquid
dan padatan, seperti logam oksida dan silikat, dan didalam larutan aqueous, muatan
listrik dihantarkan oleh ion. Akan tetapi dalam gas terutama dalam kondisi netral,
molekul gas yang terpisah bertindak sebagai material insulator baik.
3. Charging oleh Induksi
Apabila partikel ditempatkan dalam konduktor yang digroundkan dalam keberadaan
medan listrik, partikel secara cepat akan membentuk permukaan pengisian muatan
oleh induksi. Baik konduktor maupun non konduktor terpolarisasi, akan tetapi
partikel konduktor memiliki permukaan equipotensial melalui kontak dengan
konduktor yang digroundkan. Partikel non konduktor akan tetap terpolarisasi.
PLTU Suralaya dalam hal ini memilih untuk menggunakan type magnetic separator
jenis suspended magnet. Berikut ini uraian dan teori dasar dari suspended magnet.
Suspended magnet ini bisa dipasang pada banyak titik di sistem penanganan
material. Sebenarnya ada beberapa titik di atas belt conveyor, pada keluaran akhir dari
feed atau ayakan atau diatas chute. Dipilih lokasi di atas keluaran dari conveyor, di
pasang pada sudut tertentu. Pada titik ini, material berpindah ke permukaan magnet,
sehingga penghilangan tramp iron menjadi lebih mudah.
Suspended magnet separator tersedia dalam bentuk magnet circular atau
rectangular. Rectangular biasa digunakan karena mudah dibersihkan (self cleaning
design). Keduanya permanen dan juga tersedia dalam bentuk konstruksi electromagnet,
meskipun tipe permanent terbatas untuk aplikasi beban yang ringan. Beberapa suspended
magnet memiliki magnetic field yang dalam, dan ini dibutuhkan ketika beban di atas belt
melebihi batas dari magnetic pulley. Ukuran beban, kecepatan belt, clerance yang
dibutuhkan di atas beban, ukuran, bentuk dan berat dari tramp iron akan menentukan
spesifikasi dari supended magnet yang dibutuhkan.
Suspended magnet rectangular dapat disesuaikan untuk keluaran tramp iron
secara kontinyu dengan menggerakkan belt secara berlawanan dengan permukaan, (
feature ini efektif bila tramp iron bentuknya panjang).
Keluaran otomatis dari suspended magnet dapat berwujud cross belt atau in-line .
Karena tramp iron harus ditarik / di ambil dari lokasi awal dan diputar 900 dari
pergerakan belt conveyor, magnet yang lebih besar dan kuat digunakan untuk pemasangan
cross belt. Dalam beberapa hal layout penangganan material atau lokasi operasi yang di
inginkan akan mengarahkan penggunaan dari cross belt magnet.
Untuk memilih suspended rectngular magnet separator, pertama menentukan
beban dengan menggunakan (a) persamaan 1, untuk flat instalasi dari head pulley atau
inline mounting :
De=(92 C / W V)*(100/K) (1)
De=(76 C / W V)*(100/K) (2)
dimana :
De = kedalaman beban, in
C = kapasitas, ton/hr
W = lebar belt, in
K = bulk density material, lb/ft3
Ketinggian suspensi 3-4 in lebih besar dari De (atau ukuran maksimal gumpalan
beban, jika itu lebih besar).
Selanjutnya, menentukan kekuatan magnet yang dibutuhkan berdasarkan tipe dan
ukuran tramp iron yang dipindahkan. Untuk ½ in- 1 in bola atau kubus, 1000-G field (di
ukur pada ketinggian suspensi) yang dibutuhkan, untuk tramp iron yang lebih besar dari 2
in, 500-800 G, untuk 1-2 in tramp iron 800-1000G.
Peralatan pabrikan semakin berkembang, untuk design tiap suspended magnet
separator, satu set kurva yang berhubungan dengan keluaran magnetic, jarak susupensi,
dan ukuran magnet. Menentukan ukuran dari magnet yang diinginkan sangat perlu untuk
memperoleh gauss reading pada ketinggian suspensi spesifik.
Pada MCC room terdapat system, dimana untuk mengontrol beberapa Belt
Conveyor System, Auxiliary Fan dll dibutuhkan incoming voltage sebesar 380V yang telah
diturunkan oleh transformator dari vaoltage awal 6 kV untuk mengoperasikan Magnetic
Separator ( MS03/04 )dalam posisi lokal kontrol yang di terdapat di area Junction House
B.
Incoming 6 kV yang teralirkan pada line 1B dan 2A mengalir ke Breaker 6 kV St.
Board A dan B dalam keadaan Close pada Breaker 6 kV St. Board B dan Open pada
Breaker 6 kV St. Board A. Selanjutnya melintasi line Bus Tie 6 kV dalam keadaan Close.
Bus Tie sendiri berfungsi untuk penghubung arus tegangan sebagai switch antara panel A
dan B pada MCC room. Kemudian setelah tegangan 6 kV masuk pada line A dan B maka
mengalir ke Breaker 6 kV Transformator B dan A. Dilanjutkan oleh Transformator B dan
A untuk mengubah 6 kV menjadi 380V , kemudian sebelum masuk ke dalam system besar
tegangan melewati breaker 380V Incoming A dan B dalam keadaan Close. Selanjutnya
komponen – komponen penting seperti BC/BF dan MS dapat beroperasi.
Berikut ini adalah one line diagram POWER 6 kV pada Gambar IV. 4.
Incoming Incoming
1B 2A
Inter Lock
Breaker 6 kV Breaker 6 kV
St. Board B ( CLOSE ) ( OPEN ) St. Board B
Bus Tie 6 kV
( CLOSE )
Breaker 6 kV Breaker 6 kV
Transformator B ( CLOSE ) ( CLOSE ) Transformator A
Transformator B Transformator A
6 kV / 380 V 6 kV / 380 V
( OPEN )
Wait for
Wait for Wait for approval
condition material
Not Ok
Sistem work order dimulai dari operator di lapangan yang memberikan informasi
adanya suatu kebutuhan pemeliharaan kepada bagian maintenance. Selanjutnya teknisi
bagian maintenance akan turun ke lapangan untuk melihat permasalahan yang terjadi,
jika telah teridentifikasi bahwa terdapat suatu masalah maka teknisi kemudian melapor ke
bagian maintenance untuk meminta order. Jika disetujui mak teknisi akan kembali
kelapangan dengan status in progress. Jika permasalahan dapat diatasi dengan segera
maka setatus akan berubah menjadi wait for complete. Kemudian operator melakukan
pekerjaannya setelah selesai maka teknisi melakukan pengecekan hasil pekerjaan
operator, jika telah selesai dan sesuai maka setatusnya akan berubah menjadi complete
dan WO akan diubah statusnya menjadi aclose setelah disetujui oleh SPS maintenance.
Lain halnya jika saat terjadi masalah system harus terlebih dahulu dimatikan baru
kemudian masalah dapat diperbaiki, pada saat seperti itu status WO menjadi wait for
kondisi yang akan berubah menjadi in progress jika kondisi tertentu yang harus dipenuhi
telah tercapai. Jika kerusakan membutuhkan komponen yang tidak dimiliki oleh
perusahaan atau sedang habis, maka setatus akan menjadi wait for material dan akan
berubah hingga material yang dibutuhkan telah tersedia di bagian maintenance. Suatu
status wait for approval akan muncul jika pekerjaan yang dilakukan oleh operator setelah
dilakukan pengecekan oleh teknisi belum ok / belum tuntas / belum selesai sehingga proses
akan kembali seperti awalnya hingga status berubah menjadi complete.
dapat dioperasikan secara maksimal, andal, efisien, aman, dan mencapai umur pakai ( life
time )yang direncanakan.
Tujuan pemeliharaan pada coal handling system dapat ditinjau dari dua sisi, yaitu
sisi teknik dan sisi management.
Pemeliharaan
Preventive maintenance
Merupakan pekerjaan maintenance yang dilakukan secara berkesinambunngan
dengan tujuan untuk menemukan suatu tingkat keadaan yang menunjukan gejala
kerusakan sebelum alat itu mengalami kerusakan fatal
Keuntungan preventive maintenance yaitu :
Umur peralatan akan lebih panjang
Kerugian waktu produksi dapat diperkecil
Biaya perbaikan yang mahal dapat dikurangi
Namun pada preventive maintenance ini diperlukan penjadwalan secara rinci dan
tepat.
Corrective maintenance
Corrective maintennance tidak hanya berarti memperbaiki tetapi juga mempelajari
sebab-sebab terjadinya kerusakan serta cara-cara mengatasi dengan cepat, tepat
dan benar sehingga mencegah terjadinya kerusakan yang sama.
Keuntungan corrective maintenance diantaranya:
Pemelliharaan dilakukan secara menyeluruh sehingga kondisi peralatan
akan baik secara keseluruhan
Rencana pengadaan suku cadang dapat deprogram
BAB V
PENUTUP
V. 1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil penulis dari Kegiatan Praktik Kerja Lapangan
( PKL ) di PT. Indonesia Power UBP Suralaya :
1. Tipe tata letak pada PT. Indonesia Power UBP Suralaya adalah tata letak tipe
produk, Dimana mesin produksi disusun berdasarkan urutan proses produksi mulai
dari bahan baku sampai produk jadi.
2. pengadaan bahan baku atau material handling yang digunakan pada bagian Coal
Handling adalah alat berat, forklift, hand troly, dan troly.
3. Total Productive Maintenance yang diterapkan pada PT. Indonesia Power UBP
Suralaya khususnya pada bagian Coal Handling Unit alat berat yaitu : Preventive
Maintenance diantaranya pemeliharaan rutin dan periodik.
4. Wiring Diagram Magnetic Separator 03/04 sangat diperlukan guna menganalisis
segala bentuk gangguan baik pada Control Board dan komponen pendukung
lainnya.
5. PLTU Suralaya menggunakan jenis suspended magnet sebagai magnetic separator
di tiap Junction House B.
6. Magnetic Separation berkerja pada :
60V 15%
220V 55%
400V 100%
7. Data yang digunakan pada maintenance harian diambil dari data – data hasil
pengukuran sebelumnya.
8. Tren kerusakan yang sering terjadi adalah ada pada bagian proteksi baik itu
fuse/sikring maupun kontaktor.
V. 2. Saran
Saran yang dapat diberikan penulis setelah melakukan kerja peraktek di PT.
Indonesia Power UBP suralaya adalah
BAB VI
LAMPIRAN