KELOMPOK 7 :
1. Firda Ramadanti P3.73.24.2.16.116
2. Irma Ayu Larasati P3.73.24.2.16.123
3. Khairunnisa Kamelia P P3.73.24.2.16.125
4. Mutia Adenia P3.73.24.2.16.132
5. Shavira Ramanda P3.73.24.2.16.139
6. Sri Bulan Cahya H N P3.73.24.2.16.141
KELAS : 2C
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala karena atas segala
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah mengenai “Persalinan Sungsang“.
Dan pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu memberi bantuan secara moril dan material. Serta ucapan terima kasih
penulis sampaikan kepada dosen pengampu mata kuliah Asuhan Kebidanan
Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal.
Penulis sangat menyadari kesulitan dalam membuat makalah ini oleh sebab itu,
penulis sungguh berharap akan kritik dan saran yang sifatnya membangun bagi isi makalah
ini.
.
Penulis
Kata pengantar...................................................................................................i
Daftar isi..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................1
1.3 Tujuan...........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi.........................................................................................................2
2.2 Klasifikasi.....................................................................................................2
2.3 Komplikasi....................................................................................................3
2.4 Etiologi.........................................................................................................4
2.5 Penegakan Diagnosa.....................................................................................5
2.6 Penatalaksanaan Persalinan Letak Sungsang................................................6
2.7 Peran Bidan Dalam Persalinan Sungsang....................................................17
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..................................................................................................18
3.2 Saran............................................................................................................18
Daftar Pustaka..................................................................................................19
Hasil penelitian mendapatkan 152 kasus persalinan letak sungsang yaitu sebesar 2,2
persen dari total 3347 persalinan. Persentase tertinggi ditemukan pada ibu multipara (64,5%);
usia ibu >35 tahun (28,9%); usia kehamilan 37-40 minggu (78,3%); complete breech
(66,4%); persalinan perabdominal (78,3%). Berat badan lahir bayi letak sungsang terbanyak
pada rentang 2500-3500 g (65,1%) dengan nilai apgar terbanyak pada nilai 4-6 (61,2%).
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa definisi dari kelainan letak sungsang.
2. Untuk mengetahui apa saja jenis dari kelainan letak sungsang.
3. Untuk mengetahui apa saja komplikasi yang berisiko dialami ibu dan bayi pada
persalinan dengan kelainan letak sungsang.
4. Untuk mengetahui apa etiologi dari kelainan letak sungsang.
5. Untuk mengetahui bagaimana menegakkan diagnosis pada kelainan letak sungsang.
6. Untuk mengetahui penanganan dari persalinan dengan kelainan letak sungsang.
7. Untuk mengetahui sejauh mana peran bidan dalam menangani persalinan letak
sungsang.
Bagian kaki dari janin mengalami fleksi total di bagian bokong dan ekstensi total di
bagian lutut. Telapak kaki berada paling dekat dengan kepala dan bokong menempati
segmen bawah uterus.
Frank Breech sangat membantu saat proses dilatasi serviks tetapi posisi frank breech
sulit untuk dilakukan External Cephalic Version (ECV) yang bertujuan untuk
mengembalikan posisi janin ke posisi yang seharusnya yaitu kepala janin yang berada
pada kavum dibawah uterus. Pada posisi ini sangat jarang terjadi prolaps tali pusat serta
janin jarang terjebak di serviks.
Yaitu letak sungsang, dimana kedua kaki dan tangan menyilang sempurna dan di
samping bokong dapat diraba kedua kaki.
Yaitu letak sungsang, dimana hanya satu kaki di samping bokong, sedangkan kaki
yang lain terangkat ke atas. (Kasdu, 2005.)
2.4 Etiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan
didalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif
lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian
janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang, ataupun letak lintang.
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban
relative berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai yang terlipat lebih besar daripada
kepala, maka bokong dipaksa menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan
kepala berada dalam ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian
dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang
lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam
presentasi kepala.
1. Persalinan pervaginam
Persalinan letak sungsang dengan pervaginam mempunyai syarat yang harus dipenuhi
yaitu pembukaan benar-benar lengkap, kulit ketuban sudah pecah, his adekuat dan tafsiran
berat badan janin < 3600 gram.
Syarat persalinan pervaginam pada letak sungsang: bokong sempurna (complete) atau
bokong murni (frank breech), pelvimetri, klinis yang adekuat, janin tidak terlalu besar,
tidak ada riwayat seksio sesaria dengan indikasi CPD, kepala fleksi.
1) Pemeriksaan abdomen yang hati-hati atau jika perlu USG untuk menentukan jenis
presentasi bokong dan menyingkirkan kecurigaan terjadinya hiperekstensi kepala,
hidrosefalus, atau bokong-kaki, atau bokong-lutut.
2) Dilatasi serviks lengkap.
3) Kosongkan kandung kemih ibu.
4) Persiapan episiotomi jika memang diperlukan.
5) Kaji efektifitas upaya mengejan pada ibu.
6) Persiapan untuk upaya resusitasi bayi baru lahir.
7) Posisikan pasien dalam posisi litotomi dengan penyangga kaki untuk memberikan ruang
yang adekuat di bawah panggul ibu yang dibutuhkan untuk persalinan.
8) Dokter tempat berkonsultasi seharusnya telah diberi tahu dan sebaiknya juga hadir atau
segera datang jika dibutuhkan.
10 | A S U H A N K E B I D A N A N P E R S A L I N A N S U N G S A N G
9) Lakukan pemasangan infus intravena (Cuningham, 2014 dan Endozien, 2013).
11 | A S U H A N K E B I D A N A N P E R S A L I N A N S U N G S A N G
2. Bahu dan lengan
Bahu masuk panggul pada diameter oblique kanan panggul , ketika sakrum berputar dari
ke sakrum anterior kanan. Putar paksi dalam . Bahu depan Berputar dibawah symphisis . dan
diameter basacromalis berputar 45 derajat dari diameter oblique kanan ke diameter
anteroposterior pintu bawah panggul. Sakrum mengikuti dari sakrum anterior kanan. Bahu
lahir dengan Flexi lateral . Bahu depan terbentur dibawah symphisis dan bahu belakang
dengan lengan dilahirkan diatas perineum keika tubuh bayi diangkat ketas. Kemudian bayi
diturunkan dan bahu depan dengan lengan keluar dibawah symphisis.
3. Kepala
1) Penurunan dan masuk panggul : Pada saat bahu ada di PBP, kepala mencapai
panggul. Ia mencapai panggul dengan sutura sagitalis pada diameter oblique kiri.
UUK ada dikuadran kanan depan panggul.
2) Flexi : Flexi kepala terjadi seperti pada presentasi lain, penting bahwa flexi ini
dipertahankan
3) Putaran Paksi dalam : Kepala sampai disasar panggul dan mengadakan putaran paksi
dalam sehingga ia mencapai pintu bawah panggul dengan sutura sagitalis pada
diameter anteroposterior, sudah pada lengkung sakrum dan UUK dibawah sympisis.
Sakrum berputar kearah pubis sehingga punggung didepan.
4) Kepala lahir dengan flexi : Diameter – diameternya sama dengan kedudukan UUK
depan tetapi dalam arah yang sebaliknya. Tengkuk menjadi titik putar dibawah
symphisis dan dagu, mulut, hidung, dahi, bregma, dan UUK dilahirkan diatas
perineum dengan gerakan flexi.
1. Tahap pertama : fase lambat, yaitu mulai melahirkan bokong sampai pusat (skapula
depan). Disebut fase lambat oleh karena tahapan ini tidak perlu ditangani secara tergesa-
gesa mengingat tidak ada bahaya pada ibu dan anak yang mungkin terjadi.
2. Tahap kedua: fase cepat, yaitu mulai dari lahirnya pusat sampai lahirnya mulut. Pada
fase ini, kepala janin masuk panggul sehingga terjadi oklusi pembuluh darah tali pusat
12 | A S U H A N K E B I D A N A N P E R S A L I N A N S U N G S A N G
antara kepala dengan tulang panggul sehingga sirkulasi uteroplasenta terganggu.
Disebut fase cepat oleh karena tahapan ini harus terselesaikan dalam 1 – 2 kali kontraksi
uterus (sekitar 8 menit).
3. Tahap ketiga: fase lambat, yaitu mulai lahirnya mulut sampai seluruh kepala lahir. Fase
ini disebut fase lambat oleh karena tahapan ini tidak boleh dilakukan secara tergesa-
gesa untuk menghidari dekompresi kepala yang terlampau cepat yang dapat
menyebabkan perdarahan intracranial
(a) Biarkan persalinan berlangsung dengan sendirinya (tanpa intervensi apapun) hingga
bokong tampak di vulva.
(b) Pastikan bahwa pembukaan sudah lengkap sebelum memperkenankan ibu mengejan.
(c) Perhatikan hingga bokong membuka vulva.
(d) Lakukan episiotomi bila perlu (pada perineum yang cukup elastis dengan introitus yang
sudah lebar, episiotomi mungkin tidak diperlukan). Gunakan anastesi lokal sebelumnya.
(e) Biarkan bokong lahir, bila tali pusat sudah tampak dikendorkan. Perhatikan hingga
tampak tulang belikat (scapula) janin mulai tampak di vulva. Awas : jangan melakukan
tarikan atau tindakan apa pun pada tahap ini.
(f) Dengan lembut peganglah bokong dengan kedua ibu jari penolong sejajar sumbu
panggul, sedang jari-jari yang lain memegang belakang pinggul janin.
(g) Tanpa melakukan tarikan, angkatlah kaki, bokong, dan badan janin dengan kedua tangan
penolong disesuaikan dengan sumbu panggul ibu sehingga berturut-turut lahir perut, dada,
bahu dan lengan, dagu, mulut dan seluruh kepala (Saifuddin, 2011).
a) Tahap pertama : Bokong sampai umbilicus lahir secara spontan dengan mengunakan
kekuatan tenaga ibu sendiri.
13 | A S U H A N K E B I D A N A N P E R S A L I N A N S U N G S A N G
b) Tahap kedua : Persalinan bahu dan lengan dibantu oleh penolong.
Menurut Manuaba (2010) ada 3 cara :
Cara Klasik
Pegang bokong dengan telunjuk pada spina ischiadika anterior superior dan ibu jari
menekan sacrum, kemudian tarik curam kebawah sampai skapula tampak, lalu transi
kearah atas untuk melahirkan bahu dan lengan belakang, kemudian lengan depan.
Cara Mueller
Tidak jauh berbeda dari cara klasik, perbedaaanya adalah lengan depan dilahirkan
lebih dulu kemudian lengan belakang. Caranya tarik janin vertikal ke bawah lalu
dilahirkan bahu dan lengan depan. Cara melahirkan bahu lengan depan bisa spontan atau
diikat dengan satu jari menyapu muka. Lahirkan bahu belakang dengan menarik kaki ke
atas lalu bahu dan lengan belakang diikat menyapu kepala.
Cara lovset
14 | A S U H A N K E B I D A N A N P E R S A L I N A N S U N G S A N G
Bahu janin diputar 900 disertai tarikan sehingga dengan putaran tersebut bahu dapat
dilahirkan.
c) Tahap ketiga : Melahirkan kepala pada persalinan dengan presentasi bokong melalui salah
satu perasat berikut ini, yaitu :
Perasat Wigand-Martin
Badan bayi diletakkan pada tangan penolong, jari tengah kanan tersebut ditaruh pada
mulut bayi, dan jari telunjuk dan jari manis pada maxilla. Tujuan jari berada di mulut
tidak untuk traksi tetapi untuk mengusahakan dan mempertahankan fleksi. Kemudian
dengan tangan lainnya melakukan dorongan suprapubik pada kepala melalui perut ibu.
Perasat Mauriceau-Smellie-Veit
Posisinya sama dengan perasat Wigand-Martin, dengan satu jari dimulut dan dua jari
pada maxilla. Perbedaannya penolong meletakkan tangannya yang lain mengangkang
diatas bahu bayi dan dengan cara ini melakukan traksi. Efisiensi prosedur ini meningkat
dengan dorongan suprapubik pada kepala oleh asisten ketika penolong mengerjakan
perasat Mauriceau.
15 | A S U H A N K E B I D A N A N P E R S A L I N A N S U N G S A N G
After coming head adalah kesulitan saat melahirkan kepala. Setelah umbilicus lahir,
kepala anak mulai masuk ke rongga panggul sehingga tali pusat tertekan antara kepala
dan dinding panggul (Martaadisoebrata, 2013).
Bayi akan mengalami asfiksia apabila umbilicus telah lahir dan tidak ada kemajuan,
untuk mengantisipasinya penolong tidak boleh menunggu terlalu lama dan melakukan
pertolongan secara manual aid agar kelahiran dari umbilikus sampai janin lahir
seluruhnya berlangsung < 8 menit (Mochtar, 2013).
Cunam piper pada kepala menyusul
Sediakan cunam piper sebagai antisipasi bila terdapat kesulitan saat melahirkan
kepala (WHO, 2013 dan Mochtar, 2013). Traksi pada tindakan cunam piper langsung
dikerjakan pada kepala untuk menghindari kerusakan struktur pada leher bayi.
Perasat prague terbalik
Dilakukan bila oksiput dibelakang (dekat dengan sacrum) dan muka janin
menghadap simfisis. Satu tangan mencekap leher dari sebelah belakang dan punggung
anak diletakkan diatas telapak tangan tersebut. Tangan penolong lain memegang
pergelangan kaki dan kemudian di elevasi keatas sambil melakukan traksi pada bahu
janin sedemikian rupa sehingga perut anak mendekati perut ibu. Dengan larynx
sebagai hypomochlion kepala anak dilahirkan.
16 | A S U H A N K E B I D A N A N P E R S A L I N A N S U N G S A N G
Ekstraksi bokong (total breech extraction)
Janin di lahirkan seluruhnya dengan memakai tenaga penolong.
Janin dilahirkan seluruhnya dengan menggunakan tenaga penolong (teknik ekstrasi kaki,
ekstrasi bokong).
Ekstrasi bokong merupakan pelahiran manipulatif yang dilakukan oleh dokter
spesialis obstetrik dan dilakukan untuk mempercepat persalinan dalam situasi gawat seperti
gangguan kondisi janin (Fraser, 2009).
- Bila dengan traksi tersebut trochanter depan sudah terlihat dibawah arcus
pubis, jari telunjuk tangan lain segera mengait lipat paha belakang dan secara
serentak melakukan traksi lebih lanjut untuk melahirkan bokong (gambar 20)
- Setelah bokong lahir, bokong dipegang dengan pegangan “femuropelvik” dan
janin dilahirkan dengan cara yang sudah dijelaskan pada ekstraksi bokong
parsialis.
17 | A S U H A N K E B I D A N A N P E R S A L I N A N S U N G S A N G
Gambar 18 Kaitan pada lipat paha depan untuk melahirkan trochanter depan
b) Ekstraksi Kaki
Dilakukan dengan teknik :
- Setelah persiapan selesai, tangan penolong yang sesuai dengan bagian kecil anak
dimasukkan secara obstetris kedalam jalan lahir, sedangkan tangan lain membuka
labia.
18 | A S U H A N K E B I D A N A N P E R S A L I N A N S U N G S A N G
- Tangan yang didalam mencari kaki dengan menyelusuri bokong – pangkal paha
sampai belakang lutut (fosa poplitea) dan kemudian melakukan fleksi dan abduksi
paha janin sehingga sendi lutut menjadi fleksi
- Tangan yang diluar (dekat dibagian fundus uteri) mendekatkan kaki janin untuk
mempermudah tindakan mencari kaki janin tersebut diatas.
- Setelah lutut fleksi, pergelangan kaki anak dipegang diantara jari ke II dan III dan
dituntun keluar dari vagina.
19 | A S U H A N K E B I D A N A N P E R S A L I N A N S U N G S A N G
Oleh karna itu, Sebelum melakukan sectio caesarean, petugas diwajibkan untuk
melakukan pemeriksaan USG ulang untuk memastikan bahwa presentasi masih bokong. Hati-
hati saat melakukan pembukaan uterus untuk mencegah cedera pada bayi karena pisau bedah
yang mungkin terjadi pada presentasi sungsang. Insisi uterus dengan ukuran yang tepat,
terutama pada kelahiran prematur untuk mencegah penjepitan dan pelahiran traumatik pada
kepala bayi (Endozien, 2013)
Menurut Saifuddin (2011) sectio ceaesaria lebih aman dan direkomendasikan pada :
a) Presentasi kaki ganda
b) Panggul sempit
c) Bekas sectio ceaesaria dengan indikasi disproporsi sefalopelvik
d) Kepala hiperekstensi atau defleksi
e) Janin sangat besar
f) Plasenta previa
g) Keterlambatan penurunan bokong setelah pembukaan lengkap.
h) Primigravida (Oxorn, 2010).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
20 | A S U H A N K E B I D A N A N P E R S A L I N A N S U N G S A N G
Berdasarkan pemaparan materi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kelainan pada
letak sungsang merupakan kondisi dimana presentasi janin dalam uterus terutama bokong
janin lebih dulu memasuki rongga panggul, terletak memanjang dengan kepala di fundus
uteri dan bokong berada di bawah kavum uteri. (Manuaba, 2010).
Kelainan pada letak sungsang dapat dibagi dalam beberapa tipe, yaitu :
Frank Breech ( Presentasi bokong murni)
Complete Breech ( Presentasi bokong sempurna)
Incomplete Breech ( Presentasi bokong tidak sempurna)
Kemudian pertolongan pada persalinan dengan letak sungsang dapat ditolong melalui
jalan lahir (per vaginam) dan sectio caesarian (per abdomen). Baik keduanya memiliki
risikonya masing-masing apabila diterapkan, baik risiko untuk ibu maupun janin.
3.2 Saran
Seorang bidan memang tidak memiliki wewenang untuk menolong persalinan
sungsang kecuali, dalam kondisi-kondisi tertentu. Oleh karna itu sebagai calon tenaga
kesehatan yang bergerak dalam pelayanan kebidanan, alangkah baiknya sebagai seorang
mahasiswi bidan untuk mempelajari dan memahami semua hal yang berkaitan dengan
persalinan sungsang.
21 | A S U H A N K E B I D A N A N P E R S A L I N A N S U N G S A N G
DAFTAR PUSTAKA
1. Winkjosastro, Hanifa, dkk. 2012. Letak Sungsang, dalam Ilmu kebidanan, edisi keenam.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
2. Saifuddin AB. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 2010
3. Manuaba. 2010. Ilmu Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta : EGC.
4. Oxorn. 2013. Oxorn-Foote Human Labor and Birth. London : Appleton & Lange
Publishers.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/57214/Chapter%20II.pdf;jsessionid=8
07476DC449C1AA496EECD9C0969DA2F?sequence=4
diakses 15 februari 2018 pukul 18.40
http://abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/R0313008_bab2.pdf
diakses pada 15 februari 2018 pukul 19.30
22 | A S U H A N K E B I D A N A N P E R S A L I N A N S U N G S A N G