Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN

MATERNAL DAN NEONATAL


PERSALINAN SUNGSANG

KELOMPOK 7 :
1. Firda Ramadanti P3.73.24.2.16.116
2. Irma Ayu Larasati P3.73.24.2.16.123
3. Khairunnisa Kamelia P P3.73.24.2.16.125
4. Mutia Adenia P3.73.24.2.16.132
5. Shavira Ramanda P3.73.24.2.16.139
6. Sri Bulan Cahya H N P3.73.24.2.16.141

KELAS : 2C

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III


PRODI D-III KEBIDANAN
2017-2018

1|ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN SUNGSANG


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala karena atas segala
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah mengenai “Persalinan Sungsang“.
Dan pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu memberi bantuan secara moril dan material. Serta ucapan terima kasih
penulis sampaikan kepada dosen pengampu mata kuliah Asuhan Kebidanan
Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal.
Penulis sangat menyadari kesulitan dalam membuat makalah ini oleh sebab itu,
penulis sungguh berharap akan kritik dan saran yang sifatnya membangun bagi isi makalah
ini.
.

Bekasi, 20 Februari 2018

Penulis

2|ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN SUNGSANG


DAFTAR ISI

Kata pengantar...................................................................................................i
Daftar isi..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................1
1.3 Tujuan...........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi.........................................................................................................2
2.2 Klasifikasi.....................................................................................................2
2.3 Komplikasi....................................................................................................3
2.4 Etiologi.........................................................................................................4
2.5 Penegakan Diagnosa.....................................................................................5
2.6 Penatalaksanaan Persalinan Letak Sungsang................................................6
2.7 Peran Bidan Dalam Persalinan Sungsang....................................................17
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..................................................................................................18
3.2 Saran............................................................................................................18
Daftar Pustaka..................................................................................................19

3|ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN SUNGSANG


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Saat ini angka kematian maternal dan neonatal di Indonesia masih cukup tinggi yaitu,
334/100.000 kelahiran hidup dan 21,8/1.000 kelahiran hidup. Salah satu bentuk kompikasi
maternal dan neonatal adalah persalinan dengan letak sungsang, dimana hal ini merupakan
salah satu faktor penyebab terjadinya kematian neonatal.

Hasil penelitian mendapatkan 152 kasus persalinan letak sungsang yaitu sebesar 2,2
persen dari total 3347 persalinan. Persentase tertinggi ditemukan pada ibu multipara (64,5%);
usia ibu >35 tahun (28,9%); usia kehamilan 37-40 minggu (78,3%); complete breech
(66,4%); persalinan perabdominal (78,3%). Berat badan lahir bayi letak sungsang terbanyak
pada rentang 2500-3500 g (65,1%) dengan nilai apgar terbanyak pada nilai 4-6 (61,2%).

1.2 Rumusan masalah


1. Apa definisi kelainan letak sungsang?
2. Apa saja jenis dari kelainan letak sungsang?
3. Apa saja komplikasi yang berisiko dialami ibu dan janin pada persalinan dengan
kelainan letak sungsang?
4. Apa etiologi dari kelainan letak sungsang?
5. Bagaimana menegakkan diagnosis pada kelainan letak sungsang?
6. Bagaimana cara penanganan dari persalinan dengan kelainan letak sungsang?
7. Bagaimana peran bidan dalam persalinan dengan kelainan letak sungsang?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa definisi dari kelainan letak sungsang.
2. Untuk mengetahui apa saja jenis dari kelainan letak sungsang.
3. Untuk mengetahui apa saja komplikasi yang berisiko dialami ibu dan bayi pada
persalinan dengan kelainan letak sungsang.
4. Untuk mengetahui apa etiologi dari kelainan letak sungsang.
5. Untuk mengetahui bagaimana menegakkan diagnosis pada kelainan letak sungsang.
6. Untuk mengetahui penanganan dari persalinan dengan kelainan letak sungsang.
7. Untuk mengetahui sejauh mana peran bidan dalam menangani persalinan letak
sungsang.

4|ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN SUNGSANG


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi letak sungsang


Definisi dari kelainan letak sungsang adalah kondisi dimana presentasi janin dalam
uterus terutama bokong janin lebih dulu memasuki rongga panggul, terletak memanjang
dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bawah kavum uteri. (Manuaba, 2010).

2.2 Klasifikasi letak sungsang


Presentasi bokong dapat diklasifikasikan dengan bagian tubuh janin berdasarkan
presentasi dan posisi janin (Prawirohardjo, 2013).

1) Frank Breech ( Presentasi bokong murni)

Bagian kaki dari janin mengalami fleksi total di bagian bokong dan ekstensi total di
bagian lutut. Telapak kaki berada paling dekat dengan kepala dan bokong menempati
segmen bawah uterus.
Frank Breech sangat membantu saat proses dilatasi serviks tetapi posisi frank breech
sulit untuk dilakukan External Cephalic Version (ECV) yang bertujuan untuk
mengembalikan posisi janin ke posisi yang seharusnya yaitu kepala janin yang berada
pada kavum dibawah uterus. Pada posisi ini sangat jarang terjadi prolaps tali pusat serta
janin jarang terjebak di serviks.

5|ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN SUNGSANG


2) Complete Breech ( Presentasi bokong sempurna)

Yaitu letak sungsang, dimana kedua kaki dan tangan menyilang sempurna dan di
samping bokong dapat diraba kedua kaki.

3) Incomplete Breech ( Presentasi bokong tidak sempurna)

Yaitu letak sungsang, dimana hanya satu kaki di samping bokong, sedangkan kaki
yang lain terangkat ke atas. (Kasdu, 2005.)

2.3 Komplikasi persalinan letak sungsang


A. Komplikasi pada ibu
a) Perdarahan
b) Robekan jalan lahir
c) Infeksi

B. Komplikasi pada bayi


a) Asfiksia bayi, yang dapat disebabkan oleh :
- Kemacetan persalinan kepala (aspirasi air ketuban-lendir)
- Perdarahan atau edema jaringan otak
- Kerusakan medula oblongata
- Kerusakan persendian tulang leher
- kematian bayi karena asfiksia berat.

6|ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN SUNGSANG


b) Trauma persalinan
- Dislokasi-fraktur persendian, tulang ekstremitas
- Kerusakan alat vital : limpa, hati, paru-paru atau jantung
- Dislokasi fraktur persendian tulang leher : fraktur tulang dasar
kepala ; fraktur tulang kepala ; kerusakan pada mata, hidung atau
telinga ; kerusakan pada jaringan otak.

c) Infeksi, dapat terjadi karena :


- Persalinan berlangsung lama
- Ketuban pecah pada pembukaan kecil
- Manipulasi dengan pemeriksaan dalam

2.4 Etiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan
didalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif
lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian
janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang, ataupun letak lintang.

Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban
relative berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai yang terlipat lebih besar daripada
kepala, maka bokong dipaksa menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan
kepala berada dalam ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian
dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang
lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam
presentasi kepala.

Faktor predisposisi dari letak sungsang adalah:


1. Prematuritas karena bentuk rahim relatif kurang lonjong,
2. Air ketuban masih banyak dan kepala anak relatif besar
3. Plasenta previa karena menghalangi turunnya kepala ke dalam pintu atas panggul.
4. Kelainan bentuk kepala: hidrocephalus, anencephalus, karena kepala kurang sesuai
dengan bentuk pintu atas panggul.
5. Fiksasi kepala pada pintu atas panggul tidak baik atau tidak ada, misalnya pada panggul
sempit, hidrosefalus, plasenta previa, tumor – tumor pelvis dan lain – lain.
6. Janin mudah bergerak,seperti pada hidramnion, multipara
7. Gemeli (kehamilan ganda)
8. Kelainan uterus, seperti mioma uteri.
9. Janin sudah lama mati.

7|ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN SUNGSANG


Penyebab letak sungsang dapat berasal dari:
1. Sudut Ibu
1) Keadaan Rahim
 Rahim arkuatus
 Septum pada Rahim
 Uterus dupleks
 Mioma bersama kehamilan
2) Keadaan plasenta
 Plasenta letak rendah
 Plasenta previa
3) Keadaan jalan lahir
 Kesempitan panggul
 Deformitas tulang panggul
 Terdapat tumor menjalani jalan lahir dan perputaran ke posisi kepala
2. Sudut Janin
Pada janin tedapat berbagai keadaan yang menyebabkan letak sungsang :
1) Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat
2) Hedrosefalus atau anesefalus
3) Kehamilan kembar
4) Hidroamnion atau aligohidromion
5) Prematuritas

2.5 Penegakan diagnosa


1. Palpasi
Saat pemeriksaan leopold bagian bawah teraba lunak bulat dan tidak melenting
(bokong), sementara di fundus teraba bagian bulat, keras, melenting (kepala) dan
punggung teraba di kanan atau kiri (Hanretty, 2014).
2. Aukultasi
Denyut jantung janin paling jelas terdengar di atas umbilicus, punctum maximum
denyut jantung janin terdengar di 13 kuadran atas perut ibu (Mochtar, 2013).
3. Pemeriksaan dalam
Bokong teraba lunak dan tidak teratur dengan tidak adanya sutura yang terpalpasi,
walaupun terkadang sacrum dapat disalahartikan sebagai kepala yang keras, dan bokong

8|ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN SUNGSANG


dapat diartikan sebagai caput succadeum. Anus dapat teraba dan mekonium segar pada
jari pemeriksa biasanya merupakan diagnosis
Jika tungkai terekstensi, genital ekternal sangat jelas,teraba tetapi,harus diingat
bahwa genitalia eksterna tersebut mengalami edema. Vulva yang mengalami edema
dapat disalah artikan dengan skrotum.
Jika kaki teraba, bidan harus membedakannya dengan tangan. jari-jari kaki
semuanya sama panjang, jari-jari kaki lebih pendek daripada jari jari tangan dan ibu jari
kaki tidak dapat direntangkan dan jari kaki lainnya. Kaki berada pada sudut 90 derajat
dari tungkai, dan tumit tidak memiliki kesaamaan dengan tangan.
4. Pemeriksaan penunjang
Peranan USG sangat penting dalam diagnosis dan penilaian resiko pada
presentasi bokong. Taksiran berat janin, penilaian volume air ketuban, konfirmasi letak
plasenta, jenis presentasi bokong, keadaan hiperekstensi kepala, kelainan congenital, dan
kesejahteraan janin dapat diperiksa menggunakan ultrasonografi (Saifuddin, 2011).
Pemeriksaan USG juga digunakan untuk memastikan perkiraan klinis presentasi
bokong, bila mungkin untuk mengidentifikasi adanya anomali janin. USG pada usia
kehamilan 32-34 minggu untuk menegakkan diagnosis, memperkirakan ukuran dan
konfigurasi panggul ibu (Fadlun, 2012). Pemeriksaan USG dilakukan untuk konfirmasi
tipe dari presentasi bokong, memperkirakan berat janin dan mengidentifikasi adanya
kelainan janin atau plasenta (Tanto, 2014).

2.6 Penatalaksanaan letak sungsang


A. Pada saat Pemeriksaan Antenatal
a) Beritahu hasil pemeriksaan yang sebenarnya, jelaskan pada pasien mengenai
kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dengan presentasi sungsang.
b) Beri konseling mengenai gerakan knee-cheest, yaitu meletakkan kepala diantara
kedua tangan lalu menoleh ke samping kiri atau kanan, kemudian turunkan badan
sehingga dada menyentuh kasur dengan menggeser siku sejauh mungkin. Kegunaan
gerakan ini adalah untuk mempertahankan atau memperbaiki posisi janin agar bagian
kepala janin tetap berada di bawah. Gerakan ini disebut juga sebagai gerakan “anti
sungsang”
c) Jika diketahui janin letak sungsang pada usia kehamilan kurang dari 34 minggu tidak
perlu dilakukan intervensi apapun, karena janin masih cukup kecil dan cairan amnion

9|ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN SUNGSANG


masih cukup banyak sehingga kemungkinan besar janin masih dapat memutar dengan
sendirinya.

B. Pada saat persalinan


Menurut prawihardjo, berdasarkan jalan lahir yang dilalui maka, penatalaksanaan
persalinan sungsang dapat dibagi ,menjadi dua tipe yaitu :

1. Persalinan pervaginam
Persalinan letak sungsang dengan pervaginam mempunyai syarat yang harus dipenuhi
yaitu pembukaan benar-benar lengkap, kulit ketuban sudah pecah, his adekuat dan tafsiran
berat badan janin < 3600 gram.

Terdapat situasi-situasi tertentu yang membuat persalinan pervaginam tidak dapat


dihindarkan yaitu ibu memilih persalinan pervaginam, direncanakan bedah sesar tetapi
terjadi proses persalinan yang sedemikian cepat, persalinan terjadi di fasilitas yang tidak
memungkinkan dilakukan bedah sesar, presentasi bokong yang tidak terdiagnosis hingga
kala II dan kelahiran janin kedua pada kehamilan kembar.

Persalinan pervaginam tidak dilakukan apabila didapatkan kontra indikasi persalinan


pervaginam bagi ibu dan janin, presentasi kaki, hiperekstensi kepala janin dan berat bayi
> 3600 gram, tidak adanya informed consent, dan tidak adanya petugas yang
berpengalaman dalam melakukan pertolongan persalinan (Prawirohardjo, 2008).

Syarat persalinan pervaginam pada letak sungsang: bokong sempurna (complete) atau
bokong murni (frank breech), pelvimetri, klinis yang adekuat, janin tidak terlalu besar,
tidak ada riwayat seksio sesaria dengan indikasi CPD, kepala fleksi.

 Persiapan untuk kelahiran bokong menurut Varney

1) Pemeriksaan abdomen yang hati-hati atau jika perlu USG untuk menentukan jenis
presentasi bokong dan menyingkirkan kecurigaan terjadinya hiperekstensi kepala,
hidrosefalus, atau bokong-kaki, atau bokong-lutut.
2) Dilatasi serviks lengkap.
3) Kosongkan kandung kemih ibu.
4) Persiapan episiotomi jika memang diperlukan.
5) Kaji efektifitas upaya mengejan pada ibu.
6) Persiapan untuk upaya resusitasi bayi baru lahir.
7) Posisikan pasien dalam posisi litotomi dengan penyangga kaki untuk memberikan ruang
yang adekuat di bawah panggul ibu yang dibutuhkan untuk persalinan.
8) Dokter tempat berkonsultasi seharusnya telah diberi tahu dan sebaiknya juga hadir atau
segera datang jika dibutuhkan.

10 | A S U H A N K E B I D A N A N P E R S A L I N A N S U N G S A N G
9) Lakukan pemasangan infus intravena (Cuningham, 2014 dan Endozien, 2013).

 Mekanisme persalinan letak sungsang

1. Bokong dan tungkai bawah


1) Penurunan : Bokong masuk panggul apabila diameter bitrochanteric telah melewati
PAP, pada RSA maka sacrum ada dikuadran kanan depan panggul ibu dan diameter
bitrochanteric ada pada diameter oblique kanan oleh karena bokong merupakan
pembuka yang kurang baik. Penurunan berjalan lambat dan mungkin bokokng masih
tetap tinggi sampai persalinan sudah berjalan beberapa lama . kebanyakan bokong
tidak turun sampai pembukaan lengkap atau ketuban tidak pecah
2) Flexi : untuk memudahkan lewatnya bokong melalui panggul , terjadi flexi lateral
ada pinggul. Panggul depan menjadi bagian terendah . apabila presentasinya bokong
murni , kaki kaki janin bekerja sebagai bidai pemanjang dan dengan mengurangi
flexi lateral dan keluwesannya maka kaki kaki ini dapat menghambat penurunan
bokong.
3) Putaran Paksi dalam : Panggul depan mendapat tahana dari dasar panggul dan
berputar 45 derajat obliqa kanan panggul ke anteroposterior . sacrum berputar
menjauhi garis tengah dari kuadran depan ke kanan lintang. Bokong lahir dengan
flexi ke lateral Panggul depan terbentur dibawah symphisis pubis, terjadi flexi ke
lateral, dan panggung belaknag keluar dan dilahirkan diatas pernineum. Kemudian
bokong jatuh kearah anus dan panggul depan tergelncir keluar dari bawah symphisis

11 | A S U H A N K E B I D A N A N P E R S A L I N A N S U N G S A N G
2. Bahu dan lengan
Bahu masuk panggul pada diameter oblique kanan panggul , ketika sakrum berputar dari
ke sakrum anterior kanan. Putar paksi dalam . Bahu depan Berputar dibawah symphisis . dan
diameter basacromalis berputar 45 derajat dari diameter oblique kanan ke diameter
anteroposterior pintu bawah panggul. Sakrum mengikuti dari sakrum anterior kanan. Bahu
lahir dengan Flexi lateral . Bahu depan terbentur dibawah symphisis dan bahu belakang
dengan lengan dilahirkan diatas perineum keika tubuh bayi diangkat ketas. Kemudian bayi
diturunkan dan bahu depan dengan lengan keluar dibawah symphisis.

3. Kepala
1) Penurunan dan masuk panggul : Pada saat bahu ada di PBP, kepala mencapai
panggul. Ia mencapai panggul dengan sutura sagitalis pada diameter oblique kiri.
UUK ada dikuadran kanan depan panggul.
2) Flexi : Flexi kepala terjadi seperti pada presentasi lain, penting bahwa flexi ini
dipertahankan
3) Putaran Paksi dalam : Kepala sampai disasar panggul dan mengadakan putaran paksi
dalam sehingga ia mencapai pintu bawah panggul dengan sutura sagitalis pada
diameter anteroposterior, sudah pada lengkung sakrum dan UUK dibawah sympisis.
Sakrum berputar kearah pubis sehingga punggung didepan.
4) Kepala lahir dengan flexi : Diameter – diameternya sama dengan kedudukan UUK
depan tetapi dalam arah yang sebaliknya. Tengkuk menjadi titik putar dibawah
symphisis dan dagu, mulut, hidung, dahi, bregma, dan UUK dilahirkan diatas
perineum dengan gerakan flexi.

Terdapat 3 metode umum persalinan presentasi bokong melalui vagina :

 Persalinan spontan (spontaneous breech)


Janin di lahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri. Cara ini disebut cara Bracht.
Pada persalinan spontan bracht ada 3 tahapan yaitu tahapan pertama yaitu fase lambat, fase
cepat, dan fase lambat.

1. Tahap pertama : fase lambat, yaitu mulai melahirkan bokong sampai pusat (skapula
depan). Disebut fase lambat oleh karena tahapan ini tidak perlu ditangani secara tergesa-
gesa mengingat tidak ada bahaya pada ibu dan anak yang mungkin terjadi.

2. Tahap kedua: fase cepat, yaitu mulai dari lahirnya pusat sampai lahirnya mulut. Pada
fase ini, kepala janin masuk panggul sehingga terjadi oklusi pembuluh darah tali pusat
12 | A S U H A N K E B I D A N A N P E R S A L I N A N S U N G S A N G
antara kepala dengan tulang panggul sehingga sirkulasi uteroplasenta terganggu.
Disebut fase cepat oleh karena tahapan ini harus terselesaikan dalam 1 – 2 kali kontraksi
uterus (sekitar 8 menit).

3. Tahap ketiga: fase lambat, yaitu mulai lahirnya mulut sampai seluruh kepala lahir. Fase
ini disebut fase lambat oleh karena tahapan ini tidak boleh dilakukan secara tergesa-
gesa untuk menghidari dekompresi kepala yang terlampau cepat yang dapat
menyebabkan perdarahan intracranial

Berikut ini teknik melahirkan secara bracht :

(a) Biarkan persalinan berlangsung dengan sendirinya (tanpa intervensi apapun) hingga
bokong tampak di vulva.
(b) Pastikan bahwa pembukaan sudah lengkap sebelum memperkenankan ibu mengejan.
(c) Perhatikan hingga bokong membuka vulva.
(d) Lakukan episiotomi bila perlu (pada perineum yang cukup elastis dengan introitus yang
sudah lebar, episiotomi mungkin tidak diperlukan). Gunakan anastesi lokal sebelumnya.
(e) Biarkan bokong lahir, bila tali pusat sudah tampak dikendorkan. Perhatikan hingga
tampak tulang belikat (scapula) janin mulai tampak di vulva. Awas : jangan melakukan
tarikan atau tindakan apa pun pada tahap ini.
(f) Dengan lembut peganglah bokong dengan kedua ibu jari penolong sejajar sumbu
panggul, sedang jari-jari yang lain memegang belakang pinggul janin.
(g) Tanpa melakukan tarikan, angkatlah kaki, bokong, dan badan janin dengan kedua tangan
penolong disesuaikan dengan sumbu panggul ibu sehingga berturut-turut lahir perut, dada,
bahu dan lengan, dagu, mulut dan seluruh kepala (Saifuddin, 2011).

 Manual aid (partial breech extraction)


Janin di lahirkan sebagian dengan tenaga dan kekuatan ibu, sebagian lagi dengan tenaga
penolong. Dalam cara ini, terdapat 3 tahap yaitu :

a) Tahap pertama : Bokong sampai umbilicus lahir secara spontan dengan mengunakan
kekuatan tenaga ibu sendiri.

13 | A S U H A N K E B I D A N A N P E R S A L I N A N S U N G S A N G
b) Tahap kedua : Persalinan bahu dan lengan dibantu oleh penolong.
Menurut Manuaba (2010) ada 3 cara :
 Cara Klasik

Pegang bokong dengan telunjuk pada spina ischiadika anterior superior dan ibu jari
menekan sacrum, kemudian tarik curam kebawah sampai skapula tampak, lalu transi
kearah atas untuk melahirkan bahu dan lengan belakang, kemudian lengan depan.
 Cara Mueller

Tidak jauh berbeda dari cara klasik, perbedaaanya adalah lengan depan dilahirkan
lebih dulu kemudian lengan belakang. Caranya tarik janin vertikal ke bawah lalu
dilahirkan bahu dan lengan depan. Cara melahirkan bahu lengan depan bisa spontan atau
diikat dengan satu jari menyapu muka. Lahirkan bahu belakang dengan menarik kaki ke
atas lalu bahu dan lengan belakang diikat menyapu kepala.
 Cara lovset

14 | A S U H A N K E B I D A N A N P E R S A L I N A N S U N G S A N G
Bahu janin diputar 900 disertai tarikan sehingga dengan putaran tersebut bahu dapat
dilahirkan.

c) Tahap ketiga : Melahirkan kepala pada persalinan dengan presentasi bokong melalui salah
satu perasat berikut ini, yaitu :
 Perasat Wigand-Martin
Badan bayi diletakkan pada tangan penolong, jari tengah kanan tersebut ditaruh pada
mulut bayi, dan jari telunjuk dan jari manis pada maxilla. Tujuan jari berada di mulut
tidak untuk traksi tetapi untuk mengusahakan dan mempertahankan fleksi. Kemudian
dengan tangan lainnya melakukan dorongan suprapubik pada kepala melalui perut ibu.

 Perasat Mauriceau-Smellie-Veit

Posisinya sama dengan perasat Wigand-Martin, dengan satu jari dimulut dan dua jari
pada maxilla. Perbedaannya penolong meletakkan tangannya yang lain mengangkang
diatas bahu bayi dan dengan cara ini melakukan traksi. Efisiensi prosedur ini meningkat
dengan dorongan suprapubik pada kepala oleh asisten ketika penolong mengerjakan
perasat Mauriceau.

15 | A S U H A N K E B I D A N A N P E R S A L I N A N S U N G S A N G
After coming head adalah kesulitan saat melahirkan kepala. Setelah umbilicus lahir,
kepala anak mulai masuk ke rongga panggul sehingga tali pusat tertekan antara kepala
dan dinding panggul (Martaadisoebrata, 2013).
Bayi akan mengalami asfiksia apabila umbilicus telah lahir dan tidak ada kemajuan,
untuk mengantisipasinya penolong tidak boleh menunggu terlalu lama dan melakukan
pertolongan secara manual aid agar kelahiran dari umbilikus sampai janin lahir
seluruhnya berlangsung < 8 menit (Mochtar, 2013).
 Cunam piper pada kepala menyusul

Sediakan cunam piper sebagai antisipasi bila terdapat kesulitan saat melahirkan
kepala (WHO, 2013 dan Mochtar, 2013). Traksi pada tindakan cunam piper langsung
dikerjakan pada kepala untuk menghindari kerusakan struktur pada leher bayi.
 Perasat prague terbalik

Dilakukan bila oksiput dibelakang (dekat dengan sacrum) dan muka janin
menghadap simfisis. Satu tangan mencekap leher dari sebelah belakang dan punggung
anak diletakkan diatas telapak tangan tersebut. Tangan penolong lain memegang
pergelangan kaki dan kemudian di elevasi keatas sambil melakukan traksi pada bahu
janin sedemikian rupa sehingga perut anak mendekati perut ibu. Dengan larynx
sebagai hypomochlion kepala anak dilahirkan.

16 | A S U H A N K E B I D A N A N P E R S A L I N A N S U N G S A N G
 Ekstraksi bokong (total breech extraction)
Janin di lahirkan seluruhnya dengan memakai tenaga penolong.
Janin dilahirkan seluruhnya dengan menggunakan tenaga penolong (teknik ekstrasi kaki,
ekstrasi bokong).
Ekstrasi bokong merupakan pelahiran manipulatif yang dilakukan oleh dokter
spesialis obstetrik dan dilakukan untuk mempercepat persalinan dalam situasi gawat seperti
gangguan kondisi janin (Fraser, 2009).

A. Syarat dilakukan ekstaksi bokong


a) Panggul harus cukup lebar, tanpa disproporsi
b) Pembukaan harus lengkap
c) Vesica Urinaria dan rectum harus kosong
d) Anestesi yang dalam dan ahlinya sangat diperlukan
e) Diperlukan asisten yang terlatih
f) Anak harus hidup

B. Jenis ekstraksi total


a) Ekstraksi bokong
 Tindakan ini dikerjakan pada letak bokong murni dengan bokong yang sudah
berada didasar panggul.
 Teknik :
- Jari telunjuk penolong yang sesuai dengan bagian kecil anak dimasukkan
jalan lahir dan diletakkan pada lipat paha depan anak. Dengan jari tersebut,
lipat paha dikait. Untuk memperkuat kaitan tersebut, tangan lain penolong
mencekap pergelangan tangan yang melakukan kaitan dan ikut melakukan
traksi kebawah (gambar 18 dan 19)

- Bila dengan traksi tersebut trochanter depan sudah terlihat dibawah arcus
pubis, jari telunjuk tangan lain segera mengait lipat paha belakang dan secara
serentak melakukan traksi lebih lanjut untuk melahirkan bokong (gambar 20)
- Setelah bokong lahir, bokong dipegang dengan pegangan “femuropelvik” dan
janin dilahirkan dengan cara yang sudah dijelaskan pada ekstraksi bokong
parsialis.

17 | A S U H A N K E B I D A N A N P E R S A L I N A N S U N G S A N G
Gambar 18 Kaitan pada lipat paha depan untuk melahirkan trochanter depan

Gambar 19 Untuk memperkuat traksi bokong, dilakukan traksi dengan


menggunakan kedua tangan seperti terlihat pada gambar.

Gambar 20 Traksi dengan kedua jari untuk melahirkan bokong

b) Ekstraksi Kaki
Dilakukan dengan teknik :
- Setelah persiapan selesai, tangan penolong yang sesuai dengan bagian kecil anak
dimasukkan secara obstetris kedalam jalan lahir, sedangkan tangan lain membuka
labia.

18 | A S U H A N K E B I D A N A N P E R S A L I N A N S U N G S A N G
- Tangan yang didalam mencari kaki dengan menyelusuri bokong – pangkal paha
sampai belakang lutut (fosa poplitea) dan kemudian melakukan fleksi dan abduksi
paha janin sehingga sendi lutut menjadi fleksi
- Tangan yang diluar (dekat dibagian fundus uteri) mendekatkan kaki janin untuk
mempermudah tindakan mencari kaki janin tersebut diatas.
- Setelah lutut fleksi, pergelangan kaki anak dipegang diantara jari ke II dan III dan
dituntun keluar dari vagina.

2. Persalinan perabdominan (sectio caesarean)


Sectio Ceaesaria adalah suatu cara melahirkan melalui insisi pada dinding abdomen dan
rahim. Persalinan per abdominal telah menggantikan teknik persalinan pervaginam dengan
bantuan alat untuk persalinan dengan komplikasi tertentu dan sering digunakan dalam
menangani janin beresiko, khususnya pada janin 21 prematur (Hanretty, 2014).
Penentuan cara persalinan adalah sangat individual, kriteria pada tabel dibawah dapat
digunakan untuk menentukan cara persalinan per vaginam atau per abdominal :

Persalinan pervaginam Sectio Caesar


“Presentasi frank Breech” Ketuban pecah dini lama
Taksiran berat janin 2000-35000 gr Taksiran berat janin ≥3500 gr atau <1500
gr
Ukuran panggul adekuat Diameter Panggul sempit
transversal PAP 11,5 cm, dan
anterioposterior 10,5 cm ; Diameter
tranversal panggul tengah 10 cm dan
diameter anterposterior 11,5 cm
Pembukaan sudah lengkap, bagian Bagian terendah janin belum engaged,
terendah janin sudah engaged Partus lama, Primi tua, Inferttilitas atau
riwayat obstetrik buruk, presentasi kaki,
Kelainan pada rahim.
Proses persalinan berlangsung normal Presentasi bokong tidak sempurna atau
meskipun sedah direncanakan SC presentasi kaki
(pervagiman masih merupakan pilihan Gawat Janin
dibandingkan SC)

19 | A S U H A N K E B I D A N A N P E R S A L I N A N S U N G S A N G
Oleh karna itu, Sebelum melakukan sectio caesarean, petugas diwajibkan untuk
melakukan pemeriksaan USG ulang untuk memastikan bahwa presentasi masih bokong. Hati-
hati saat melakukan pembukaan uterus untuk mencegah cedera pada bayi karena pisau bedah
yang mungkin terjadi pada presentasi sungsang. Insisi uterus dengan ukuran yang tepat,
terutama pada kelahiran prematur untuk mencegah penjepitan dan pelahiran traumatik pada
kepala bayi (Endozien, 2013)

Menurut Saifuddin (2011) sectio ceaesaria lebih aman dan direkomendasikan pada :
a) Presentasi kaki ganda
b) Panggul sempit
c) Bekas sectio ceaesaria dengan indikasi disproporsi sefalopelvik
d) Kepala hiperekstensi atau defleksi
e) Janin sangat besar
f) Plasenta previa
g) Keterlambatan penurunan bokong setelah pembukaan lengkap.
h) Primigravida (Oxorn, 2010).

2.7 Peran bidan dalam persalinan sungsang

1. Mendukung ibu dalam kemampuan alamiahnya melahirkan bayi.


2. Meyakinkan bahwa ia mempunyai dukungan kuat untuk dirinya sendiri, bidan lain
yang berpengalaman dalam psikologi, persalinan dan kelahiran non -medis.
3. Meyakinkan dan mempertahankan pengetahuan keterampilan dan teknik yang prima
untuk membantu kelahiran sungsang.
4. Bidan harus mampu mengenali, mengkaji dan merespon bila terjadi masalah dalam
kelahiran sungsang .

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

20 | A S U H A N K E B I D A N A N P E R S A L I N A N S U N G S A N G
Berdasarkan pemaparan materi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kelainan pada
letak sungsang merupakan kondisi dimana presentasi janin dalam uterus terutama bokong
janin lebih dulu memasuki rongga panggul, terletak memanjang dengan kepala di fundus
uteri dan bokong berada di bawah kavum uteri. (Manuaba, 2010).

Kelainan pada letak sungsang dapat dibagi dalam beberapa tipe, yaitu :
 Frank Breech ( Presentasi bokong murni)
 Complete Breech ( Presentasi bokong sempurna)
 Incomplete Breech ( Presentasi bokong tidak sempurna)

Kemudian pertolongan pada persalinan dengan letak sungsang dapat ditolong melalui
jalan lahir (per vaginam) dan sectio caesarian (per abdomen). Baik keduanya memiliki
risikonya masing-masing apabila diterapkan, baik risiko untuk ibu maupun janin.

3.2 Saran
Seorang bidan memang tidak memiliki wewenang untuk menolong persalinan
sungsang kecuali, dalam kondisi-kondisi tertentu. Oleh karna itu sebagai calon tenaga
kesehatan yang bergerak dalam pelayanan kebidanan, alangkah baiknya sebagai seorang
mahasiswi bidan untuk mempelajari dan memahami semua hal yang berkaitan dengan
persalinan sungsang.

21 | A S U H A N K E B I D A N A N P E R S A L I N A N S U N G S A N G
DAFTAR PUSTAKA

1. Winkjosastro, Hanifa, dkk. 2012. Letak Sungsang, dalam Ilmu kebidanan, edisi keenam.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
2. Saifuddin AB. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 2010
3. Manuaba. 2010. Ilmu Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta : EGC.
4. Oxorn. 2013. Oxorn-Foote Human Labor and Birth. London : Appleton & Lange
Publishers.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/57214/Chapter%20II.pdf;jsessionid=8
07476DC449C1AA496EECD9C0969DA2F?sequence=4
diakses 15 februari 2018 pukul 18.40
http://abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/R0313008_bab2.pdf
diakses pada 15 februari 2018 pukul 19.30

22 | A S U H A N K E B I D A N A N P E R S A L I N A N S U N G S A N G

Anda mungkin juga menyukai