Democratic governance sebagai remedi bagi negara-negara yang sedang dalam keadaan
kritis dan memiliki beberapa keterbatasan yang harus bisa disiasati dengan tepat dan cepat.
Beberapa keterbatasan yang dimasud adalah.
1. Bersama munculnya pokok persoalan dan kondisi transisi yang lain, konsep
democratic governance akan dirasa sebagai sebauah ancaman dan tekanan sehingga
menghasilkan perlawanan karena tidak dirasa sebagai kebutuhan bagi masyarakat dan
pemerintah.
2. Apabila ruang cakupan democratic governance mengalami perubahan atau
pergesaran, maka akan terjadi perlawanan terhadap democratic governance itu
sendiri.
3. Good governance mungkin belum sampai kepada pandangan sebagai nilai universal
apabila HAM dipandang memiliki karakter universal dan internasional. Bahkan,
seejumlah negara Asia termasuk Indonesia memandang universalitas HAM sebagai
bentuk agresivitas, imperialisme kultural, hegemoni global, dan pendiktean Barat atas
negara berkembang (Ghai, 1995: 56; dan Caballero-Anthony, 1995: 40). Meski
demikian, HAM hanya secara kesejarahan saja berasal dari Barat, namun tetap
berkarakter universal dan internasional. (Freeman, 1995: 17).
4. Peniruan atau pengopian suatu program yang sukses dari suatu negara ke negara lain
kemungkinan justru menghasilkan pemujaan terhadap program tersebut, tanpa diikuti
pemahaman untuk menyerap dan menerapkan substansinya di setiap tingkat
pemerintahan.
5. Koverasi media masa tidak akan banyak membantu persebaran dan penerimaan good
governance, demokrasi, HAM, dan hingga ke democratic governance karena agenda
media dan agenda publik cenderung tidak terlalu memperhatikannya.
Terlepas dari segala motivasi dan latar belakang pendirian Komisi Nasional Untuk HAM
yang dilakukan untuk memenuhi standar Internasional HAM, Komisi Nasional HAM di
sejumlah negra Asia dan Pasifik kebanyakan didirikan atas dasars saran dan permintaan
Perserikatan Bangsa-bangsa (United Nations) dengan bantuan negraa-negara yang cukup maju
dalam hal implementasi HAM, seperti Australia dan Kuba. Walaupun Australia merupakan salah
satu negara dengan implementasi HAM yang baik, tentu saja perlu dipertanyakan dasar
penentuan negara tersebut. Karena nyatanya, Australia juga masih mengalami sejumlah
permasalahan HAM. Namun, Kuba memiliki cerita lain tentang jaminan sosial yang dianggap
terbaik di dunia yang juga menjadi contoh bagi upaya penegakan HAM. Kebijakan jaminan
sosial ituterungkap lewat pernyataan tim pakar PBB yang berkunjung ke Kuba, Jumat (14/4).
Dilansir, kunjungan perwakilan PBB yang bertujuan untuk membuka dialog soal penegakan
HAM justru mendapati temuan lain, yaitu efektivitas kebijakan jaminan sosial di Kuba yang
mampu menekan angka perbudakan dan perdagangan manusia. (kumparan.com 15/04/17). Yang
menjadi poin dalam paragraf ini adalah, bahwa sebaik apapun peraturan penegakan HAM pasti
akan berjalan secara berbeda jika dilaksanakan di negara yang berbeda pula.
Beberapa persoalan-persoalan mendasar HAM di Indonesia dapat dilihat dari hal-hal berikut ini.
SUMBER:
https://xerma.blogspot.com dalam judul “Democratic Governance Dalam Perumusan
Kebijakan Publik”
https://kumparan.com dalam judul “Jaminan Sosial di Kuba buat PBB terkagum-kagum”
yang terbit pada tanggal 15 april 2017
Yuliarso, Kurniawan. (2015). Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia: Menuju Democratic
Governances. Yogyakarta: Fisipol UGM.