Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN HIV/AIDS DENGAN GANGGUAN


PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI
KEPERAWATAN HIV/AIDS

KELOMPOK 5 / 2B
Nama Kelompok :
1. Auda Nur Imania 0117040
2. Faradilla Maulana 0117044
3. Kavana Kavilun 01170
4. Lufi Vita Hapsari 01170
5. Nur Holila 01170

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA
MOJOKERTO
2019

1|Page
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini kami menyatakan bahwa:


Kami mempunyai kopi dari makalah ini yang bisa kami reproduksi jika makalah
yang dikumpulkan hilang atau rusak.
Makalah ini adalah hasil karya kami sendiri dan bukan merupakan karya orang
lain kecuali yang telah ditulis kan dalam referensi, serta tidak ada seorangpun
yang membuatkan makalah ini untuk kami.
Jika dikemudian hari terbukti adanya ketidakjujuran akademik, kami bersedia
mendapatkan sangsi sesuai peraturan yang berlaku.

Mojokerto,10 Mei 2019

Nama NIM Tanda Tangan Mahasiswa


Auda Nur Imania 0117040
Faradila Maulana 0117044
Kavana Kavilun 01170
Lufi Vita Hapsari 01170
Nur Holila 01170

2|Page
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT,karena atas rahmat dan
karunia-Nya kami berhasil menyelesaikan penulisan makalah dengan judul
”Asuhan Keperawatan HIV/AIDS Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan
Nutrisi”.

Dalam penyusunan makalah ini, kami mendapatkan banyak bimbingan dan


dukungan dari Bapak Edy Siswanto, S.Kep.,Ns.,M.Kes.M.Kep selaku fasilitator
dalam materi yang dibahas pada makalah ini. Dan tidak lupa anggota kelompok
yang ikut serta dalam penyelesaian makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk perkembangan wawasan serta


pengetahuan pembaca.

Mojokerto, 10 Mei 2019

Penulis

3|Page
DAFTAR ISI

Cover ............................... 1
LEMBAR PERNYATAAN ...............................
KATA PENGANTAR ............................... 2
DAFTAR ISI ............................... 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................... 4
B. Rumusan Masalah ............................... 4
C. Tujuan ............................... 4
D. Manfaat ............................... 4
BAB II PEMBAHASAN ............................... 5
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN HIV/AIDS ............................... 16
DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN NUTRISI
BAB IV PENUTUPAN
A. Simpulan ............................... 21
B. Saran ............................... 21
DAFTAR PUSTAKA ............................... 22

4|Page
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kumpulan
gejala penyakit yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency
Virus) yang ditandai dengan gejala menurumya sistem kekebalan tubuh.
Kerusakan progresif pada system kekebalan tubuh menyebabkan ODHA (
orang dengan HIV /AIDS ) amat rentan dan mudah terjangkit bermacam-
macam penyakit.
Infeksi HIV ini antara lain mengakibatkan ketidakmampuan
mengabsorbsi zat gizi dari makanan, perubahan metabolisme, serta
berkurangnya asupan makanan akibat ge1ala-gejala yang terkait HIV,
sehingga menyebabkan penurunan berat badan dan infeksi oportunistik.
Infeksi oportunistik merupakan infeksi yang. ter.iadi pada ODHA ketika
kekebalan tubuhnya sudah sangat rendah. sehingga berbagai penyakit yang
tadinya dapat diatasi dengan tnudah oleh sistem imun tubuh. malah meniadi
sangat berbahaya.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan HIV/AIDS dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi?
C. Tujuan
Untuk mengetahui asuhan keperawatan HIV/AIDS dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi
D. Manfaat
Diharapkam dengan adanya makalah ini dapat berguna bagi mahasiswa
keperawatan mendapatkan tambahan pengetahuan dan referensi.

5|Page
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hubungan antara Nutrisi dan HIV/AIDS
Nutrisi yang baik pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA) memang
dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas hidup ODHA. Pada saat orang
terinfeksi HIV/AIDS. maka sistem'kekebalan dalam tubuh akan menurun.
Pada saat itu, bila terjadi malnutrisi. maka sistem ilnun akan turun dan
kemungkinan timbulnya penyakit semakin besar, Nutrisi yang baik berarti
ter-iadi asupan makanan yang baik, berat badan terjaga, dan jaringan otot,
juga status mikronutriea dalam tubuh tetap dalam kondisi baik.
Hasilnya, dapat menguatkan sistem imun sehingga mampu melarvan
HIV dan infeksi laimya. Daya tahan terhadap infeksi pun meningkat,
misalnya diare" tuberkulosis, dan infeksi pemapasan.
Asupan diet yang tidak cukup bisa menyebabkan malabsorbri diare,
gangguan metabolisme dan penyimpanan nutriea. sehingga terjadi
defisiensi nutriea. Berikutnya. defisiensi nutriea ini bisa mendorong
meningkatkan stres oksidatif dan menurunkan sistem imum. Akibatnya,
replikasi HIV m:ningkat dan juga kemungkinan terkena penyakit semakin
meningkat. juga morbiditas.
Selain itu, orang yang terinfeksi HIV biasanya mengalami gejala
yang berpengaruh pada asupan nutrisi yang bisa mengakibatkan terjadinya
malnutrisi. Diantaranya, anoreksia atau kehilangan nafsu makan. diare.
demam, mual dan muntah yang sering. infeksi.jamur dan anemia.
Karena itu, ODHA mempunyai kebutuhan nutrisi tersendiri
dibandingkan orang sehat. Kebutuhan energi pada ODHA dihitung
berdasarkan ada atau tidak adanya gejala seperti demam, penurunan berat
badan dan wasting. Wasting adalah terjadinya penurunan massa otot tubuh.
gangguan fungsi metabolisme dan ganggnan funesi sistem imun dan
penurunan berat badan, Seseorang dikatakan mengalami wasting bila terjadi
penurunan berat badan lebih dari l0 persen berat badan normal disertai
dengan lebih dari 30 hari diare. demam, dan gangguan penyakit lainya.

6|Page
Dengan melihat kondisi tersebut.memadai, seperti karbohidrat,
protein, dan lemak pada ODHA. Selain itu, diperlukan mikronutrian lain
yaitu vitamin dan mineral.
B. Faktor Penyebab Malnutrisi Pada Odha
Faktor penyebab timbulnya kondisi gizi yang buruk pada ODHA adalah :
o Penurunan asupan makanan. Konsumsi nutrient ynag tidak adekuat adalah
salah satu faktor yang dapat menyebabkan kondisi gizi yang buruk.
Beberapa faktor dapat menyebabkan asupan makanan menjadi tidak
normal. Misalnya. inflamasi dan ulkus pada saluran pencemaan bagian atas
dapat menyebabkan anoreksia akibat timbLrlnya nyeri saat menelan atau
nyeri perut saat makan.
o Malabsorbsi gastrointestinal. Mlalabsorbsi dapat menyebabkan perubahan
status gizi pada ODHA. Sehingga, meskipun makanan y'ang dimakan sudah
mencukupi. namun biasa saja tidak semua zat gizi tersebut dapat cliserap
tubuh dengan efektii. Hal ini dapat disebabkan oleh abnormalitas mukosa
gastrointestinal yang dapar disebabkan oleh infeksi HIV-nya sendiri atau
merupakan akibat sekunder dari infbksi usus agen lain. Apabila tnalabsorbsi
disertai dengan diare kronik. maka akan meniadi pr.edisposisi terjadinya
malnutrisi yang berat jika tidak segera ditangani. Diare ini mungkin sa.ia
merupakan efek samping dari obat-obatan. seperti beberapa obat
antiretroviral dan antibiotika.
o Peningkatan jumlah kebutuhan asupan makanan atau katabolisme jaringan.
Peningkatan kebutuhan nutrisi dan la-iu katabolisme.iaringan .iuga dialami
oleh sebagian ODHA. Penyebabnya antara lain. tingginva kadar virus lllV
cli clalam darah. Intbksi sekunder, serta ge-lala konstitusional seperti
demam dan keringat malam.
o Infeksi virus kronik dapat mempengaruhi penggunaan energi. dan dapat
menjadi predisposisi terhadap infeksi sekunder, sehingga mengubah pola
penggunaan energi. OIeh karena itu, pada ODHA peningkatan penggunaan
energi terutama disebabkan oleh.jumlah virus HIV di dalam darah serta
adbnya koinfeksi dan komorbiditas.

7|Page
o Faktor psikososial, seperti kemiskinan. keterbatasan akses layanan
kesehatan. Atau penyalahgunaan obat. (Zubairi Djoerban, dkk. ;2005)

C. Asuhan nutrisi pada pasien HIV AIDS


Asuhan gizi merupakan komponen penting dalam perawatan
individu yang terinfeksi HIV. Mereka akan mengalami penurunuan berat
badan dan hal ini berkaitan erat dengan kurang gizi. Penyebab kurang gizi
bersifat multifaktoral antara lain karena hilangnya nafsu makan, gangguan
penyerapan sari makanan pada alat pencernaan, hilangnya cairan tubuh
akibat muntah dan diare, dan gangguan metabolisme. Akibat gangguan
tersebut kesehatan umum mereka cepat menurun. Sekitar 97% ODHA
menunjukkan kehilangan berat badan sebelum meninggal. Kehilangan berat
badan tidak dapat dihindarikan sebagai konsekuensi dari infeksi HIV. Jika
seseorang dengan infeksi HIV mempunyai status gizi yang baik maka daya
tahan tubuh akan lebih baik sehingga memperlambat memasuki tahap
AIDS.
Asuhan gizi dan terapi gizi medis sangat penting bila mereka juga
mengkonsumsi obat-obat antiretroviral. Makanan yang dikonsumsi
mempengaruhi penyerapan ARV dan obat infeksi oportunistik dan
sebaliknya penggunaan ARV-OI dapat menyebabkan gangguan gizi.
Beberapa jenis ARV-OI harus dikonsumsi pada saat lambung kosong,
beberapa obat lainnya tidak. Pengaturan diet dapat juga digunakan untuk
mengurangi efek samping ARV-OI. Status gizi sangat dipengaruhi oleh
kebutuhan dan asupan zat gizi. Asupan zat gizi yang tidak memenuhi
kebutuhan akibat infeksi HIV akan menyebabkan kekurangan gizi
yang bersifat kronis dan pada stadium AIDS terjadi keadaan kurang gizi
yang kronis dan drastis yang mengakibatkan penurunan resistensi terhadap
infeksi lainnya. Untuk mengatasi hal tersebut penatalaksanaan gizi yang
baik amat berguna untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang dengan
HIV/AIDS.
D. Tujuan asuhan gizi
Tujuan asuhan gizi bagi ODHA secara umum adalah
mempertahankan kesehatan dan status gizi serta meningkatkan kekebalan
tubuh sehingga kualitas hidup akan lebih baik.
E. Paket asuhan gizi
Asuhan gizi dilakukan melalui tiga kegiatan yang merupakan paket
kegiatan yang terdiri dari :
 Pemantauan status gizi
Pemantauan status gizi bertujuan untuk mengetahui kondisi ODHA
apakah mempunyai status gizi normal, kurang atau buruk. Pemantuan
ini dilakukan dengan cara:

8|Page
a. Anamnesis diet
Dilakukan dengan cara menanyakan pola makan yang dilakukan
selama 2 atau 3 hari sebelumnya untuk mengetahui pola makan dan
asupan zat gizi serta mengetahui kemungkinan potensi kekurangan zat
gizi.
b. Pengukuran antropometri
Dilakukan penukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui
Indeks Massa Tubuh (IMT) serta pengukuran lingkar lengan atas
(LiLA) untuk mengetahui seberapa jauh terjadi kekurangan zat gizi
makro seperti Kurang Energi Protein.
c. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang biasa dilakukan adalah pemeriksaan
Hb, albumin dan prealbumin, kholesterol, trigliserida, fungsi hati, dan
kadar zat gizi mikro dalam darah misalnya: zat besi, magnesium, asam
folat, vit B12, vit A, dll. Pemeriksaan kadar hemoglobin untuk
mengetahui apakah ODHA menderita anemia. Pemeriksaan albumin
dan prealbumin dianjurkan pada ODHA dengan penyakit ginjal dan
hati, untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan
atau penurunan kadar albumin. Pemeriksaan laboratorium lain seperti
kolesterol, trigliserida, enzim-enzim hati, kadar besi, magnesium dan
apabila mungkin asam folat, vitamin B12 dan vitamin A (retinol)
dilakukan untuk mengetahui profil Lipid, fungsi hati kekurangan
vitamin serta mineral dalam tubuh. Kadar serum Ferritin
akan meningkat pada fase akut infeksi HIV.

 Intervensi gizi
Intervensi gizi harus dilakukan secara komprehensif meliputi upaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif bekerja sama dengan
berbagai profesi yang terkait dengan pelayanan ODHA. Intervensi gizi
dapat dilakukan di rumah sakit, dan institusi pelayanan kesehatan
lainnya serta di keluarga. Di rumah sakit, pelayanan dilakukan oleh Tim
Asuhan Gizi. Dalam upaya intervensi gizi, upaya promotif sangat perlu
dilakukan untuk menyebarluaskan informasi tentang pentingnya
mempertahankan status gizi yang optimal agar orang yang terinfeksi
HIV tidak cepat masuk dalam stadium AIDS. Yang mendapatkan obat
ARV dan OI perlu diperhatikan efek ARV-OI terhadap fungsi
pencernaan seperti mual, muntah, diare karena keadaan ini dapat
mempengaruhi asupan gizi dan status gizi mereka.

 Konseling gizi
Tujuan konseling gizi adalah agar ODHA mendapatkan jaminan
kebutuhan gizi yang sesuai dengan kondisi kesehatan dan

9|Page
kemampuan/daya beli keluarga, pendamping ODHA dan masyarakat.
Konseling gizi diberikan kepada ODHA, keluarga, pendamping ODHA
dan masyarakat lingkungannya serta petugas kesehatan agar ODHA
mendapatkan asupan gizi yang cukup, aman, terjangkau.
Konseling mencakup penyuluhan tentang HIV/AIDS dan pengaruh
infeksi HIV pada status gizi. Konseling juga meliputi tatalaksana gizi,
terapi gizi medis serta penyusunan diet, termasuk pemilihan bahan
makanan setempat, cara memasak dan cara penyajian, keamanan
makanan dan minuman, serta aspek psikologis dan efek samping dari
ARV-OI yang mempengaruhi nafsu makan
F. Terapi gizi medis
Terapi gizi medis merupakan terapi dasar selain terapi dengan obat-
obatan. Terapi gizi medis perlu dilakukan segera setelah status HIV
diketahui. Pada prinsipnya terapi diet harus mengandung kalori yang
memadai, protein yang sesuai dan berkualitas tinggi, bahan makanan yang
mempunyai efek antioksidan yang tinggi serta mengandung vitamin dan
mineral yang cukup. Tujuan terapi gizi medis pada orang dengan
HIV/AIDS:
 Meningkatkan status gizi dan daya tahan tubuh
 Mencapai dan mempertahankan berat badan normal
 Memberi asupan zat gizi makro dan mikro sesuai dengan kebutuhan
 Meningkatkan kualitas hidup
 Menjaga interaksi obat dan makanan agar penyerapan obat lebih optimal
G. Prinsip gizi medis
Tinggi kalori tinggi protein (TKTP) diberikan bertahap secara oral
(melalui mulut). Kaya vitamin dan mineral, dan cukup air.
 Syarat diet I pada orang dengan HIV:
o Kebutuhan zat gizi dihitung sesuai dengan kebutuhan individu
o Mengkonsumsi protein yang berkualitas dari sumber hewani dan
nabati seperti daging, telur, ayam, ikan, kacang-kacangan dan
produk olahannya
o Banyak makanan sayuran dan buah-buahan secara teratur, terutama
sayuran dan buah-buahan berwarna yang kaya vitamin A (beta-
karoten), zat besi
o Minum susu setiap hari
o Menghindari makanan yang diawetkan dan makanan yang beragi
(tape, brem)
o Makanan bersih bebas dari pestisida dan zat-zat kimia
o Bila Odha mendapatkan obat antiretroviral, pemberian makanan
disesuaikan dengan jadwal minum obat di mana ada obat yang
diberikan saat lambung kosong, pada saat lambung harus penuh,
atau diberikan bersama-sama dengan makanan

10 | P a g e
o Menghindari makanan yang merangsang alat penciuman (untuk
mencegah mual)
o Menghindari rokok, kafein dan alcohol
 Syarat diet II pada pasien AIDS
o Kebutuhan zat gizi ditambah 10-25% dari kebutuhan minimum
dianjurkan
o Diberikan dalam porsi kecil tetapi sering
o Disesuaikan dengan syarat diet dengan penyakit infeksi yang
menyertainya
o Mengkonsumsi protein yang berkualitas tinggi dan mudah dicerna
o Sayuran dan buah-buahan dalam bentuk jus
o Minum susu setiap hari, susu yang rendah lemak dan sudah
dipasteurisasi; jika tidak dapat menerima susu sapi, dapat diganti
dengan susu kedelai
o Menghindari makanan yang diawetkan dan makanan yang beragi
(tape, brem)
o Makanan bersih bebas dari pestisida dan zat-zat kimia
o Bila ODHA mendapatkan obat antiretroviral, pemberian makanan
disesuaikan dengan jadwal minum obat di mana ada obat yang
diberikan saat lambung kosong, pada saat lambung harus penuh, atau
diberikan bersama-sama dengan makanan
o Menghindari makanan yang merangsang alat penciuman (untuk
mencegah mual)
o Rendah serat, makanan lunak/cair, jika ada gangguan saluran
pencernaan
o Rendah laktosa dan rendah lemak jika ada diare
o Menghindari rokok, kafein dan alcohol
o Sesuaikan syarat diet dengan infeksi penyakit yang menyertai (TB,
diare, sarkoma, oral kandidiasis)
o Jika oral tidak bisa, berikan dalam bentuk enteral dan parenteral
secara aman (Naso Gastric Tube = NGT) atau intravena (IV).
H. Gejala Klinis Dan Keterkaitannya Dengan Gangguan Gizi
1. Anoreksi dan disfagia
Pada umumnya pasien AIDS mengalami penurunan nafsu makan. Hal ini
dapat disebabkan oleh pengaruh obat-obatan ARV yang diminum. Di
samping itu pasien AIDS sering mengalami kesulitan menelan karena
infeksi jamur pada mulut. Keadaan tersebut memerlukan terapi diet khusus
dengan memperhatikan kebutuhan asupan gizi pasien dan cara
pemberiannya.
2. Diare
Adanya diare pada HIV/AIDS akan menyebabkan hilangnya zat gizi dalam
tubuh seperti vitamin dan mineral, sehingga harus diberikan asupan gizi

11 | P a g e
yang tepat, terutama yang mengandung larutan zat gizi mikro, untuk
mengganti cairan tubuh yang hilang. Dianjurkan untuk mengkonsumsi
buah-buahan yang rendah serat dan tinggi kalium dan magnesium seperti
jus pisang, jus alpukat. Adanya diare pada HIV/AIDS akan menyebabkan
hilangnya zat gizi dalam tubuh seperti vitamin dan mineral, sehingga harus
diberikan asupan gizi yang tepat, terutama yang mengandung larutan zat
gizi mikro, untuk mengganti cairan tubuh yang hilang. Dianjurkan untuk
mengkonsumsi buah-buahan yang rendah serat dan tinggi kalium dan
magnesium seperti jus pisang, jus alpukat.
3. Sesak nafas
Dianjurkan makanan tinggi lemak dan rendah karbohidrat untuk
mengurangi CO2, dengan porsi kecil tetapi sering. Bila asupan makan
dalam sehari tidak mencukupi kebutuhan kalori sehingga dapa
menyebabkan pasien menjadi lemah, perlu diberikan makanan tambahan
dalam bentuk formula (makanan suplemen). Pemberian makanan dapat
dilakukan pada pasien dalam posisi setengah tidur agar aliran O2 ke paru
lebih optimal.
4. Gangguan penyerapan lemak (malabsorbsi lemak)
Pasien dengan gangguan penyerapan lemak diberikan diet rendah lemak.
Dianjurkan menggunakan sumber lemak/minyak nabati yang mengandung
asam lemak tak jenuh, seperti minyak kedelai, minyak jagung, minyak
sawit. Perlu tambahan vitamin yang larut dalam lemak (A, D, E dan K).
5. Demam
Pada pasien yang demam akan terjadi peningkatan pemakaian kalori dan
kehilangan cairan. Untuk itu diberikan makanan lunak dalam porsi kecil tapi
sering dengan jumlah lebih dari biasanya dan dianjurkan minum lebih dari
2 liter atau 8 gelas/hari.
6. Penurunan berat badan
Pasien yang berat badannya menurun secara drastis harus dicari
penyebabnya. Pastikan apakah ada infeksi oportunistik yang tidak
terdiagnosis. Bila pasien tidak dapat makan secara oral maka diberikan
secara enteral. Makanan yang dianjurkan adalah tinggi kalori tinggi protein
secara bertahap dengan porsi kecil tapi sering serta padat kalori dan rendah
serat.
7. Kebutuhan zat gizi makro
Umunya ODHA mengkonsumsi zat gizi di bawah optimal. Biasanya mereka
hanya mengkonsumsi 70% kalori dan 65% protein dari total yang
diperlukan oleh tubuh. Konsumsi zat gizi yang demikian tidak memenuhi
kecukupan kalori yang meningkat karena peningkatan proses metabolisme
sehubungan dengan infeksi akut. Kebutuhan kalori ODHA sekitar 2000-
3000 Kkcal/hari dan protein 1,5-2 gram/kgBB/hari. Untuk mencukupi
kebutuhan kalori dan protein sehari diberikan dengan memberikan makanan

12 | P a g e
lengkap 3 kali ditambah makanan selingan 3 kali sehari. Kebutuhan kalori
yang berasal dari lemak dianjurkan sebesar 10-15% dari total kalori sehari,
khusus pada ODHA dianjurkan mengkonsumsi lemak yang berasal dari
MCT agar penyerapan lebih baik dan mencegah diare. Kebutuhan zat gizi
makro tersebut di atas harus dipenuhi untuk mencegah penurunan berat
badan yang drastis.
8. Suplementasi zat gizi mikro
Prinsip pemberian terapi gizi adalah pemberian zat gizi untuk pembentukan
selsel dalam tubuh. Namun di pihak lain HIV bersifat merusak sel-sel
tersebut sehingga terjadi suatu persaingan dalam tubuh ODHA. Apabila
pada saat terjadi penrusakan sel-sel dalam tubuh terdapat pula kekurangan
zat gizi maka fase AIDS akan terjadi lebih cepat. Selain penurunan berat
badan, Odha sangat rentan terhadap kekurangan zat gizi mikro, oleh karena
itu perlu suplemen multizat gizi mikro terutama yang mengandung vitamin
B12, B6, A, E, dan mineral Zn, Se dan Cu. Pemberian Fe dianjurkan pada
Odha dengan anemia. Pada Odha yang mengalami infeksi oportunistik,
pemberian Fe dilakukan 2 minggu setelah pengobatan infeksi. Mereka
dianjurkan untuk mengkonsumsi 1 tablet multivitamin dan mineral setiap
hari. Pemberian suplemen vitamin dan mineral dalam jumlah besar
(megadosis)agar berkonsultasi ke dokter karena pemberian yang berlebihan
justru akan menurunkan imunitas tubuh. Kebutuhan air perlu diperhatikan
dan mereka dianjurkan untuk mengkonsumsi paling sedikit 8 gelas cairan
sehari untuk memperlancar metabolisme terutama pada penderita yang
demam. Dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi minuman atau makanan
yang mengandung kafein dan alkohol serta zat lainnya yang dapat
meningkatkan pengeluaran air kencing. Diare kronis, mual dan muntah,
keringat malam dan demam berkepanjangan memerlukan penambahan
cairan sehingga minum perlu diperbanyak untuk menganti kehilangan
cairan tersebut.
9. Keamanan makanan dan minuman
Untuk mengurangi kontaminasi bahan makanan dan minuman yang dapat
menimbulkan risiko keracunan atau tertular beberapa infeksi, maka perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
o Untuk makanan dan minuman kaleng sebelum dibuka periksa
kemasan/kaleng
o Untuk mengetahui kerusakan makanan (ciri fisik, aroma, tekstur, warna),
periksa tanggal kadaluwarsa dan buang makanan yang sudah
kadaluwarsa
o Hindari mengkonsumsi daging, ikan dan telur mentah, daging ayam
termasuk unggas lainnya yang dimasak setengah matang atau yang tidak
dimasak dengan benar
o Hindari mengkonsumsi sayur-sayuran mentah/lalapan

13 | P a g e
o Mencuci sayur dan buah dengan air bersih dan mengalir untuk
menghilangkan pestisida dan bakteri
o Hindari susu dan produk susu yang tidak dipasteurisasi
o Sebaiknya memanaskan makanan sebelum dimakan
o Hindari makanan yang sudah berjamur atau basi
o Sebaiknya memisahkan makanan yang belum dimasak dengan makanan
yang sudah dimasak
o Selalu cuci tangan sebelum dan setelah menangani makanan
o Selalu minum air masak atau air mineral dalam kemasan/botol
o Memakai air panas dan sabun untuk membersihkan semua alat dapur
o Jajan sedapat mungkin dihindari, lebih baik makan makanan yang
disiapkan sendiri karena kemanan makanan tersebut lebih terjamin

I. Makanan yang harus dikonsumsi oleh orang penderita HIV/AIDS


1. Makanan bertepung
Anda harus makan lebih banyak roti, singkong, sereal, pisang hijau,
makanan dari jagung, kentang, pasta, nasi, dan ubi. Makanan bertepung
harus menjadi dasar dari diet Anda—sekitar sepertiga dari konsumsi
makanan Anda setiap hari. Makanan bertepung menyediakan karbohidrat
untuk energi, dan juga mineral, vitamin, dan serat. Versi gandum dari
nasi, pasta dan roti mengandung lebih banyak serat dan sering kali juga
lebih banyak vitamin dan mineral.
2. Buah-buahan dan sayuran
Buah-buahan dan sayuran menyediakan vitamin, mineral, dan serat.
Cobalah untuk makan lima porsi atau lebih dari buah-buahan atau
sayuran setiap hari. Buah-buahan dan sayuran dapat membantu
melindungi dari kanker dan penyakit jantung tertentu. Buah-buahan dan
sayuran rendah akan lemak, sehingga meningkatkan proporsi diet yang
terdiri dari jenis makanan tersebut sangatlah membantu jika Anda
mencoba untuk menurunkan berat badan.
3. Lemak
Lemak ditemukan dalam minyak goreng, mentega dan margarine, daging
dan makanan berbasis protein lainnya yang menyediakan energi, asam
lemak esensial dan vitamin yang larut dalam lemak (A, D, E, K). Cobalah
untuk makan lemak tak jenuh, seperti yang ditemukan dalam minyak
ikan, kacang-kacangan dan biji-bjian, alpukat, minyak zaitun dan minyak
sayur. Lemak jenuh, ditemukan dalam daging, keju, mentega dan
makanan olahan lainnya, dapat meningkatkan kolesterol, sehingga
makanan ini harus dimakan hanya dalam jumlah kecil.
4. Produk susu

14 | P a g e
Produk susu meliputi susu, keju dan yogurt, yang menyediakan vitamin,
mineral dan terutama kalsium. Beberapa produk susu tinggi dalam lemak
jenuh, sehingga harus dimakan hanya dalam jumlah kecil, atau Anda
dapat makan versi rendah lemak dari susu, keju dan yogurt. Jika Anda
tidak dapat menoleransi susu, maka kedelai yang diperkaya, susu beras
atau gandum, sayuran berdaun hijau gelap, buah ara kering, apricot, dan
kacang-kacangan merupakan sumber yang baik akan kalsium.
5. Makanan tinggi lemak dan asin
Tidak hanya sesuatu yang mengandung lemak tinggi, tetapi juga gula
harus menjadi bagian yang kecil saja dalam diet Anda. Terlalu banyak
lemak dan gula dapat berakibat pada berat badan yang tidak sehat.
Makanan banyak garam dan asin dapat menyebabkan tekanan darah
tinggi jika dikonsumsi dalam jumlah besar, dan hal ini dapat
meningkatkan kemungkinan terkena stroke atau penyakit jantung. Orang
dewasa dan anak-anak lebih dari usia 11 tidak boleh makan lebih dari 6g
garam setiap harinya, dan lebih sedikit untuk anak-anak yang lebih muda

Karena HIV mempengaruhi sistem kekebalan tubuh, pola makan yang


buruk bisa menimbulkan komplikasi penyakit lainnya.

 Hindari konsumsi telur mentah, daging mentah, atau seafood mentah


(termasuk sushi dan kerang)
 Cucilah buah dan sayuran secara menyeluruh
 Gunakan talenan terpisah untuk daging mentah
 Keamanan air sangat penting, karena air dapat membawa berbagai
parasit, bakteri, dan virus

15 | P a g e
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN HIV/AIDS DENGAN GANGGUAN


PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI

A. Pengkajian
- Identitas
meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang
digunakan, status perkawainan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan
darah, nomor register, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosis medis.
- Keluhan Utama
Biasanya Pasien mengeluh lemas karena kebutuhan nutrinya terganggu.
- Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang :
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada
keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk
menanggulanginya.
b. Riwayat Penyakit Dahulu :
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini.
c. Riwayat Penyakit Keluarga :
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini.
d. Riwayat Psikososial :
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang
mengalami stress yang berkepanjangan.
- Pengkajian keperawatan untuk penderita AIDS (Doenges, 1999) adalah
a. Aktivitas / istirahat: Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap
aktivitas biasanya, malaise.
b. Sirkulasi: Takikardia , perubahan TD postural, pucat dan sianosis.
c. Integritas ego: Alopesia , lesi cacat, menurunnya berat badan, putus asa,
depresi, marah, menangis.
d. Elimiinasi: Feses encer, diare pekat yang sering, nyeri tekanan
abdominal, abses rektal.
e. Makanan / cairan: Disfagia, bising usus, turgor kulit buruk, lesi pada
rongga mulut, kesehatan gigi / gusi yang buruk, dan edema.
f. Neurosensori: Pusing, kesemutan pada ekstremitas, konsentrasi buruk,
apatis, dan respon melambat.
g. Nyeri / kenyamanan: Sakit kepala, nyeri pada pleuritis, pembengkakan
pada sendi, penurunan rentang gerak, dan gerak otot melindungi pada
bagian yang sakit.
h. Pernafasan: Batuk, Produktif / non produktif, takipnea, distres
pernafasan.

16 | P a g e
B. Diagnosa Keperawatan
1. Diare berhubungan dengan infeksi GI
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan
pola hidup yang beresiko.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen,
malnutrisi, kelelahan.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya
absorbsi zat gizi.
5. Perubahan nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh dihubungkan dengan
gangguan intestinal ditandai dengan penurunan berat badan, penurunan
nafsu makan, kejang perut, bising usus hiperaktif, keengganan untuk
makan, peradangan rongga bukal.
C. Intervensi

NO DX PERENCANAAN
TUJUAN/ INTERVENSI RASIONAL
KRITERIA HASIL
1. Diare Pasien merasa 1. Kaji konsistensi dan 1.Mendeteksi adanya
berhubungan frekuensi feses dan darah dalam feses
nyaman dan
dengan adanya darah.
infeksi GI mengnontrol diare, 2.Auskultasi bunyi
2.Hipermotiliti
usus mumnya dengan
komplikasi
3.Atur agen
diare
minimal dengan antimotilitas dan
3.Mengurangi
psilium (Metamucil)
motilitas usus, yang
kriteria perut lunak,
sesuai order pelan, memperburuk
perforasi
tidak tegang, feses 4. Berikan ointment A pada
intestinal
lunak dan warna dan D, vaselin atau
4.Untuk
normal, kram perut zinc oside menghilangkan
distensi
hilang,

2. Resiko tinggi Pasien akan bebas 1. Monitor tanda- 1. Untuk pengobatan


infeksi infeksi oportunistik tanda infeksi baru. dini.
berhubungan dan komplikasinya 2. Gunakan teknik 2. Mencegah pasien
dengan dengan kriteria tak aseptik pada setiap terpapar oleh
imunosupresi, ada tanda-tanda tindakan invasif. kuman patogen
malnutrisi dan infeksi baru, lab Cuci tangan

17 | P a g e
pola hidup tidak ada infeksi sebelum meberikan yang diperoleh di
yang oportunis, tanda tindakan. rumah sakit.
beresiko. vital dalam batas 3. Anjurkan pasien 3. Mencegah
normal, tidak ada metoda mencegah bertambahnya
luka atau eksudat. terpapar terhadap infeksi.
lingkungan yang 4. Meyakinkan
patogen. diagnosis akurat
4. Kumpulkan dan pengobatan.
spesimen untuk tes 5. Mempertahankan
lab sesuai order. kadar darah yang
5. Atur pemberian terapeutik
antiinfeksi sesuai
order.
3. Intoleransi Pasien 1. Monitor respon 1. Respon bervariasi
aktivitas berpartisipasi fisiologis terhadap dari hari ke hari.
berhubungan dalam kegiatan, aktivitas. 2. Mengurangi
dengan dengan kriteria 2. Berikan bantuan kebutuhan energy.
kelemahan, bebas dyspnea dan perawatan yang 3. Ekstra istirahat
pertukaran takikardi selama pasien sendiri tidak perlu jika karena
oksigen, aktivitas. mampu. meningkatkan
malnutrisi, 3. Jadwalkan kebutuhan
kelelahan. perawatan pasien metabolik
sehingga tidak
mengganggu
isitirahat.
4. Perubahan Pasien mempunyai 1. Monitor 1. Intake menurun
nutrisi kurang intake kalori dan kemampuan dihubungkan
dari protein yang mengunyah dan dengan nyeri
kebutuhan adekuat untuk menelan. tenggorokan dan
tubuh memenuhi 2. Monitor BB, intake mulut.
berhubungan kebutuhan dan ouput. 2. Menentukan data
dengan intake metaboliknya dasar.

18 | P a g e
yang kurang, dengan kriteria 3. Atur antiemetik 3. Mengurangi
meningkatnya mual dan muntah sesuai order. muntah.
kebutuhan dikontrol, pasien 4. Rencanakan diet 4. Meyakinkan
metabolic, makan TKTP, dengan pasien dan bahwa makanan
dan serum albumin dan orang penting sesuai dengan
menurunnya protein dalam batas lainnya. keinginan pasien.
absorbsi zat normal, BB
gizi. mendekati seperti
sebelum sakit.
5. Perubahan Mempertahankan 1. Kaji kemampuan 1. Intake menurun
nutrisi yang berat badan atau untuk mengunyah, dihubungkan
kurang dari memperlihatkan perasakan dan dengan nyeri
kebutuhan peningkatan berat menelan. tenggorokan dan
tubuh badan yang 2. Auskultasi bising mulut.
dihubungkan mengacu pada usus 2. Mengetahui
dengan tujuan yang 3. Rencanakan diet pergerakan usus
gangguan diinginkan, dengan orang 3. Meyakinkan
intestinal mendemostrasikan terdekat, jika bahwa makanan
ditandai keseimbangan memungkinakan sesuai dengan
dengan nitrogen positif, sarankan makanan keinginan pasien.
penurunan bebas dari tanda- dari rumah. 4. Pencegahan
berat badan, tanda malnutrisi Sediakan makanan terjadinya
penurunan dan menunjukkan yang sedikit tapi komplikasi
nafsu makan, perbaikan tingkat sering berupa lainnya
kejang perut, energy. makanan padat 5. Pemeriksaan
bising usus nutrisi, tidak lanjutan untuk
hiperaktif, bersifat asam dan tindakan
keengganan juga minuman pencegahan
untuk makan, dengan pilihan 6. Mengurangi
peradangan yang disukai muntah
rongga bukal. pasien. Dorong
konsumsi

19 | P a g e
makanan berkalori
tinggi yang dapat
merangsang nafsu
makan
4. Batasi makanan
yang
menyebabkan
mual atau muntah.
Hindari
menghidangkan
makanan yang
panas dan yang
susah untuk ditelan
5. Tinjau ulang
pemerikasaan
laboratorium,
misal BUN,
Glukosa, fungsi
hepar, elektrolit,
protein, dan
albumin
6. Berikan obat anti
emetic misalnya
metoklopramid
D. Implementasi
Implementasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari status masalah kesehatan yang dihadapi
ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
di harapkan (Gordon, 1994, dalam potter dan perry,1997).
E. Evaluasi
Merupakan tindakan penilaian akhir dalam setiap tindakan yang
dilakukan dengan melihat respon pasien dan dilakukan pendokumentasian
yang jelas.

20 | P a g e
BAB IV
PENUTUPAN
A. Simpulan
Nutrisi sangat penting bagi orang yang sakit apalagi orang yang
terkena HIV/AIDS, karena hal tersebut memainkan peran yang penting
dalam kesehatan kekebalan tubuh dan kemampuan untuk melawan
infeksi,orang yang terinfeksi HIV/AIDS membutuhkan asupan makanan
yang sehat dan seimbang. Diet untuk penderita HIV baik dilakukan sebagai
upaya untuk mempertahankan status gizi dan juga meningkatkan sistem
kekebalan tubuh.
B. Saran
Dalam menjaga imunitas pasien HIV/AIDS asuhan nutrisi yang baik
dan sesuai kondisi pasien, sehingga imunitas pasien HIV/AIDS meningkat.

21 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Diakses pada 09 Mei 2019 19.05 . Website :
https://www.academia.edu/36799406/ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_PE
NYAKIT_HIV_AIDS_KELOMPOK_4
Diakses pada 09 Mei 2019 19.20. Website :
https://www.academia.edu/12263038/Makalah_Asuhan_Keperawatan_Pada_Pasi
en_HIV_AIDS
Diakses pada 09 Mei 2019 19.25. Website :
https://www.academia.edu/16347926/9
ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_IBU_HAMIL_DENGAN_HIV_jurnal

Diakses pada 09 Mei 2019 20.00 .Website :


https://www.academia.edu/10981494/askep_HIV

Kevin Anderson, Setyo Gundi Pramudo, Muchlis A.U Sofro, 2017, Jurnal
Kedokteran Diponegoro HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KUALITAS
HIDUP ORANG DENGAN HIV/AIDS DI SEMARANG , vol 6 no 2

22 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai