Anda di halaman 1dari 9

SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP)

Pokok Bahasan : Toilet Training


Sub pokok bahasan : Toilet Training Anak Toddler
Sasaran : Keluarga dengan anak usia toddler
Waktu : Pukul 13.00WIB
Hari, tanggal : Jumat , 24 Mei 2019
Tempat : Ruang Nusa Indah Atas RSUD dr. Slamet Garut
Waktu : 20 menit

I. Latar Belakang
Kemandirian anak dalam masa pertumbuhannya dipengaruhi oleh lingkungan yang
kooperatif dalam membentuk pribadinya, orang tua adalah lini pertama yang bertanggung
jawab terhadap kemandirian dan kesuksesan tumbuh kembangnya. Orang tua sebagai pusat
informasi utama dan pertama yang menyediakan fasilitas informasi yang di butuhka anak
dalam mencari kebutuhan dalam proses tumbuh kembangnya. Belajar toileting dini
merupakan pola asuh pertama dalam melatih, kognitif, emosional, dan psikomotor respon
fisik motorik halus dan motorik kasar.
II. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti serangkaian penyuluhan kesehatan, sasaran mampu mengetahui tentang
Toilet training pada anak.
III. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 25 menit, sasaran dapat :
1. Menjelaskan pengertian toilet training
2. Menjelaskan 2 dari 4 indikasi kesiapan fisik dan 4 dari 8 kesiapan psikologis anak dan
orang tua untuk toilet training
3. Menjelaskan 5 dari 8 cara melatih toilet training pada anak
4. Menjelaskan 3 dari 3 cara mengetahui anak sudah mencapai toilet training yang
sempurna
V. Pokok Materi
1. Pengertian Toilet Training
2. Indikasi kesiapan anak dan orang tua untuk tolilet training
3. Cara melatih toilet training pada anak
4. Cara mengetahui anak sudah mencapai toilet training yang sempurna
VI. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
VII. Kegiatan Pembelajaran

No. Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan Peserta


1. 2 menit Pembukaan, perkenalan, Memperhatikan dan siap
memberi penjelasan topik. mendengarkan ceramah
2. 15 menit Menguraikan materi Mendengarkan dengan
penyuluhan. penuh perhatian
3. 6 menit Tanya jawab dan Evaluasi Mengajukan pertanyaan,
pendapat dan menjawab
pertanyaan penyuluh
maupun peserta lain
4. 2 menit Menyimpulkan materi yang Mendengarakan dan
telah diberikan, penutup. memperhatikan.

VIII. Media
1. Makalah
2. Leaflet
IX. Evaluasi
1. Jelaskan pengertian toliet training pada anak?
2. Jelaskan indikasi fisik dan psikologis anak dan orang tua untuk toilet training?
(sebutkan 2 untuk fisik dan 4 untuk psikologis)
3. Jelaskan cara melatih toilet training? (sebutkan 5)
4. jelaskan cara mengetahui anak telah mencapai toilet training yang sempurna?
(sebutkan 3)
X. Daftar Pustaka

 Kaplan H.I, Sadock. B.J Grebb J.A. 2000. Sinopsis Psikiatri, Ilmu Pengetahuan
Perilaku, Psikiatri. Klinis, Alih Bahasa : Kusuma W,edisi Wiguna

 Veltman M,W Browne K.D. 2000. An Evaluation of Favorite Kind of Day Drawing
from Psychially Maltreated Children. Child Abuse and Neglect.

 Whaley L.F, Wong D.L. 2001. Nursing Care of infants and children in-ed. St Louis :
Mosby year book

 Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta

 Staf Pengajar FKUI. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. EGC. Jakarta


LAMPIRAN MATERI
TOILET TRAINING

A. Pengertian Toilet Training


Toilet training atau belajar menggunakan toilet bukan merupakan peljaran terakhir
bagi seorang anak balita. Seperti semua perkembangan keterampilan lainnya, anak kelak akan
mampu menggunakan toilet. Seperti semua jenis perkembangan lainnya, cari jawaban dari
anak sendiri. Hanya anak yang dapat mengatakan (bukan melalui kata-kata, tetapi melalui
tingkah laku) ketika ia menunjukkan sebuag gabungan antara kemampuan dan keinginan
yang merupakan cerminan dari kesipan untuk belajar menggunakan toilet (Deslidel, 2012).
Toilet Training merupakan cara untuk melatih anak agar bisa mengontrol buang air kecil
(BAK) dan buang air besar (BAB). Dengan toilet training diharapkan dapat melatih anak
untuk mampu buang air kecil dan buang air besar di tempat yang telah di tentukan. Selain itu,
toilet training juga mengajarkan anak untuk dapat membersihkan kotorannya sendiri dan
memakai kembali celananya (Asti, 2008).
Mendengar kata Balita maka yang ada dalam benak kita adalah singkatan bawah lima tahun.
Demi kesamaan persepsi kita maka membatasinya sebagai bayi dan anak yang berusia lima
tahun kebawah (Marimbi, 2010).
Pengertian toilet training pada balita adalah latihan menanamkan kebiasaan pada balita untuk
aktivitas buang air kecil dan buang air besar pada tempatnya (toilet). Seperti belajar duduk,
merangkak ataupun berjalan, toilet training adalah salah satu keterampilan yang harus
dipelajari balita kita sebelum orang tuda mengajarkan toilet training pada balita, pelajari dulu
apakah balita kita memang sudah memperlihatkan tanda-tanda kesiapan jasmani, emosional
dan kognitif untuk dibiasakan melakukan toilet training (Damayanti, 2013).
B. Indikasi Kesiapan Anak Dan Orang Tua Untuk Tolilet Training
1. Fisik
a. Pengontrolan saraf volunter spinkterani dan uretra  usia 18 – 24 bulan.
b. Mampu untuk tetap kering (menahan BAK) selama 2 jam.
c. Perkembangan ketrampilan motorik kasar : duduk, jongkok, berjalan.
d. Perkembangan ketrampilan motorik halus : mampu membuka celana dan berpakaian.
2. Psikologis
a. Mengenal adanya dorongan untuk miksi dan defekasi.
b. Kemampuan berkomunikasi : verbal dan non verbal mengindikasikan dorongan untuk
miksi atau defekasi.
c. Kemampuan kognitif : meniru dengan tepat tingkahlaku dan mengikuti pengarahan.
d. Mengekspresikan keinginan untuk menyenangkan orang tua.
e. Mampu duduk atau jongkok diatas toilet 5 – 10 menit tanpa cerewet atau turun.
f. Mengikuti tingkat kesiapan anak.
g. Keinginan untuk meluangkan waktu : perlu kesabaran dan pengertian.
h. Tidak ada stress keluarga atau perubahan seperti : perceraian, pindah rumah,
mendapat adik baru atau akan berlibur.
i. Memberi pujian jika anak berhasil.

C. Cara Melatih Toilet Training Pada Anak


1. Sediakan pispot dan tempatkan dikamar anak atau dikamar mandi
2. Ajarkan anak duduk di pispot dengan pakaian lengkap dan jelaskan fungsi toilet dan
kapan toilet dapat digunakan
3. Dilatih untuk melepas celana
4. Menjelaskan cara kegunaan dari pispot
5. Biasakan anak cara menggunakan pispot dan ketika berhasil berikanlah penghargaan
6. Toilet training sebaiknya diajarkan secara santai dan hindari dengan respon
kemarahan
7. Hindari pemaksaan berlebihan
8. Mendorong anak untuk berkemih sebelum tidur dan segera setelah ia bangun.

D. Cara Mengetahui Anak Sudah Mencapai Toilet Training Yang Sempurna


Dapat dilihat ketika si anak:
1. Dapat bertahan kering selama 2 jam
2. Dapat duduk, berjalan dan berjongkok
3. Dapat mengungkapkan secara verbal keinginan untuk BAB/BAK

E. Pedoman Orang Tua


Pengaturan buang air besar dan berkemih diperlukan untuk keterampilan sosial.
Mengajarkan toilet training (Toilet Training) membutuhkan waktu, pengertuan dan
kesabaran. Hal terpenting untuk diingat adlaah bahwa anda tidak dapat memaksanakan anak
untuk menggunakan toilet The American Academy of Pediatrics telah mengembangan brosur
ini untuk membantu anak anda melewati tahap penting perkembangan social (Maharani,
2011).
F. Prinsip Toilet Training
Menurut Deslidel (2012), beberapa prinsip toilet training adalah sebagai berikut :
1. Jangan berhadap terlalu banyak.
2. Jangan memarahi, menghukum, atau mempermalukan anak.
3. Jangan menghentikan minumnya.
4. Jangan menggunakan cara yang tidak alami untuk mencapai tujuan
5. Jangan mengomel terus
6. Jangan memaksa
7. Jangan jadikan masalah toilet sebagai isu moral. Tidak soal baik atau buruh dalam hal
toilet, hanya siap dan tidap siap.
8. Jangan mendiskusikan kemajuan dan kemunduran dihadapan anak
9. Jangan merasa bersalah atau tersinggung atas proses yang lambat
10. Jangan menjadikan kamar mandi sebagai area peperangan
11. Jangan berputus asa

G. Membiasakan Toilet Training


Beberapa hal berikut amat perlu diperhatikan dalam membiasakan toilet training bagi
balita :
1. Konsisten
Pastikan semua yang terlibat daam pembiasaan toilet training pada balita anda (seperti
orang tua-pengasuh-nenek/kakek-paman/bibi, dll) mampu berlaku konsisten dalam
melaksanakan pembisaaan toilet training seperti yang anda terapkan. Beri informasi
lengkap dan detail mengenai kebiasaan dan jadwal buang air balita anda. Sikap
konisten membuat balita lebih cepat paham dan terampil dalam menggunakan toilet.
2. Coba Berbagai Cara Yang Berbeda
Sebagai orang tua, anda harus kreatif dalam mengajak balita membiasakan toilet
training agar tidak terasa amat memaksa dan membosankan, misalnya : tempelkan
stiker kesukaan si kedil di kloset yang akan ia gunakan atau memperbolehkan balita
membawa mainan favorit mereka ketika pipis atau pup ataupun berbagai cara kreatif
lainnya.
3. Beri Penghargaan
Bila balita anda berhasil melakukan pipis dan pup dengan benar, berilah penghargaan
pada mereka. Penghargaan dapat berupa pujian ataupun hadiah kecil, seperti stiker
untuk ditempel dipapan yang sudah disediakan untuk menempel ‘reward’ yang
mereka peroleh ehingga si kecil senang melihat hasil prestasinya. Sedapat mungkin
proses pembiasaan toilet training yang merupakan hal penting dalam hidup si kecil
dilakukan dengan menyenangkan dan tanpa paksaan.
Kalaupun dalam prakteknya sering terjadi ‘kecelakaan’, sedapat mungkin hindari
unruk memberikan hukuman pada si kecil, cukup katakan saja bahwa anda kecewa
dengan ‘kecelakaan’ tersebut. Kemarahan anda tidak akan membantu proses
pembiasaan toilet training si kecil, malahan dapat membuat balita anda menjadi
ketakutan dan kapok sehingga kemungknan si kecil justru tidak mau mengatakan jika
ia ingin pipis ataupun pup.

H. Pola Asub Orang Tua Mengunakan Toilet Training pada Anak


Menurut Maharani (2011), mengajrakan anak menggunakan toilet training adalah
dengan cara :
1. Anda seharusnya memutuskan dengan hati-hati kata-kata apa yang akan digunakan
untuk menggambarkan bagian-bagian tubuh, urine, dan BAB. Ingatlah bahwa kata-
kata tersebut akan didengar juga oleh teman, tetangga, guru dan orang-orang lain.
Sebaiknya gunakan kata-kata yang sudah umum digunakan supaya tidak
membingungkan atau mempermalukan anak anda.
Hindari penggunaan kata-kata “kotor”, “nakal” atau jorok untuk menggambarkan
urine atau fases. Istilah negatif ini akan membuat anak anda merasa malu dan
bingung. Ajarkan BAB dan BAK dengan cara sederhana. Anak anda mungkin ingin
tahun dan mencoba untuk bermain dengan fasesnya. Anda dapat mencegah hal ini
tanpa membuat anak anda sedih, katakan bahwa fases bukan sesuatu untuk dimainkan.
2. Ketika anak anda sudah siap, anda sebaiknya memilih pot (potoilet traingy chair)
untuk BAK atau BAB. Pot lebih mudah digunakan untuk anak kecil, karena pendek
sehingga anak tidak sulit untuk duduk diatasnya dan kaki anak dapat mencapai lantai.
3. Anak-anak sering tertarik dengan aktifitas dalam kamar mandi keluarga. Kadang-
kadang biarkan mereka memperhatikan orang tuanya saat pergi ke kamar mandi.
Dengan melihat orang dewasa menggunakan toilet akan membuat merteka
mempunyai keinginan yang sama. Jika memungkinkan ibu sebaiknya memperlihatkan
cara yang benar kepada anak perempuannya, sedangkan ayah kepada anak laki-
lakinya. Anak-anak dapat juga mempelajari cara ini dar kakak atau teman-temannya.
4. Ajarkan anak anda untuk memberitahukan bila dia ingin BAB atau BAK, anak anda
sering memberitahu anda pada saat dia sudah mengompol atau BAB. Hal ini
merupakan tanda bahwa anak anda mulai mengenal fungsi tubuhnya. Ajarkan anak
anda lain kali harus memberi tahu anda sebelumnya.
5. Sebelum BAB anak anda mungkin merintih, atau mengeluarkan suara-suara aneh,
jongkok, atau berhenti beberapa saat. Saat mengedan wajahnya akan menjadi merah.
Jelaskan pada anak tanda-tanda terebut adalah petunjuk saatnya menggunakan toilet.
Kadang-kadang lebih lama mengenal keinginan untuk BAK dari pada keinginan
untuk BAB. Beberapa anak belum dapat mengontrol keinginan Bak selama beberapa
bulan setelah mereka dapat mengontrol BAB. Beberapa anak mampu mengontrol
BAK terlebih dahulu. Sebagian beasr anak laki-laki belajar BAK dengan cara duduk
terlebih dahulu, kemudian baru dengan cara berdiri. Ingatlah bahwa semua anak
berbeda.
6. Ketika anak anda tampak ingin BAK atau BAB, pergilah ke pot. Biarkan anak anda
duduk di pot beberapa menit. Jelaskan bahwa anda ingin anda BAB atau BAK disitu.
Bergembiralah, jangan memperlihatkan ketegangan. Jika anak anda protes dengan
keras, jangan memaksa. Mungkin anak anda belum saatnya untuk memulai Toilet
Training.
7. Sebaiknya anak dilatih menggunakan pot secara rutin, misalnya menjadi kegiatan
pertama di pagi hari ketika anak anda bangun, setelah makan, atau sebelum tidur
siang. Ingatlah bahwa anda tidak dapat mengontrol kapan anak anda BAB atau BAK.
8. Keberhasilan Toilet Training tergantung pada cara pengajaran bertahap yang sesuai
dengan anak anda. Anada haris mendukung usaha anak anda. Jangan menginginkan
hasil yang terlalu cepat. Berikan anak anda pelukan dan pujian jika mereka berhasil.
Bila terjadi kesalahan jangan memarahi atau membuat mereka sedih. Hukuman akan
membuat mereka merasa bersalah dan membuat Toilet Training menjadi lebih lama.
9. Ajarakan anak anda kebiasaan menjaga kebersihan. Tunjukkan cara cebok yang benar.
Anak perempuan seharusnya membersihkan dari depan kebelakang untuk mencegah
penyebaran kuman dari rektum ke vagina atau kendung kemih. Pastikan anak laki-laki
maupun perempuan mencuci tangan mereka setelah BAB atau BAK.
10. Bebrapa anak percaya bahwa urine atau fases adalah bagian dari tubuh mereka,
melihat fasesnya disiram mungkin menakutkan dan sulit untuk dimengerti. Beberapa
naak takut mereka akan tersedot ke dalam toilet bila disiram saat mereka masih duduk
diatasnya. Orang tua harus mengajarkan mereka keinginan untuk mengontrol, biarkan
mereka mencoba menyiram tissue kedalam toilet. Hal tersebut akan menghilangkan
ketakutan mereka terhadap suara berisik air dan mereka dapat melihat benda yang
menghilang, masuk kedalam toilet.
11. Ketika anak anda mulai sering berhasil, tingkatkan dengan menggunakan celana
latihan (training pants). Kejadian terebut menjadi sangat istimewa. Anak anda akan
merasa bangga telah mendapat kepercayaan dan merasa tumbuh. Bagaimana pun juga
bersiaplah terhadap terjadinya “kecelakaan”. Akan membutuhkan waktu berminggu-
minggu, bahkan berbulan-bulan sebelum Toilet training selesai. Sebaiknya tetap
melanjutkan latihan duduk di pot di siang hari. Jika anak anda dapat menggunakan pot
dengan sukses, ini merupakan kesempatan untuk memuji. Bila tidak ini masih
merupakan latihan yang baik.
12. Pada walnya, banyak anak akan BAB atau BAK segera setelah diangkat dari toilet.
Perlu waktu untuk anak anda belajar relaksasi otot-ototnya untuk mengontrol BAB
atau BAK. Bila sering terjadi “kecelakaan” seperti ini, berarti anak anda belum siap
untuk toilet training.
13. Kadang-kadang anak anda akan meminta pokpok saat merasa akan BAB dan berdiri
di suatu tempat tertentu untuk defekasi. Ajak anak anda mengenali tanda-tanda
keinginan BAB. Anjurkan kemampuannya dengan duduk di atas pot tanpa popok.
14. Pola defekasi bervariasi. Beberapa anak 2-3 kali per hari. Anak lain 2-3 hari sekali.
Fases yang lunak membuat toilet training lebih mudah untuk anak dan orang tua.
Terlalu memaksa anak dalam toilet training dapat menimbulkan masalah BAB jangka
panjang.
15. Sebagian besar anak dapat mengontrol BAB dan BAK di siang hari saat usia 3-4
tahun. Bahkan setelah anak anda tidak mengompol di siang hari masih perlu waktu
berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun untuk tidak mengompol di malam hari.
Sebagian besar anak perempuan dan lebih dari 75% anak laki-laki mampu tidak
mengompol di malam hari setelah usia 5 tahun. Anak anda akan menunjukkan kepada
anda jika dia sudah siap pindah dari pot ke toilet sesungguhnya. Pastikan anak anda
cukup tinggi, dan latihlah tahap demi tahap bersama mereka.

Anda mungkin juga menyukai