Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari pembangunan nasional
mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
optimal. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
kesehatan pasal 5 menyebutkan bahwa setiap orang mempunyai hak dalam
memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau.
Puskesmas sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama
di salah satu wilayah kecamatan atau bagian wilayah kecamatan yang difungsikan
sebagai Gate Keeper dalam pelayanan kesehatan, harus dapat memberikan
jaminan terhadap penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat dan
perorangan yang paripurna, adil, merata, berkualitas dan memuaskan masyarakat.
Paradigma baru di bidang kesehatan merespon berbagai perubahan dan
tantangan, maka ditetapkan visi Kementerian Kesehatan yaitu masyarakat yang
mandiri untuk hidup sehat dan berkeadilan dengan salah satu misinya mendorong
kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya.
Strategi yang diambil antara lain dengan meningkatkan akses masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas, bermutu, merata, terjangkau dan
berkesinambungan.
Keberadaan Puskesmas di satu wilayah kecamatan atau bagian wilayah
kecamatan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat setempat
terutama dalam hal pelayanan kesehatan tingkat pertama serta mewujudkan visi
dan misi dalam bidang kesehatan.
Pendirian Puskesmas Mojosari telah memiliki banyak pertimbangan,
termasuk pertimbangan untuk mengakomodir kebutuhan masyarakat kecamatan
Mojosari dalam bidang kesehatan., pertimbangan tata ruang maupun jumlah
penduduk.
Mengingat hal tersebut di atas, maka dipandang perlu untuk melakukan
analisis pendirian serta kelayakan keberadaan Puskesmas Mojosari saat ini di
wilayah kecamatan Mojosari.

1
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Penyusunan Analisis kelayakan pendirian Puskesmas Mojosari ini adalah
untuk mengetahui kelayakan pendirian Puskesmas Mojosari di wilayah
kecamatan Mojosari.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui persyaratan pendirian Puskesmas di suatu wilayah sesuai
dengan peraturan yang ada termasuk persyaratan suatu Puskesmas bisa
didirikan.
b. Mengetahui situasi Puskesmas Mojosari saat ini dilihat dari kesesuaiannya
dengan standar Puskesmas di suatu wilayah.
c. Mengetahui apakah Puskesmas Mojosari telah memenuhi syarat untuk
bisa didirikan di wilayah kecamatan Mojosari.

1.3 Sistematika Penulisan


BAB I Pendahuluan
BAB II Tinjauan Pustaka Tentang Persyaratan Puskesmas
BAB III Analisa Sistuasi Puskesmas
BAB IV Pembahasan
BAB V Penutup

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA TENTANG PERSYARATAN PUSKESMAS

Puskesmas sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas kesehatan Kabupaten/Kota


yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kerja tertentu. Wilayah kerja Puskesmas meliputi wilayah kerja
administratif, yaitu suatu wilayah kecamatan atau beberapa desa/kelurahan di satu
wilayah kecamatan.

2.1 Persyaratan Pendirian Puskesmas Menurut Standar Kementerian


Kesehatan RI
Faktor luas wilayah, kondisi dan jumlah penduduk, merupakan dasar
pertimbangan untuk membangun dan menentukan wilayah kerja Puskesmas.
Menurut Standar Kementerian Kesehatan RI, rasio kecukupan jumlah puskesmas
adalah 1 : 30.000 penduduk.

2.2 Persyaratan pendirian Puskesmas menurut Peraturan Menteri


Kesehatan No 75 Tahun 2014
Persyaratan pendirian Puskesmas menurut Peraturan Menteri Kesehatan No
75 Tahun 2014 tentang Puskesmas di BAB III tentang Persyaratan
2.2.1 Pasal 9
1. Puskesmas harus didirikan pada setiap kecamatan
2. Dalam kondisi tertentu, pada 1 (satu) kecamatan dapat didirikan lebih dari
1 (satu) Puskesmas
3. Kondisi tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat 2 (dua) ditetapkan
berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan, jumlah penduduk dan
aksesibilitas
4. Pendirian puskesmas harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan,
prasarana, peralatan kesehatan, ketenagaan, kefarmasian dan
laboratorium
2.2.2 Pasal 10
1. Lokasi pendirian Puskesmas harus memenuhi persyaratan :
a. Geografis
b. Aksesibilitas untuk jalur transportasi
c. Kontur tanah
d. Fasilitas parkir
e. Fasilitas keamanan

3
f. Ketersediaan utilitas publik
g. Pengelolaan kesehatan lingkungan dan
h. Kondisi lainnya
2. Selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pendirian
Puskesmas harus memperhatikan ketentuan teknis pembangunan
bangunan gedung negara
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.
2.2.3 Pasal 11
1. Bangunan puskesmas harus memenuhi persyaratan yang meliputi:
a. Persyaratan administratif, persyaratan keselamatan dan kesehatan
kerja serta persyaratan teknis bangunan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
b. Bersifat permanen dan terpisah dengan bangunan lain dan
c. Menyediakan fungsi keamanan, kenyamanan, perlindungan
keselamatan dan kesehatan serta kemudahan dalam memberi
pelayanan bagi semua orang termasuk yang berkebutuhan khusus,
anak-anak dan lanjut usia
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai bangunan tercantum dalam Lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
2.2.4 Pasal 12
1. Selain bangunan Puskesmas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11,
setiap Puskesmas harus memiliki bangunan rumah dinas Tenaga
Kesehatan
2. Bangunan rumah dinas Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) didirikan dengan mempertimbangkan aksesibilitas tenaga
kesehatan dalam memberikan pelayanan
2.2.5 Pasal 13
1. Puskesmas harus memiliki prasarana yang berfungsi paling sedikit terdiri
atas:
a. Sistem penghawaan (ventilasi)
b. Sistem pencahayaan
c. Sistem sanitasi
d. Sistem kelistrikan
e. Sistem komunikasi
f. Sistem gas medik

4
g. Sistem proteksi petir
h. Sistem proteksi kebakaran
i. Sistem pengendalian kebisingan
j. Sistem transportasi vertikal untuk bangunan lebih dari 1 (satu) lantai
k. Kendaraan puskesmas keliling, dan
l. Kendaraan ambulans
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai prasarana sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
2.2.6 Pasal 14
Bangunan dan prasarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 sampai
dengan Pasal 13 harus dilakukan pemeliharaan, perawatan dan pemeriksaan
secara berkala agar tetap laik fungsi
2.2.7 Pasal 15
1. Peralatan kesehatan di Puskesmas harus memenuhi persyaratan
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai peralatan tercantum dalam lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
2.2.8 Pasal 16
1. Sumber daya manusia Puskesmas terdiri atas Tenaga Kesehatan dan
tenaga non kesehatan.
2. Jenis dan jumlah Tenaga Kesehatan dan tenaga non kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan analisis beban
kerja, dengan mempertimbangkan jumlah pelayanan yang
diselenggarakan, jumlah penduduk dan persebarannya, karakteristik
wilayah kerja, luas wilayah kerja, ketersediaan fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama lainnya di wilayah kerja, dan pembagian waktu
kerja.
3. Jenis Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling
sedikit terdiri atas:
a. dokter atau dokter layanan primer;
b. dokter gigi;
c. perawat;
d. bidan;
e. tenaga kesehatan masyarakat;
f. tenaga kesehatan lingkungan;
g. ahli teknologi laboratorium medik;
h. tenaga gizi; dan

5
i. tenaga kefarmasian.
4. Tenaga non kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dapat
mendukung kegiatan ketatausahaan, administrasi keuangan, sistem
informasi, dan kegiatan operasional lain di Puskesmas.
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis dan jumlah minimal Tenaga
Kesehatan dan tenaga non kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.
2.2.9 Pasal 17
1. Tenaga Kesehatan di Puskesmas harus bekerja sesuai dengan standar
profesi, standar pelayanan, standar prosedur operasional, etika profesi,
menghormati hak pasien, serta mengutamakan kepentingan dan
keselamatan pasien dengan memperhatikan keselamatan dan kesehatan
dirinya dalam bekerja.
2. Setiap Tenaga Kesehatan yang bekerja di Puskesmas harus memiliki surat
izin praktik sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
2.2.10 Pasal 18
1. Pelayanan kefarmasian di Puskesmas harus dilaksanakan oleh Tenaga
Kesehatan yang memiliki kompetensi dan kewenangan untuk melakukan
pekerjaan kefarmasian.
2. Pelayanan kefarmasian di Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
2.2.11 Pasal 19
1. Pelayanan laboratorium di Puskesmas harus memenuhi kriteria
ketenagaan, sarana, prasarana, perlengkapan dan peralatan.
2. Pelayanan laboratorium di Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

2.3 Lampiran dalam PMK No 75 Tahun 2014


Lampiran dalam PMK No 75 Tahun 2014 yang menjelaskan tentang
beberapa persyaratan puskesmas:
2.3.1 Persyaratan Lokasi Puskesmas
1. Geografis
Puskesmas tidak didirikan di lokasi berbahaya, yaitu:
a. tidak di tepi lereng;
b. tidak dekat kaki gunung yang rawan terhadap tanah longsor;

6
c. tidak dekat anak sungai, sungai atau badan air yang dapat mengikis
pondasi;
d. tidak di atas atau dekat dengan jalur patahan aktif;
e. tidak di daerah rawan tsunami;
f. tidak di daerah rawan banjir;
g. tidak dalam zona topan;
h. tidak di daerah rawan badai, dan lain-lain.
2. Aksesibilitas untuk jalur transportasi
Puskesmas didirikan di lokasi yang mudah dijangkau oleh masyarakat dan
dapat diakses dengan mudah menggunakan transportasi umum. Tersedia
jalur untuk pejalan kaki dan jalur-jalur yang aksesibel untuk penyandang
disabilitas.
3. Kontur Tanah
Kontur tanah mempunyai pengaruh penting pada perencanaan struktur,
dan harus dipilih sebelum perencanaan awal dapat dimulai. Selain itu
kontur tanah juga berpengaruh terhadap perencanaan sistem drainase,
kondisi jalan terhadap tapak bangunan dan lain-lain.
4. Fasilitas parkir.
Perancangan dan perencanaan prasarana parkir cukup penting karena
prasarana parkir kendaraan akan menyita banyak lahan. Kapasitas parkir
harus memadai, menyesuaikan dengan kondisi lokasi, sosial dan ekonomi
daerah setempat.
5. Fasilitas Keamanan.
Perancangan dan perencanaan prasarana keamanan sangat penting
untuk mendukung pencegahan dan penanggulangan keamanan minimal
menggunakan pagar.
6. Ketersediaan utilitas publik
Puskesmas sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan
membutuhkan air bersih, pembuangan air kotor/limbah, listrik, dan jalur
telepon. Pemerintah daerah harus mengupayakan utilitas tersebut selalu
tersedia untuk kebutuhan pelayanan dengan mempertimbangkan berbagai
sumber daya yang ada pada daerahnya.
7. Pengelolaan Kesehatan Lingkungan
Puskesmas harus menyediakan fasilitas khusus untuk pengelolaan
kesehatan lingkungan antara lain air bersih, pengelolaan limbah B3 seperti
limbah padat dan cair yang bersifat infeksius dan non infeksius serta
pemantauan limbah gas/udara dari emisi incinerator dan genset.

7
8. Kondisi lainnya
Puskesmas tidak didirikan di area sekitar Saluran Udara Tegangan Tinggi
(SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET).

2.3.2 Persyaratan Bangunan Puskesmas


1. Arsitektur Bangunan
Tata Ruang Bangunan
a. Rancangan tata ruang/bangunan agar memperhatikan fungsi sebagai
fasilitas pelayanan kesehatan.
b. Bangunan harus diselenggarakan sesuai dengan peruntukan lokasi
yang diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten/Kota dan/Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
yang bersangkutan.
c. Tata ruang Puskesmas mengikuti Peraturan Tata Ruang Daerah:
1) Ditetapkan nilai Koefisien Dasar Bangunan (KDB) maksimal untuk
Puskesmas adalah 60%.
2) Ditetapkan nilai Koefisien Lantai Bangunan (KLB) maksimal untuk
Puskesmas adalah 1,8.
3) Ditetapkan nilai Koefisien Daerah Hijau (KDH) minimal untuk
Puskesmas adalah 15%.
4) Garis Sempadan Bangunan (GSB) dan Garis Sempadan Pagar
(GSP).
2. Desain
a. Tata letak ruang pelayanan pada bangunan Puskesmas harus diatur
dengan memperhatikan zona Puskesmas sebagai bangunan fasilitas
pelayanan kesehatan.
b. Tata letak ruangan diatur dan dikelompokkan dengan memperhatikan
zona infeksius dan non infeksius.
c. Zona berdasarkan privasi kegiatan:
1) area publik, yaitu area yang mempunyai akses langsung dengan
lingkungan luar Puskesmas, misalnya ruang pendaftaran.
2) area semi publik, yaitu area yang tidak berhubungan langsung
dengan lingkungan luar Puskesmas, umumnya merupakan area yang
menerima beban kerja dari area publik, misalnya laboratorium, ruang
rapat/diskusi.
3) area privat, yaitu area yang dibatasi bagi pengunjung Puskesmas,
misalnya ruang sterilisasi, ruang rawat inap.

8
d. Zona berdasarkan pelayanan:
Tata letak ruang diatur dengan memperhatikan kemudahan pencapaian
antar ruang yang saling memiliki hubungan fungsi, misalnya:
1) Ruang rawat inap pasien letaknya mudah terjangkau dari ruang jaga
petugas.
2) Perawatan pasca persalinan antara ibu dengan bayi dilakukan
dengan sistem rawat gabung.
e. Pencahayaan dan penghawaan yang nyaman dan aman untuk semua
bagian bangunan.
f. Harus disediakan fasilitas pendingin untuk penyimpanan obat-obatan
khusus dan vaksin dengan suplai listrik yang tidak boleh terputus.
g. Lebar koridor disarankan 2,40 m dengan tinggi langit-langit minimal
2,80m. Koridor sebaiknya lurus. Apabila terdapat perbedaan ketinggian
permukaan pijakan, maka dapat menggunakan ram dengan
kemiringannya tidak melebihi 7°.
3. Lambang
Bangunan Puskesmas harus memasang lambang sebagai berikut agar
mudah dikenal oleh masyarakat. Lambang Puskesmas harus diletakkan di
depan bangunan yang mudah terlihat dari jarak jauh oleh masyarakat. Arti
dari lambang Puskesmas tersebut yaitu:
a. Bentuk segi enam (hexagonal), melambangkan:
1) keterpaduan dan kesinambungan yang terintegrasi dari 6 prinsip
yang melandasi penyelenggaraan Puskesmas.
2) makna pemerataan pelayanan kesehatan yang mudah di akses
masyarakat.
3) pergerakan dan pertanggung jawaban Puskesmas di wilayah
kerjanya.
b. Irisan dua buah bentuk lingkaran melambangkan dua unsur upaya
kesehatan, yaitu:
1) Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi
timbulnya masalah kesehatan masyarakat.
2) Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi
timbulnya masalah kesehatan perorangan.

9
c. Stilasi bentuk sebuah bangunan, melambangkan Puskesmas sebagai
tempat/wadah diberlakukannya semua prinsip dan upaya dalam proses
penyelenggaraan kesehatan.
d. Bidang segitiga mewakili tiga faktor yang mempengaruhi status derajat
kesehatan masyarakat yaitu genetik, lingkungan, dan perilaku.
e. Bentuk palang hijau didalam bentuk segi enam melambangkan
pelayanan kesehatan yang mengutamakan promotif preventif.
f. Warna hijau melambangkan tujuan pembangunan kesehatan yang
diselenggarakan Puskesmas, dalam rangka mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
g. Warna putih melambangkan pengabdian luhur Puskesmas.
4. Ruang
Jumlah dan jenis ruang di Puskesmas dan Puskesmas Pembantu
ditentukan melalui analisis kebutuhan ruang berdasarkan pelayanan yang
diselenggarakan dan ketersediaan sumber daya. Tabel dibawah ini
menunjukkan program ruang minimal pada Puskesmas dan Puskesmas
Pembantu, sebagai berikut berikut:
a. Puskesmas Rawat Non Inap
1) Ruangan administrasi Kantor
2) Ruangan Kepala Puskesmas
3) Ruangan rapat
4) Ruangan pendaftaran dan rekam medik
5) Ruangan tunggu
6) Ruangan pemeriksaan umum
7) Ruangan tindakan
8) Ruangan kesehatan anak, KB dan imunisasi
9) Ruangan kesehatan gigi dan mulut
10) Ruangan ASI
11) Ruangan promosi kesehatan
12) Ruang farmasi
13) Ruangan Persalinan
14) Ruangan rawat pasca persalinan
15) Kamar Mandi/ WC Pasien (laki-laki dan perempuan terpisah)
16) Laboratorium
17) Ruangan cuci linen
18) Ruangan Sterilisasi
19) Ruangan Penyelenggaraan Makanan

10
20) KM/WC untuk persalinan
21) KM/WC Petugas
22) Ruangan jaga petugas
23) Gudang umum
Pendukung
1) Rumah dinas tenaga kesehatan
2) Parkir kendaraan roda 2 dan 4 serta garasi untuk ambulans dan
Puskesmas keliling
b. Puskesmas Pembantu
1) Ruang Pelayanan
2) Ruangan pendaftaran dan administrasi
3) Ruangan tunggu
4) Ruangan pemeriksaan umum
5) Ruangan KIA dan KB
6) KM/WC Petugas & Pasien
Pendukung
1) Rumah dinas tenaga kesehatan
2) Parkir
5. Persyaratan Komponen Bangunan dan Material
a. Atap
1) Atap harus kuat terhadap kemungkinan bencana (angin puting
beliung, gempa, dan lain-lain), tidak bocor, tahan lama dan tidak
menjadi tempat perindukan vektor.
2) Material atap tidak korosif, tidak mudah terbakar.
b. Langit-langit
1) Langit-langit harus kuat, berwarna terang, dan mudah dibersihkan,
tanpa profil dan terlihat tanpa sambungan (seamless).
2) Ketinggian langit-langit dari lantai minimal 2,8 m.
c. Dinding
1) Material dinding harus keras, rata, tidak berpori, tidak menyebabkan
silau, kedap air, mudah dibersihkan, dan tidak ada sambungan agar
mudah dibersihkan. Material dapat disesuaikan dengan kondisi di
daerah setempat.
2) Dinding KM/WC harus kedap air, dilapisi keramik setinggi 150 cm.
3) Dinding laboratorium harus tahan bahan kimia, mudah dibersihkan,
tidak berpori.

11
d. Lantai
Material lantai harus kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin, warna
terang, mudah dibersihkan, dan dengan sambungan seminimal
mungkin.
e. Pintu dan Jendela
1) Lebar bukaan pintu utama dan ruang gawat darurat minimal 120 cm
atau dapat dilalui brankar dan pintu-pintu yang bukan akses brankar
memiliki lebar bukaan minimal 90 cm. Pintu harus terbuka ke luar.
2) Pintu khusus untuk KM/WC di ruang perawatan dan pintu KM/WC
penyandang disabilitas, harus terbuka ke luar dan lebar daun pintu
minimal 90 cm.
3) Material pintu untuk KM/WC harus kedap air.
f. Kamar Mandi (KM)/WC
1) Memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk dan keluar oleh
pengguna.
2) Lantai terbuat dari bahan yang tidak licin dan air buangan tidak boleh
tergenang.
3). Pintu harus mudah dibuka dan ditutup.
4). Kunci-kunci dipilih sedemikian sehingga bisa dibuka dari luar jika
terjadi kondisi darurat.
5). Pemilihan tipe kloset disesuaikan dengan kebutuhan dan kebiasaan
pengguna pada daerah setempat.
6). Sebaiknya disediakan minimal 1 KM/WC umum untuk
penyandang disabilitas, dilengkapi dengan tampilan rambu/simbol
penyandang disabilitas pada bagian luarnya dan dilengkapi dengan
pegangan rambat (handrail) yang memiliki posisi dan ketinggian
disesuaikan dengan pengguna kursi roda dan penyandang disabilitas
lainnya. Pegangan disarankan memiliki bentuk siku-siku mengarah
ke atas untuk membantu pergerakan pengguna kursi roda
g. Aksesibilitas Penyandang Disabilitas dan Lansia
1) Umum.
Setiap bangunan Puskesmas harus menyediakan fasilitas dan
aksesibilitas untuk menjamin terwujudnya kemudahan, keamanan,
dan kenyamanan.
2) Persyaratan Teknis.
a) Fasilitas dan aksesibilitas meliputi KM/WC, tempat parkir, telepon
umum, jalur pemandu, rambu dan marka, tangga, pintu, ram.

12
b) Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas disesuaikan dengan fungsi,
luas, dan ketinggian bangunan Puskesmas.
6. Struktur Bangunan
a. Struktur bangunan Puskesmas harus direncanakan kuat/kokoh, dan
stabil dalam menahan beban/kombinasi beban, baik beban muatan
tetap maupun beban muatan sementara yang timbul, antara lain beban
gempa dan beban angin, dan memenuhi aspek pelayanan (service
ability) selama umur layanan yang direncanakan dengan
mempertimbangkan fungsi bangunan.
b. Ketentuan lebih lanjut mengenai pembebanan, ketahanan terhadap
gempa dan/atau angin, dan perhitungan strukturnya mengikuti pedoman
dan standar teknis yang berlaku.
2.3.3. Persyaratan Prasarana Puskesmas
1. Sistem Penghawaan (Ventilasi)
a. Ventilasi merupakan proses untuk mensuplai udara segar ke dalam
bangunan gedung dalam jumlah yang sesuai kebutuhan, bertujuan
menghilangkan gas-gas yang tidak menyenangkan, menghilangkan uap
air yang berlebih dan membantu mendapatkan kenyamanan termal.
b. Ventilasi ruangan pada bangunan Puskesmas, dapat berupa ventilasi
alami dan/atau ventilasi mekanis. Jumlah bukaan ventilasi alami tidak
kurang dari 15% terhadap luas lantai ruangan yang membutuhkan
ventilasi. Sedangkan sistem ventilasi mekanis diberikan jika ventilasi
alami yang memenuhi syarat tidak memadai.
c. Besarnya pertukaran udara yang disarankan untuk berbagai fungsi
ruangan di bangunan Puskesmas minimal 12x pertukaran udara per jam
dan untuk KM/WC 10x pertukaran udara per jam.
d. Penghawaan/ventilasi dalam ruang perlu memperhatikan 3 (tiga)
elemen dasar, yaitu: (1) jumlah udara luar berkualitas baik yang masuk
dalam ruang pada waktu tertentu; (2) arah umum aliran udara dalam
gedung yang seharusnya dari area bersih ke area terkontaminasi serta
distribusi udara luar ke setiap bagian dari ruangan dengan cara yang
efisien dan kontaminan airborne yang ada dalam ruangan dialirkan ke
luar dengan cara yang efisien; (3) setiap ruang diupayakan proses
udara didalam ruangan bergerak dan terjadi pertukaran antara udara
didalam ruang dengan udara dari luar.

13
e. Pemilihan sistem ventilasi yang alami, mekanik atau campuran, perlu
memperhatikan kondisi lokal, seperti struktur bangunan, cuaca, biaya
dan kualitas udara luar.
2. Sistem Pencahayaan
a. Bangunan Puskesmas harus mempunyai pencahayaan alami dan/atau
pencahayaan buatan.
b. Pencahayaan harus terdistribusikan rata dalam ruangan.
c. Lampu-lampu yang digunakan diusahakan dari jenis hemat energi.
3. Sistem Sanitasi
Sistem sanitasi Puskesmas terdiri dari sistem air bersih, sistem
pembuangan air kotor dan/atau air limbah, kotoran dan sampah, serta
penyaluran air hujan.
a. Sistem air bersih
1) Sistem air bersih harus direncanakan dan dipasang dengan
mempertimbangkan sumber air bersih dan sistem pengalirannya.
2) Sumber air bersih dapat diperoleh langsung dari sumber air
berlangganan dan/atau sumber air lainnya dengan baku mutu yang
memenuhi dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b. Sistem penyaluran air kotor dan/atau air limbah
1) Tersedia sistem pengolahan air limbah yang memenuhi persyaratan
kesehatan.
2) Saluran air limbah harus kedap air, bersih dari sampah dan
dilengkapi penutup dengan bak kontrol untuk menjaga kemiringan
saluran minimal 1%.
3) Di dalam sistem penyaluran air kotor dan/atau air limbah dari ruang
penyelenggaraan makanan disediakan perangkap lemak untuk
memisahkan dan/atau menyaring kotoran/lemak.
c. Sistem pembuangan limbah infeksius dan non infeksius.
1) Sistem pembuangan limbah infeksius dan non infeksius harus
direncanakan dan dipasang dengan mempertimbangkan fasilitas
pewadahan, Tempat Penampungan Sementara (TPS), dan
pengolahannya.
2) Pertimbangan jenis pewadahan dan pengolahan limbah infeksius dan
non infeksius diwujudkan dalam bentuk penempatan pewadahan
dan/atau pengolahannya yang tidak mengganggu kesehatan
penghuni, masyarakat dan lingkungannya serta tidak mengundang
datangnya vektor/binatang penyebar penyakit.

14
3) Pertimbangan fasilitas Tempat Penampungan Sementara (TPS) yang
terpisah diwujudkan dalam bentuk penyediaan Tempat Penampungan
Sementara (TPS) limbah infeksius dan non infeksius, yang
diperhitungkan berdasarkan fungsi bangunan, jumlah penghuni, dan
volume limbah.
4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tatacara perencanaan, pemasangan,
dan pengolahan fasilitas pembuangan limbah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
d. Sistem Kelistrikan
a. Umum
1) Sistem kelistrikan dan penempatannya harus mudah dioperasikan,
diamati, dipelihara, tidak membahayakan, tidak mengganggu
lingkungan, bagian bangunan dan instalasi lain.
2) Perancangan dan pelaksanaannya harus memenuhi SNI 0225-2011,
tentang Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL 2011) atau edisi
yang terbaru.
b. Sumber Daya Listrik
Sumber daya listrik yang dibutuhkan, terdiri dari:
1) Sumber daya listrik normal dengan daya paling rendah 2200VA;
dan
2) Sumber daya listrik darurat 75% dari sumber daya listrik normal.
Sumber daya listrik normal, diperoleh dari:
1) Sumber daya listrik berlangganan seperti PLN;
2) Sumber daya listrik dari pembangkit listrik sendiri, diperoleh dari:
a) Generator listrik dengan bahan bakar cair atau gas elpiji.
b) Sumber listrik tenaga surya.
c) Sumber listrik tenaga angin.
d) Sumber listrik tenaga mikro hidro.
e) Sumber listrik tenaga air.
Sumber daya listrik darurat, diperoleh dari :
1) Generator listrik.
2) Uninterruptible Power Supply (UPS)
c. Sistem Distribusi
Sistem distribusi terdiri dari :
1) Panel-panel listrik.
2) Instalasi pengkabelan.
3) Instalasi kotak kontak dan sakelar.

15
d. Sistem Pembumian
Nilai pembumian (grounding) bangunan tidak boleh kurang
impedansinya dari 0.5 O. Nilai pembumian (grounding) alat
kesehatan tidak boleh kurang impedansinya dari 0.1 O.
e. Sistem Komunikasi
Alat komunikasi diperlukan untuk hubungan/komunikasi di lingkup
dan keluar Puskesmas, dalam upaya mendukung pelayanan di
Puskesmas. Alat komunikasi dapat berupa telepon kabel, seluler,
radio komunikasi, ataupun alat komunikasi lainnya.
f. Sistem Gas Medik
Gas medik yang digunakan di Puskesmas adalah Oksigen (O2).
Sistem gas medik harus direncanakan dan diletakkan dengan
mempertimbangkan tingkat keselamatan bagi penggunanya.
Persyaratan Teknis:
a. Pengolahan, penggunaan, penyimpanan dan pemeliharaan gas
medik harus sesuai ketentuan berlaku.
b. Tabung/silinder yang digunakan harus yang telah dibuat, diuji,
dan dipelihara sesuai spesifikasi dan ketentuan dari pihak yang
berwenang.
c. Tabung/silinder O2 harus di cat warna putih untuk membedakan
dengan tabung/silinder gas medik lainnya sesuai ketentuan
yang berlaku.
d. Tabung/silinder O2 pada saat digunakan, diletakkan di samping
tempat tidur pasien, dan harus menggunakan alat pengaman
seperti troli tabung atau dirantai.
e. Tutup pelindung katup harus dipasang erat pada tempatnya bila
tabung/silinder sedang tidak digunakan.
f. Apabila diperlukan, disediakan ruangan khusus penyimpanan
silinder gas medik. Tabung/silinder dipasang/diikat erat dengan
pengaman/rantai.
g. Hanya tabung/silinder gas medik dan perlengkapannya yang
boleh disimpan dalam ruangan penyimpanan gas medik.
h. Tidak boleh menyimpan bahan mudah terbakar berdekatan
dengan ruang penyimpanan gas medik.
i. Dilarang melakukan pengisian ulang tabung/silinder O2 dari
tabung/silinder gas medik besar ke tabung/silinder gas medik
kecil.

16
g. Sistem Proteksi Petir
Sistem proteksi petir harus dapat melindungi semua bagian dari bangunan
Puskesmas, termasuk manusia yang ada di dalamnya, dan instalasi serta
peralatan lainnya terhadap kemungkinan bahaya sambaran petir.
h. Sistem Proteksi Kebakaran
a. Bangunan Puskesmas harus menyiapkan alat pemadam kebakaran
untuk memproteksi kemungkinan terjadinya kebakaran.
b. Alat pemadam kebakaran kapasitas minimal 2 kg, dan dipasang 1 buah
untuk setiap 15 m2.
c. Pemasangan alat pemadam kebakaran diletakkan pada dinding dengan
ketinggian antara 15 cm – 120 cm dari permukaan lantai, dilindungi
sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan kerusakan atau
pencurian.
d. Apabila bangunan Puskesmas menggunakan generator sebagai sumber
daya listrik utama, maka pada ruangan generator harus dipasangkan
Alat Pemadam Kebakaran jenis CO2.
i. Sistem Pengendalian Kebisingan
a. Intensitas kebisingan equivalent (Leq) diluar bangunan Puskesmas tidak
lebih dari 55 dBA, dan di dalam bangunan Puskesmas tidak lebih dari
45 dBA.
b. Pengendalian sumber kebisingan disesuaikan dengan sifat sumber.
c. Sumber suara genset dikendalikan dengan meredam dan membuat
sekat yang memadai dan sumber suara dari lalu lintas dikurangi dengan
cara penanaman pohon ataupun cara lainnya.
j. Sistem Transportasi Vertikal dalam Puskesmas.
Setiap bangunan Puskesmas yang bertingkat harus menyediakan sarana
hubungan vertikal antar lantai yang memadai berupa tersedianya tangga
dan ram.
a. Tangga
1) Umum
Tangga merupakan fasilitas bagi pergerakan vertikal yang dirancang
dengan mempertimbangkan ukuran dan kemiringan pijakan dan
tanjakan dengan lebar yang memadai.
2) Persyaratan tangga
a) Harus memiliki dimensi pijakan dan tanjakan yang berukuran
seragam, dengan tinggi masing-masing pijakan/tanjakan adalah 15
– 17 cm.

17
b) Harus memiliki kemiringan tangga kurang dari 600.
c) Lebar tangga minimal 120 cm untuk mempermudah evakuasi
dalam kondisi gawat darurat.
d) Tidak terdapat tanjakan yang berlubang yang dapat
membahayakan pengguna tangga.
e) Harus dilengkapi dengan rel pegangan tangan (handrail).
f) Rel pegangan tangan harus mudah dipegang dengan ketinggian
65 cm – 80 cm dari lantai, bebas dari elemen konstruksi yang
mengganggu, dan bagian ujungnya harus bulat atau dibelokkan
dengan baik ke arah lantai, dinding atau tiang.
g) Rel pegangan tangan harus ditambah panjangnya pada bagian
ujung-ujungnya (puncak dan bagian bawah) sepanjang 30 cm.
h) Untuk tangga yang terletak di luar bangunan, harus dirancang
sehingga tidak ada air hujan yang menggenang pada lantainya.
b. Ram
1) Umum
Ram adalah jalur sirkulasi yang memiliki bidang dengan kemiringan
tertentu, sebagai alternatif bagi orang yang tidak dapat
menggunakan tangga.
2) Persyaratan Ram.
a) Kemiringan suatu ram di dalam bangunan tidak boleh melebihi 70,
perhitungan kemiringan tersebut tidak termasuk awalan dan
akhiran ram (curb ramps/landing).
b) Panjang mendatar dari satu ram (dengan kemiringan 70) tidak
boleh lebih dari 9 m.
c) Lebar minimum dari ram adalah 120 cm dengan tepi pengaman.
d) Muka datar (bordes) pada awalan atau akhiran dari suatu ram
harus bebas dan datar sehingga memungkinkan sekurang-
kurangnya untuk memutar kursi roda dan stretcher, dengan
ukuran minimum 180 cm.
k. Puskesmas Keliling (Pusling) dan Ambulans
Ketentuan mengenai kendaraan Puskesmas keliling dan ambulans
mengikuti ketentuan teknis yang berlaku.

18
BAB III
ANALISA SITUASI PUSKESMAS MOJOSARI

3.1. Data geografi

UPT Puskesmas Mojosari berada di Jl Hasanudin Candirejo Gg. II No.7


Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto Propinsi Jawa Timur. Batas Wilayah:
Sebelah utara : Desa Jotangan
Sebelah Selatan : Desa Jati Langkung
Sebelah Timur : Desa Tunggal Pager
Sebelah Barat : Desa Menanggal
Wilayah Kecamatan Mojosari memiliki 11 Desa yaitu: Sumber Tanggul,
Belahan Tengah, Awang-Awang, Mojosulur, Kauman, Sarirejo, Sawahan, Mojosari,
Wonokusumo, Seduri, Randubango. Kondisi secara umum berupa dataran rendah.
Jumlah penduduk di wilayah kerja UPT Puskesmas Mojosari 43406 jiwa dengan
jalanan sebagian besar beraspal dan dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua
maupun roda empat.
- Luas wilayah kerja : 24 Km2
- Luas wilayah permukiman : 26,65 Km2
- Kecamatan Mojosari terletak : 100 M dpl
- Suhu maksimum / minimum : 24 C - 34 C

19
Lokasi pendirian puskesmas berada di tepi jalan raya, tidak di lokasi berbahaya
yaitu :
1. tidak di tepi lereng;
2. tidak dekat kaki gunung yang rawan terhadap tanah longsor;
3. tidak dekat anak sungai, sungai atau badan air yang dapat mengikis pondasi;
4. tidak di atas atau dekat dengan jalur patahan aktif;
5. tidak di daerah rawan tsunami;
6. tidak di daerah rawan banjir;
7. tidak dalam zona topan;
8. tidak di daerah rawan badai, dan lain-lain.

3.2. Data Kependudukan


Jumlah Penduduk seluruhnya : 43.406 jiwa
1. Rasio Jumlah Penduduk Kecamatan Mojosari

Luas Jumlah Penduduk Nama Jaringan


No Nama Desa Laki– Laki Perempuan
Wilayah
1 Sumber Tanggul 229,12Ha 2681 2053 Ponkesdes
Sumber Tanggul
2 Belahan Tengah 150,30Ha 2170 2118 Ponkesdes
Belahan Tengah
3 Awang-awang 141,37Ha 2136 2512 Polindes Awang-
Awang
4 Mojosulur 143,35Ha 3215 3225 Pustu Mojosulur
5 Kauman 187,65Ha 623 956 Ponkesdes
Kauman
6 Sarirejo 32Ha 1304 1340 Ponkesdes
Sarirejo
7 Sawahan 2,25Ha 1362 1451 Ponkesdes
Sawahan
8 Mojosari 10,14Ha 376 401 Polindes Mojosari
9 Wonokusumo 16,4Ha 897 1132 Ponkesdes
Wonokusumo
10 Seduri 124,46Ha 3865 3693 Ponkesdes
Seduri

11 Randubango 212Ha 2768 2758 Ponkesdes


Randubango
TOTAL 21730 21676

a. Laki – laki : 21730 jiwa

20
b. Perempuan : 21676 jiwa

3.3. Aksesibilitas untuk jalur transportasi


Puskesmas berada di lokasi yang mudah dijangkau oleh masyarakat dan
dapat diakses dengan mudah menggunakan transportasi umum.
3.4. Kontur Tanah
Kontur tanah di lokasi pendirian Puskesmas Mojosari rata, tidak mudah
longsor sehingga tidak membahayakan petugas maupun pengguna layanan
3.5. Fasilitas parkir
Tersedia lahan parkir namun belum mencukupi untuk menampung kendaraan
pengunjung puskesmas serta belum dilengkapi dengan atap untuk pelindung
kendaraan yang diparkir, keamanan kendaraan diserahkan pada petugas cleaning
service setelah menyelesaikan tugas kebersihannya.
3.6. Fasilitas Keamanan.
Terpasang pagar yang mengelilingi puskesmas.
3.7. Ketersediaan utilitas publik
Terdapat sarana air bersih berupa sumur dan tandon air, pembuangan air
kotor/limbah, listrik dan jalur telepon.
3.8. Pengelolaan Kesehatan Lingkungan
Terdapat fasilitas khusus untuk pengelolaan kesehatan lingkungan antara
lain air bersih, pengelolaan sampah medis berupa incenerator namun tidak dapat
difungsikan.
3.9. Kondisi lainnya
Puskesmas Mojosari tidak didirikan di area sekitar Saluran Udara Tegangan
Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET).
3.10. Daftar ruang yang ada di Puskesmas Mojosari
1. Ruangan administrasi kantor
2. Ruangan Kepala Puskesmas
3. Ruangan rapat
4. Ruangan pendaftaran dan rekam medik
5. Ruangan tunggu
6. Ruang Lansia
7. Ruangan pemeriksaan umum
8. Ruangan Tindakan
9. Ruangan kesehatan anak dan imunisasi
10. Ruangan kesehatan ibu dan KB

21
11. Ruangan kesehatan gigi dan mulut
12. Ruang farmasi
13. Ruangan UKS
14. Ruangan Gizi
15. Ruangan Laktasi
16. Ruangan Persalinan
17. Ruang Pasca Persalinan
18. Ruang TB
19. Kamar Mandi/ WC Pasien
20. Laboratorium
21. KM/WC Petugas
22. Gudang Obat
23. Gudang umum
Pendukung
1. Parkir kendaraan roda 2 dan 4 serta garasi untuk ambulans dan
Puskesmas keliling. Tahun 2017 puskesmas Mojosari memiliki 2
ambulans tetapi jumlah garasi hanya 1
2. Rumah Dinas Tenaga Kesehatan

22
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan tinjauan pustaka tentang persyaratan puskesmas pada Bab 2


dan analisa situasi puskesmas Mojosari pada Bab 3 dapat dinalisis kesesuaiannya
anatara lain sebagai berikut :
Persyaratan pendirian Analisa Situasi
No Kesesuaian
puskesmas Puskesmas Mojosari
1 Rasio kecukupan jumlah Jumlah penduduk 43406 Masih sesuai
puskesmas dengan jumlah jiwa
penduduk adalah 1:30.000
2 Puskesmas didirikan pada Puskesmas Mojosari Masih sesuai
setiap kecamatan (dalam berdiri di wilayah
kondisi tertentu, pada 1 (satu) kecamatan Mojosari, ada 1
kecamatan dapat didirikan puskesmas induk di
lebih dari 1 (satu) wilayah kecamatan
puskesmas) Mojosari
3 Puskesmas tidak didirikan di Puskesmas Mojosari Masih sesuai
lokasi berbahaya : didirikan di tepi jalan raya,
1. tidak di tepi lereng; tidak didirikan di lokasi
2. tidak dekat kaki gunung berbahaya :
yang rawan terhadap 1. tidak di tepi lereng;
tanah longsor; 2. tidak dekat kaki gunung
3. tidak dekat anak sungai, yang rawan terhadap
sungai atau badan air tanah longsor;
yang dapat mengikis 3. tidak dekat anak sungai,
pondasi; sungai atau badan air
4. tidak di atas atau dekat yang dapat mengikis
dengan jalur patahan pondasi;
aktif; 4. tidak di atas atau dekat
5. tidak di daerah rawan dengan jalur patahan
tsunami; aktif;
6. tidak di daerah rawan 5. tidak di daerah rawan
banjir tsunami;
7. tidak dalam zona topan; 6. tidak di daerah rawan
8. tidak di daerah rawan banjir;
badai, dan lain-lain. 7. tidak dalam zona topan;
8. tidak di daerah rawan

23
badai, dan lain-lain.
4 Aksesibilitas untuk jalur Puskesmas Mojosari Cukup sesuai
transportasi : berada di lokasi yang
Puskesmas didirikan di lokasi mudah dijangkau oleh
yang mudah dijangkau oleh masyarakat dan dapat
masyarakat dan dapat diakses dengan mudah
diakses dengan mudah menggunakan transportasi
menggunakan transportasi umum.
umum.
5 Kontur Tanah Kontur Tanah Masih sesuai
Kontur tanah mempunyai Kontur tanah di lokasi
pengaruh penting pada pendirian Puskesmas
perencanaan struktur dan Mojosari rata, tidak mudah
harus dipilih sebelum longsor sehingga tidak
perencanaan awal dapat membahayakan petugas
dimulai. Selain itu kontur maupun pengguna
tanah juga berpengaruh layanan
terhadap perencanaan sistem
drainase, kondisi jalan
terhadap tapak bangunan
dan lain-lain.
6 Fasilitas parkir. Penyediaan Lahan parkir Kurang
Perancangan dan Kurang Cukup untuk sesuai, akan
perencanaan prasarana menampung kendaraan di usulkan
parkir cukup penting karena pengunjung puskesmas pembanguna
prasarana parkir kendaraan Dan belum dilengkapi n atap untuk
akan menyita banyak lahan. dengan atap untuk lahan parkir
Kapasitas parkir harus pelindung kendaraan yang Dan
memadai, menyesuaikan diparkir Sehingga Perlu pembanguan
dengan kondisi lokasi, sosial disediakan Lahan Baru, Lahan Pakir
dan ekonomi daerah keamanan kendaraan baru
setempat. diserahkan pada petugas
cleaning service setelah
menyelesaikan tugas
kebersihannya.
7 Fasilitas Keamanan. Terpasang pagar yang Masih sesuai
Perancangan dan mengelilingi puskesmas
perencanaan prasarana

24
keamanan sangat penting
untuk mendukung
pencegahan dan
penanggulangan keamanan
minimal menggunakan pagar.
8 Ketersediaan utilitas publik Terdapat sarana air bersih Masih sesuai
Puskesmas sebagai salah berupa sumur dan tandon
satu fasilitas pelayanan air, pembuangan air kotor /
kesehatan membutuhkan air limbah, listrik dan jalur
bersih, pembuangan air telepon.
kotor/limbah, listrik, dan jalur
telepon. Pemerintah daerah
harus mengupayakan utilitas
tersebut selalu tersedia untuk
kebutuhan pelayanan dengan
mempertimbangkan berbagai
sumber daya yang ada pada
daerahnya.
9 Pengelolaan Kesehatan Terdapat fasilitas khusus Kurang
Lingkungan untuk pengelolaan sesuai
Puskesmas harus kesehatan lingkungan Sehingga
menyediakan fasilitas khusus antara lain air bersih, IPAL Perlu
untuk pengelolaan kesehatan dan tempat TPS B3 yang pembanguna
lingkungan antara lain air belum sesuai standart n TPS B3
bersih, pengelolaan limbah
B3 seperti limbah padat dan
cair yang bersifat infeksius
dan non infeksius serta
pemantauan limbah
gas/udara dari emisi
incinerator dan genset.
10 Kondisi lainnya Kondisi lainnya Masih sesuai
Puskesmas tidak didirikan di Puskesmas Mojosari tidak
area sekitar Saluran Udara didirikan di area sekitar
Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan
Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran
Ekstra Tinggi (SUTET). Udara Tegangan Ekstra
Tinggi (SUTET).

25
11 Puskesmas Non Rawat Daftar ruang yang ada di Cukup sesuai
Inap Puskesmas Mojosari
# Ruangan Kantor # Ruangan Kantor
1. Ruangan administrasi 1. Ruangan administrasi
kantor kantor
2. Ruangan Kepala 2. Ruangan Kepala
Puskesmas Puskesmas
3. Ruangan rapat 3. Ruangan rapat
# Ruangan Pelayanan # Ruangan Pelayanan
4. Ruangan pendaftaran 4. Ruangan pendaftaran
dan rekam medik dan rekam medik
5. Ruangan tunggu 5. Ruangan tunggu
6. Ruangan pemeriksaan 6. Ruangan pemeriksaan
umum umum
7. Ruangan tindakan 7. Ruangan Tindakan
8. Ruangan KIA, KB dan 8. Ruangan lansia
IMUNISASI. 9. Ruangan imunisasi
9. Ruangan kesehatan gigi 10. Ruangan kesehatan
dan mulut ibu dan KB
10. Ruangan ASI 11. Ruangan kesehatan
11. Ruangan promosi gigi dan mulut
kesehatan 12. Ruang farmasi
12. Ruang farmasi 13. Rungan UKS dan
13. Ruangan Persalinan Promkes dan Kesling
14. Ruangan rawat pasca 14. Ruangan Gizi
persalinan 15. Ruangan Laktasi
15. Laboratorium. 16. Ruangan Persalinan
16. Ruangan sterillisasi. 17. Ruangan pasca
17. Ruangan persalinan
Penyelenggaraan 18. KM/WC untuk
Makanan persalinan.
18. KM/WC untuk persalinan. 19. Ruangan TB
19. KM/WC Petugas 20. Ruangan
20. Gudang umum Penyelenggaraan
Makanan.
Pendukung: 21. Kamar Mandi/ WC
21. Rumah dinas tenaga Pasien.

26
kesehatan 22. Laboratorium
22. Parkir kendaraan roda 2 23. KM/WC Petugas
dan 4 serta garasi untuk 24. Gudang Obat
ambulans dan 25. Gudang Umum.
Puskesmas keliling
Pendukung:
26. Rumah dinas tenaga
kesehatan.
27. Parkir kendaraan roda
2 dan 4 serta garasi
untuk ambulans dan
Puskesmas keliling.
Tahun 2017
puskesmas Mojosari
memiliki 2 ambulans
tetapi jumlah garasi
hanya 1

27
BAB V
PENUTUP

6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis kesesuaian antara Bab 2 dan Bab 3 di atas maka
dapat disimpulkan bahwa keberadaan pendirian Puskesmas Mojosari di wilayah
kecamatan Mojosari masih dinilai layak atau sesuai untuk terus berada di wilayah
kecamatan Mojosari serta melakukan kegiatannya sebagai fasilitas kesehatan
primer untuk masyarakat kecamatan Mojosari

6.2. Saran
Diharapkan keberadaan Puskesmas Mojosari dipertahankan karena masih
memenuhi persyaratan sebagai fasilitas kesehatan dan dinilai layak untuk
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di wilayah kecamatan
Mojosari.

28

Anda mungkin juga menyukai