Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dijabarkan secara singkat tentang beberapa hal yang
berhubungan dengan pendahuluan yang diantaranya adalah : latar belakang,
perumusan masalah, tujuan dan manfaat, metodologi dan target yang diharapkan.

1.1 Latar Belakang

Banda Aceh yang merupakan salah satu kota tertua di Indonesia dan banyak
menyimpan aset cagar budaya yang tidak ternilai harganya. Salah satu aset cagar
budaya tersebut adalah mesjid. Mesjid merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan
dari kehidupan masyarakat Aceh. Pada masa lalu, mesjid tidak hanya digunakan
sebagai tempat ibadah, namun juga sebagai tempat bermusyawarah, bahkan sebagai
tempat bertahannya para pejuang Aceh dalam melawan musuh. Ini dikarenakan
karena mesjid dianggap sebagai tempat yang sakral bagi masyarakat Aceh. Hal ini
pula yang dapat kita lihat dari sejarah perlawanan rakyat Aceh terhadap agresi militer
Belanda di kawasan Mesjid Raya Baiturrahman. Selain Mesjid Raya Baiturrahman,
masih ada mesjid-mesjid lainnya di kota Banda Aceh yang memiliki nilai sejarah
yang tinggi seperti mesjid Baiturrahim Ulelheu, Mesjid dan Mesjid Tgk. Dianjong.
Pada saat bencana gempa dan Tsunami melanda Aceh, banyak mesjid
bersejarah di kota Banda Aceh mengalami kerusakan. Kerusakan mengharuskan
mesjid-mesjid tersebut untuk diperbaiki agar dapat difungsikan kembali. Namun
perbaikan-perbaikan yang dilaksanakan masih belum sesuai dengan kaidah-kaidah
konservasi yang berlaku. Ditinjau dari segi konservasi bangunan cagar budaya,
penanganan tiap-tiap bangunan terutama pada mesjid bersejarah tidak dapat
disamaratakan, tetapi harus disesuaikan dengan tingkat potensial bangunan, ini
artinya antara satu mesjid dengan mesjid yang lain mendapat perlakuan yang berbeda
dalam pelaksanaan konservasinya. Misalkan penaganan antara mesjid bersejarah
dengan mesjid masa sekarang. Harus ada kaidah-kaidah penanganan yang sesuai
dengan teori yang berlaku, sehingga akhirnya nilai-nilai fisik sejarahnya tetap

1
2

terpelihara dengan baik. Hal ini bertujuan untuk memperjelas kedudukan mesjid
sebagai tempat bersejarah dan kita dapat mengetahui apa yang harus dilakukan
terhadap bangunan tersebut.
Seperti yang telah kita ketahui, pentingnya pelestarian terhadap benda cagar
budaya telah diamanatkan dalam Piagam Pelestarian Indonesia 2003 dan Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya sebagai
payung hukum cagar budaya. Bertolak dari pemikiran diatas, maka sangat
dibutuhkan sebuah penelitian untuk melakukan studi atau kajian dan memberikan
arahan konservasi terhadap bangunan cagar budaya di kota Banda Aceh yang dalam
tinjauannya hanya pada mesjid bersejarah.

1.2 Perumusan Masalah

Adapun yang menjadi permasalahan yang paling mendasar dalam penelitian


ini adalah:
1. Masih kurangnya studi/ kajian terhadap mesjid bersejarah di kota Banda Aceh
2. Belum adanya penilaian tingkat potensial bangunan.
3. Karena tingkat potensial bangunan belum ditentukan, maka konservasi masih
belum terarah.

1.3 Tujuan dan Manfaat

Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui secara
komprehensif tentang konservasi mesjid bersejarah di Kota Banda Aceh dan secara
detail tujuannya adalah :
1. Mengkaji kondisi mesjid bersejarah di kota Banda Aceh.
2. Memberikan penilaian tingkat potensial mesjid yang ditinjau.
3. Mengkaji upaya konservasi berdasarkan tingkat potensial mesjid tersebut.
Dan adapun manfaat dari penelitian ini antara lain :
1. Untuk mengetahui secara rinci nilai-nilai kultural dan fisik bangunan mesjid.
2. Untuk mengetahui tingkat potensial mesjid bersejarah di kota Banda Aceh.
3

3. Merekomendasikan tindakan-tindakan konservasi berdasarkan tingkat potensial


masing-masing mesjid bersejarah.

1.4 Rencana Metodologi

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif


dimana salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan dengan wawancara
terstruktur (kuisioner). Selain itu pengumpulan data juga dapat menggunakan data
sekunder seperti buku, artikel, majalah ataupun laporan-laporan dari dinas atau
instansi yang terkait sebagai dalam menganalisis mesjid bersejarah baik secara fisik
maupun non fisik. Pengolahan data dilakukan pada penelitian ini dilakukan secara
kuantitatif. Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
1. deskriptif analisis (pemaparan kondisi fisik mesjid bersejarah),
2. metode evaluatif (memberi penilaian terhadap kondisi fisik dan non fisik mesjid
bersejarah),
3. metode development (melakukan arahan konservasi terhadap mesjid bersejarah
berdasarkan tindakan-tindakan konservasi).

1.5 Target yang Diharapkan

Adapun target yang diharapkan pada penelitian ini antara lain :


1. Terciptanya tingkat potensial mesjid yang diteliti.
2. Adanya penanganan khusus terhadap mesjid bersejarah di kota Banda Aceh.
3. Dapat menjadi acuan awal tentang arahan konservasi bagi pemerintah sehingga
dapat menjadi masukan dalam membuat ranperda cagar budaya secara
keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai